Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa menurut undang – undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014


merupakan suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikaan kontribusi untuk komunitasnya. Menurut Riyadi dan Purwanto
(2013), kesehatan jiwa suatu kondisi perasaan sejahtera secara subyektif, suatu
penilaian diri tentang perasaan mencakup aspek konsep diri, kebugaran dan
kemampuan pengendalian diri.
Menurut Depkes dalam Herman (2011), perawatan diri salah satu
kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan
kehidupannya , kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya,
klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Defisit Perawatan Diri?
2. Apa Etiologi dari Defisit Perawatan Diri?
3. Bagaimana Tanda dan gejala dari Defisit Perawatan Diri?
4. Bagaimana Karakteristik dari Defisit Perawatan Diri?
5. Bagaimana Mekanisme Koping pada Defisit Perawatan Diri?
6. Bagaimana Masalah Keperawatan pada Defisit Perawatan Diri?
7. Bagaimana Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri?
8. Bagaimana Diagnosa Keperawatan Defisit Perawatan Diri?
9. Bagaimana Intervensi Defisit Perawatan Diri?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi dari Defisit Perawatan Diri
2. Untuk mengetahui Etiologi dari Defisit Perawatan Diri
3. Untuk mengetahui Tanda dan gejala dari Defisit Perawatan Diri
4. Untuk mengetahui Karakteristik dari Defisit Perawatan Diri

1
5. Untuk mengetahui Mekanisme Koping pada Defisit Perawatan Diri
6. Untuk mengetahui Masalah Keperawatan pada Defisit Perawatan Diri
7. Untuk mengetahui Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri
8. Untuk mengetahui Diagnosa Keperawatan Defisit Perawatan Diri
9. Untuk mengetahui Intervensi Defisit Perawatan Diri

2
BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian

Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat


adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun, kurang perawatan diri ketidakmampuan merawat
kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting
(Buang Air Besar atau Buang Air Kecil) (Mukhripah, 2008).

Higiene adalah ilmu kesehatan, cara perawatan diri manusia untuk


memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien
disebut higiene perorangan (perry & poter, 2006). Personal hygiene berasal dari
Bahasa Yunani yang berarti Personal yang artinya perorangan dan Hygien berarti
sehat kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis sesuai kondisi
kesehatannya (Wartonah, 2006).

Defisit Perawatan Diri gangguan kemampuan melakukan aktivitas yang


terdiri dari mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting atau kebersihan diri
secara mandiri (Nanda, 2006). Keadaan individu mengalami kerusakan fungsi
motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk
melakukan masing-masing dari kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi
atau higiene, berpakaian atau berhias, toileting, instrumental) (Carpenito, 2007).

3
B. Etiologi

Menurut Depkes (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah:

1. Faktor Predisposisi

a. Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan


inisiatif terganggu.

b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
2. Faktor presipitasi
Menurut Wartonah (2006) ada beberapa faktor persipitasi yang dapat
menyebabkan seseorang kurang perawatan diri. Faktor-faktor tersebut dapat
berasal dari berbagai stressor antara lain:

4
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
terhadap kebersihannya.
b. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosioekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus dia harus menjaga kebersihan kakinya.

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah


kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, hambatan
lingkungan, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri (Nanda,
2006)

3. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene menurut Wartonah
(2006) yaitu :
a. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak


terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah


gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,

5
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

C. Tanda Dan Gejala

Menurut Mukhripah (2008) kurang perawatan diri sering ditemukan


adanya tanda dan gejala sebagai berikut :
a. gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
b. ketidakmampuan berhias atau berdandan, ditandai dengan rambut acak-
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-
laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.
c. ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya.
d. ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB atau
BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB
atau BAK.
D. Karakteristik Defisit Perawatan Diri

Adapun jenis dan karakteristik kurang perawatan diri tanda dan gejala menurut
Nanda (2006) meliputi :
1. Kurang perawatan diri mandi atau hygiene

Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas mandi atau kebersihan


diri secara mandiri, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk
dan keluar kamar mandi.
2. Kurang perawatan diri berpakaian atau berhias

Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas berpakaian dan berhias


untuk diri sendiri, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan,

6
menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki,
mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil
pakaian dan mengenakan sepatu.
3. Kurang perawatan diri makan

Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas makan, dengan batasan


karakteristik ketidakmampuan klien dalam mempersiapkan makanan,
menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan,
mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam
mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut,
melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara yang diterima
masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan
dengan aman.
4. Kurang perawatan diri toileting

Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas toileting, dengan


batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam pergi ke toilet atau
menggunakan pispot, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian
untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB atau BAK dengan tepat, dan
menyiram toilet atau kamar kecil.
E. Mekanisme Koping

Mekanisme koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi


stressor meliputi status sosialekonomi, keluarga, jaringan interpersonal,
organisasi yang dinaungi oleh lingkungan sosial yang lebih luas, juga
menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal seperti
kesenian, musik, atau tulisan (Stuart and Sundeen, 1998).

7
F. Masalah Keperawatan

Menurut Keliat (2006) masalah keperawatan yang muncul untuk kasus ini adalah:

1. Hygine diri

2. Berhias

3. Makan

4. Bab/Bak

G. Pohon Masalah

Gangguan pemeliharaan kesehatan

Defisit perawatan diri : mandi, berhias core problem

Isolasi sosial : menarik diri

Skema 1 : pohon masalah defisit perawatan diri : mandi, berhias


(Sumber : Keliat, 2006)

H. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dari skema pohon masalah defisit perawatan diri adalah
sabagai berikut :

8
1. Hygine diri

2. Berhias

3. Makan

4. Bab/Bak

I. Intervensi

Defisit perawatan diri merupakan core problem atau diagnosa utama dalam pohon
masalah diatas, berikut ini adalah rencana asuhan keperawatan dari defisit perawatan
diri (Keliat, 2006).

Tujuan Intervensi
Tujuan umum : 1. Bina hubungan saling percaya
dgn menggunakan prinsip
Pasien tidak mengalami defisit
komunikasi terapeutik :
perawatan diri.
a. Sapa pasiendengan ramah,
baik verbal maupun non
TUK 1 :
verbal
Pasien bisa membina hubungan
b. Perkenalkan diri dengan
saling percaya dengan perawat
sopan
c. Tanyakan nama lengkap
dan nama panggilan yang
di sukai pasien
d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati


dan menerima pasien apa
adanya
g. Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan
dasar pasien

9
TUK 2 : 1. Melatih pasien cara-cara
perawatan kebersihan diri :
Pasien mampu melakukan
a. Menjelasan pentingnya
kebersihan diri secara mandiri
menjaga kebersihan diri.

b. Menjelaskan alat-alat
untuk menjaga kebersihan
diri
c. Menjelaskan cara-cara
melakukan kebersihan diri
d. Melatih pasien
mempraktekkan cara
menjaga kebersihan diri

TUK 3 : 1. Melatih pasien


berdandan/berhias :
Pasien mampu melakukan
a. Untuk pasien laki-laki
berhias/ berdandan secara baik
latihan meliputi :
1) Berpakaian

2) Menyisir rambut

3) Bercukur

b. Untuk pasien wanita,


latihannya meliputi :
1) Berpakaian

2) Menyisir rambut

3) Berhias

10
TUK 4 : 1. Melatih pasien makan secara
mandiri :
Pasien mampu melakukan makan
a. Menjelaskan cara
dengan baik
mempersiapkan makan
b. Menjelaskan cara makan
yang tertib
c. Menjelaskan cara
merapihkan peralatan
makan setelah makan
d. Praktek makan sesuai

dengan tahapan makan yang baik

TUK 5 : 1. Mengajarkan pasien


melakukan BAB/BAK secara
Pasien mampu melakukan
mandiri :
BAB/BAK secara mandiri
a. Menjelaskan tempat
BAB/BAK yang sesuai
b. Menjelaskan cara
membersihkan diri setelah
BAB dan BAK
c. Menjelaskan cara
membersihkan tempat
BAB dan BAK

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya
jika tidak dapat melakukan perawatan diri.
Sedangkan defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
Faktor penyebab terjadinya defisit perawatan diri diantaranya Perkembangan,
biologis, kemampuan realitas menurun dan sosial

B. SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini para pembaca baik para mahasiswa
keperawatan, perawat maupun tenaga kesehatan lainya dapat memberikan
penatalaksanaan pada pasien keracunan pada anak dengan baik dan benar sehingga
makalah penulis dapat bermanfaat.

12
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti. (2012). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
Depkes, R. (2000). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan keperawatan Jiwa.
Jakarta: Depkes RI.
Herman ade. (2011). buku ajar asuhan keperawatan jiwa. yogyakarta: nuha
medika.
Website: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-lilikadiir-
6730-babii.pdf [diakses tanggal: 20 Oktober 2018]

13
TUGAS MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II

Disusun oleh:

Adjitta Nabila
Ayuning Sukma Suhada
Ida Royani
Indra Lesmana
Sri Cahyati

Prodi S1 KEPERAWATAN Tk.4


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN YPIB MAJALENGKA
Tahun Ajaran 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai