Anda di halaman 1dari 5

4.

4 Pembahasan

Praktikum kali ini, akan dibahas mengenai praktikum kalorimeter yang


menghitung niai air kalorimeter, kalor lebur es, panas jenis logam dan kapasitas
panas logam tersebut. Semua hal yang dilakukan dalam praktikum ini harus sesuai
dengan prosedur kerja yang telah ditulis sebelumnya. Mengapa harus sesuai?
Sebab, jika tertinggal atau gagal dalam melakukan satu saja prosedur kerja
praktikum akan terganggu dan tidak berhasil. Dalam praktikum ini juga dibedakan
kalorimeter yang digunakan antara kalor lebur es dan nilai air kalorimeter.
Dibedakan seperti itu agar kalorimeter yang terbiasa digunakan tidak terlalu
banyak mengalami perbedaan hasil. Untuk nilai air kalorimeter dan kalor jenis
berbagai logam digunakan alat kalorimeter sama. Untuk menjalani praktikumnya,
digunakan alat yang berbeda pula dan juga tim yang berbeda. Contohnya dalam
satu kelompok terdapat 6 orang praktikan, itu artinya, 3 orang untuk mengerjakan
kalor lebur es dan yang 4 orang lagi untuk mengerjakan nilai air kalorimeter serta
kalor jenisnya berbagai logam. Hal demikian dilakukan karena kaibat dari
prosedur kerja yang memerlukan waktu sedikit lama maka untuk
mengefisiensikan waktu, dibuatlah dua buah tim praktikan. Salah satu faktor
penyebab waktu yang dibutuhkan cukup lama yaitu pada percobaan tersebut
melakukan pendidihan air, sehingga waktu yang diperlukan cukup lama.

Untuk praktikum yang pertama, yaitu nilai air kalorimeter, hal yang paling
dibutuhkan dalam mencari perhitungan datanya yaitu massa kalorimeter, suhu saat
air mendidih, massa air biasam suhu kalorimeter, suhu kesetimbangan dan massa
setelah air biasa didalam kalorimeter dicampurkan dengan massa air saat
mendidih. Suhu kesetimbanganpun didapatkan setelah suhu air biasa tersebut
dimasukkan kedalam kalorimeter kemudian dicampurkan denga air bersuhu tinggi
dan akan diketahu suhu setimbangnya ketika dua buah air tersebut bercampur dan
suhu menjadi homogen. Percobaan ini dilakukan dua kali. Datanya dapat dilihat
dibagian data pengamatan. Dari data tersebut terdapat perbedaan pada massa
kalorimeter ynag awalnya belum diapakai untuk air panas dan massas kalorimeter
yang telah digunakan pada percobaan pertama. Meskipun perbedaannya hanya 0,1
gr, tapi hal ini dapat membuktikan sebuah peristiwa pemuaian, sebab bahan
kalorimeter yang bersifat logam jadi logam tersebut memuai dan massanya bisa
berkurang. Kemudian untuk suhu air yang berbedapadahal air yang digunakan
sama, terdapat perbedaan suhu dikarenakan bisa saja salah mengklaibrasi
termometer namun perbedaan suhu tersebut hanya 1oC.

Setelah semua data didapatkan, rumus untuk mencari nilai air klaorimeter
ini belum pernah diketahui oleh praktikan sebelumnya, maka untuk menari nilai
air kloairmeter ini dengan rumus:

−𝑀𝑎 𝑥 𝐶𝑎 𝑥 (𝑇𝑠 − 𝑇𝑎) + 𝑀𝑝 𝑥 𝐶𝑎 𝑥 𝑇𝑝 − 𝑇𝑠


𝑁𝑎 =
𝑇𝑠 − 𝑇𝑎

Setelah semua komponen rumus dimasukkan kedalam rumus tersebut, didapatlah


hasil nilai air kalorimeter dari msaing-masing percobaan yaitu 106,66 J/oC dan
363,2 J/oC.

Pada praktikum kalor lebur es juga hampir sama dengan nilai air
kalorimeter prosedur percobaannya, yang membedakan keduanya yaitu pada nilai
air kalorimeter digunakan air panas untuk mengatahui suhu setimbangnya
sedangkan pada percobaan kalor lebur es yang digunakan untuk mengetahui suhu
setimbangnya yaitu es batu. Komponen rumusnya juga hampir sama, namun pada
percobaan nilai air kalorimeter Tp yang diketahui dan pada kalor lebur es Tes
yang diketahui. Percobaan ini juga dilakukan dua kali. Perbedaan yang sedikit
membingungkan yaitu pada percobaan pertama, suhu es bersuhu 3oC dan suhu es
pad apercobaan kedua setelah diukur menjadi 1oC. Hal itu bisa saja terjadi
dikarenakan termometer yang digunakan tidak dikalibrasi dengan benar atau bisa
juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan atau sistem. Setelah didapat semua data
hasil percobaan, digunakan rumus untuk mencari kalor apabila meleburkan suatu
zat. Dari praktikum ini, es juga dapat dipengaruhi oleh kalor. Kalor bukan berarti
hanya dapat dilepaskan, teatapi juga dapat diberikan sehingga suatu zat
mengalami kenaikan suhu dan zat tersebut merubah wujudnya. Itulah yang biasa
disebut dengan kalor laten, yaitu kalor yang diperlukan oleh satu kilogram zat
untuk berubah wujud. Sebenarnya kalor laten ada beberapa macam, yaitu kalor
yang diperlukan untuk merubah zat dari cair menjadi gas yang biasa disebut
dengan kalor uap. Kalor juga ada yang diperlukan untuk merubah zat dari gas
menjadi cair dan yang biasa disebut kalor embun. Sedangkan yang digunakan saat
ini yaitu kalor yang diperlukan untuk merubah wujud zat dari padat menjadi cair,
itulah yang disebut kalor lebur.

