Anda di halaman 1dari 4

REKONSILIASI LAPORAN KEUANGAN

PERPAJAKAN II (E)

Disusun oleh

1. Hamzah Shalahuddin (170810301045)


2. Fairul Alviansyah Maulidzi (170810301049)
3. Risa Silvitasari (170810301053)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

2019
A. PENDAHULUAN
Standar Akuntansi Keuangan telah memberikan gambaran tujuan penyusunan
laporan keuangan untuk tujuan yaitu memberikan informasi tentang laporan keuangan.
Laporan keuangan yang disusun menyajikan informasi mengenai perusahaan sesuai
dengan PSAK No. 1 (Revisi 2009) yang mencakup:
1. Aset;
2. Liabilitas;
3. Ekuitas:
4. Pendapatan dan Beban, termasuk keunungan dan kerugian;
5. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik; dan
6. Arus Kas.

Dari informasi itulah dan informasi lainya yang dperoleh dari catatan laporan
keuangan akan dapat membantu pengguna laporan keuangan dalam memprediksi arus
kas pada masa mendatang. Dasar – dasar tersebut yang melandasi dalam penyusunan
laporan keuangan komersial, tetapi pada sisi lain peraturan perundang – undangan
perpajakan dapat menyusun laporan keuangan fiskal. Laporan keuangan fiskla ii
disusun dengan menggunakan pendekatan rekonsiliasi fiskal , sebagai akibat dari
perbedaan orientasi akuntansi dan pembukuan fiskal yang dilandasi peraturan
perundang – undangan perpajakan. Rekonsiliasi ini lebih dimaksudkan untuk
meniadakan perbedaan antara laooran keuangan komersial yang mendasarkan pada
SAK dengan peraturan perundang – undangan perpajakan. Akibat diterapkanya
rekonsiliasi memunculkan adanya koreksi atau penyesuaian fiskal positif maupun
negatif.

Perbedaan dapat terjadi saat pengakuan biaya dan pengauan penghasilan yang
berbeda atau perbedaan dalam menggunakan metode sehingga menghasilkan biaya
menurut fiskal lebih rendah dibandingkan dengan perhitungan biaya menurut metode
akuntansi komersial. Demikian pula penghasilan sebagai objek pajak mungkin tidak
dikategorikan sebagai penghasilan dalam akuntansi komersial. Perbedaan tersebut
terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Perbedaan Waktu Pengakuan (Time Difference)


2. Perbedaan Permanen / Tetap (Permanent Difference)
B. BENTUK REKONSILIASI
Penyusunan rekonsiliasi fiskal ini sebagai kertas kerja perusahaan dalam rangka
pengisian SPT Tahunan PPh orang pribadi atau PPh Wajib Badan yang
menyelenggarakan pembukuan. Wajib pajak yang tidak menyelenggarakan pembukuan
tidak dapat menyelenggarakan rekonsiliasi fiskal tetapi dibuat perhitunngan
berdasarkan pencatatan dan selanjutnya dituangkan dalam SPT Tahunan PPh.
C. TEKNIK REKONSILIASI FISKAL
Teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui menurut
fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah penghasilan
tersebut dari penghasilan menurut akuntansi, yang berarti mengurangi laba
menurut akuntansi;
b. Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui menurut
fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah penghasilan
tersebut pada penghasilan menurut akuntansi, yang berarti menambah laba
menurut akuntansi;
c. Jika suatu biaya atau pengeluaran diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui
sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan
dengan mengurangkan sejumlah biaya atau pengeluaran tersebut dari biaya
menurut akuntansi, yang berarti menambah laba menurut akuntansi; dan
d. Jika suatu biaya atau pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui
sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan
dengan menambahkan sejumlah biaya atau pengeluaran teersebut pada biaya
menurut akuntansi yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi.
D. FORMAT REKONSILIASI FISKAL
 Contoh format Rekonsiliasi Fiskal.
Laba menurut Laporan Keuangan komersial ……………. Rp xxx
Koreksi Positif (Ditambah)
Pengeluaran yg tidak dapat dikurangkan……………….. Rp xxx
Pengeluaran berkaitan penghasilan yang bukan objek pajak Rp xxx
Pengel. berkaitan pengh. yg telah dikenakan pjk brsfat final Rp xxx.
Beda penghitungan antara PSAK dan PPh …………. Rp xxx.
Total koreksi positif Rp xxx
Koreksi Negatif (Dikurangi)
Penghasilan yang bukan objek pajak …………………… Rp xxx
Penghasilan yang telah dikenakan pajak bersifat final…. Rp xxx
Beda penghitungan antara PSAK dan PPh………...……… Rp xxx
Total koreksi negatif Rp xxx

Penghasilan Kena Pajak menurut fiskal………………………. Rp xxx


PPh terutang…………………………………………………… Rp xxx
Laba setelah PPh……………………………………….……. Rp xxx

Perbedaan dimasukkan sebagai koreksi positif apabila:


a. Pendapatan menurut fiskal lebih besar dari pada menurut akuntansi atau suatu
penghasilan diakui menurut fiskal tetapi tidak diakui menurut akuntansi;
b. Biaya atau pengeluaran menurut fiskal lebih kecil dari pada menurut akuntansi
atau suatu biaya atau pengeluaran tidak diakui menurut fiskal tetapi diakui
menurut akuntansi
Perbedaan diakui sebagai koreksi negatif apabila:
a. Pendapatan menurut fiskal lebih kecil dari pada menurut akuntansi atau suatu
penghasilan tidak diakui menurut fiskal (bukan objek pajak) tetapi diakui
menurut akuntansi;
b. Biaya atau pengeluaran menurut fiskal lebih besar dari pada menurut akuntansi
atau suatu biaya atau pengeluaran diakui menuruttt fiskal tetapi tidak diakui
menurut akuntansi;
c. Suatu pendapatan telah dikenakan pajak penghasilan bersifat final.

Anda mungkin juga menyukai