Anda di halaman 1dari 4

Latar belakang

Seiring dengan perubahan sosial ekonomi yang cepat dan situasi politik yang

tidak menentu sehingga dapat menyebabkan jumlah gangguan jiwa dalam

kehidupan manusia semakin meningkat. Permasalahan dan tekanan hidup yang di

hadapi sehari-hari salah satunya ialah masalah ekonomi sehingga dapat

mengakibatkan stress tingkat tinggi dan akan berdampak pada psikologis

seseorang(Maryatun,2015). Pasien yang mengalami gangguan jiwa isolasi sosial

memiliki perilaku cenderung tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih

menyukai berdiam diri, dan menghindar dari orang di sekitarnya (Endang,

2015;Berhimpong, 2016).

Menurut data kementrian Kesehatan tahun 2013 jumlah penderita gangguan jiwa

di indonesia lebih dari 28 juta orang dengan kategori gangguan jiwa ringan 14,3%

dan 17% atau 1000 orang menderita gngguan jiwa berat. Di banding rasio dunia

yang hanya satu permil, masyarakat indonesia yang telah mengalami gangguan

jiwa ringan sampai berat telah mencapai 18,5%. sedangkan di jawa timur

ditemukan penderita isolasi sosial sebanyak 59,2%(Riskesdas,2013).

Pada klien isolasi sosial (Menarik diri) seringkali disebabkan karena klien merasa

dirinya rendah, merasa ditolak dengan orang lain, merasa tidak berguna sehingga

perasaan malu timbul ketika akan berinteraksi dengan orang lain. Perilaku

menutup diri dari orang lain juga dapat menyebabkan intoleransi aktivitas yang

bisa mempengaruhi pada ketidakmampuan untuk melakukan perawatan secara

mandiri. Apabila keadaan individu dengan isolasi sosial tidak tepat dalam

penanganan maka akan timbul risiko perubahan sensori persepsi seperti


halusinasi, resiko mencederai diri sendiri, orang lain, bahkan lingkungan sekitar

(Direja,2011;Stuart,2013).

Peran perawat dalam hal ini berperan dan tanggung jawab dalam meningkatkan

derajat kesehatan jiwa, dalam kaitannya dengan isolasi sosial adalah

meningkatkan percaya diri klien dan mengajarkan untuk berinteraksi dengan

orang lain, misalnya berkenalan dan bercakap – cakap dengan klien lain,

memberikan pengertian tetang kerugian menyendiri dan keuntungan dari

berinteraksi deg\ngan orang lain sehingga diharapkan mampu terjadi peningkatan

interaksi social klien(Petty,2010).

Berdasarkan latar belakang diatas, perlu dan penting dilakukan penerapan asuhan

keperawatan jiwa pada klien dengan masalah utama isolasi sosial: menarik diri di

Ruang Falamboyan RS Jiwa Menur Surabaya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut

“Bagaimana Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah

Keperawatan Isolasi Sosial: Menarik Diri di Ruang Flamboyan RS Jiwa Menur

Surabaya”

Tujuan Studi Kasus

Diketahuinya asuhan keperawatan pada klien dengan masalah keperawatan isolasi

sosial: menarik diri di Ruang Flamboyan RS Jiwa Menur Surabaya

Manfaat Studi Kasus

Masyarakat
Memberikan informasi pada masyarakat untuk menangani klien dengan masalah

Isolasi sosial: menarik diri

Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Memberikan informasi tentang Asuhan Keperawatan pada klien skizofrenia tak

terinci dengan masalah keperawatan Isolasi sosial: menarik diri di Ruang

Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.

Penulis

Memperoleh pengetahuan dan melatih kemampuan untuk memberikan tindakan

keperawatan pada klien dengan masalah Isolasi sosial: menarik diri


DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.2013. Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013, 1–384. https://doi.org/1 Desember

2013

Direja, A. H. S.2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Petty,S.2010.Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ny.L dengan Gangguan Persepsi

Sensori:Halusinasi Pendengaran di Ruang Srikandi Rumah Sakit Jiwa Daerah

Surakarta.Naskah Publikasi,1

Stuart, G.2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai