Anda di halaman 1dari 57
BAB IIL DASAR TEORI IIL.1 Faktor Pemilihan Alat Mekanis Pemilihan peraalatan mekanis yang akan digunakan untuk kegiatan pertambangan dilakukan pada saat perencaaan tambang. Hal tersebut perlu diperhatikan karena jenis, jumlah dan kapasitas alat menjadi penentu untuk pemilihan peralatan mekanis. Karena jika pemilihan alat tidak dipertimbangkan dengan baik maka hal itu akan menghambat kegiatan pertambangan sehingga merugikan. Menurut Kholil (2012) dalam pemilihan alat mekanis, faktor yang perlu diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan yaitu sebagai berikut : 1. Fungsi dari Peralatan Mekanis Peralatan mekanis dikelompokan berdasarkan fungsinya seperti penggalian, pemuatan, pengangkutan, perataan tanah dan lain-lain (Kholil,2012), . Kapasitas Peralatan Mekanis Rv Pemilihan peralatan mekanis didasarkan pada volume material yang akan diangkut atau dikerjakan, kapasitas peralatan yang dipilih juga mempertimbangkan waktu pengerjaan (Kholil,2012). 3. Cara Operasi Peralatan Mekanis Peralatan mekanis juga dipilih berdasarkan cara kerja atau pengoperasiannya, jarak gerakan, arah horizontal atau vertikal, kecepatan, frekuensi gerakan dan lain-lain (Kholil,2012). 4. Ekonomis Selain biaya investasi penyewaan peralatan mekanis, biaya operasi dan pemeliharaan merupakan faktor penting dalam pemilihan peralatan mekanis (Kholil,2012). Mil-1 II.2 Peralatan Mekanis Wl-2 5. Jenis dan Daya Dukung Tanah Jenis tanah (padat, Iembek, keras atau lepas) garuhi jenis peralatan apa dan jenis material di lokasi pekerjaan yang akan dikerjakan mempen} yang akan dipakai (Kholil,2012). ‘Alatalat_mekanis yang sering digunakan pada operasi kegiatan pertambangan antara lain alat gusur, alat gali muat, dan alat angkut. 11.2.1 Alat gusur Bulldozer merupakan traktor yang bagian depannya berupa blade (bilah) yang berfungsi untuk menggali sekaligus menggusust hasil galian ke tempat lain (Arifin, 2000). Terdapat dua tipe bulldozer yaitu bulldozer berpenapak (track dozer atau crawler dozer) dan bulldozer beroda (wheel dozer). Kemampuan Bulldozer antara lain : Pemindahan Tanah (dozing). penggalian dan penggusurannya ke tempat lain pada jarak pendek memindahkan tanah dengan P (Arifin,2000). b. Penggaruan (ripping), bila bilah (blade) tak mampu untuk menggali batuan yang relatif keras dan kompak maka digunakan bulldozer yang dilengkapi dengan ripper (Arifin,2000). GAMBAR 3.1 BULLDOZER 111-3 ¢. Pendorongan (pushing), bulldozer membantu standar power scrapper yang bekerja pada medan menanjak untuk menggist muatan (Arifin,2000). d. Pekerjaan pendukung (utility works), bulldozer juga digunakan pada penataan batuan maupun batubara di tempat penimbunan (stockpile), penataan jalan tambang, permukaan jejang tambang, pengarauan (blending) dan lain-lain (Arifin 2000). IIl.2.2 Alat Gali Muat 7 Alat’ gali. muat yang biasa digunakan pada operas penambangan yaitu excavalor. Excavator banyak digunakan karena dapat mendistribusikan muatan kedalam vessel dengan merata, sehingga lebih mudah dalam mengatur muatan agar jalannya dump truck dapat seimbang. Menurut Tenriajeng (2003), berdasarkan cara pengendalian atau pemuatannya, excavator digolongkan menjadi dua tipe yaitu loading shovel (penggalian dengan bucket mengarah ke depan) dan back hoe (penggalian dengan bucket mengarah ke belakang). Perbedaan /oading shovel dan back hoe adalah sebagai berikut : a. Loading shovel Loading shovel memiliki ukuran boom yang lebih pendek dari backhoe, tetapi ukuran bucket lebih besar, karena jangkauan pendek ketinggian muat lebih besar sehingga cycle time swing lebih lama, namun bukan berarti produksinya lebih rendah, karena ukuran bucket yang lebih besar dari ukuran bucket backhoe. Selain itu, sistem operasi permukaan galian lebih tinggi dari loading shovel (Tenriajeng,2000). b. Backhoe Backhoe memiliki ukuran boom yang lebih panjang dari loading shovel schingga dapat menjangkau lebih jauh, namun memiliki ukuran bucket yang lebih kecil dari loading shovel, hal itu tidak berarti bahwa produksi backhoe lebih rendah karena T-4 putaran swing lebih cepat schingga cycle time yang dihasilkan juga lebih cepat (Tenriajeng.2000), GAMBAR 3.2 ALAT GALI/MUAT EXCAVATOR BACK HOE 11.2.3 Alat Angkut Alat angkut yang biasa digunakan pada operasi penambangan adalah dump truck. Dump truck adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh misalnya 500 meter atau lebih (Tenriajeng, 2000). Dump truck dapat digunakan untuk mengangkut tanah, bongkahan, batuan, batubara dan material-material lainnya. GAMBAR 3.3 DUMP TRUCK (20%, tepbersa better Layette carkep Loam koeepenan dah rian Leb etbilliers mea idan kenge van be Asta france pute Le Boemuntaungen Frwed Lewil Imerniliks “Feentiaiyua ibe pada doe deteiele rigrinagie terr bral leh bimeuk pure penoymeneina | pengangkwvn qunuk uh aan gu siuluss heaja Ietit) sedzrhuevy, fea pan yeoman eceleneine Deer urrs pain fétesefer lob N marries, UL Jl shay cain prada Tides erepere mpg uiuuk akan ne a Leeadinninypak, qed Pruieksie ff endorses BOMILE Eevugian Kersglon pemuksaan gruck kecll arian wun hicejen Ailagg lehth femyak, lade Teminhs ke tule pernmannvs Kira Kevilova Bab. sctiies jue dibuiadikun Lobils Pamyuk aupis dhe Dlaye permetharun Sebi beuur kunci huinvaksiyn junilah rine Perrigiems, 2000, Frank Beoue Ty Bcumbugeue ELCUMINEAA pemolean renek hesnr dlbend neko rede Jesetl untuk: ispecsitas yunge suessa. jusesballs camail eid Iecuer geanrags Mipuedened abil sedlbeit, wtepin seeing al fer beekrith eu HG een Preeriuntis ibdiei denier Wy Clencmgene Punt jeindkwiae irae Hever hol pertain sung haus mur vat Rea AM Jalal, hudoum ker Slakthoticam pelowit lebilh Gepraui, ae om yay IT Pebgegscruei epee A 1-6 jika salah besar lebih sulit, dan produksi juga akan terpengaruh jika satu truck tidak berproduksi, dan juga maintance dilaksanakan (Tenriajeng,2000). lebih sulit 113. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas ; Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas penambangan yaitu sebagai berikut : 113.1. Pola Penggalian dan Pemuatan Pada operasi penambangan, pola penggalian memiliki pengaruh terhadap produktivitas. Dimana semakin besar sudut swing alat gali-muat dari front penggalian terhadap posisi alat angkut maka akan semakin lama juga waktu edar (cycle time) yang, diperlukan (Indonesianto, 2005). Pola pemuatan alat gali-muat yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan operasi pengupasan serta alat mekanis yang digunakan. Dimana, setiap alat angkut yang datang, mangkuk (bucket) alat gali-muat sudah terisi penuh dan siap ditumpahkan. Setelah alat angkut terisi penuh, alat angkut tersebut segera keluar dan dilanjutkan dengan alat angkut lainnya schingga tidak terjadi waktu tunggu pada alat angkut maupun alat gali-muatnya. Pola pemuatan pada operasi pengangkutan di tambang terbuka dikelompokkan berdasarkan : a. Berdasarkan pada posisi alat gali muat Top Loading Pola pemuatan dimana kedudukan alat gali muat lebih tinggi dari alat angkut dan alat gali muat tersebut berada di atas tumpukan material atau berada di atas jenjang. (Indonesianto, 2005). ii, Bottom loading Pola pemuatan dimana alat gali muat dan alat angkut terletak pada satu ketinggian yang sama (Indonesianto, 2005), b. Berdasarkan penempatan posisi alat angkut i. Single back up ‘Alat angkut memposisikan diri untuk dimuat pada satu tempat dan alat angkut berikutnya menunggu alat angkut pertama dimuati sampai penuh, setelah alat angkut pertama berangkat maka alat angkut kedua memposisikan diri untuk dimuati dan seterusnya (Indonesianto, 2005). ii, Double back up Yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada dua tempat, kemudian alat gali muat mengisi salah satu alat angkut sampai penuh setelah itu mengisi alat angkut kedua yang sudah memposisikan diri di sisi lain sementara alat angkut kedua diisi, alat angkut ketiga memposisikan diri di tempat yang sama dengan alat angkut pertama dan seterusnya (Indonesianto, 2005). c. Berdasarkan Posisi Pemuatan . Frontal Cut Pada pola ini back hoe memuat pertama pada dump truck sebelah kanan sampai penuh dan berangkat, setelah itu dilanjutkan pada dump truck sebelah kiri (BUMA, 2006). ii. Parallel Cut With Turn Drive By Back hoe bergerak melintang dan sejajar dengan front penggalian. Pola ini digunakan bila lokasi pemuatan berdekatan dengan lokasi penimbunan (BUMA, 2006). 11.3.2 Geometri Jalan Angkut Geometri jalan angkut terdiri dari lebar jalan angkut, kemiringan jalan, kondisi jalan, jarak angkut, dan daya dukung jalan lainnya. Geometri jalan angkut pada lokasi tambang sangat mempengaruhi kelancaran operasipenambangan. Beberapa geometri yang perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan gangguar/hambatan 1-8 yang dapat mempengaruhi keberhasilan kegiatan pengangkutan antara lain : 1. Lebar Jalan Angkut Perhitungan lebar jalan angkut didasarkan pada lebar kendaraan terbesar yang dioperasikan. Semakin lebar jalan angkut yang digunakan maka operasi pangangkutan akan semakin aman dan lancar. a. Lebar jalan angkut minimum pada jalan lurus. ». Lebar jalan angkut minimum yang dipakai untuk jalur ganda atau lebih menurut “4ASHTO Manual Rural High-Way Design” (Indonesianto, 2005) : L=n. Wt+(n+1) (0,5. W) Keterangan : £ = Lebar jalan angkut minimum (meter) n= Jumlah jalur W1= Lebar truk jungkit (meter) Lebar jalan angkut minimum pada tikungan. Lebar jalan angkut minimum pada tikungan selalu lebih besar daripada jalan angkut pada jalan lurus. Dalam Indonesianto (2005), rumus yang digunakan untuk menghitung lebar jalan angkut minimum pada belokan adalah: W=N(U + Fa + Fo + Z) +0 C= Z=(U + Fa + Fby Keterangan : W = lebar jalan angkut pada tikungan (m) N =jumlah jalur U = jarak jejak roda kendaraan (m) Fa = Jarak roda depan dengan si samping terluar dump ‘ruck dikalikan sinus sudut penyimpangan roda (m) Fb = Jarak roda belakang dengan sisi samping terluar dump truck dikalikan s tus sudut penyimpangan roda (m) m-9 C= jarak antara dua truck yang akan bersimpangan (mn) Z = jarak sisi luar truck ke tepi jalan (m) 2. Kemiringan Jalan a. Kemiringan Jalan pada Tikungan (super elevasi) Super clevasi-merupakan kemiringan j tikungan yang terbentuk oleh batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam Karena perbedaan ketinggian. jalan pada Berdasarkan teori dari T. Atkinson D.LC dalam Indonesianto (2005) pada kondisi jalan yang ering, nilai super elevasi maksimum 90 mm/m sedangkan kondisi jalan yang penuh Jumpur atau licin nilai super elevasi terbesar 60 mm/m. Bagian tikungan jalan perlu diberi super clevasi, yakni dengan cara meninggikan jalan pada sisi luar tikungan. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari/mencegah kendaraan tergelincir ke luar jalan atau terguling. Kemiringan jalan ini secara matematis merupakan perbandingan antara kenaikan tinggi jalan dengan lebar jalan (Indonesianto, 2005). ‘Tan @ = V": (R.g),m/m atau mm/m Keterangan : V = kecepatan rencana km/jam R= radius tikungan, m G = Gravitasi bumi, 9,8 m/det . Sehingga dengan mendasarkan rumus tersebut maka untuk menghindari terjadinya slip, pada tikungan dibuat super elevasi sebesar 0,20 mm atau 20) mm/m (Indonesianto,2005). b. Kemiringan jalan angkut Kemiringan atau “grade” jalan angkut merupakan satu faktor penting dalam kegiatan kajian terhadap kondisi jalan tambang. Hal ini dikarenakan kemiringan jalan angkut berhubungan Iangsung dengan kemampuan alat angkut, baik dari pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan. Kemiringan jalan angkut biasanya dinyatakan dalam persen (%). Dalam pengertiannya, kemiringan (a) 1 % berarti jalan tersebut naik atau turun 1 meter atau 1 ft untuk setiap jarak mendatar sebesar 100 meter atau 100 ft. Dalam Indonesianto (2005), Kemiringan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Grade (a) = keterangan : ‘Ah = beda tinggi antara dua titik yang diukur Ax = jarak datar antara dua titik yang diukur. Menurut Indonesianto (2005) secara umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut besarnya berkisar antara 18 % — 10 %, akan tetapi untuk jalan naik maupun turun pada bukit, lebih aman kemiringan jalan maksimum sebesar 8 % atau 4,5". 11.3.3 Faktor material Keadaan material yang akan digali sangat_ mempengaruhi suatu proses penambangan. Bentuk lapisan tanah penutup, ukuran ketebalan dan luasnya akan menentukan volume keseluruhan schingga dengan faktor pengembangan tertentu dapat digunakan untuk mencari dan menentukan lokasi penampungan material hasil penggalian. Menurut Indonesianto (2005), Penggolongan material berdasarkan atas kemudahannya digali ada empat macam, seperti di bawah ini : a. Soft atau easy digging : tanah, pasir b. Medium hard digging : clay c. Hard digging : shale, compacted material 4. Very hard digging atau rock material yang memerlukan t peledakan sebelum dapat digali, _misalnya andesit, f batu gamping koral 1113.4 Sifat Teknis Material | Pembongkaran batuan melalui penggaruan (ripping) dan ‘ pemboran untuk peledakan dipengarubi oleh sifat - sifat teknis dari D material (batuan) tersebut di antaranya = a. Berat jenis (density) L Menurut Indonesianto (2005), Berat jenis yaitu berat dari suatu bahan atau material berbanding dengan volume dari bahan : atau material tersebut. Berat jenis terdiri dari densitas insitu dan densitas loose. Berat Bahan (tor n/m?) Density Insitu = Fotume Insit Berat Bahan VolumeLoose b. Faktor Pengembangan Material Pengembangan (swell) adalah pengembangan volume Density Loose = (ton/m’) suatu material setelah digali dari tempatnya (Indonesianto, 2005). Presentase pemberaian volume material dari volume asli yang dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah material yang harus dipindahkan dari kedudukan aslinya. Material di lapangan jika digali akan mengalami pengembangan. Perkembangan volume sebelum digali dan volume setelah digali diartikan sebagai faktor pengembangan. Faktor pengembangan juga dapat diketahui dari perbandingan densitas material lepas dan densitas material insitunya. Swell Factor = 227k ¥otume y 199 % Loose Volume Loose Weight Swell Factor = —————__—_ Weight in Bank x 100% 1-12 Dimana : Bank V_ = Volume material dalam keadaan asli di alam (bem) Loose V_= Volume material dalam keadaan lepas (lem) Loose W = Densitas dalam keadaan lepas (Ib/cuyd atau ton/m’) W Bank = Densitas dalam keadaan asli di alam (Ib/cuyd atau ton/m’) I1L.3.5 Ketersediaan Alat dan Penggunaan Alat Ketersediaan alat_ sebagai salah satu’ hal yang mempengaruhi produksi alat gali-muat dan alat angkut adalah faktor yang menunjukan kondisi alat dalam melakukan pekerjaan dengan memperhatikan kehilangan waktu selama kerja (Tenriajeng, 2003). Kondisi peralatan mekanis dibagi menjadi: a. Kondisi peralatan 90% - 100% Berlaku untuk peralatan baru dan siap pakai, kemampuan minimal 70% dan belum mengalami perbaikan apapun serta dalam keadaan lengkap. b. Kondisi peralatan 70% - 89% Berlaku untuk peralatan lama yang dalam keadaan yang siap beroperasi dengan kemampuan minimal 70% namun sudah dipakai lebih dari satu tahun atau seribu jam kerja. c. Kondisi peralatan 50% - 69% Peralatan yang dalam keadaan rusak ringan operasi Kemampuan alatnya minimal 60% dan sudah dioperasikan lebih dari dua tahun atau tiga ribu jam kerja. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh : 1, Availabilty Index (Al) atau Mechanical Availability (MA) Merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis yang sesungguhnya dari alat yang sedang dipergunakan, Persamaan untuk Mechanical Availability (MA) adalah sebagai berikut : Keterangan : ' W= Working hours atau jumlah jam kerja alat, yal yang dibebankan kepada seorang operator suatu alat dioperasikan, artinya itu waktu yang dalam kondisi yang dapat tidak rusak. Waktu ini meliputi pula tiap hambatan (delay time) yang ada. Hambatan tersebut adalah waktu- waktu untuk pulang pergi ke permukaan kerja, pindah tempat, pelumasan dan pengisian bahan bakar, hambatan karena keadaan cuaca, dan lain-lain. R= Repair hours atau jumlah jam untuk perbaikan, yaitu waktu untuk perbaikan alat dan waktu yang hilang Karena menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang (spare parts) serta waktu untuk perawatan preventif. 2. Physical Availability (PA) atau Operational Availability (OA) Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang sedang dipergunakan, persamaannya adalah : w+s PA= —————_ W+S+R x 100% Keterangan : S= Standby hours. Yaitu jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan padahal alat tersebut tidak rusak dan dalam keadaan siap beroperasi. T= Total hours, Sama dengan W + R + § = Scheduled hours, ‘Adalah jumlah seluruh jam jalan dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi. Physical Availability pada umumnya selalu lebih besar daripada Mechanical Availabiliy. Tingkat effisiensi dari sebuah lat mekanis naik jika angka PA mendekati angka MA,

Anda mungkin juga menyukai