UNIVERSITAS YARSI
HISTOLOGI (GENITALIA WANITA)
OVARIUM
Folikel Sekunder
Folikel Primordial
Epitel Germinativum
Folikel Primer
Folikel Tersier
Kumulus
Ooforus
Kumulus
Ooforus
Corona Radiata
Tunica Mucosa
Tunica Muscularis Tunica Muscularis
ISTHMUS AMPULLA
SRW-3
SRW-4
TERATOMA (T23)
Klinis : Seorang wanita, 35tahun, dengan benjolan pada perut kanan bawah, konsistensi kistik.
Dilakukan operasi.
MAKROSKOPIS : Jaringan kista ukuran 10x10x9cm, pada penampang mengandung rambut, tulang,
dan massa keratin.
MIKROSKOPIS : Jaringan tumor terdiri atas ketiga lapis unsur benih.
KHORIOKARSINOMA (SRW-11)
Klinis : Sediaan merupakan hasil histerektomi seorang wanita, 30 tahun, dengan keluhan perdarahan
pervaginam. Setelah dilakukan kuretase, perdarahan tidak juga berhenti. Beberapa bulan
sebelumnya, pasien pernah menjalani kuretase atas indikasi mola hidatidosa. Pemeriksaan kadar hCG
sangat tinggi.
MAKROSKOPIS : Uterus ukuran 12x10x7 cm. Pada miometrium ditemukan bercak-bercak darah.
MIKROSKOPIS : Sel-sel tumor merupakan sel trofoblas ganas, berukuran sedang sampai besar, inti
pleomorfik, hiperkromatik. Mitosis ditemukan. Anak inti prominen.
SRW-13
MAKROSKOPIS : Jaringan kista berukuran diameter 10 cm, pada sayatan multilokuler berisi cairan
agak kental. Permukaan dalam dinding kista kasar.
MIKROSKOPIS : Sediaan dalam dinding kista terdiri atas jaringan ikat fibrokolagen, disebelah
dalam dilapisi epitel torak tinggi bersilia yang tumbuh papiler. Kista ini adalah kistadenoma ovarii
serosum papiliferum.
ADENOMYOSIS (SRW5)
TERATOMA (T23)
ABORTUS (SRW8)
DISGERMINOMA (SRW16)
1. Trichomonas vaginalis
Bentuk Trofozoit / Vegetatif
Perhatikan :
• Bentuk seperti buah jambu monyet
• Besar : ± 17 u
• Satu inti lonjong
• Flagel anterior 4 buah
• Aksostil dan membran bergelombang
SPOROZOA
Toxoplasma gondii
Sediaan cairan peritoneum dengan pulasan Giemsa
Bentuk infektif : ookista
2. Toxoplasma gondii
Bentuk Trofozoit / proliferatif
Perhatikan :
• Bentuk seperti bulan sabit dengan satu ujung tumpul
• Inti : satu buah
• Terletak di dalam atau di luar sel
• Satu-satu atau berkelompok
Cara Kerja :
1. Sekret urethra ditanam pada media selektif agar Thayer Martin, dieram di inkubator 37° dan
suasana hiperkapneik (CO2 5%) selama 48 jam
2. Dilakukan uji oksidase pada koloni yang tumbuh
3. Untuk mengetahui adanya strain PPNG (Penicillinase Producing Neisseria Gonorrhoeae), dilakukan
tes penisilinase
KULTUR / ISOLASI
Medium Transport
1. Amies-Charcoal : Untuk menetralisir Asam lemak yang toksin
2. Sodium Thyoglikolat : Membuat lingkungan yang baik untuk pertumbuhan mikroba
TEST OKSIDASE
• Koloni N. gonorrhoeae yang tumbuh pada media agar coklat (agar
suplement) setelah dieramkan pada suhu 35-37° C, dalam candle jar
pada suasana CO2 10% - 15% → dibubuhi / ditetesi larutan
tetramethyl-p-phenylene-diamine 0,5 – 1%
• Koloni Gonokokus yang semula jernih segera berubah warnanya
menjadi ungu → hitam (test oksidase positif) dalam waktu 1-5 menit
TES BIOKIMIA
Menanam kuman pada perbenihan CTA (Cystine Trypticase Agar) yang mengandung gula tertentu
yaitu glukosa, maltosa dan sakarosa untuk mengetahu sifat fermentasinya.
Bila (+) akan terjadi perubahan warna perbenihan dari merah menjadi kuning N. gonorrhoeae
meragi glukosa, tidak meragi maltosa dan sakarosa.
Neisseria meningitidis + + -
Moraxella catarrhalis - - -
(Branhamella ctarrhalis)
Neisseria sicca + + +
GARDNERELLA VAGINALIS
CLUE CELLS
Epitel / sel vagina dikelilingi bakteri Gardnerella Vaginalis, dll.
Diagnosis : Vaginosis Bacterial
CANDIDA ALBICANS
KANDIDIASIS VAGINALIS
• Sediaan usap vagina penderita
kandidiasis pulasan Garam.
• Perhatikan sel ragi (blastospora) lonjong
dan ada yang bertunas
• Hifa semu panjang atau pendek
• Sel epitel vagina dengan intinya
Spesimen yang digunakan : Darah vena yang disimpan pada tabung tanpa koagulan
Setelah darah membeku, serum dipisahkan dengan cara sentrifugasi.
TITER : 1/320
Syarat :
• Semen dikeluarkan setelah abstinensi (tidak dikeluarkan) minimal 2 hari dan tidak lebih dari 7 hari.
• Semen dikeluarkan dengan masturbasi manual (tidak kontak vaginal, anal atau oral dengan penis)
• Menghindari penggunaan pelumas atau kondom
• Semen ditampung pada botopl kaca bermulut lebar
• Semen dibawa ke tempat pemeriksaan dalam waktu tidak boleh lebih dari 1 jam setelah dikeluarkan
• Semen dilindingi dari suhu ekstrem selama pengangkutan ke laboratorium (20 - 40° C)
• Pemeriksaan dilakukan setelah semen mengalami likuifaksi (mencair), biasanya 15-20 menit setelah
dikeluarkan
Bau semen
Bau semen disebabkan oleh oksidasi spermin yang dihasilkan oleh kelenjar prostat. Normalnya akan
berbau seperti bunga akasia pada pagi hari
Volume semen
Volume abnormal : < 2,0 ml
Rata-rata pria Indonesia, sekitar 2-5 ml
Aspermia : Tidak mengeluarkan semen sewaktu ejakulasi
Hipospermia : Jika volume semennya < 1 ml
Hiperspermia Jika volume semen > 6 ml
Viskositas semen
Diukur setelah likufaksi selesao untuk mengetahui kekentalan semen. Pengukuran dilakukan dengan
cara :
• Cara pertama :
Semen diteteskan pada ujung jarum. Jika terjadi gangguan konsistensi maka tetesan membentuk
benang yang panjangnya > 2 cm.
• Cara kedua :
Memasukkan batang pengaduk ke dalam semen dan mengamati benang yang terbentuk. Jika
panjang benang > 2 cm dikatakan abnormal.
Viabilitas Sperma
Untuk mengetahui spermatozoa hidup atau spermatozoa yang sudah mati menggunakan pewarnaan
supravital yaitu Eosin Y. Spermatozoa yang mati berwarna merah sedangkan yang hidup tidak berwarna.
Morfologi sperma
Menggunakan pewarnaan Fast Green, Eosin Y-Nigrosin, Wright, Giemsa
Normal : Kepala berbentuk oval, leher, midpiece yang utuh dan ekor tunggal
Morfologi (% normal) ≥ 50 ≥ 30
Vitalitas (% hidup) ≥ 75 ≥ 75
Motilitas 1 jam ejakulasi
Kategori A (%) ≥ 25 ≥ 25
Kategori A dan B (%) ≥ 50 ≥ 50
Teknik uji reaksi akrosom yang lain adalah teknik pewarnaan triel (triple stain) yang menggunakan :
• Tryphan Blue : untuk mewarnai sperma mati
• Bismark Brown : Untuk mewarnai sperma hidup
• Bengal Rose : Untuk membedakan akrosom (+) dan (-)
Pada teknik pewarnaan triple, diperoleh sperma dengan empat pola warna yaitu :
1. Sperma mati dengan kantung utuh / reaksi akrosom (-) : bagian akrosom merah muda dan psot
akrosom biru kehitaman
2. Sperma mati tanpa kantung akrosom / reaksi akrosom (+) : bagian akrosom putih (bening) dan post
akrosom biru kehitaman
3. Sperma hidup dengan kantung akrosom utuh; bagian akrosom merah muda dan post akrosom
coklat muda dan coklat terang
4. Sperma hidup, tahap kantung akrosom; bagian akrosom putih dan post akrosom coklat muda