Rumus yang diperlukan untuk menghitung kalor lebur es yaitu : Q = m . L,


namun, sesuai dengan data yang diperoleh, Q harus diganti dengan
Mair. Cair. (Ta − Ts), sehingga, dapat disubstitusikan menjadi,

Q=m.L

Mair.Cair.(Ta-Ts) = Mes.L

Dikarenakan L (kalor lebur es) yang harus dicari nilainya, maka:

𝑀𝑎𝑖𝑟.𝐶𝑎𝑖𝑟.(𝑇𝑎−𝑇𝑠)
L=
𝑀𝑒𝑠

Setelah semua komponen rumus dimasukkan, diperolehlah nilai kalor lebur es


untuk dua kali percobaan yaitu 144.453,02 J/kg dan 137.655 J/kg. Jika
dibandingkan dengan literatur, nilai kalor lebur es yang telah menjadi ketetapan
yaitu 336.000 J/kg. Meskipun berbeda jauh dengan literatur, tetapi hasilnya masih
bisa dikategorikan sebagai kalor lebur es. Hal yang membuat berbeda ini, bisa saja
datang dari nilai suhu es yang tidak tepat nol (0o) atau disuhu setimbangnya.

Untuk percobaan kalor jenis logam, logam yang digunakan yaitu 2 buah
besi dan satu buah kuningan. Ketiga logam tersebut memiliki massa yang
berbeda-beda. Dilepmpengan logam telah tertera nilai massa masing-masing
logam. Untuk besi 1 bermassa 10gr, besi 2 bermassa 50gr dan kuningan bermassa
100gr. Seperti prosedur percobaan pada praktikum sebelumnya, semua alat dan
bahan harus ditimbang terlebih dahulu. Termasuk logam-logam yang menjadi
bahan dalam praktikum ini. Meskipun logam tersebut telah tertera massanya,
namun terjadi perbedaan massa pada masing-masing logma setelah ditimbang.
Sifat logam yang mudah memuai ini, memungkinkan juga terjadnya pemuain
pada ketiga logam ini, itulah mengapa terjadi perbedaan hasil pada saat logam
ditimbang. Apalagi logam tersebut telah digunakan berkali-kali dalam proses
pemanasan. Dalam proses pengerjaan praktikumnya sama seperti praktikum
sebelumnya. Namun untuk praktikum ini, yang harus dicari adalah panas jenis
logam dan kapasitas panas. Untuk menghitung panas jensi dapat menggunakan
rumus :

𝑀𝑙𝑔𝑚. 𝐶𝑙𝑔𝑚. ∆𝑇 = 𝑀𝑎𝑖𝑟. 𝐶𝑎𝑖𝑟. ∆𝑇

𝑀𝑙𝑔𝑚. 𝐶𝑙𝑔𝑚. (𝑇𝑙𝑔𝑚 − 𝑇𝑠) = 𝑀𝑎𝑖𝑟. 𝐶𝑎𝑖𝑟. (𝑇𝑠 − 𝑇𝑎)

𝑀𝑎. 𝐶𝑎. (𝑇𝑠 − 𝑇𝑎)


𝐶𝑙𝑔𝑚 =
𝑀𝑙𝑔𝑚(𝑇𝑙𝑔𝑚 − 𝑇𝑠)

Setelah itu, komponen rumus yang telah diketahui datanya langsung


disubstitusikan kedalam rumus, sehingga didapatlah hasil masing-masing panas
jenis logam yaitu untuk besi 607,74 J/kgoC dan 503,65 J/kgoC. Sedangkan pada
literatur, panas jenis untuk besi yaitu 460 J/kgoC. Untuk mencari kapasitas panas
yaitu dengan rumus:

𝐶 = 𝑀𝑙𝑔𝑚. 𝐶𝑙𝑔𝑚

Maka didapatlah hasil, untuk besi 1 yang memiliki berat 9,8.10-3kg kapasitas
panasnya 5,95 J/kg sedangkan pada literatur 4,6 J/kg. Pada besi 2 yang memiliki
berat 50,1.10-3kg, kapasitas panasnya 25,2 J/oC sedangkan menurut literatur yaitu
23 J/oC. Utnuk panas jenis dan kapasitas panas, panas kuningan, masing-masing
yaitu 259,82 J/kgoC dan 26 J/oC sedangkan bila dibandingkan dengan literatur
yaitu 380 J/kgoC dan 38 J/oC.

Dari data-data tersebut dan dibandingkan dengan literatur, perbedaanya


hanya sedikit. Sebab pada literatur data yang diambil adalah logam yang normal.
Kalau pada percobaan ini, logamnya telah sering menerima kalor dan dijadikan
bahan praktikum sehingga mengalami pemuaian dan berpengaruh pada panas
jenis serta kapasitas panasnya. Dapat dibandingkan pula panas jenis logam besi
dan kuningan, bahwa kuningan memiliki panas jenis yang lebih kecil dari besi.
Apabila kalor jenis semakin rendah, maka akan lebih cepat menerima kalor atau
menyerap kalor. Maka dapat disimpulkan, kuningan akan lebih cepat menyerap
kalor yang disebabkan kalor jenisnya lebih rendah dari besi.

Anda mungkin juga menyukai