Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Sejarah Pendidikan Pada Masa Orde Baru”

Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Ketatanegaraan
Dosen Pengampu :
.

Oleh:

Ayu Indrawati 3101411063


Rizki Aditya Novali 3101411072
Diana Kholida 3101411076
Muhammad Budi Purnomo 3101411077
Fuad Hasan 3101411089
Faiz Fakhrudin 3101411107

Rombel 6 B

JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah pilar utama berdirinya sebuah bangsa. Pada dasarnya
pendidikan merupakan usaha untuk merancang masa depan umat manusia sebagai
genarasi yang memajukan sebuah bangsa. Dalam konsep dan implentasi pendidikan
harus memperhitungkan berbagai faktor. Konsep pendidikan harus disesuaikan dengan
keinginan, ukuran, mental, budaya, sosial, ekonomi, dan politik sebuah kelompok
masyarakat yang bersangkutan.
Demikian juga konsep pendidikan yang diterapkan di Indonesia yang tidak pernah
lepas dari unsur politik dan kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah orde baru ,
sebelum maupun setelahnya seringkali menganak tirikan pendidikan. Pendidikan
mempunyai anggaran paling kecil dari dana APBD dan sistem pendidikan yang terpusat
atau dengan istilah sentralisasi membuat kualitas pendidikan Indonesia semakin
memburuk.
Setelah kemerdekaan Indonesia, diharapkan agar segala potensi yang ada dapat
digunakan dan dikembangkan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila. Harapan ini selama puluhan tahun kemerdekaan ini belum juga
terwujud. Di masa lampau segala sesuatu dipergunakan untuk kepentingan politik.
Keadaan lebih parah lagi dengan timbulnya gejal-gejala salah urus
(mismanagement). Akibatnya pada bidang pendidikan ialah bahwa fasilitas pendidikan
tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan. Lagi pula politik dan usaha-usaha pendidikan
tidak berhasil untyk menjadikan sektor pendidikan sebagai faktor penunjang bagi sektor
pembangunan. Perkembangan pendidikan mengakibatkan timbulnya gejala-gejala
pengangguran. Lahirnya Orde Baru memungkinkan pendobrakan salah urus itu dalam
segala bidang, juga dalam bidang pendidikan. Untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur perlu dipergiat usaha-usaha pembangunan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan pendidikan pada masa Orde Baru?
2. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan pada masa Orde Baru?
3. Kebijakan dan dampak apa saja yang ditimbulkan pada masa Orde Baru di bidang
pendidikan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk perkembangan pendidikan pada masa Orde Baru.
2. Untuk memahami penyelenggaraan pendidikan pada masa Orde Baru.
3. Untuk mengetahui kebijakan dan dampak yang ditimbulkan pada masa Orde Baru di
bidang pendidikan.
BAB III
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Pendidikan Pada Masa Orde Baru


Pada zaman Orde Baru bidang pendidikan mengalami perkembangan pesat.
Pemerintahan Soeharto yang melakukan pembangunan nasional, menetapkan pendidikan
dalam skala prioritas utama. Meskipun anggaran untuk sektor pendidikan masih terbatas,
dan anggaran itu masih dibagi untuk kepentingan pembangunan berbagai departemen
(Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Penerangan dan Departemen Pertahanan
dan Keamanan), tetapi semangat untuk melakukan pemerataan kesempatan pendidikan
sangat jelas dilakukan. Banyak proyek fisik dalam bentuk pembangunan gedung sekolah
baru (melalui program Instruksi Presiden), pengangkatan guru, pemberian fasilitas
laboratorium dan pemberlakuan kurikulum baru memberikan nuansa baru pembangunan
pendidikan di tanah air.
Sekolah guru pada masa ini mendapat prioritas pengembangan, tetapi sekolah
pendidikan guru untuk tingkat dasar dan menengah pada masa pemerintahan Orde Baru
tidak mendapatkan input yang menggembirakan. Rerata murid SPG dan mahasiswa
institut pedesaan, mereka hanya memiliki tingkat kecerdasan rata-rata dan bukan
merupakan akumulasi calon guru potensial di masa depan. Murid sekolah yang cerdas
dan berasal dari keluarga menengah atas lebih tertarik untuk bekerja di sektor ekonomi
dan konstruksi yang jelas memiliki peluang dan masa depan yang sangat baik dibanding
bila mereka menjadi guru. Pemerintahan Soeharto telah merepresi tumbuhnya ideologi
lain, terutama dari Islam “garis keras” dan komunisme. Jenis pendidikan pesantren
diawasi secara ketat, Departemen Agama mengampu tugas untuk sebanyak mungkin
mengajak pesantren menerima kurikulum sekuler dalam bentuk madrasah-madrasah yang
mereka kelola.
Selama pemerintahan Soeharto, kekuatan pendidikan nasional mengalami
pergeseran dan perubahan bentuk kegiatan di lapangan. Beberapa perubahan ini dapat
dipetakan sebagai berikut:
1. Adanya kesibukan yang tinggi di kalangan birokrat pelaksana pendidikan dan
guru dengan adanya pelaksanaan pembangunan pendidikan nasional. Konsep
educational planning, cohort analysis, economic of education, educational
equity, distance teaching dll, menjadi sangat akrab di kalangan komunitas
pendidikan di Indonesia.
2. Didorong oleh berbagai situasi pertama ini mendorong kemrosotan rasa
pengabdian di kalangan komunitas pendidikan sebagai akibat berlakunya
“proyek pembangunan” yang mengutamakan target fisik dan pengukuran
kognisi.
3. Masyarakat dikejutkan oleh masalah-masalah pendidikan yang semakin luas
melebar dan membutuhkan perhatian intensif. Masalah-masalah itu seperti
ijasah palsu, perkelahian pelajar, maraknya pecandu narkoba di kalangan
pelajar, komersialisasi bimbingan belajar, perguruan tinggi liar, pembajakan
soal ujian, dan isu rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Kekuatan pendidikan nasional pada lintas waktu dan kekuasaan pada masa Orde
Baru (1966-1997), yaitu:
1. Politik dan Ideologi Pendidikan
a. Kekuatan negara menguasai sistem pendidikan nasional
b. Pancasila
c. Stabilitas
d. Ideologi pembangunan (developmentalisme)
e. Perilaku politik bertumpu pada kepentingan kelompok
f. Sekolah elit/swasta sebagai bagian sistem kapitalisme
2. Konsep Guru
a. Pegawai negeri/swasta
b. Guru adalah bagian dari sistem birokrasi (Depdiknas)
c. Guru dan kurikulum
3. Upaya Pengembangan
a. Dominasi negara dalam pembangunan pendidikan (pengembangan
educational planning, cohort analysis, economic of education, educational
equity, distance teaching).
b. Pembangunan Bidang Pendidikan SD/MI s.d. SLTA/SMA
c. Peningkatan kualitas, jumlah dan lembaga pendidikan dasar dan menengah
atas.

2.2 Penyelenggaraan Pendidikan Pada Masa Orde Baru


Dalam buku “Repelita” halaman 359-360 dikemukakan hal-hal sebagaimana
berikut:
Pembangunan pendidikan berdasarkan atas falsafah Negara Pancasila dan
didasarkan kepada prinsip, bahwa pendidikan adalah investasi Nasional yang bersifat
suatu investasi ketrampilan manusia. Tujuan daripada pembangunan di sektor pendidikan
selain untuk menghasilkan tenaga kerja terdidik untuk pembangunan, juga mengusahakan
perubahan ke arah suatu masyarakat yang lebih rasionil dan demokratis sesuai dengan
kepribadian Indonesia dengan memperkembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Program pendidikan secara horisontal akan lebih diarahkan kepada
kebutuhan-kebutuhan pendidikan dan latihan untuk sektor-sektor pembangunan yang
diprioritaskan, seperti pertanian, industri yang mendukung pertanian, industri ringan dan
kerajinan rakyat, pertambangan, prasarana dan pariwisata. Secara vertikal program
pendidikan akan diarahkan kepada perbaikan keseimbangan dengan menitikberatkan
kepada tingkat pendidikan menengah. Perhatian akan diberikan kepada usaha-usaha
perluasan pendidikan tingkat menengah bidang teknik dan kejuruan sesuai dengan
kebutuhan akan tenaga-tenaga di sektor-sektor pembangunan yang diprioritaskan.
Pendidikan pertanian akan memperoleh perhatian utama karena bidang pertanian
mendapat prioritas pertama dalam rencana Pembangunan Lima Tahun. Juga akan
dilakukan usaha-usaha pendidikan para petani guna meningkatkan ketrampilan mereka
dan memberikan pengetahuan tentang cara-cara baru untuk meningkatkan produktivitas
pun akan ditingkatkan training dan uvgrading bagi para tehnisi pertanian.
Selain daripada itu akan dikembangkan metode-metode pengajaran-pengajaran
yang lebih maju dengan memperkembangkan penggunaan alat-alat ilmu alam yang sangat
sederhana, praktis dan murah serta berorientasi pada pertanian. Di mana mungkin, akan
digunakan pula alat-alat audio visual, antara lain radio dan televisi. Di dalam hal ini
bantuan luar negeri akan dimanfaatkan sejauh mungkin dalam penyelenggaraannya.
Faktor-faktor yang menentukan usaha peningkatan mutu pendidikan, yaitu:
a. Perhatian khusus akan diberikan kepada peningkatan mutu para guru yang ada
b. Usaha penyediaan tenaga guru yang berwenang.
c. Usaha penyebaran tenaga guru yang lebih merata sesuai dengan kebutuhan
spesifik daerah masing-masing di samping penilaian yang lebih layak terhadap
guru/pendidik.
d. Perbaikan perbandingan diantara guru dan tenaga administrasi di bidang
pendidikan, sehingga menjadi lebih seimbang, merupakan asvek yang penting
dalam usaha lebih mengefektifkan pemanfaatan tenaga-tenaga pengabdian
pendidikan maupun biaya yang disediakan untuk pendidikan.
Usaha pemberantasan buta huruf akan lebih diintensifkan dengan tindakan-
tindakan pembinaan sesudahnya yang diintegrasikan dengan program pendidikan orang
dewasa yang bertujuan:
a. Menumbuhkan kesadaran berwarganegara serta peningkatan ketrampilan
bekerja menurut lapangan kehidupan masing-masing, termasuk pendidikan
wanita dengan menambah pengetahuan dan dan ketrampilan dalam mengurus
rumah tangga.
b. Pendidikan kebudayaan melalui pendidikan formil dan informil terus
dikembangkan. Di samping itu pembinaan terhadap hasil-hasil kebudayaan
(museum dan candi-candi) dan peninggalan kuno lainnya dikembangkan yang
memungkinkan juga perkembangan turisme.
c. Pendidikan olahraga ditujukan kepada pembinaan fisik dan mental yang yang
sehat dan kuat serta perluasan kegemaran berolahraga di kalangan masyarakat.
d. Pembinaan kepramukaan dan kepemudaan diusahakan sebagai pembinaan
pelengkap di luatr sekolah daripada akhlak dan kepribadian serta ketrampilan
tunas bangsa di luar sekolah sebagai persiapan praktis untuk menjadi warga
negara yang bermanfaat.
Kebijaksanaan seperti di atas, memerlukan pembinaan sarana-sarana pendidikan
seperti alat-alat pelajaran dan gedung. Dalam hal ini juga diutamakan rehabilitasi
pemanfaatan alat-alat pelajaran dan gedung yang sudah ada dan peningkatan efisiensi
penggunaannya. Perluasan apa yang sudah ada diutamakan daripada pembangunan baru.
Di bidang buku-buku dan penerbitan bahan pelajaran diberikan perhatian utama kepada
penerbitan buku-buku dasar. Demikian pula diusahakan perbaikan perpustakaan-
perpustakaan yang sudah ada. Suatu “paket buku” untuk sekolah-sekolah dasar dan
menengah dikembangkan. Kegiatan-kegiatan penelitian dan survey dipusatkan dan
diarahkan kepada usaha-usaha yang langsung berhubungan dengan program-program
pembangunan.
Penelitian di bidang perkembangan pendidikan dan vengajaran dititik beratkan
dan diarahkan kepada pembangunan. Dari pada itu dikembangkan pula penelitian yang
menyangkut soal-soal perubahan sosial yang menyertai dan sebagai akibat pembangunan
dan modernisasi. Biaya untuk pendidikan di samping disediakan oleh pemerintah menurut
kemampuan keuangan yang ada, juga merupakan tanggungan dari masyarakat dan orang
tua murid. Hal ini diatur secara lebih wajar, sehingga pemanfaatan biaya lebih efektif dan
venyalahgunaan davat dihindarkan.
Kabinet Pembangunan Bidang Pendidikan
1. Kabinet Pembangunan I (1968-1973), dalam Repelita I
Pendidikan diusahakan untuk memenuhi kebutuhan lebih banyak akan tenaga teknik
dan kejuruan. Dalam pengertian pendidikan ini meliputi usaha peningkatan
ketrampilan dan kecerdasan, pendidikan agama dan lain-lain.
Sistem pendidikan dan persekolahan
a. Sitem Pendidikan
UU No. 2 Th. 1989 menetapkan bahwa sistem pendidikan nasional terbentuk
dari dua jalur, yaitu: Pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah.
b. Sistem Persekolahan
Menurut UU No.2 Th. 1989, sistem persekolahan terdiri atas tiga jenjang
pendidikan, yaitu:
1) Pendidikan dasar, yang mencakup sekolah dasar dan sekolah lanjutan
tingkat pertama.
2) Pendidikan menengah, yang mencakup Sekolah Menengah Umum (SMU)
dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
3) Pendidikan Tinggi, yang mempunyai dua macam program, yaitu:
a) Program pendidikan akademik, yaitu terdiri atas tiga tingkatan, S1,
S2, S3.
b) Program pendidikan profesional, yang terdiri atas strata: D1, D2, D3.

2. Kabinet Pembangunan II (1973-1978) dalam Repelita II


a. Pendidikan: perhatian utama diberikan kepada pemerataan kesempatan belajar
untuk anak-anak usia sekolah dasar. Selama Repelita II telah dilaksanakan
pembangunan 31 ribu gedung SD masing-masing dengan 6 kelas: pembangunan
15 ribu ruang kelas baru SD yang sudah ada, rehabilitasi 56 ribu gedung SD
Negeri, SD Swasta dan Madrasah Ibtida’iyah Swasta, Vengangkatan 224 ribu
guru SD termasuk 31 ribu guru agama, penataran 634 ribu guru SD, penyediaan
248 juta buku bacaan kanak-kanak untuk perpustakaan SD. Pembanguna SD
secara besar-besaran ini membuka tambahan kesempatan belajar untuk 8 juta
anak, bila dibandingkan bahwa pada akhir Repelita I murid SD seluruhnya baru
berjumlah sekitar 13 juta. Bersamaan dengan pembangunan sarana pendidikan
telah pula dilaksanakan penghapusan SPP untuk sekolah dasar dari kelas 1-6 di
seluruh pelosok Tanah Air, yang merupakan langkah dalam asas pemerataan
pembangunan.
Pembangunan sekolah lanjutan. Dalam hubungan ini telah diadakan rehabilitasi
semua gedung SMP Negeri yang berjumlah lebih dari 1.500 dan semua gedung
SMA Negeri yang berjumlah lebih dari 500, semuanya dilengkapi dengan
laboratorium untuk praktek ilmu pengetahuan alam. Demikian pula silaksanakan
pembangunan sekitar 800 SMP dan lebih dari 150 SMA. Pembangunan
pendidikan kejuruan, di antaranya pendidikan teknik dan pendidikan guru juga
telah mulai dilaksanakan. Keseluruhan pembangunan sekolah lanjutan ini disertai
penyediaan puluhan ribu guru, puluhan juta buku dan perbaikan mutu kurikulum.
Peranan Perguruan Tinggi dalam melaksanakan Tridarma, yakni: pendidikan,
penelitian dan pengabdian pada masyarakat telah pula ditingkatkan. Untuk itu
dibangun ruang-ruang kuliah, perpustakaan, laboratorium dan fasilitas penelitian
lainnya, di samping telah dimulai pembangunan kampus baru untuk beberapa
universitas yang sangat memerlukannya. Dalam rangka pengabdian kepada
masyarakat telah dikembangkan Kuliah Kerja Nyata (KKN) bagi para mahsiswa
untuk mengenal dan menunjang pembangunan pedesaan. Dalam vembangunan
pendidikan adalah pembinaan dan penyempurnaan kurikulum yang terus menerus
diusahakan. Perhatian utama diberikan agar kurikulum berisikan pendidikan
agama, pendidikan Moral Pancasila dan unsur-unsur yang cukup untuk
meneruskan jiwa dan nilai-nilai 45 kepada generasi muda.
b. Ilmu pengetahuan dan teknologi: penelitian ilmu pengetahuan dan teknologi
diarahkan untuk mengembangkan kemampuan nasional sesuai dengan kebutuhan
dan prioritas dalam pembangunan. Selama Repelita II sampai sekarang penelian
diutamakan pada tiga sektor yang menonjol yaitu pertanian, industri dan
pertambangan. Penelitian ketiga sektor itu ditunjang oleh berbagai penelitian
lintas sektoral yang meliputi bidang perhubungan dan komunikasi, sosial, agama,
pendidikan, kesehatan, perdagangan, kependudukan, tenaga kerja dan sebagainya.
Untuk menunjang kegiatan-kegiatan penelitian ini telah diusahakan penyediaan
dan pengembangan sarana serta sistem penelitian, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang makin ditingkatkan. Demikian juga penghargaan dan imbalan
yang makin baik bagi para tenaga peneliti. Usaha-usaha peningkatan koordinasi
dan penyempurnaan mekanisme untuk menunjang kebijaksanaan Pemerintah
dalam Bidang penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi. Telah dimulai
pembangunan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) di
Serpong, yang merupakan perwujudan fisik bagi pengembangan suatu
masyarakat ilmiah. Rencana induk yang telah disusun mengutamakan
pembangunan fasilitas-fasilitas Reaktor Uji Material, Laboratorium Uji
Konstruksi, Laboratorium Instrumentasi dan Kalibrasi, Pusat Seminar dan
Konperensi, Pemukiman Ilmuan beserta fasilitas sosialnya.
c. Pembinaan generasi muda: pembinaan generasi muda terutama melalui
pendidikan, ditujukan agar generasi muda dapat menjadi pengganti generasi yang
lebih baik, lebih bertanggung jawab dan lebih mampu mengisi dan membina
kemerdekaan Bangsa. Wadah-wadah pembinaan dilakukan melalui keluarga,
sekolah, organisasi kepemudaan, pramuka dan lain-lain. KNPI sebagai langkah
penataan kembali wadah organisasi pemuda untuk mengembangkan organisasi
prifesi, seperti halnya juga kegiatan mahasiswa, pemuda dan cendekiawan.
Dengan terbentuknya KNPI, tidaklah berarti akan membubarkan organisasi-
organisasi pemuda yang lain, tetapi organisasi-organisasi pemuda itu dapat
berhimpun dan melakukan kegiatan bersama, dalam wadah KNPI.

2.3 Kebijakan dan Dampak yang Ditimbulakan Pada Masa Orde Baru di Bidang
Pendidikan
Yang lebih menyedihkan dari kebijakan pemerintahan orde baru terhadap
pendidikan adalah sistem doktrinisasi. Yaitu sebuah sistem yang memaksakan paham-
paham pemerintahan orde baru agar mengakar pada benak anak-anak. Bahkan dari sejak
sekolah dasar sampai pada tingkat perguruan tinggi , diwajibkan untuk mengikuti
penetaran P4 yang berisi tentang hapalan butir-butir Pancasila. Proses indoktrinisasi ini
tidak hanya menanamkan paham-paham orde baru, tetapi juga sistem pendidikan masa
orde baru yang menolak segala bentuk budaya asing, baik itu yang mempunyai nilai baik
ataupun mempunyai nilai buruk. Paham orde baru yang membuat kita takut untuk
melangkah lebih maju.

