Dibuat guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Belajar Motorik
Disusun oleh:
Dosen Pengampu:
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami sanggup dan dapat menyusun salah
satu tugas Mata Kuliah Belajar Motorik berbentuk Laporan Observasi tentang
“PENGEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI DI TK-IT ROUDATUL
ILMI MELALUI TES MENIRUKAN BENTUK” ini hingga selesai.
Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami sangat berharap kepada pembaca, dapat mengkoreksi Laporan ini demi
penyempurnaan tugas ini kearah yang lebih baik lagi dan kami juga berharap semoga
tugas ini mampu menambah pengalaman serta ilmu bagi pembaca sehingga untuk
kedepannya juga sanggup memperbaiki bentuk maupun tingkatan isian tugas ini sehingga
memiliki wawasan yang luas dan lebih baik lagi.
Akhirnya kami berharap agar tulisan ini dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran
dikemudian hari.
Ttd
Penulis
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................................................... 1
BAB II ........................................................................................................................................................................... 3
A. PERKEMBANGAN MOTORIK............................................................................................................. 3
BAB IV ........................................................................................................................................................................ 12
A. TABULASI DATA.................................................................................................................................. 12
BAB V ......................................................................................................................................................................... 14
A. KESIMPULAN ....................................................................................................................................... 14
B. SARAN .................................................................................................................................................... 14
DOKUMENTASI ........................................................................................................................................................ 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam perkembangannya, motorik kasar berkembang lebih dulu dari pada motorik
halus. Hal ini dapat terlihat saat anak sudah dapat menggunakan otot-otot kakinya
untuk berjalan sebelum ia dapat mengontrol tangan dan jari-jarinya untuk
menggunting, meronce, melipat, menempelkan dan membentuk/menirukan bentuk.
1
Kegiatan tersebut dapat distimulasikan secara berulang-ulang agar kemampuan
anak semakin baik. Peran guru dalam mengembangkan kegiatan menirukan bentuk
ialah sebagai bentuk perwujudan peningkatan motorik halus akan terasah, dapat dilihat
dengan Koordinasi mata dan tangannya akan berkembang, Anak bisa mandiri dan
mempunyai sikap teliti, menghargai hasil karya sendiri dan orang lain serta
membangun motivasi dan rasa keingintahuan anak secara alami tentang menirukan
bentuk.
B. FOKUS PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang di atas dan setelah dilakukan observasi penelitian di
TK-IT ROUDATUL ILMI, maka penelitian ini terfokus pada “Pengembangan
motorik halus anak melalui kegiatan menirukan bentuk.”
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan :
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Adapun beberapa indikator perkembangan motorik halus pada AUD (Anak Usia
Dini) ang harus dicapai dalam pembelajaran Pendidikan AUD, yakni:
A. PERKEMBANGAN MOTORIK
Perkembangan motorik menurut Hurlock (1978: 150) merupakan perkembangan yang
mengarah pada pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf,
serta koordinasi otot. Sedangkan menurut Corbin dalam Sumantri (2005: 48),
perkembangan motorik merupakan perubahan pada kemampuan gerak dari usia bayi hingga
usia dewasa yang melibatkan aspek perilaku serta kemampuan gerak yang saling berkaitan.
Perkembangan motorik juga termasuk ke dalam ranah psikomotor dalam taksonomi Bloom
(1956) (dalam Ahmad Samsudin, Jurdik Fisika: 2010) yaitu kerja otot yang menyebabkan
geraknya bagian-bagian tubuh. Perkembangan motorik menurut Sumantri (2005: 47) adalah
proses gerak yang sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan
berkesinambungan, ditandai oleh peningkatan dari arah sederhana dan belum terkoordinasi
ke arah kompleks yang terkoordinasi dengan baik seiring dengan proses menua. Menurut
Slamet Suyanto, (2005: 49) perkembangan fisik motorik meliputi perkembangan badan,
otot kasar (gross muscle) dan otot halus (fine muscle) atau sering disebut dengan motorik
kasar dan motorik halus.
Motorik merupakan semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh.
Perkembangan motorik adalah perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak
tubuh. Ketrampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot.
Aktivitas anak terjadi di bawah control otak.
Secara umum ada tiga tahap perkembangan ketrampilan motorik anak pada usia dini,
yaitu tahap kognitif, asosiatif, dan autonomous. Optimalnya pertumbuhan fisik anak
3
memang sangat penting karena secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi perilaku sehari-harinya. Secara langsung, pertumbuhan fisik anak akan
menentukan ketrampilannya dalam bergerak, sedangkan secara tidak langsung,
pertumbuhan dan perkembangan kemampuan fisik/ motorik anak akan mempengaruhi cara
anak memandang dirinya sendiri dan orang lain. Sedangkan meningkatnya motorik anak
akan meningkatkan pula aspek fisiologis, kemampuan sosial emosional dan kognitif anak.
Perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua bagian, yaitu gerakan motorik kasar
dan gerakan motorik halus. Gerakan motorik kasar adalah gerakan yang membutuhkan
koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak, sedangkan gerakan motorik halus adalah
gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-
otot kecil seperti ketrampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan
tangan. Kedua macam gerakan ini sangat dperlukan anak dikemudian hari. (Bambang
Sujiono, dkk. 2010, Metode Pengembagan Fisik)
Pada anak usia dini perkembangan motorik kasar dan perkembangan motorik halus
berlangsung sangat pesat. Pada usia tersebut koordinasi mata-tangan anak semakin baik,
bahkan sudah dapat menggunakan kemampuannya untuk mengurus dirinya sendiri dengan
sedikit pengawasan orang dewasa. Disamping itu ia mulai dapat menyikat gigi, menyisir,
mengancingkan pakaian, membuka dan menutup ritsluiting, memakai sepatu sendiri, serta
makan menggunakan sendok dan garpu.
Kelenturan tangannya pun semakin baik. Ia mulai dapat menggunakan tangannya untuk
berkreasi. Misalnya, menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, membuat
gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan klip untuk menyatukan dua lembar kertas,
menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun, tidak
semua anak memiliki kematangan untuk menguasai semua ini pada tahap yang sama. (Siti
Aisyah, dkk, 2010. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini)
4
motorik tidak berkembang dengan pesat. (Dra. Mayke Sugianto T, M.Si., Psikologi
Perkembangan Anak, 2007: 4.9)
Peran guru dalam mengembangkan berbagai kemampuan dasar anak usia dini sangatlah
penting. Gurulah yang paling menentukan aktivitas fisik dan olahraga yang dilakukan anak
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Melalui berbagai arahan, guru juga
dapat menumbuhkan minat anak terhadap olahraga (motorik kasar) dan motorik halus.
Beberapa cara yang dapat digunakan guru untuk membantu meningkatkan ketrampilan
motorik ana adalah
1. Menyediakan peralatan atau lingkungan yang aman dan memungkinkan anak melatih
ketrampilan motoriknya.
2. Memperlakukan anak dengan sama.
3. Memperkenalkan berbagai jenis ketrampilan motorik pada anak.
4. Meningkatkan kesabaran guru karena anak memiliki jangka.
5. Waktu sendiri dalam menguasai suatu ketrampilan.
6. Memberikan tingkat keberhasilan yang sesuai dengan perkembangan anak.
Pemilihan suatu metode pembelajaran ditentukan oleh tujuan yang akan dicapai anak,
sedangan metode merupakan cara untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Untuk
mengembangkan motorik anak guru dapat menerapkan metode-metode yang akan
menjamin anak tidak mengalami cedera dan menyesuaikannya dengan karakteristik anak
usia dini. Hal-hal yang perlu dilakukan guru dalam pemilihan metode untuk meningkatkan
motorik anak TK adalah menciptakan lingkungan yang aman dan kegiatan yang menantang,
menyediakan tempat, bahan dan alat yang dipergunakan dalam keadaan baik, serta
membimbing anak mengikuti kegiatan tanpa menimbulkan rasa takut dan cemas dalam
menggunakannya. (Bambang Sujiono, dkk. 2010, Metode Pengembagan Fisik)
5
membentuk adalah membuat bentuk, baik bentuk terapan yang dapat dimanfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari maupun bentuk-bentuk yang kreatif sebagai karya
seni murni. Membentuk dalam kegiatan seni rupa adalah terjemahan dalam bahasa
Belanda “boestseren” atau bahasa Inggris “modelling”. Umumnya bahan yang
digunakan untuk membentuk adalah bahan-bahan lunak seperti tanah liat,
playdough, plastisin dan sejenisnya (Cindelaras Art Education).
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan membentuk
merupakan kegiatan seni rupa yang menghasilkan karya tiga dimensi yang bisa
dimanfaatkan sebagai karya seni murni.
2. Tujuan Membentuk
Kegiatan seni perlu diajarkan kepada anak untuk memberi kesempatan
mengungkapkan ekspresi perasaan dengan menyanyi, menggambar, mencat,
membuat sesuatu dari playdough dan sebagainya di bawah bimbingan guru. Hajar
Pamadhi (2008: 8.5) berpendapat bahwa tujuan dari kegiatan membentuk pada
anak usia dini antara lain: melatih motorik halus anak, melatih pengamatan,
melatih kecermatan dan ketelitian, melatih kemampuan ketepatan, melatih
kreativitas, melatih kepekaan rasa indah, mengembangkan rasa keterpakaian
tinggi, dan melatih memanfaatkan benda limbah menjadi benda baru.
Tiga tujuan yang hendak dicapai melalui mata pelajaran seni. Pertama, anak
akan dilibatkan dalam pengalaman menggambar, mencat, menyanyi dan memakai
bahan seperti tanah liat/playdough tidak untuk menjadikan seorang seniman
melainkan untuk mengungkapkan perasaannya. Kedua, pengalaman menggambar
atau membuat sesuatu dari playdough, cenderung menimbulkan perasaan senang
dalam diri anak. Ketiga, anak tidak hanya membuat sesuatu, tetapi mereka juga
diperkenalkan pada karya seni sebagai hasil yang khas manusia. Sumanto
(2005:141) memaparkan tujuan membentuk, yaitu:
a. Sebagai media hias, suatu upaya dalam mendapatkan rasa keindahan (esthetis)
yang dapat memberikan kepuasan, pesona, sentuhan rasa indah, rasa seni bagi
pengamatnya, kesenangan, kenikmatan untuk menghias melalui tampilan
karya seni patung.
b. Sebagai media ritual, menghadirkan bentuk patung antara lain dimaksudkan
sebagai sebagai perwujudan nilai-nilai kepercayaan, kesucian, kebenaran dari
6
penganut ajaran. Sebagai media ekspresi, perwujudan ungkapan perasaan
(ekspresi) dari penciptanya yang bersifat bebas, spontanitas, dan individual.
Karya seni patung dapat menghasilkan bentuk-bentuk yang orisinil/ asli
sebagai karya ekspresi murni, atau yang bersifat hasil karya penggubahan/
duplikasi dari bentuk yang sudah ada.
c. Sebagai tanda peringatan/ monumen, perwujudan umtuk melestarikan,
mengabadikan, mengenang peristiwa sejarah yang bernilai strategis dan
simbolis bagi suatu bangsa dan daerah.
Dari kajian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan membentuk adalah
pernyataan perasaan atau jiwa seseorang dalam bidang karya tiga dimensi, yang
bersifat bebas, spontanitas, dan individual.
3. Pengertian Playdough
Play dalam kamus bahasa Inggris adalah bermain dan dough adalah adonan.
Playdough adalah bermain melalui adonan. Adonan tersebut terbuat dari campuran
tepung terigu, garam, dan bahan lainnya. Menurut Jatmika (2012: 85) playdough
adalah adonan mainan yang merupakan bentuk modern dari tanah liat atau
lempung yang terbuat dari campuran tepung terigu. Mayesky M (2005: 3)
menjelaskan bahwa playdough adalah bahan yang sangat baik untuk
mengekspresikan kreativitas anak karena bahannya yang fleksibel dan lembut.
Adonan dapat digulung menjadi suatu bentuk, dan beberapa bentuk lainnya,
sehingga bisa dibuat menjadi adonan hias dan adonan roti. Menurut Mayke S.
Tedjasaputra (2001: 57) playdough yaitu suatu jenis permainan yang
membutuhkan keahlian motorik halus dan membutuhkan suatu kreativitas yang
tinggi, sebab dalam permainan ini anak dapat membentuk dan membuat jenis
benda.
Dari kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa playdough adalah bahan yang
dapat dibentuk menjadi media hias dan adonan yang bisa dimakan. Namun saat ini
telah ada adonan buatan yang memang khusus untuk menjadi media permainan
anak-anak, yakni plastisin. Secara bentuk pembuatan memang karena di adon,
bedanya plastisin tidak bisa dimakan.
7
4. Manfaat Membentuk dengan Playdough/Plastisin
Manfaat membentuk dengan playdough menurut Hajar Pamadhi (2008: 8.11)
yaitu anak dapat mengenal benda di sekitarnya, mengembangkan fungsi otak dan
rasa, serta mengembangkan keterampilan teknis kecakapan hidup. Dikutip dari
Rumah Utama Tanpopo (2012) playdough adalah salah satu aktivitas yang
bermanfaat untuk perkembangan otak anak. Manfaat bermain dengan playdough
antara lain:
a. Kemampuan Sensori
Playdough Salah satu cara untuk mengenalkan sesuatu yaitu melalui
sentuhan. Dengan bermain playdough anak belajar tentang tekstur, serta
menciptakan sesuatu.
b. Kemampuan Berpikir
Bermain playdough bisa mengasah kemampuan berpikir anak. Melatih
anak dengan memberikan contoh bagaimana bermain dan menciptakan sesuatu
dengan playdough.
c. Self Esteem
Permainan playdough adalah permainan tanpa aturan sehingga berguna
untuk mengembangkan kemampuan imajinasi dan kreativitas anak. Bermain
dapat meningkatkan rasa ingin tahu anak, sekaligus mengajarkannya tentang
problem solving yang berguna untuk meningkatkan self esteem- nya.
d. Kemampuan Berbahasa
Penggunaan kata-kata untuk mendeskripsikan kegiatan bermain playdough
atau memberi nama untuk setiap bentuk yang dibuat dari playdough.
e. Kemapuan Sosial
Kesempatan yang diberikan kepada anak untuk bermain playdough dapat
menjalin interaksi yang akrab dengan teman-temannya.
Dari uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa membentuk dengan
playdough memiliki banyak manfaat bagi anak yaitu mengenal benda di
sekitarnya, mengembangkan fungsi otak dan rasa, serta mengembangkan
keterampilan teknis kecakapan hidup.
8
D. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan kajian teori dan beberapa faktor yang dapat dilihat di lapangan, maka
dapat digarisbawahi bahwa kegiatan membentuk dengan playdough yang diberikan
dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak memiliki pengaruh terhadap keterampilan
motorik halus pada anak, khususnya pada anak usia 4 sampai dengan 5 tahun. Ketika
pendidik memberikan kegiatan membentuk dengan playdough maka keterampilan
motorik halus pada anak akan berkembang secara optimal. Perkembangan motorik
adalah perubahan gerak jasmaniah yang terkoordinasi melibatkan aspek perilaku serta
kemampuan gerak anak. Hal tersebut secara berkelanjutan akan memberikan
kontribusi bagi perkembangan intelektual dan keterampilan anak pada masa datang.
Seperti pernyataan yang telah disampaikan oleh Pica (2008: 44) bahwa keterampilan
motorik halus melibatkan gerakan dari otot kecil dalam mengontrol tangan, jemari,
serta jempol melalui koordinasi dengan mata. Koordinasi yang baik antara mata dan
tangan ditandai dengan kemampuan anak dalam membentuk benda sesuai dengan
perbandingan ukuran menjadi suatu bentuk tanpa bimbingan guru.
9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. SUBJEK PENELITIAN
1. Tanggal penelitian : 23 April 2019
2. Tempat : TK-IT ROUDATUL ILMI
3. Subyek (Peserta Didik) : 10 anak-anak, 3 laki-laki dan 7 perempuan
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu penelitian yang menceritakan
data mengenai fenomena/ gejala yang diteliti di lapangan.
Indikator Norma untuk pengembangan Tes ini, di kategorikan:
BSB : Berkembang Sangat Baik
BSH : Berkembang Sesuai Harapan
MB : Mulai Berkembang
BB : Belum Berkembang
No Nama Indikator Pencapaian Perkembangan Keterangan
Motorik Halus
1 2 3
1. Kamil
2. Hasan
3. Hanif
4. Nanda
5. Mafisa
6. Rara
7. Uun
8. Latisya
9. Fistri
10. Syifa
10
C. INSTRUMEN PENELITIAN
1. Observasi
Observasi yaitu rencana untuk mengamati penilian perilaku,selain itu juga
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap obyek
sebagai pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap obyek di tempat
terjadinya atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observator berada bersama
obyek yang diamati.(Tim PG PAUD, 2010:5)
2. Wawancara
Yaitu tanya jawab dengan seseorng untuk mendapatkan keterangan atau
pendapat tentang sesuatu hal atau masalah (Tim PG PAUD, 2010:9)
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis dokumentasi dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar
maupun elektronik. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat bantu sebagai
dokumen penelitiannya:
a) Lembar observasi
b) Dokumen-dokumen lain sebagai pendukung
11
BAB IV
ANALISIS DATA
A. TABULASI DATA
Data Hasil Penelitian
No Nama Indikator Pencapaian Perkembangan Keterangan
Motorik Halus
1 2 3
3. Hanif BSH BB BB BB
9. Fistri BSH BB BB BB
PERSENTASE DATA
BSB BSH MB BB
13%
22%
0%
65%
12
B. ANALISIS KRITIS
Dari data tersebut, kegiatan pengembangan menirukan bentuk yang dilakukan
di TK-IT ROUDATUL ILMI sudah berjalan sesuai dengan pengembangan
motorik halus yang ada. Metode demonstrasi tes yang digunakan dalam
pengembangan ini juga tepat, sehingga anak mampu memahami langkah-langkah
dalam menirukan bentuk. Terbukti anak antusias dan semangat dalam mengikuti
kegiatan menirukan bentuk dengan Playdough/Plastisin. Kegiatan menirukan
bentuk ini ditujukan dengan harapan agar kemampuan motorik halus anak
meningkat, melatih kreatifitas, ketelitian dan kemandirian anak, serta melatih
koordinasi mata dan tangan anak.
Kegiatan menirukan bentuk yang diamati pada TK-IT ROUDATUL ILMI
adalah kegiatan yang sangat mudah dan sederhana. Bentuk Plastisin berbagai
macam bangun ruang sebagai contoh untuk di tiru, kemudian arahkan anak-anak
untuk menirukan bentuk yang di contohkan. Anak-anak akan terlatih kemampuan
motorik halusnya dengan jari-jarinya memegang playdough/plastisin, membentuk
nya, dan kreatifitas dan ketelitiannya juga dilatih agar membentuk sesuai contoh.
Sehingga kegiatan menirukan bentuk ini dapat mengembangkan kemampuan
motorik halus anak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik anak-
anak di TK-IT ROUDATUL ILMI sudah mengarah baik, terbukti dengan hanya
sebagian kecil anak saja yang masih belum berkembang dengan baik motoriknya.
Lambat laun dengan mereka selalu berlatih terhadap motoriknya, tentunya akan
berkembang seiring berjalan waktu.
13
BAB V
A. KESIMPULAN
Dari tabulasi dan analisis data di atas dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai
berikut :
1. Pada tes pengembangan motorik halus melalui menirukan bentuk yang dilakukan
anak-anak di TK-IT ROUDATUL ILMI terlihat mereka sudah mengarah lebih
baik perkembangan motoriknya meski masih ada beberapa anak yang belum
berkembang. Di lihat dari Persentase data yakni 22% BSB, 65% BSH, 0% MB,
13% BB.
2. Pengembangan motorik halus anak dapat dilakukan salah satunya melalui
kegiatan menirukan bentuk. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak, melatih kreatifitas, ketelitian dan kemandirian,
serta melatih koordinasi mata dan tangan anak.
3. Sehingga dengan diterapkannya metode ini, anak-anak akan terlatih dan membuat
motorik mereka berkembang.
B. SARAN
Dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak usia dini melalui
menirukan bentuk sebaiknya pendidik lebih memperbanyak variasi media yang
digunakan sebagai contoh bentuk agar anak-anak menjadi tidak bosan dan merasa
tertarik dengan yang dilakukannya. Serta peningkatan pengembangan motorik halus
anak melalui kegiatan menirukan bentuk harus benar-benar disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak dan dilakukan secara terpadu dengan pengembangan-
pengembangan lainnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Siti, Aisyah, dkk,. (2010). Perkembanan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia
Dini .Jakarta: Universitas Terbuka
Tim PG PAUD, (2010). Analisa Kegiatan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta : Universitas Terbuka.
Yutika, Skripsi, (2017), Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini, Lampung: UIN
Raden Intan Lampung
15
DOKUMENTASI
16