Anda di halaman 1dari 3

Dalam suatu bangsa, pemuda memiliki peran dan fungsi yang strategis serta memiliki

dampak yang besar dalam perubahan. Citra yang disematkan pada pemuda adalah sebagai Pelopor
dalam melakukan langkah konkret bagi perubahan bangsa kearah yang lebih baik. Pemuda
indonesia telah menorehkan sejarah penting dalam perjalanan negeri ini dengan menumbangkan
rezim dari era orde lama sampai era reformasi. Perubahan besar tersebut dimulai dari semangat
juang kaum muda yaitu mahasiswa, karena melihat realita sosial yang terjadi pada masyarakat.

Selain sebagai kaum muda, mahasiswa yang juga merupakan kaum terdidik dan kaum
intelektual memiliki peran moril sebagai agen perubahan. Sudah menjadi keharusan bagi seorang
atau kelompok mahasiswa untuk aktif dan kritis dalam menyoroti kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Namun aspek kritis saja tidak cukup bagi mahasiswa untuk membuat perubahan,
perlunya juga aspek intelektualitas yang ditonjolkan dalam membangun gerakan perubahan agar
dapat dirasakan langsung kebermanfaatannya.

Aksi nyata yang dilakukan oleh mahasiswa merupakan harapan yang ditunggu oleh
masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Permasalahan yang disoroti saat ini
di Indonesia salah satunya adalah pendidikan. Masalah pendidikan menjadi penting untuk
dituntaskan karena merupakan batu loncatan dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia
yang mandiri dan produktif bagi perkembangan Indonesia. Salah satu tolak ukur kemajuan suatu
negara dapat dilihat dari kualitas sumber daya manusianya dan gambaran pendidikan Indonesia
merupakan cerminan dari kualitas Sumber Daya Manusia yang ada.

Pendidikan merupakan salah satu kunci penting yang dapat mengatasi berbagai
permasalahan di Indonesia. Namun yang terjadi di negara ini, masalah pendidikan belum
sepenuhnya mendapat perhatian dan solusi dari pemerintah maupun masyarakat. Sebelumnya
pemerintah telah menetapkan peraturan dalam Pasal 31 UUD 1945 yang telah diamandemen yaitu
menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan setiap warga negara
wajib mengikuti pendidikan dasar, serta pemerintah wajib membiayainya”. Kemudian diatur pula
tentang pelaksanaan pendidikan wajib belajar 9 tahun UU No: 20 tahun 2003.

Dengan beberapa peraturan yang mengatur masalah pendidikan tersebut, anak di Indonesia
akan menamatkan belajarnya hingga bangku SMA. Namun untuk beberapa kalangan tidak
berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan data dari
buku Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia 2010 kerjasama Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak dengan Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009 penduduk
berumur 7 – 12 tahun, tingkat putus sekolahnya sebesar 0,43 persen artinya setiap 10.000 orang
penduduk berumur 7 – 12 tahun ada sebanyak 43 orang yang putus sekolah. Angka putus sekolah
semakin tinggi seiring dengan semakin naiknya usia yaitu sebesar 3, 19 persen untuk penduduk
berumur 13 – 15 tahun dan 8,44 persen untuk penduduk berumur 16 – 18 tahun. Dari data tersebut
terlihat jelas predikat angka putus sekolah tertinggi dipegang oleh kalangan pelajar tingkat SMA
disusul tingkat perkuliahan.
Menurut Ajis dalam jurnalnya, Terdapat banyak faktor yang menyebabkan anak putus
sekolah pada tingkat SMA, hal ini disebabkan karena pendapatan kepala keluarga yang rendah
sehingga merasa sulit untuk mencukupi kebutuhan pendidikannya, jumlah anak dalam keluarga
yang banyak, timgkat pendidikan orangtua yang rendah, lingkungan sosial yang kurang baik serta
rendahnya minat anak untuk sekolah.

Sejauh ini mulai bermunculan ide-ide yang dicetuskan oleh pemuda khususnya mahasiswa
untuk menanggulangi masalah pendidikan tersebut. Utamanya dengan faktor ekonomi yang
melatarbelakanginya. Sebut saja komunitas jendela, KP3, dan kelas inspirasi. Komunitas-
komunitas tersebut memfasilitasi serta memotivasi anak indonesia dalam hal pendidikan. Namun
dari beberapa komunitas tersebut belum ada diantaranya yang menjangkau pelajar tingkat
menengah atas sampai perkuliahan. Kebanyakan sasaran yang ditargetkan adalah dari pelajar usia
sekolah dasar. Hal itu diperkirakan pada usia-usia tersebut, anak masih mudah dikendalikan pola
pikirnya. Sehingga mudah menumbuhkan motivasi belajar dalam diri mereka.

Dengan adanya komunitas-komunitas seperti yang telah disebutkan diatas, menunjukka


kepedulian pemuda Indonesia dalam hal pendidikan. Namun, sempitnya sasaran belum
menuntaskan permasalahan yang ada. Penting bagi mahasiswa untuk membentuk suatu wadah
yang memfasilitasi dan memotivasi kalangan pelajar menengah atas dan perkuliahan. Karena
generasi tersebut adalah tonggak keberlangsungan masa depan Indonesia.

Program kerja utama yang dilakukan adalah sebagai fasilitator serta motivator. Fasilitator
dalam bentuk pengajaran untuk menghadapi UN serta SBMPTN juga dalam bentuk pendanaan
atau beasiswa. Sedangkan motivator dimaksudkan untuk membangun semangat mereka dalam
melanjutkan mimpinya dijenjang pendidikan selanjutnya. Dari komunitas tersebut juga akan
dilahirkan agen-agen baru yang meneruskan misi awal dibentuknya komunitas, sehingga akan
terus beregenerasi.

Anda mungkin juga menyukai