 Pendidikan pada Masa Orde Baru


Dengan demikian, pendidikan pada masa orde baru bukan untuk meningkatkan
taraf kehidupan rakyat, apalagi untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia,
tetapi malah mengutamakan orientasi politik agar semua rakyat itu selalu patuh pada
setiap kebijakan pemerintah. Bahwa putusan pemerintah adalah putusan yang adiluhung
yang tidak boleh dilanggar. Itulah doktrin orde baru pada sistem pendidikan kita.
Indoktrinisasi pada masa kekuasan Soeharto ditanamkan dari jenjang sekolah
dasar sampai pada tingkat pendidikan tinggi, pendidikan yang seharusnya mempunyai
kebebasan dalam pemikiran. Pada masa itu, pendidikan diarahkan pada pengembangan
militerisme yang militan sesuai dengan tuntutan kehidupan suasana perang dingin .
Semua serba kaku dan berjalan dalam sistem yang otoriter.
Ahkirnya, kebijakan pendidikan pada masa orde baru mengarah pada
penyeragaman. Baik cara berpakaian maupun dalam segi pemikiran. Hal ini
menyebabkan generasi bangsa kita adalah generasi yang mandul. Maksudnya, miskin ide
dan takut terkena sanksi dari pemerintah karena semua tindakan bisa-bisa dianggap
subversif. Tindakan dan kebijakan pemerintah orde baru-lah yang paling benar. Semua
wadah-wadah organisasi baik yang tunggal maupun yang majemuk, dibentuk pada
budaya homogen. Bahkan partai politik pun dibatasi. Hanya tiga partai yang berhak
mengikuti Pemilu. Bukankah kebijakan ini sudah melanggar undang-undang dasar 45
yang menjadi dasar dari berdirinya negara ini?

 Dampak yang Ditimbulkan


Namun pada waktu itu tak ada yang berani bicara. Pada masa itu tidak ada lagi
perbedaan pendapat sehingga melahirkan disiplin ilmu yang semu dan melairkan generasi
yang latah dan penakut. Pada masa pemerintahan orde baru pertumbuhan ekonomi tidak
berakar pada ekonomi rakyat dan sumber daya domestik, melainkan bergantung pada
utang luar negeri sehingga menghasilakan sistem pendidikan yang tidak peka terhadap
daya saing dan tidak produktif.
Pendidikan tidak mempunyai akuntabilitas sosial karena masyarakat tidak
diikutsertakan dalam merancang sistem pendidikan karena semua serba terpusat. Dengan
demikian, pendidikan pada masa itu mengingkari pluralisme masyarakat sehingga sikap
teloransi semakin berkurang, yang ada adalah sikap egoisme.
Sebagai akibat dari kebijakan pemerintah tersebut, pendidikan yang maju hanya di
pulau Jawa sementara di daerah lain sistem pendidikannya kurang maju karena kurangnya
keberterimaan masyarakat terhadap sistem pendidikan. Akhirnya, penerapan pendidikan
tidak diarahkan pada kualitas melainkan pada kuantitas. Hal ini menimbulkan
peningkatan pengangguran dari berbagai jenjang. Banyak lulusan, tetapi tidak punya
pekerjaan. Pada masa itu akuntabilitas pendidikan masih sangat rendah.
Daftar Pustaka

Djumhur & Danasupatra. 1959. Sejarah Pendidikan. Bandung: CV Ilmu.


Handayaningrat, soewarno. 1983. Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan
Nasional. Jakarta: Gunung Agung.
Mudyaharjo, rejda. 2002. Pengantar Pendidikan, “Sebuah studi awal tentang dasar-dasar
pendidikan pada umumnya dan pendidikan Indonesia”. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Salim, agus. 2007. Indonesia Belajarlah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
http://komunitaspecintasejarah.blogspot.com/2013/07/sejarah-pendidikan-era-
orde.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai