Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan ijin-Nya Panduan
Pengelolaan Linen Laundry di Rumah Sakit Achamd Wardi BWI-DD dapat dibuat. Panduan ini akan dijadikan
sarana dalam operasional pelayanan pasien maupun pegawai Rumah Sakit Achamd Wardi BWI-DD.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan
Panduan Pengelolaan Linen Laundry Rumah Sakit Achamd Wardi BWI-DD sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit khususnya sumber daya manusia sesuai standar.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan kritik agar kami dapat memperbaiki.
Akhir kata kami berharap semoga Panduan Pengelolaan Linen Laundry ini dapat bermanfaat untuk
pelayanan di Rumah Sakit Acmad Wardi BWI-DD
Ditetapkan di :Serang
Pada Tanggal : 02 Maret 2018
Direktur Utama
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
BAB 1 DEFINISI.................................................................................................................................. 1
1. 1 Latar Belakang................................................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan................................................................................................................................................................ 1
1.3 Definisi............................................................................................................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP.................................................................................................................... 2
2.1 Manajemen Linen di Rumah Sakit..................................................................................................................... 2
2.2 Sarana dan Prasarana...................................................................................................................................... 4
2.3 Pemeliharaan Peralatan.................................................................................................................................... 7
BAB III TATALAKSANA PELAYANAN.................................................................................................... 8
3.1 Perencanaan Linen .......................................................................................................................................... 8
3.2 Peralatan Linen............................................................................................................................................... 10
BAB IV DOKUMENTASI..................................................................................................................... 15
4.1 Monotoring...................................................................................................................................................... 15
4.2 Evaluasi........................................................................................................................................................... 15
BAB I
DEFINISI
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum:
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen di rumah sakit.
12.2 Khusus:
a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di rumah sakit.
b. Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan linen yang bersih, kering, rapih, utuh dan siap pakai.
c. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya infeksi silang.
d. Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung dan lingkungan dari bahaya potensial.
e. Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit di rumah sakit.
1.3 Definisi
Linen adalah segala macam kain untuk kebutuhan rumah sakit seperti kain sprei, sarung bantal dan
guling, korden rumah sakit, taplak rumah sakit, baju pasien, kain kamar Operasi dan serbet rumah sakit.
Linen dibagi menjadi dua, yaitu:
1.3.1 Linen kotor terinfeksi:
Adalah linen yang terkontaminasi dengan cairan, darah dan feses terutama yang berasal dari
infeksi TB paru, infeksi salmonella dan shigella ( sekresi dan ekskresi), HBV dan HIV ( jika terdapat
noda darah) dan infeksi lainnya yang spesifik (SARS) dimasukkan kedalam kantong dengan segel
BAB II
RUANG LINGKUP
Perencanaan
Proses pengadaan
Pengadaan
Penerimaan
Pemberian identitas
2.2.2 Prasarana.
a. Prasarana listrik.
Sebagian besar peraltan laundry menggunakan daya listrik. Adapun tenaga listrik yang
digunakan di instalasi laundry terbagi dua bagian antara lain:
1. Instalasi penerangan.
2. Instalasi tenaga.
3. Prasarana air.
Prasarana air untuk instalasi laundry memerlukan sedikitnya 40% dari kebutuhan air di
rumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat tidur per hari. Kebutuhan air untuk proses
pencucian dengan kualitas air bersih sesuai standart air.
4. Prasarana uap.
Prasarana uap pada instalasi laundry dipergunakan pada proses pencucian,
pengeringan dan setrika.
BAB III
TATALAKSANA
c. Standart material.
Warna pada kain juga memberikan nuansa tersediri, sehingga secara psikologis
mempunyai pengaruh terhadap lingkungannya. Oleh karena itu pemilihan warna sangat
penting. Alternative dari kain warna yang polos adalah kain dengan corak motif, trend ini
memberikan nuansa yang lebih santai dan modern.
d. Standart ukuran.
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya sisi penggunaan, tetapi juga dari
biaya pengadaan dan biaya operasional yang timbul. Makin luas dan berat linen, makin mahal
biaya pengadaan dan pengoperasiannya.
e. Standart jumlah.
Idealnya jumlah stok linen 5 par ( kapasitas ) dengan posisi 3 par berputar di ruangan:
1 stok terpakai, 1 stok dicuci, 1 stok cadangan dan 2 par mengendap di logistic: 1 par sudah
terjahit dan 1 par masih berupa lembaran kain.
f. Standart penggunaan.
Standart yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350 kali dengan prosedur normal.
Sebaiknya setiap rumah sakit menentukan standart kelayakakan sebuah linen, apakah dengan
umur linen., kondisi fisik atau dengan frekuensi cuci. Sebaiknya linen itu sendiri diberi identitas
ataupun informasi. Informasi yang ditampilkan biasanya:
b. Transportasi.
Transportasi dapat merupakan bahaya potensial dalam menyebarkan organism, jika
linen kotor tidak tertutup dan troli tidak dibersihkan.
c. Laundry.
Tahapan kerja di laundry:
1. Penerimaan linen kotor dengan prosedur pencatatan.
2. Pemilahan dan penimbangan linen kotor.
3. Pencucian.
4. Pemerasan.
5. Pengeringan.
6. Penyetrikaan.
7. Pelipatan.
8. Penyimpanan.
9. Pendistribusian.
10. Penggantian linen yang rusak.
Pada saat penerimaan samapai dengan penyetrikaan merupakan proses yang krusial dimana
kemungkinan organism masih hidup, maka petugas diwajibkan memakai APD.
b. Suhu
Suhu yang direkomendasikan sangat bervariasi mulai 30 derajat celcius sampai
dengan 90 derajat celcius tergantung dari bahan dan jenis linen.
Proses pra cuci dengan atau tanpa bahan kimia dengan suhu normal.
Proses cuci dengan bahan kimia alkali dan detergent untuk linen putih 45-50
derajat celcius, untuk linen warna 60-80 derajat celcius.
Proses bleaching atau dilakukan desinfeksi 65 atau 70 derajat celcius.
Proses bilas 1 dan 2 dengan suhu normal. Proses penetralan dengan suhu
normal.
Proses pelembut atau pengkanjian dengan suhu normal.
c. Bahan kimia.
Bahan kimia yang digunakan terdiri dari alkali, emulsifier, detergent, bleach
(clorine dan oksigen bleach), sour, softerner, dan starch.Masing- masing mempunyai
fungsi tersendiri.
d. Mechanical action.
Adalah putaran mesin pada saat proses pencucian. Factor yang mempengaruhi:
e. Pemerasan.
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap
pencucian selesai. Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang juga memiliki fungsi
pemerasan.
f. Pengeringan.
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering atau drying yang
mempunyai suhu mencapai 70 derajat celcius selama 10 menit. Pada proses ini, jika
mikroorganisme yang belum mati atau terjadi kontaminasi ulang diharapkan dapat
mati
.
g. Penyetrikaan.
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika otomatis dengan suhu
120 derajat celcius, namun harus diingat bahwa linen mempunyai keterbatasan
terhadap suhu antara 70-80 derajat celcius.
h. Pelipatan.
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapihan juga mudah digunakan
pada saat penggantian linen dimana tempat tidur kosong atau saat pasien diatas
tempat tidur. Proses pelipatan sekaligus juga melakukan pemantauan antara linen
yang masih baik dan sudah rusak agar tidak dipakai lagi.
i. Penyimpanan.
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari kontaminasi
ulang baik dari bahay seperti mikroorganisme dan pest, juga untuk mengontrol posisi
linen tetap stabil. Sebaiknya penyimpanan linen 1,5 par di ruang penyimpanan dan 1,5
par disimpan diruangan. Ada baiknya lemari penyimpanan dipisahkan menurut
masing-masing ruangan dan diberi obat anti ngengat yaitu kapur barus.Sebelum
j. Pendistribusian.
Disini diterapkan system FIFO yaitu linen yang tersimpan sebelumnya harus
dikeluarkan atau dipakai terlebih dahulu.
Jenis kerusakan ada yang dapat diperbaikidan adapula yang memang harus
diganti.penggantian dapat segera dilakukan petugas laundry dengan mengirimkan formulir
permintaan linen ke pihak logistik
BAB VI
DOKUMENTASI
4.1 Monitoring.
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan dan cakupan
progam pelayanan seawall mungkin, untuk dapat menemukan dan memperbaiki masalah yang timbul
dalam pelaksanaan progam.
4.1.1Tujuan Monitoring:
Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau desain dari system pelayanan.
a. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan yang dilaksanakan dilapangan, sesuai
dengan temuan dilapangan.
b. Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam pemberian pelayanan dirumah
sakit. Monitoring sebaiknya dilakukan sesuai keperluan dan dipergunakan segera untuk
perbaikan progam.
c. Khusus dalam pelayanan linen dirumah sakit monitoring sebaiknya dilakukan secara teratur
dan kontinyu. Aspek- aspek yang dimonitor mencakup:
Sarana, prasarana dan peralatan.
standart, pedoman pelayanan linen, SPO, kebijakan rumah sakit, visi misi dll.
Pengamatan dengan penglihatan pada linen, yaitu warna yang kusam dan pudar, tidak
cerah menggambarkan usia pakia. Terdapat bayangan dari barang yang dibungkusnya
menunjukkan linen sudah menipis.
4.2 Evaluasi.
Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti tahap pencucian,
pengeringan dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka kinerja dari pengelolaan
linen di rumah sakit.
Ditetapkan di :Serang
Pada Tanggal : 02 Maret 2018
Direktur Utama