Puji dan syukur kami panjatkan atas rahmat Tuhan yang Maha Esa atas kasih
karuniaNya kepada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan pedoman ini. Pedoman ini
merupakan bagian dari regulasi di Tim Pokja MKE yaitu Manajemen Komunikasi dan Edukasi.
Kami membuat pedoman ini berdasarkan pokok bahasan yang ada di Elemen Penilaian MKE 1
yaitu tentang komunikasi yang efektif yang meliputi komunikasi dengan masyarakat, pasien dan
keluarga serta antar staf klinis. Berangkat dari kenyataan tersebut maka untuk mempermudah
secara teknis penyampain komunikasi yang efektif maka disusunlah pedoman ini.
Melalui pedoman ini kami berusaha berbagi informasi mengenai bagaimana seharusnya
komunikasi yang harus terjadi di lingkungan RSU baik terhadap masyarakat sekitar, pasien dan
keluarga serta diantara para staf klinis.
Harapan kami dengan adanya pedoman ini dapat menambah informasi di bidang
komunikasi khususnya bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan benar. Tak lupa dalam
kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang sudah
sangat membantu dalam proses penulisan pedoman ini. Kami menyadari bahwa pedoman ini
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
teman- teman di lingkungan RSU dan Pembimbing Akreditasi kami yang bersifat membangun
untuk perbaikan selanjutnya.
Akhirnya, selamat bekerja untuk Tim Pokja MKE dan teman- teman di Tim Pokja lainnya.
Semangat........
Sambutan Ketua
Saya selaku ketua Tim Pokja MKE ingin memberikan informasi bagaimana seharusnya
komunikasi itu berjalan di suatu rumah sakit. Saya dan teman- teman di Tim Pokja MKE sangat
ingin melihat, mendengar dan merasakan dampak dari komunikasi efektif yang diterapkan di
RSU.
Oleh karena itu, mari kita wujudkan suasana yang nyaman dan kondusif serta
kebersamaan dalam menerapkan komunikasi yang efektif.
Semangat teman- teman di Tim Akreditasi RSU .....dari kita untuk kita.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam mewujudkan rumah sakit yang mampu bersaing secara mutu dan kualitas maka
keselamatan pasien menjadi hal utama yang harus dilakukan di rumah sakit secara
berkesinambungan. Namun perlu diingat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan harus
berlandaskan pada etika dan moral serta bersikap lebih profesional dan mematuhi peraturan
perundang- undangan.
Maka untuk mewujudkan hal tersebut setiap rumah sakit perlu melakukan akreditasi secara
berkala minimal 3 tahun sekali dan di dalam penyusunan akreditasi tersebut terdapat Tim Pokja
MKE yang mengupas tentang bagaimana komunikasi yang efektif seharusnya terjadi dan
diterapkan di setiap rumah sakit baik komunikasi dengan masyarakat sekitar, pasien dan
keluarganya serta antar staf klinis yang ada di rumah sakit tersebut.
Untuk itulah Tim Pokja MKE membuat pedoman ini untuk menjadi acuan dan tolak ukur bagi
setiap orang yang berada di sekitar rumah sakit dan setiap orang yang ada di lingkungan rumah
sakit itu sendiri khususnya di RSU.
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB I
PEMBAHASAN
Pengertian
Secara umum, definisi komunikasi adalah suatu proses penyampaian pikiran- pikiran atau
informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran- pikiran atau informasi
( Komaruddin, 1994; Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988 ).
Komunikasi dapat efektif apabila pesan dapat diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud
oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan
tidak ada hambatan untuk hal itu. Untuk sampai pada tahap tersebut, diperlukan berbagai
pemahaman seperti pemanfaatan jenis komunikasi (lisan, tulisan/ verbal, non verbal ), menjadi
pendengar yang baik ( active listener ), adanya penghambat proses komunikasi ( noise ),
pemilihan alat penyampai pikiran atau informasi yang tepat (channel ), dan mengenal
mengekspresikan perasaan dan emosi.
Tujuan
Tujuan dari buku pedoman ini sebagai acuan kepada petugas rumah sakit mengenai cara
berkomunikasi dengan masyarakat, pasien dan atau keluarga pasien, dan antar pemberi
layanan sehingga tercipta keterbukaan dan kepercayaan.
Sasaran
Sasaran dari buku pedoman ini adalah seluruh petugas RSU yang melakukan pelayanan
kepada pasien dan keluarga, pengunjung dan masyarakat.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi sebagai salah satu alat bantu
dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang apapun. Komunikasi berbicara
tentang cara menyampaikan dan menerima pikiran- pikiran, informasi, perasaan, dan bahkan
emosi seseorang, sampai pada titik tercapainya pengertian yang sama antara penyampai
pesan dan penerima pesan. Komunikasi adalah ketrampilan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi di setiap gerak langkah
manusia. Manusia adalah mahluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta
saling terkait dengan orang lain di lingkungannya. Satu- satunya alat untuk dapat berhubungan
dengan orang lain di lingkungannya adalah komunikasi yang baik secara verbal maupun non
verbal ( bahasa tubuh dan isyarat yang banyak dimengerti oleh suku bangsa ).
BAB III
Tata Laksana
Komunikasi dikatakan efektif apabila tepat waktu, akurat, jelas dan mudah dipahami
oleh penerima sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan atau kesalahpahaman.
1. Prosesnya, meliputi :
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan secara
lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima pesan tersebut.
b. Isi pesan dibacakan kembali ( read back ) secara lengkap oleh penerima pesan.
c. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.
2. Unsur Komunikasi
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang berisi pernyataan yang di
sampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima. Berita dapat
berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya sekaligus. Pada kesempatan tertentu,
media dapat tidak digunakan oleh pengirim yaitu saat komunikasi berlangsung
atau tatap muka dengan efek yang mungkin terjadi berupa perubahan sikap
( konsil kedokteran Indonesia, hal.8 ). Media yang dapat di gunakan antara lain
telepon, menggunakan lembar lipat, buklet, vcd, handphone, kertas, dll ).
Pemberi atau komunikator yang baik adalah pada saat melakukan proses umpan
balik, diperlukan kemampuan dalam hal- hal berikut ( konsil kedokteran
Indonesia, hal 42 ):
e. Sifat komunikasi
Komunikasi yang bersifat edukasi meliputi edukasi tentang penyakit, obat, gizi,
bimbingan rohani dan lain- lain. Akses untuk mendapatkan edukasi ini dapat
diperoleh melalui edukator dari disiplin klinis terkait yang akan diterangakan lebih
lanjut dalam Pedoman Promosi Kesehatan Rumah Sakit ( PKRS ).
Untuk menghidari kesalahan dalam mengeja suatu nama obat atau hal lain,
petugas tidak hanya mengeja hurufnya namun menyebut kode dengan huruf pertama
kata yang dimaksud sebagai huruf yang dituju, daftar kata yang digunakan untuk
mengeja tersebut di bawah ini :
TELEPHONY PADANAN
HURUF
A ALFA
B BRAVO BETA
C CHARLIE
D DELTA
E ECHO ESA
F FOX
B. G GOLF GAMA Waktu
H HOTEL
I INDONESIA
J JULIET
K KILO
L LIMA
M MIKE MARET
N NOVEMBER
O OSCAR
P PAPA
Q QUEEN
R ROMEO
S SIERA SATURNUS
T TANGO
U UNIFORM URANUS
V VICTOR
W WHIESKY WINDOWS
X X- RAY
Y YANKEE YUPITER
Z ZULU ZORRO
Hal yang sangat penting menjadi perhatian rumah sakit adalah bahasa yang
digunakan. Dalam hal ini rumah sakit dapat menentukan bahasa apa yang akan
diterapkan di lingkungannya sebagai contoh Bahasa Indonesia menjadi bahasa yang
utama karena merupakan bahasa nasional. Namun tidak menutup kemungkinan
apabila di lingkungan rumah sakit tersebut menggunakan bahasa daerah karena
mayoritas masyarakat yang menggunakannya. Penggunaan bahasa daerah tersebut
pun harus disesuaikan dengan kondisi, situasi, dan usia lawan bicara sesuai
panduan yang seharusnya bahasa daerah tersebut.
Untuk melakukan bentuk komunikasi rumah sakit terhadap masyarakat, maka hal
yang harus di lakukan oleh pihak rumah sakit terlebih dahulu adalah mengidentifikasi
kebutuhan dari populasi tersebut. Caranya adalah melalui data cakupan mengenai
daftar susun terbanyak yang datang berobat ke rumah sakit. Dari data tersebut
dapat ditentukan zona mana yang dapat didatangi oleh rumah sakit untuk
memberikan informasi mengenai pelayanan yang tersedia serta memfasilitasi akses
ke pelayanan itu sendiri maupun akses terhadap informasi tentang pelayanan
asuhan pasien.
a. Penyuluhan
Dari kegiatan tersebut ada beberapa hal yang harus di sampaikan oleh pihak
rumah sakit kepada masyarakat dalam proses komunikasi ini minimal
meliputi :
RSU melayani kamar operasi untuk bedah obgyn / kandungan setiap hari
dan fleksibel dalam waktu.
5. Perinatologi
- General Check Up
- One Day Care ( Paket Perawatan Satu hari ) khusus estetika
8. Layanan Kamar
2. Komunikasi petugas rumah sakit kepada pasien dan atau keluarga pasien
Pasien dan keluarga membutuhkan informasi yang lengkap mengenai asuhan dan
pelayanan yang ditawarkan rumah sakit, serta bagaimana mengakses pelayanan
tersebut. Informasi tersebut membantu mencocokkan harapan pasien dengan
kemampuan rumah sakit untuk memenuhi harapan tersebut. Informasi tentang
sumber alternatif untuk asuhan dan pelayanan diberikan bila kebutuhan asuhan di
luar misi dan kemampuan rumah sakit. Dalam hal ini petugas juga harus
memperhatikan cara berkomunikasi dan menentukan bahasa apa yang digunakan
kepada pasien dan atau keluarga karena kemampuan setiap orang berbeda – beda.
RSIA Artha Mahinrus memiliki suatu proses dimana setiap pasien dan keluarga
diberi informasi tentang asuhan dan pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah
sakit dimana informasi yang diberikan harus tertulis dan lisan dan biasanya ini
dilakukan pada saat pendaftaran dan tindakan – tindakan apa saja yang akan
diberikan selanjutkan oleh pihak tenaga medis rumah sakit. Contoh nya pada saat si
pasien mengisi lembar persetujuan rawat nginap maka sudah seharusnya bagian
pendaftaran menjelaskan pelayanan yang akan diterima terutama yang ada di
lembar pernyataan tersebut.
Selain memberitahukan mengenai asuhan dan pelayanan yang akan diterima oleh
pasien kepada keluarganya, di informasikan juga mengenai cara mengakses asuhan
dan pelayanan itu sendiri sehingga tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi ( miss
comunication ). Dalam mengakses informasi tersebut apabila terdapat pertanyaan
dari pasien atau keluarganya mengenai ketidak tahuan mereka dengan jelas dan
terperinci dengan informasi yang mereka terima maka sudah selayaknya para
petugas medis ataupun bagian pendaftaran mengerti betul dan paham akan asuhan
dan pelayanan yang di maksud sesuai dengan aturan yang berlaku di RSU.
Apabila rumah sakit tidak mampu memberikan asuhan atau pelayanan seperti yang
di kehendaki pasien ataupun keluarganya; atau yang tidak dapat di layani di rumah
sakit tersebut maka sudah seharusnya pihak rumah sakit melalui tenaga medis
maupun tenaga di bagian pendaftaran dapat memberikan alternatif lain yang dapat
memberi asuhan dan pelayanan yang seharusnya diterima si pasien.
Banyak proses komunikasi yang dapat diberikan oleh tenaga medis kepada si
pasien dan atau keluarganya seperti contoh diatas, misalnya adalah ketika :
Cara penyampaian informasi kepada pasien dan atau keluarga dapat dilakukan sesuai
dengan pengkajian awal yang dilakukan terhadap pasien dengan diketahuinya tingkat
pendidikan, kemampuan bicara dan atau asal si pasien maka petugas dapat memberikan
informasi dengan cara yang lebih mudah dipahami.
Jika terdapat pasien dengan keterbatasan dan keluarga pasien nya yang kurang
berkompeten untuk menerima informasi, maka rumah sakit menyediakan penerjemah sebagai
upaya untuk membantu pasien dan keluarganya dalam memahami informasi yang dierikan oleh
petugas, namun hal tersebut di lakukan sebagai upaya terakhir.
Komunikasi yang dibahas dalam buku pedoman ini adalah komunikasi yang
terjadi antara dokter dengan pasien dalam rangka menyelesaikan masalah
kesehatan secara bersama bukan keadaan yang sangat genting ( emergency ).
Selain itu, komunikasi efektif dapat juga di lakukan di kamar operasi di saat si
pasien akan diambil tindakan operatif seperti menanyakan identitasnya (nama,
alamat, tanggal lahir ) untuk memastikan dan jenis tindakan operasi apa yang
akan di berikan oleh dokter yang bersangkutan. Apabila si pasien tidak mampu
ber komunikasi dengan baik maka dapat diwakilkan oleh keluarganya.
Komunikasi efektif yang di lakukan di rumah sakit yang tepat waktu, akurat, lengkap,
jelas dan yang dapat di pahami oleh resipien atau penerima pesan akan mengurangi
kesalahan dan tentu akan meningkatkan keselamatan pasien tersebut. Banyak jenis
komunikasi yang dapat di lakukan di dalam rumah sakit antar pemberi pelayanan
yaitu secara lisan, tertulis atau pun media elektronik seperti email. Dalam jenis
komunikasi tersebut, komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah
perintah yang di berikan secara lisan dan yang di berikan melalui telepon. Bentuk
komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pada saat pemeriksaan
kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti hasil bagian laboratorium klinis menelpon
unit pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera / cito.
Proses komunikasi antar pemberi layanan dapat dilakukan dalam beberapa bentuk
dimana hal tersebut sudah menjadi ketentuan yang berlaku di RSIA Artha Mahinrus.
Ada beberapa bentuk komunikasi yang dapat di lakukan :
a. Rapat Koordinasi
b. Konsultasi Dokter Umum kepada Dokter Spesialis
c. Konsultasi antar perawat atau bidan kepada Dokter Umum dan Dokter Spesialis
d. Komunikasi dalam pengelolaan hasil pemeriksaan penunjang
e. Operan dalam Shift Jaga
a. Rapat Koordinasi
Salah satu upaya rumah sakit dalam meningkatkan komunikasi efektif antar
pemberi pelayanan maka rumah sakit mengadakan rapat koordinasi, yaitu :
Rapat Bulanan
Rapat Triwulan
Rapat Tahunan
Rapat Insidental
Rapat Bulanan
Dengan adanya rapat ini maka setiap unit maupun instalasi dapat
menilai kinerja masing – masing apakah telah sesuai dengan SPO
yang berlaku.
Rapat Triwulan
Rapat ini dilaksanakan setiap tiga bulan sekali yang bertujuan untuk
merangkum kegiatan dan pelayanan medis yang telah di lakukan
setiap bulan nya. Jadi dapat diartikan bahwa rapat triwulan ini
merupakan laporan kerja dari masing – masing unit maupun instalasi.
Contoh nya seperti laporan unit rekam medik, unit pencegahan dan
pengendalian infeksi. Maka dengan adanya laporan dari tiap unit
maupun instalasi masing – masing maka dapat diketahui kekurangan
apa yang ada dan bagaimana cara menanggulangi kekurangan
tersebut guna kepentingan pasien di setiap unit.
Rapat Tahunan
Berikut adalah langkah – langkah yang harus dilakukan oleh dokter umum
ketika melakukan konsultasi via telepon kepada dokter spesialis:
ASSESMENT
RECOMENDATIONS