Anda di halaman 1dari 53

BAB I

AKUNTANSI PANDANGAN UMUM

Akuntansi menurut Accounting Principles Board (1970) yang diterjemahkan


adalah akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah untuk menyediakan
informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas ekonomik
dalam mengambil pilihan- pilihan beralasan diantara berbagai tindakan
alternative. Akuntansi meliputi beberapa cabang, misalnya akuntansi keuangan,
akuntansi manajemen, dan akuntasni pemerintahan.

Informasi akuntansi diharapkan dapat menjadi proses pengambilan


keputusan ekonomik yang rasional. Ada beberapa contoh keputusan ekonomik,
yaitu :

a. menerima dan menolak permintaan kredit.

b. melepas kembali atau mengembalikan saham

c. mengeluarkan saham atau obligasi untuk menarik dana dari masyarakat.

1.1 Klasifikasi Akuntansi

1. Akuntansi bisnis dan non bisnis

Akuntansi bisnis bertujuan untuk mencari keuntungan atau laba. Akuntansi


bisnis terdiri dari 2, yaitu :

a. Akuntansi Konvensional

Akuntansi yang bebas dalam menentukan keuntungan. Contoh : Bank swasta


seperti BCA, Panin, OCBC dan lain sebagianya.

b. Akuntansi Syariah

Akuntansi yang berdasarkan syariat islam. Contoh : BRI Syariah


Sedangkan akuntansi non bisnis tidak bertujuan untuk mencari keuntungan. .
Akuntansi non bisnis terdiri dari 2, yaitu :

a. Akuntansi Pemerintah

Contohnya : RAPBN ( Rancangan Anggaran Perbelanjaan Negara ) atau


RAPBD

( Rancangan Anggaran Perbelanjaan Daerah )

b. Akuntansi Non Pemerintah

Contohnya : panti asuhan dan yayasan agama.

2. Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen

Akutansi keuangan bertujuan untuk menyajikan informasi unutk kepentingan


pihak eksternal entitas ekonomik. Contoh : pemilik perusahaan , para kreditor dan
pemegang saham.

Sedangkan Akuntansi manajemen bertujuan untuk menyajikan informasi


unutk kepentingan pihak internal entitas ekonomik. Contoh : Manajemen
pengolah perusahaan.

1.2 Pengguna dan Guna Akuntansi

Para pengguna akuntansi dapat dikelompokkan kedalam dua golongan, yaitu:

1. pengguna yang berhubungan langsung

Terdiri dari :

a. Pemilik

Informasi akuntansi membantu pemilik untuk mengambil keputusan apakah


pemilik akan tetap menanamkan modalnya, menambah , mengurangi atau menarik
semua modal yang telah disetorkan.
b. Kreditor

orang yang memberi pinjaman kepada suatu perusahaan maupun individu.

c. Manajemen

Pengolah perusahaan yang memikul tanggung jawab atas kelangsungan


perusahaan. Akuntansi memiliki peranan penting bagi manajemen, yaitu
melindungi aset, penyusunan rencana, pengukuran efisiensi, efektivitas, dan
keekonomian, dan juga pengawasan.

d. Karyawan

Akuntansi dapat menunjukan prospek perusahaan dan untung ruginya bekerja


pada perusahaan tersebut bagi karyawan.

2. pengguna yang berhubungan tidak langsung

Terdiri dari :

a. Calon pemilik

Untuk calon pemilik, akuntansi digunakan sebagai tingkat ukur tingkat


pengembalian jika membeli saham tertentu.

b. Pemerintah

Pemerintah berkepentingan dalam hal pembayaran pajak dan ketaatan


perusahaan.

c. Konsultan keuangan

Konsultan keuangan adalah orang yang menjual jasa analisis masalah


keuangan. Informasi akuntansi membantu konsultan keuangan dalam pemberian
saran, penentuan kebijakan dan penilaian prospek proyek investasi untuk
perusahaan yang berkonsultasi.
d. Serikat pekerja

Serikat pekerja organisasi yang berusaha melindungi kepentingan pekerja dari


penindasan perusahaan.

1.3 Akuntan dan Spesialisnya

Akuntan dan Spesialisnya terbagi menjadi 5 bagian, yaitu :

1. Akuntan Privat

akuntan yang bekerja pada perusahaan tertentu dan merupakan karyawan


perusahaan tersebut. Akuntan privat bersifat pribadi.

2. Akuntan Publik

akuntan yang bergerak di bidang akuntansi publik, yaitu menyerahkan jasa


akuntansi untuk organisasi bisnis dan nonbisnis.

3. Akuntan Pemerintah

akuntan yang bergerak di bidang pemerintahan untuk


mempertanggungjawabkan pelaksanaan APBN / APBD da”n menyediakan
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomik, social dan
politis.

4. Akuntan Pendidik

akuntan yang bergerak di bidang pendidikan untuk mengajar orang agar


mengerti akuntansi.

5. Akuntan Forensik

akuntan yang bertugas mencari bukti- bukti kejahatan keuangan yang terjadi
di anggaran Negara. Contoh : KPK.
1.4 Prinsip Akuntansi

“ Aset, kewajiban, biaya harus dicatat pada saat terjadi transaksi dan mencatat
harga yang berlaku saat terjadi transaksi ’’

1.5 Konsep Dasar Akuntansi

Konsep Dasar Akuntansi , terdiri dari :

1. Konsep Entitas Akuntansi

Disebut juga sebagai konsep kesatuan usaha. Konsep ini penting untuk
menentukan bidang perhatian akuntansi, yaitu mengidentifikasi, mengukur,
mencatat, dan melaporkan objek dan aktivitas entitas.

2. Jenis- jenis Entitas Bisnis

Dikelompokan menjadi 2 bagian, yaitu :

A. Berdasarkan Keluarannya, terdiri dari :

a. Perusahaan Jasa, yaitu perusahaan yang menjual jasa tertentu. Contoh :


notaris.

b. Perusahaan Dagang, yaitu perusahaan yang menjual barang yang diperoleh


dari pemasok. Contoh : Hypermart.

c. Perusahaan Manufaktur, yaitu perusahaan yang mengolah bahan mentah


menjadi barang jadi. Contoh : Pabrik tahu.

B. Berdasarkan Kepemilikannya, terdiri dari :

a. Perusahaan Perseorangan, yaitu perusahaan yang dimiliki oleh satu orang


saja.

b. Perusahaan Persekutuan, yaitu perusahaan yang dimiliki oleh dua orang


atau lebih, yang menjalankan usahanya dengan nama bersama untuk
mencapai tujuan bersama. Terdiri dari sekutu aktif dan sekutu pasif. Sekutu
aktif adalah orang yang mengolah usaha. Sedangkan sekutu pasif adalah
orang yang menyetorkan modal. Perusahaan persekutuan memiliki perjanjian
yang meliputi tujuan utama perusahaan, sumber modal, pembagian laba atau
rugi dan pembubaran.

1.6 Siklus Akuntansi

1. Mendokumentasikan transaksi keuangan

2. Menjurnal

3.Mengakunkan atau posting ke Buku Besar

4. Membuat Neraca sebelum penyesuaian

5. Membuat Neraca setelah penyesuaian

6. Membuat Laporan Keuangan yang terdiri dari Neraca dan arus kas

7. Jurnal Penutup
BAB II

LAPORAN KEUANGAN

Laporan keuangan adalah hasil akhir dari siklus akuntansi. Tujuan laporan
keuangan di bagi menjadi 2, yaitu :

1. Berdasarkan Informasi

Bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna keuangan untuk mengetahui hal-


hal berikut :

a. Posisi keuangan ( aset, kewajiban dan ekuitas ) perusahaan.

b. Kinerja ( pendapatan, biaya, untung dan rugi ) perusahaan.

c. Arus kas perusahaan.

2. Berdasarkan Pertanggungjawaban

Sebagai alat pertanggungjawaban manajemen kepada para pemilik


perusahaan

2.1 Karakteristik Laporan Keuangan

1. Dapat dipahami

Informasi keuangan yang dapat dipahami adalah Informasi keuangan yang


bentuk dan bahasa teknis yang sesuai dengan tingkat pengertian
penggunanya.

2. Relavan

Informasi keuangan harus berpautan dengan tujuan pemanfaatannnya.

3. Andal

Informasi keuangan dapat diandalkan oleh pemakainya sebagai suatu


penyajian yang tulus dari seharusnya yang disajikan.
4. Dapat Diperbandingkan Laporan keuangan bermanfaat untuk perbandingan
pendapatan dengan bulan lalu.

2.2 Neraca

Neraca adalah laporan keuangan yyang secara sistematis menyajikan posisi


keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. Terdapat 3 elemen utama pada
neraca, yaitu :

1. Aset

Aset terdiri dari Aset lancar, aset tetap, aset tak berwujud, aset lain- lain.

a. Aset Lancar

Aset lancar meliputi kas dan sumber- sumber ekonomik lainnya yang dapat
dicairkan menjadi kas, dijual atau dipakai habis dalam rentang waktu 1 tahun
sejak tanggal neraca.

b. Aset Tetap

Aset tetap merupakan sumber ekonomik yang berwujud yang perolehannya


sudah dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap digunakan untuk kegiatan
perusahaan dan tidak untuk dijual. Aset tetap dimanfaatkan secara permanen atau
dalam rentang waktu lebih dari 1 tahun. Contoh : gedung, tanah dan peralatan.

c. Aset Tak Berwujud

Aset tak berwujud merupakan aset yang dapat diidentifikasikan dan tak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan dan
menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya. Contoh : hak
paten dan merek dagang.

d. Aset Lain- lain

Aset lain- lain adalah aset yang tidak dapat dikelompokan kedalam aset
lancar, aset tetap, aset tak berwujud. Contoh : gedung yang masih dalam proses
pembangunan.
2. Kewajiban

a. Kewajiban Lancar

Kewajiban lancar adalah kewajiban yang diperkirakan akan diselesaikan


dalam jangka waktu siklus operasi normal atau akan jatuh tempo dalam jangka
waktu 12 bulan sejak tanggal neraca. Contoh kewajiban lancar adalah utang
usaha, utang wesel dan uatng gaji atau upah.

b. Kewajiban Jangka Panjang

Kewajiban jangka panjang disebut juga dengan kewajiban tak lancar.


Kewajiban ini pelunasannya atau jatuh temponya lebih dari 1 tahun sejak tanggal
neraca. Contoh kewajiban jangka panjang adalah utang hipotik dan utang obligasi.

3. Ekuitas

Istilah ekuitas digunakan untuk menyatakan sisa hak aset perusahaan setelah
dikurangi dengan segenap kewajiban.

2.3 Bentuk Neraca

Setiap neraca harus mencantumkan hal- hal berikut :

1. Nama Perusahaan (dicantumkan paling atas pada kepala neraca).

2. Neraca sebagai judul laporan

3. Tanggal neraca

4. Isi neraca (aset, kewaiban, dan ekuitas)

2.4 Manfaat Neraca

Manfaat Neraca adalah untuk memantau likuiditas dan fleksibilitas keuangan


perusahaan. Likuiditas dan fleksibilitas keuangan merupakan kondisi tertentu
yang harus dipelihara pada kapasitas tertentu untuk menghasilkan laba.
2.5 Laporan Rugi Laba

Laporan rugi laba adalah laporan keuangan yang secara sistematis


menyajikan hasil usaha perusahaan dalam rentang waktu tertentu. Di dalam
laporan rugi laba dilaporkan juga pendapatan, biaya, untung dan rugi.

Pendapatan adalah kenaikan aset atau penurunan kewajiban atau kombinasi


keduanya sebagai akibat dari penyerahan produk perusahaan kepada para
pelanggan.

Biaya adalah kebalikan dari pendapatan, yaitu penurunan aset atau kenaikan
kewajiban atau kombinasi keduanya sebagai akibat dari penyerahan produk
perusahaan kepada para pelanggan.

Untung adalah kenaikan aset neto yang berasal dari peristiwa insidental dan
bukan dari penyerahan jasa kepada para pelanggan.

Rugi terjadi jika harga jual lebih rendah daripada modal.

Dalam menentukan elemen- elemen rugi laba, akuntansi menggunakan asas


akrual, bukan dasar tunai. Pendapatan diakui pada saat terjadi transaksi penjualan
produk, bukan sekedar pada saat diterimanya kas. Biaya diakui ketika upaya untuk
menciptakan pendapatan telah selesai dilakukan, bukan pada saat dikeluarkannya
kas.

Agar tujuan menyajikan rugi laba periodik dapat terpenuhi, penyusunan


laporan rugi laba adalah sebagai berikut :

1. Harus membuat segenap pendapatan, biaya, untung dan rugi pada periode
yang bersangkutan.

2. Sebaiknya disusun dalam posisi vertikal, yaitu urut ke bawah dengan


pendapatan menempati posisi paling atas, kemudian barulah biaya- biaya.

3. memisahkan pendapatan dan biaya usaha dari pendapatan dan biaya diluar
usaha.
Setiap laporan rugi laba harus mencantumkan hal- hal berikut :

1. Nama Perusahaan (dicantumkan paling atas pada kepala neraca).

2. Laporan rugi laba sebagai judul laporan.

3. Periode laporan.

4. Elemen- elemen rugi laba (pendapatan, biaya, untung dan rugi).

2.6 Bentuk Laporan Rugi Laba

Bentuk laporan rugi laba terbagi menjadi 2, yaitu :

1. Laporan Rugi Laba Bertahap (Multiple Step)

Laporan rugi laba bertahap adalah laporan rugi laba yang penyajiannya
mengikuti tahap- tahap berikut :

a. Penentuan rugi laba dari aktivitas usaha.

b. Penentuan rugi laba dari aktivitas diluar usaha.

2. Laporan Rugi Laba satu tahap (Single Step)

Laporan rugi laba satu tahap adalah laporan rugi laba yang disajikan dengan
satu tahap saja.

2.7 Manfaat Laporan Rugi Laba

Ada beberapa manfaat laporan rugi laba, yaitu :

1. Merupakan alat ukur keberhasilan perusahaan.

2. Merupakan pusat penaksiran keberhasilan perusahaan pada periode


berikutnya.

3. Merupakan media untuk menilai tingkat kemapuan perusahaan dalam


menghasilkan laba.
2.8 Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas adalah laporan keuangan yang secara sistematis


menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas perusahaan akibat operasi
perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada satu periode akuntansi tertentu.

Laporan perubahan ekuitas terbagi menjadi 2, yaitu :

1. Laporan Perubahan Ekuitas Perusahaan Perseorangan

Pemilik perusahaan perseorangan adalah individu tertentu. Pada saat pertama


kali perusahaan didirikan dan mulai beroperasi, ekuitasnperusahaan merupakan
kontribusi dari pemiliknya. Tambahan ekuitas dapat diperoleh dari 2 sumber, yaitu
:

a. Laba bersih yang diperoleh

b. Setoran tambahan dari pemilik

Sementara itu, penggunaan sumber ekonomik perusahaan untuk membelanjai


kepentingan pribadi pemilik yang akan mengurangi ekuitas, disebut prive.

2. Laporan Perubahan Ekuitas Perusahaan Persekutuan

Pemilik perusahaan perseorangan adalah dua orang atau lebih. Dengan


demikian, harus diikuti dengan seksama setoran modal dan prive para sekutu.
Selain itu, perlu diperhatikan secara intens tata cara pembagian laba rugi yang
disepakati. Laporan perubahan ekuitas perusahaan persekutuan tidak jauh berbeda
dengan laporan perubahan ekuitas perusahaan perseorangan. Perbedaannya hanya
karena pemilikan persekutuan yang menyangkut dua orang atau lebih.

3. Laporan Perubahan Ekuitas Perusahaan Perseroan

Kepemilikan perusahaan perseroan dintandai dengan pemilikan saham. Laba


perusahaan perseroan dibagi menjadi :
a. Dividen, yaitu laba yang dibagikan kepada para pemegang saham.

b. Laba ditahan, yaiut laba yang tidak dibagi dan tetap di berada di
perusahaan.

2.9 Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan secara sistematis


informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama 1 periode tertentu.
Dalam laporan arus kas , penerimaan dan pengeluaran kas diklasifikasikan
menurut kegiatan operasi, kegiatan pendanaan dan kegitan investasi.

Kegiatan operasi meliputi transaksi- transaksi yang berakibat pada kas, yang
menjadi penentu rugi laba. Contohnya penerimaan kas dari penjualan jasa dan
pembayaran kas kepada pemasok untuk memperoleh kesediaan.

Kegiatan pendanaan meliputi kegiatan dengan pemilik dan kreditor yang


berpengaruh pada kas. Contohnya penyetoran modal dan pengambilan prive,
pembagian dividen tunai dan penarikan utang bank serta pelunasannnya.

Kegiatan investasi meliputi kegiatan membeli aset tetap untuk fasilitas


produksi, menjualnya kembali jika sudah tidak terpakai dan kegiatan memberi
pinjaman uang serta penerimaan dari hasil tagihan atas pinjaman tersebut.

2.10 Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian integral dari laporan


keuangan. Neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus
kas disebut tubuh laporan keuangan, sedangkan catatan atas laporan keuangan
merupakan penjelasan atas pos- pos yang tercantum di tubuh laporan keuangan.

Menurut PSAK No. 1, par. 69, Catatan atas laporan keuangan


mengungkapkan hal- hal berikut :

1. Informasi tentang penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi


yang dipilih dan ditetapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.
2. Informasi yang diwajibkan dalam PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan) tetapi tidak disajikan di neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan
ekuitas dan laporan arus kas.

3. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi


diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
BAB III

ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

3.1 Sistem Berpasangan dan Persamaan Akuntansi

Akuntansi menggunakan sistem pencatatan berpasangan (double entry


system). Contohnya perusahaan mengeluarkan kas untuk membayar sewa gedung.
Pada transaksi ini perusahaan tidak hanya mencatatat pengeluaran kas, tetapi
tujuan dikeluarkannya kas tersebut juga dicatat.

Kesepakatan akuntansi mengkehendaki pula pencatatan yang jelas dari mana


aset perusahaan diperoleh. Sumber diperolehnya aset dicatat pada sisi yang
bersebrangan dengan sisi pencatatan aset perusahaan, sehingga keseimbangan
antara aset dan sembernya selalu terpelihara. Secara matematis, posisi
keseimbangan antara aset dan sembernya dinyatakan dalam persamaan akuntansi,
yaitu :
Aset = Pasiva

Sumber diperolehnya aset secara keseluruhan disebut pasiva. Pasiva juga


merupakan istilah yang digunakan untuk menunjuk sumber aset.

Dalam perjalanan hidup perusahaan selanjutnya, bisa jadi perusahaan


menerima aset dari kreditor. Sumber perolehan aset bisa dari pemilik dan kreditor.
Pemilik dan kreditor mempunyai hak terhadap aset perusahaan. Hak kreditor
disebut kewajiban, sedangkan hak pemilik di sebut ekuitas. Dengan demikian,
persamaan akuntansi dapat dijabarkan sebagai berikut :

Aset = Kewajiban + Ekuitas


3.2 Ragam Transaksi Keuangan

Ragam transaksi keuangan terbagi menjadi 5, yaitu ;

1. Transaksi dengan Pemilik


Transaksi dengan pemilik adalah transaksi yang terjadi antara perusahaan
dengan pemilik. Contohnya transaksi penyetoran modal dan penarikan kembali
modal.
2. Transaksi dengan Kreditor
Transaksi dengan kreditor adalah transaksi yang terjadi antara perusahaan
dengan kreditor. Contohnya transaksi penarikan pinjaman dan pelunasan
pinjaman.

3. Transaksi dengan Pelanggan


Transaksi dengan Pelanggan adalah transaksi yang terjadi antara perusahaan
dengan pelanggan. Contohnya penjualan barang atau jasa perusahaan kepada
pelanggan dan pengembalian barang oleh pelanggan karena barang tidak sesuai
dengan pesanan. Dalam hal jasa, pelanggan menuntut pengurangan harga karena
pelanggan merasa kualitas jasa yang diberikan tidak sesuai dengan yang
diharapkan pelanggan.
4. Transaksi dengan Pemasok
Transaksi dengan pemasok adalah transaksi yang terjadi antara perusahaan
dengan pemasok. Contohnya pemasok bahan baku, pembelian bahan baku,
barang dagangan, ataupun barang lainnya seperti alat-alat kantor, kendaraan dan
mesin produksi.
5. Transaksi dengan Penyedia Nilai Tambah
Transaksi dengan penyedia nilai tambah adalah transaksi yang terjadi antara
perusahaan dengan penyedia nilai tambah kepada produk atau jasa perusahaan.
Contohnya karyawan yang menyediakan tenaganya, PLN ( Pembangkit Listrik
Negara ) yang menyediakan listrik.
BAB IV
BUKU BESAR

Buku besar atau ledger merupakan buku ataupun catatan akuntansi yang
permanen. Buku besar berisi kumpulan akun yang disebut juga sebagai rekening
atau perkiraan.

4.1 Bentuk Akun

1.

Nama Akun
No.Akun:
Tanggal Keterangan Ref Debit Tanggal Keterangan Ref Kredit

2.

Nama Akun
No. Akun :
Saldo
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit
Debit Kredit

3.

Nama Akun
No. Akun :
Tanggal Keteranagn Ref Debit Kredit Saldo D/K
4.2 Debit dan Kredit

Istilah debit dan kredit mula- mula diajarkan oleh Luca Pacioli yang dikenal
sebagai Bapak Akuntansi. Dimana debit disebut “ Debito” sedangkan kredit
disebut “Credito" yang berasal dari bahasa latin yaitu debeo dan credo. Kebiasaan
ataupun aturan mendebit biasanya disisi kiri sedangkan mengkredit disisi kanan.

4.3 Klasifikasi Akun

Dalam persamaan akuntansi ada 3 kelompok akun yang dijumpai, yaitu aset,
kewajiban dan ekuitas. Ekuitas digunakan untuk menampung pendapatan, biaya
dan prive. Pendapatan merupakan elemen yang menambah ekuitas atau modal
sedangkan biaya atau kewajiban merupakan pengorbanan untuk memperoleh
pendapatan, sehingga dengan demikian mengurangi ekuitas atau modal. Prive
adalah pengurangan ekuitas atau modal.

4.4 Aturan Debit dan Kredit

Aturan Debit dan Kredit adalah aturan yang digunakan untuk mencatat
perubahan aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, biaya dan prive dalam akun yang
bersangkutan.

Aturan Debit dan Kredit adalah sebagai berikut :

ASET
Debit Kredit
+ -

BIAYA
Debit Kredit
+ -

PRIVE
Debit Kredit
+ -
KEWAJIBAN
Debit Kredit
- +

MODAL
Debit Kredit
- +

PENDAPATAN
Debit Kredit
- +

4.5 Aset

Aset adalah manfaat ekonomik masa depan yang cukup pasti yang diperoleh
perusahaan sebagai dari akibat dari peristiwa masa lalu.

Manfaat ekonomik masa depan adalah potensi aset tersebut untuk


menghasilkan arus kas kepada perusahaan secara langsung maupun tidak
langsung.

Aset terbagi menjadi 4, yaitu :

1. Aset Lancar yang terdiri dari kas, piutang, perlengkapan dan bahan habis
pakai.

2. Aset Tetap yang terdiri dari tanah, gedung, mesin, peralatan dan kendaraan.

3. Aset Tak Berwujud yang terdiri dari nama baik (goodwill), hak cipta dan
merek dagang.

4. Aset Lain- lain yang terdiri dari gedung dalam proses bangunan.

Piutang usaha adalah tagihan dari pihak luar yang tibul dari aktivitas
penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang wesel adalah piutang yang
dilengkapi dokumen secara formal.
4.6 Kewajiban

Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa mendatang yang


cukup pasti yang menjadi keharusan perusahaan untuk menyerahkan aset atau jasa
di masa mendatang kepada entitas lain. Kewajiban di bagi menjadi 2, yaitu :

1. Kewajiban Lancar

Kewajiban lancar adalah kewajiban yang diperkirakan akan diselesaikan


dalam jangka waktu siklus operasi normal atau akan jatuh tempo dalam jangka
waktu 12 bulan sejak tanggal neraca. Yang termasuk kewajiban lancar adalah :

a. Utang Usaha merupakan kewajiban perusahaan yang timbul dari kegiatan


normal perusahaan.

b. Utang Bank merupakan pinjaman yang ditarik perusahaan dari bank.

c. Utang Pajak merupakan kewajiban- kewajiban fiscal yang sudah menjadi


tanggungan perusahaan tetapi perusahaan belum melunasi.

2. Kewajiban Jangka Panjang

Kewajiban jangka panjang disebut juga dengan kewajiban tak lancar.


Kewajiban ini pelunasannya atau jatuh temponya lebih dari 1 tahun sejak tanggal
neraca. Yang termasuk kewajiban jangka panjang adalah :

a. utang hipotik merupakan kewajiban jangka panjang yang dijamin dengan


sejumlah aset tetap.

b. utang obligasi merupakan kesanggupan untuk membayar sejumlah uang


yang tercantum dalam surat utang pada saat jatuh tempo.

4.7 Biaya

Biaya merupakan semua pengorbanan ekonomik yang dikeluarkan untuk


memperoleh pendapatan. Biaya terbagi menjadi 3, yaitu :
1. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyokong
kegiatan usaha perusahaan.

2. Biaya Pemasaran, contoh : biaya iklan, biaya gaji pemasaran.

3. Biaya Administrasi, contoh : biaya pos, biaya telekomunikasi.

4.8 Penomoran Akun

Dalam sebuah perusahaan terdapat banyak akun. Hal tersebut perlu diberikan
nomor akun secara sistematis sehingga memudahkan upaya pencarian akun.
Penomoran Akun dibagi menjadi 5, yaitu :

1. Aset diberi nomor akun 100- 199

2. Kewajiban diberi nomor akun 200-249

3. Ekuitas diberi nomor akun 250- 299

4. Pendapatan diberi nomor akun 300- 399

5. Biaya diberi nomor akun 400- 499


BAB V

JURNAL, POSTING DAN NERACA SALDO

Prosedur pertama yang benar untuk mencatat transaksi keuangan adalah


mencatat di buku jurnal. Buku jurnal adalah media untuk mencatat transaksi
secara kronologis atau urut waktu. Setelah mencatat di buku jurnal, informasi di
buku jurnal di transfer ke buku besar, tahap ini di sebut dengan posting atau
pengankunan. Prosedur menjurnal transaksi di lakukan dari awal sampai akhir
periode akuntansi. Pada akhir periode, disusun neraca saldo. Neraca saldo adalah
daftar yang berisi indormasi saldo ( Debit dan Kredit ) dari akun- akun buku
besar.

5.1 Jurnal

Transaksi harus melalui tahap jurnal terlebih dahulu sebelum dicatat di buku
besar, karena tidak dibenarkan oleh siklus akuntansi dan hal- hal sebagai berikut :

1. Transaski keuangan menyangkut beberapa pos yang harus ditunjukan pada


satu medis tertentu.

2. Pencatatan transaksi harus mampu menyajikan terjadinya transaksi secara


kronologis atau berurut.

3. Sebuah perusahaan besar mempunyai ratusan akun.

4. Transaksi keuangan sebaiknya dicatat lengkap beserta keterangan dan


kondisi yang menyertainya.

5. Pencatatan langsung ke buku besar menimbulkan kesulitan untuk


mengidentifikasi terjadinya kesalahan. Kesalahan- kesalahan berikut tidak dapat
diidentifikasikan jika pencatatan dilakukan langsung ke buku besar.

a. Lupa melakukan pendebitan dan pengkreditan suatu transaksi.


b. Mendebit atau mengkredit ke akun yang tidak sesuai.

c. Kelebihan atau kekurangan angka nol ( 0 ) pada suatu angka, misalnya


Rp.100 tertulis Rp. 1000 atau Rp. 10.

d. Transposisi angka, misalnya Rp. 450 tertulis Rp. 540.

5.2 Bentuk Jurnal

Jurnal Umum

Halaman (a)
Tanggal ( b ) Keterangan ( c ) Ref ( d ) Debit ( e ) Kredit ( e )

Keterangan mengenai kolom- kolom jurnal adalah sebagai berikut :

a. Halaman Jurnal. Transaksi keuangan yang dilakukan oleh perusahaan


meliputi jumlah yang banyak, oleh karena itu perlu diberikan halaman jurnal.

b. Tanggal. Tanggal transaksi harus dicatat pada jurnal, sebab jurnal


menghimpun transaksi secara kronologis.

c. Keterangan. Kolom keterangan merupakana elemen penting yang


menampung nama- nama akun yang terkait dalam suatu transaksi sekaligus
pengelompokan dalam debit dan kredit yang sesuai.

d. Refrensi ( Ref ). Kolom refrensi digunakan untuk menampung informasi


mengenai akun akun yang terkait dengan transaksi yang baru dicatat.

e. Debit dan Kredit. Kolom debit dan kredit digunakan untuk menampung
jumlah transaksi.

5.3 Posting

Proses akuntansi setelah penjurnalan adalah posting atau pengakunan, yaitu


mencatat ke dalam buku besar. Langkah- langkah pengakunan adalah sebagai
berikut :
1. Ambillah, dari buku besar, akun- akun yang disebut di dalam buku jurnal di
kolom keterangan.

2. Masukkan tanggal transaksi yang tertera di buku jurnal ke kolom tanggal


untuk masing- masing akun.

3. Masukkan jumlah rupiah, baik yang didebit maupun yang dikredit ke


masing- masing akun, sesuai debit dan kreditnya.

4. Catatlah keterangan yang sesingkat mungkin di kolom keterangan masing-


masing akun.

5. Masukkan nomor halaman yang ada di buku jurnal ke kolom refrensi


masing- masing akun.

6. Sebagai tandingan nomor 5, masukkan nomor- nomor akun di kolom


refrensi pada buku jurnal. Langkah terakhir ini digunakan untuk menandai bahwa
jurnal benar- benar telah diakunkan.

5.4 Neraca Saldo

Neraca saldo adalah daftar yang berisi indormasi saldo ( Debit dan Kredit )
dari akun- akun buku besar.

Ada beberapa kesalahan yang tidak tampak pada neraca saldo, karena
kesalahan tersebut tidak mempengaruhi kesamaan debit dan kredit neraca saldo.
Pahamilah beberapa tipe kesalahan berikut ini :

1. Suatu transaksi tidak dicatat dalam jurnal. Kesalahan ini dapat


menyebabkan jumlah keseluruhan pendebitan dan pengkreditan lebih kecil
sejumlah nilai transaksi yang tidak dicatat ( underdebited dan undercredited ).

2. Terdapat suatu kesalahan transposisi angka. Kesalahan ini dapat


menyebabkan akun- akun yang bersangkutan tidak menunjukkan saldo yang
semestinya, terlalu besar ( overstated ) dan terlalu kecil ( understated )
3. Suatu transaksi dicatat dalam jurnal lebih dari satu kali. Kesalahan ini
dapat menyebabkan jumlah yyang tercantum dalam suatu akun dan saldo akhirnya
terlalu besar dan terlalu kecil ( understated ).

4. Suatu transaksi dicatat dalam jurnal pada akun yang tidak semestinya.
Kesalahan ini dapat menyebabkan saldo akun tersebut terlalu besar, sedangkan
saldo akun yang seharusnya menjadi terlalu kecil.

Untuk mencegah terjadinya kesalahan- kesalahan di atas, langkah yang dapat


dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis elemen- elemen yang akan dipengaruhi oleh suatu transaksi,


apakah itu aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan atau biaya.

2. Menganalisis pengaruh suatu transaksi kepada elemen yang bersangkutan,


apakah transaski tersebut menambah atau mengurangi elemen tersebut.

3. Menganalisis pendebitan dan pengkreditan yang semestinya dilakukan,


apakah suatu tambahan pada elemen tertentu harus dicatat pada sisi debit atau
kredit.

4. Menguji kebenaran pengakunan yang dilakukan dengan cara


membandingkan angka- angka pada jurnal dengan yang tercantum dalam akun.

5. Menguji ulang kesamaan antara keseluruhan jumlah debit dengan


keseluruhan jumlah kredit dalam jurnal.

6. Menyusun daftar akun pada neraca saldo secara urut sesuai dengan nomor
tiap akun.

7. Memeriksa posisi angka.


BAB VI

PENYESUAIAN DAN NERACA SALDO SETELAH PENYESUAIAN

6.1 Pentingnya Penyesuaian

Jurnal penyesuaian dibuat pada akhir periode akuntansi untuk meyakinkan


bahwa prinsip pengakuan pendapatan dan prinsip penandingan telah ditatai.
Neraca saldo yang dipelajari sebelumnya belum up to date karena beberapa alasan
sebagai berikut :

1. Kejadian- kejadian tertentu, seperti pemakaian bahan habis pakai yang


tidak dijurnal setiap hari karena penjurnalan demikian tidak praktis.

2. Biaya yang terjadi karena berlalunya waktu, seperti berkurangnya manfaat


gedung, persekot sewa dan asuransi yang tidak dijurnal selam periode akuntansi.

3. Beberapa pos, seperti biaya listrik yang belum dicatat karena tagihan dari
PLN belum diterima.

6.2 Jenis Penyesuaian

Jenis Penyesuaian terbagi menjadi 2, yaitu :

1. Penyesuaian yang terkait dengan transaksi yang sudah terjadi tetapi belum
dicatat karena alas an kepraktisan. Contoh : pendapatan yang sudah menjadi hak
perusahaan tetapi belum diteriama kasnya.

2. Penyesuaian yang terkait dengan transaksi yang sudah dicatat di akun


tetapi saldo akun yang bersangkutan masih harus diperbarui untuk
menggambarkan keadaan sebenarnya. Contoh : pemakaian bahan habis pakai,
kerugian piutang.

6.3 Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

Setelah melalui tahap pengakunan, akun- akun akan menunjukkan saldonay


yang terbaru. Prosedur akuntansi berikutnya adalah neraca saldo setelah
penyesuaian.
BAB VII

PENUTUPAN DAN NERACA SALDO SETELAH PENUTUPAN

7.1 Akun Temporer

Pendapatan, prive dan biaya termasuk ke dalam akun temporer. Akun


temporer hanya menampung segenap kegiatan perusahaan yang terjadi pada satu
periode.

7.2 Penyusuan Jurnal Penutup

Tahap 1 : Menutup akun- akun pendapatan. Jurnal untuk menutup akun- akun
pendapatan adalah mendebit akun- akun pendapatan tersebut.

Tahap 2 : Menutup akun- akun biaya. Untuk menutup akun- akun biaya,
akun- akun biaya dikredit. Saldo yang ditutup adalah saldo terakhir di masing-
masing akun, setelah menjalani posting dari jurnal penyesuaian.

Tahap 3 : Menutup akun rugi laba. Akun rugi laba adalah akun temporer. Oleh
karena itu, akun ini harus ditutup ke dalam akun modal pemilik.

Tahap 4 : Menutup akun prive. Penutupan akun prive merupakan jurnal


penutup yang terakhir. Untuk menutup akun prive yang bersaldo debit, kreditlah
akun prive tersebut. Akun lawannya adalah akun modal pemilik.

7.3 Neraca Saldo Setelah Penutupan

Tahap terakhir proses akuntansi adalah penyusuna neraca saldo setelah


penutupan. Pada neraca saldo setelah penutupan, akun- akun yang tampak adalah
kelompok akun aktiva, kewajiban dan ekuitas. Akun pendapatan, biaya dan prive
sudah ditutup ke ekuitas, sehingga tidak tampak. Akun temporer boleh saja
ditampakkan denggan saldonya sebesar nol ( 0 ).

Dengan disusunnya neraca saldo setelah penutupan, akan tampak bahwa aku-
akun perusahhansudah siap untuk digunakan kembali ke periode akuntansi
berikutnya. Akun nominal sudah kembali nol (0), sedangkan akun rill menyajikan
jumlah yang benar- benar menjadi aset, kewajiban dan ekuitas.
7.4 Prosedur Penutupan Pada Perusahaan Persekutuan

Perusahaan persekutuan adalah perusahaan yang dimiliki oleh dua orang atau
lebih. Dalam hal ini, beberapa hal yang selalu ada pada perusahaan persekutuan
adalah :

1. Tiap- tiap sekutu memberikan kontribusi modal kepada persekutuan.


Kontribusi modal tiap- tiap sekutu tidak selalu sama satu dengan yang lainnya.

2. Pembagian laba rugi periodic kepada tiap- tiap sekutu. Pembagian laba rugi
antara satu persekutuan dengan laba yang lainnya berbeda.

Untuk mengantisipasi hal- hal di atas, di dalam persekutuan selalu diadakan


beberapa akun modal yang menampung modal tiap- tiap sekutu.

7.5 Prosedur Penutupan Pada Perusahaan Perseroan

Pada perusahaan perseroan, akun ekuitas adalah akun pemegang saham.


Ekuitas dalam dalam perseroan memiliki sifat sebagai berikut :

1. Dua akun permanen

a. Modal saham biasa dan modal saham prioritas digunakan untuk mencatat
investasi modal oleh para pemilik, yaitu pemegang saham.

b. Laba ditahan untuk mencatat penutupan seluruh akun pendapatan, biaya


dan dividen.

2. Satu akun temporer, dividen, menggantikan akun prive. Akun ini


digunakan untuk mencatat pembagian laba ke pemegang saham. Pada perusahaan
persero, para pemilik tidak diijinkan untuk mengambil aset perusahaan untuk
kepentingan pribadi. Mereka hanya berhak untuk menerima dividen dari
pembagian laba apabila sudah disetujui oleh rapat umum pemegang saham.
7.6 Jurnal Pembalikan ( Reversing Entries )

Jurnal pembalikan adalah jurnal yang digunakan untuk memindahkan akun


permanen k eakun temporer. Jurnal pembalikan bersifat optional atau bukan
prosedur yang wajib di siklus akuntansi. Jurnal pembalikan digunakan apabila
diperlukan. Bunyi jurnal pembalikan adalah kebalikan dari jurnal penyesuaian.
Dengan demikian, baik akun maupun jumlah yang bersangkutan adalah sama,
namun yang semula di sisi kredit dipindahkan ke sisi debit dan sebaliknya, yang
semula di sisi debit dipindahkan ke sisi kredit.
BAB VIII

NERACA LAJUR

Neraca lajur adalah kertas kerja berlajur- lajur yang digunakan dalam proses
akuntansi manual atau dengan tangan.

Fungsi neraca lajur dalam penyusunan laporan keuangan adalah sebagai


berikut :

1. Mempermudah penyusunan laporan keuangan, karena neraca lajur


menyediakan saldo- saldo akun dan penyesuaian yang terkait.

2. Membantu menghindari kesalahan- kesalahan yang mungkin terjadi pada


saat pemuatan penyesuaian dan mempermudah proses penyesuaian.

3. memungkinkan peyusunan laporan keuangan sementara tanpa harus


menyelenggarakan jurnal penyesuaian secara formal.

8.1 Bentuk Neraca Lajur

Neraca lajur terdiri atas lajur- lajur berikut ini :

1. Neraca Saldo

2. Penyesuaian

3. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

4. Rugi- Laba

5. Neraca

Tiap- tiap lajur terbagi atas sisi debit dan sisi kredit. Tata cara pengisian lajur-
lajur adalah runtut dari lajur paling kiri, yaitu lajur neraca saldo menuju ke kanan.
Lajur paling kanan, yaitu neraca. Diselesaikan paling akhir karena ada beberapa
informasi yang baru muncul dalam proses penyelesaian neraca lajur ini. Berikut
ini format neraca lajur :
Nama Perusahaan

Neraca Lajur

Untuk Periode Yang Berakhir pada 31 Desember 2008

Neraca
Nama Neraca Saldo Rugi-
No. Penyesuaian Neraca
Akun Saldo Setelah Laba
Penyesuaian
D K D K D K D K D K D K

1. Pengisisan Lajur Neraca Saldo

a. Urutkanlah akun yang ada sesuai nomornya menurut bagan akun.

b. Sesudah termuat semua akun yang bersangkutan, isikanlah masing- masing


saldonya.

c. Saldo debit diisikan ke sisi debit dan saldo kredit diisikan ke sisi kredit
sedemikian rupa, sehingga jumlah keseluruhan sisi debit sama dengan jumlah
keseluruhan sisi kredit.

2. Pengisisan Lajur Penyesuaian

Pemuatan penyesuaian dilakukan sebelum penjurnalan penyesuaian tersebut.


Oleh karena itu, pemuatan penyesuaian dilakukan dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Tahap- tahap yang harus dilakukan :

a. Lakukanlah satu persatu secara urut, dan kaitkanlah dengan akun- akun yang
tepat.

b. Untuk memantau penyesuaian, gunakanlah satu indeks khusus untuk


menandai. Contoh : penyusunan penyesuaian diurut dengan hurif A – Z.

c. Pastikanlah jumlah keseluruhan sisi debit sama dengan jumlah keseluruhan sisi
kredit.
3. Pengisisan Lajur Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

Neraca saldo setelah penyesuaian adalah neraca saldo yang sudah memuat
penyesuaian.

Ada beberrapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan neraca saldo
setelah penyesuaian, yaitu :

a. Apabila saldo akun pada neraca saldo adalah Debit dan penyesuaian
adalah Debit, maka jumlahkanlah untuk memperoleh angka yang harus disajikan
pada sisi debit neraca saldo setelah penyesuaian

b. Apabila saldo akun pada neraca saldo adalah Debit dan penyesuaian
adalah Kredit, maka selisihkanlah untuk memperoleh angka yang harus disajikan
pada sisi debit neraca saldo setelah penyesuaian. Periksalah selisihnya, selisih
debit atau kredit dan pastikanlah sisi yang berkompeten.

c. Apabila saldo akun pada neraca saldo adalah Kredit dan penyesuaian
adalah Kredit, maka jumlahkanlah untuk memperoleh angka yang harus disajikan
pada sisi debit neraca saldo setelah penyesuaian.

d. Apabila saldo akun pada neraca saldo adalah Kredit dan penyesuaian
adalah Debit, maka selisihkanlah untuk memperoleh angka yang harus disajikan
pada sisi debit neraca saldo setelah penyesuaian. Periksalah selisihnya, selisih
debit atau kredit dan pastikanlah sisi yang berkompeten.

Apabila di dalam lajur penyesuaian tidak ada yang perlu disesuaikan,


maka sudah tentu angka yang tercantum di neraca saldo langsung menjadi angka
pada neraca saldo setelah penyesuain. Contoh : akun kas, merupakan akun yang
tidak perlu penyesuaian. Neraca saldo setelah penyesuaian benar- benar telah
memuat segenap informasi yang akan tersaji pada laporan keuangan.

4. Pengisisan Lajur Rugi- Laba

Tata cara pengisian lajur rugi- laba adalah dengan memindahkan seluruh
akun- akun pendapatan dan biaya dari neraca saldo setelah penyesuaian. Tahap-
tahap yang harus dilakukan :
Tahap 1 : Lakukanlah secara urut dari akun yang posisinya terletak di
paling atas, seterusnya kea kun- akun di bawahnya. Hal seperti ini akan
mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pemindahan ke lajur sisi
yang tepat.

Tahap 2 : Jumlahkan keseluruhan sisi debit dan sisi kredit lajur rugi laba.
Periksalah secara teliti dan jika :

a) Jumlah Kredit lebih besar daripada jumlah Debit, maka pendapatan


selama periode tersebut lebih besar daripada biaya- biaya yang dikeluarkan untuk
mencapai pendapatan tersebut. Artinya, perusahaan memperoleh laba.

b) Jumlah Kredit lebih kecil daripada jumlah Debit, maka pendapatan


selama periode tersebut lebih kecil daripada biaya- biaya yang dikeluarkan untuk
mencapai pendapatan tersebut. Artinya, perusahaan mengalami rugi, yaitu
kelebihan biaya di atas pendapatan.

c) Jumlah Kredit sama dengan jumlah Debit, maka pendapatan selama


periode tersebut sama dengan biaya- biaya yang dikeluarkan untuk mencapai
pendapatan tersebut. Artinya, perusahaan tidak mengalami rugi dan tidak
memperoleh laba.

Tahap 3 : Apabila perusahaan memperoleh laba, tentukanlah jumlah laba


tersebut dengan menyelisihkan jumlah keseluruhan sisi debit dan sisi kredit. Hasil
selisih yang diperoleh adalah laba bersih pada periode yang bersangkutan.
Letakkanlah hasil selisih tersebut pada kolom rugi laba.

5. Pengisisan Lajur Neraca

Lajur neraca terletak pada posisi paling kanan dan dikerjakan paling akhir
karena ada beberapa informasi yang baru muncul dalam proses penyelesaian
neraca lajur ini. Tahap- tahap yang harus dilakukan :
a. Pindahkanlah semua akun aktiva, kewajiban, modal dan prive dari lajur
neraca saldo setelah penyesuaian ke neraca sesuai dengan debit dan kreditnya.

b. Pindahkanlah akun rugi- laba ke lajur neraca. Apabila akun rugi- laba di
lajur laporan rugi- laba terletak di sisi debit, maka pindahkanlah ke sisi kredit di
lajur neraca. Sebaliknya, Apabila akun rugi- laba di lajur laporan rugi- laba
terletak di sisi kredit, maka pindahkanlah ke sisi debit di lajur neraca.

8.2 Penyesuaian Dari Neraca Lajur

Lajur penyesuain yang terdapat di kertas kerja neraca lajur bukanlah jurnal
penyesuaian. Oleh karena itu, lajur tesebut tidak boleh digunakan sebagai dasar
posting ke akun buku besar. Untuk menyesuaikan akun, harus dibuat jurnal
penyesuaian terlebih dahulu. Sebagaimana telah dijelaskan, apabila kita
menggunakan neraca lajur maka jurnal penyesuain dibuat justru setelah laporan
keuangan disusun.

8.3 Neraca Lajur Alternatif

Neraca lajur alternative adalah neraca yang menggunkan 6 lajur. Lajur- lajur
terdiri dari 5 lajur yang terdapat di neraca lajur, hanya saja neraca lajur alternatif
di tambah 1 lajur lagi, yaitu perubahan ekuitas. Keunggulan neraca lajur alternatif
adalah lenih memudahkan penyusunan laporan perubahan ekuitas. Pada
prinsipnya, tata cara pengisian masing- masing lajur adalah sama dengan format 5
lajur. Perbedaannya terletak pada pemindahan saldo akun modal, prive dan rugi-
laba.
BAB IX

AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN DAGANG

Kegiatan utama perusahaan dagang adalah membeli barang- barang dari


pemasok atau supplier dan menjualnya kembali kepada konsumen tanpa
mengubah wujud dan sifat aslinya.

Perbeadaan antara akuntansi untuk perusahaan dagang dan akuntansi untuk


perusahaan jasa terletak pada prosedur akuntansi untuk transaksi jual beli barang
dagangan, bukan pada siklus akuntansinya. Siklus akuntansi untuk perusahaan
dagang sama dengan siklus akuntansi untuk perusahaan jasa.

9.1 Laporan Keuangan

Laporan perusahaan dagang meliputi :

1. Laporan Rugi- Laba

Laporan Rugi- Laba menyajikan pendapatan berupa penjualan atas barang


dagangan selama satu periode, harga pokok penjualan dan biaya- biaya usaha
serta biaya di luar usaha. Harga pokok penjualan tidak terdapat di laporan rugi-
laba untuk perusahaan jasa sedangkan pos sediaan dalam kelompok aset lancar
tidak terdapat di laporan rugi laba perusahaan jasa.

2. Laporan Perubahan Ekuitas

3. Laporan Posisi Keuangan atau Neraca

4. Laporan Aliran Kas

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

9.2 Sistem Periodik

Ada 2 sistem pengendalian akuntansi terhadap sediaan yang mempengaruhi


prosedur akuntansinya, yaitu :

1. Sistem Periodik ( Sistem Fisik )


Pada sistem periodik, kartu sediaan tidak diselenggarakan. Sehingga harus
dilakukan perhitungan fisik yang bertujuan untuk mengetahui sediaan akhir.

2. Sistem Perpetual ( Sistem Permanen atau Sistem Buku )

Sistem sistem perpetual, setiap jenis sediaan dibuatkan satu kartu yang
memonitor perubahan fisik sediaan dan harga pokoknya.

9.3 Akun- Akun Untuk Mencatat Pengadaan

Akun- Akun untuk mencatat pengadaan barang adalah sebagai berikut :

1. Sediaan atau Pembelian Barang Dagangan

Akun sediaan digunakan untuk mencatat nilai sediaan yang masih tersisa
pada awal dan akhir periode. Sedangkan akun pembelian digunakan untuk
mencatatjumlah harga beli barang dagangan yang dibeli selam satu periode.

2. Pengangkutan Pembelian

Akun pengangkutan pembelian digunakan untuk mencatat jumlah kas angkut


barang yang dibeli jika ditanggung oleh perusahaan.

3. Potongan Pembelian

Akun potongan pembelian digunakan untuk mencatat potongan harga yang


diterima dari penjual karena perusahaan membayar harga barang dalam masa
potongan. Di dalam potongan pembelian, terdapat trade discount dan cash
discount. Trade discount adalah potongan harga yang diberikan oleh penjual dari
harga resmi yang tertera pada daftar harga atau katalog. Sedangkan cash disount
adalah potongan yang diberikan oleh penjual kepada pembeli karena pembeli
membayar dalam masa potongan tunai sebagaimana tertera dalam syarat
pembayaran.

4. Retur Pembelian

Akun retur pembelian digunakan untuk mencatat jumlah harga barang yang
dikembalikan kepada pemasok karena alasan tertentu. Contohnya : barang yang
dibeli tidak sesuai dengan pesanan.
9.4 Menjurnal Transaksi Pengadaan

Bagian ini menjelaskan jurnal untuk mencatat transaksi- transaksi yang


berhubungan dengan sediaan barang dagangan.

1. Setoran Modal dan Pengambilian Pribadi Pemilik

Setoran modal oleh pemilik berupa barang dagangan dicatat dalam debit akun
Sediaan dan kredit akun Modal. Debit akun Sediaan tersebut adalah sebesar harga
pokoknya. Besarnya harga pokok tersebut adalah harga pasar sediaan pada hari
setor.

2. Pembelian Tunai

Pembelian Tunai dicatat dalam akun Pembelian sebesar harga yang disepakati
oleh pembeli dan penjual, yaitu harga bersih setelah dikurangi trade discount jika
ada.

3. Pembelian Kredit

Pembelian Kredit menimbulkan kewajiban untuk membayar harga barang di


kemudian hari.pembelian kredit dicatat dalam akun pembelian setelah debit dan
akun utang usaha sebelah kredit.

4. Pengangkutan Pembelian

Biaya pengangkutan barang yang dibeli yang menjadi tanggungan perusahaan


dicatat dalam akun pengangkutan pembelian sebelah debit.

9.5 Akun- Akun Untuk Mencatat Penjualan

Akun- akun yang digunakan untuk mencatat penjualan bagi perusahaan yyang
menggunakan sistem periodik adalah sebagai berikut :

1. Penjualan

Akun penjualan digunakan untuk mencatat pendapatan dari penjualan barang


dagangan.
2. Potongan Penjualan

Akun potongan penjualan digunakan untuk mencatat jumlah potongan


tunai atau cash discount yang diberikan kepada pelanggan karena dia membayar
dalam masa potongan yang tertera dalam syarat pembayaran.

3. Retur Penjualan

Akun retur penjualan digunakan untuk mencatat jumlah harga barang yang
diterima kembali dari pelanggan karena alas an tertentu.

4. Biaya Angkut Penjualan

Akun biaya angkut penjualan digunakan untuk mencatat jumlah biaya


pengangkutan barang- barang yang dijual yang ditanggung perusahaan.

5. Harga Pokok Penjualan

Akun harga pokok penjualan digunakan untuk mencatat harga pokok sediaan
yang dijual selama satu periode akuntansi. Akun ini dibuat di akhir periode.

6. Biaya Angkut Penjualan

Biaya pengangkutan penjualan barang yang dijual dan menjadi tanggungan


perusahaan dicatat dalam akun biaya pengangkutan penjualan.

9.6 Jurnal Penyesuaian

Jurnal penyesuaian perusahaan dagang meliputi penyesuain seperti pada


perusahaan jasa ditambah dengan penyesuaian untuk mencatat harga pokok
penjualan.

Dalam menghitung harga pokok penjualan, harus ada data akhir sediaan.
Untuk mengetahui nilai akhir periode, perlu dilakukan inventory taking, yaitu
perhitungan fisik sediaan yang ada di gudang. Jumlah fisik sediaan dari hasil
inventory taking dihitung harga pokoknya yang akan disajikan di neraca akhir
periode. Cara menhitung harga pokok penjualan bisa dengan menggunakan
metode FIFO ( First In First Out ) atau yang disebut dengan MPKP ( Masuk
Pertama Keluar Pertam ).

9.7 Sistem Perpetual

Pada sistem perpetual tidak terdapat akun pembelian, potongan pembelia,


retur pembelian dan pengangkutan pembelian. Pada sistem perpetual, setiap
terjadi penjualan barang dagangan, segera diakui bertambahnya harga pokok
penjualan dan berkurangnya sediaan. Dengan kata lain, harga pokok penjualan
selalu dihitung setiap terjadi penjualan.

Berikut ini adalah contoh pencatatan jual beli barang dagangan yang
menggunakan sistem perpetual :

1. Pembelian Tunai

Pembelian tunai dicatat dalam akun sediaan sebesar harga yang disepakati
oleh pembeli dan penjual, yaitu harga bersih setelah dikurangi trade discount jika
ada.

2. Pembelian Kredit

Pembelian Kredit menimbulkan kewajiban untuk membayar harga barang di


kemudian hari. Pembelian kredit dicatat dalam akun sediaan sebelah debit dan
akun uttang usaha sebelah kredit.

3. Pengangkutan Pembelian

Kos pengangkutan barang yang dibeli dan menjadi tanggungan perusahaan


dicatat dalam akun sediaan sebelah debit.

9.8 Jurnal Penyesuaian Akhir Periode

Pada sistem periodik, diperlukan jurnal penyesuaian untuk mencatat harga


pokok penjualan. Sebelum menyusun jurnal penyesuain, dilakukan perhitungan
fisik sediaan terlebih dahulu untuk menentukan jumlah sediaan yang akan
dicantumkan di neraca. Sedangkan pada sistem perpetual, jurnal penyesuain tidak
diperlukan karena harag pokok penjualan sudah dicatat di setiap terjadi penjualan.
BAB X

BUKU JURNAL KHUSUS UNTUK PERUSAHAAN DAGANG

Buku jurnal khusus atau special journal adalah buku jurnal yang digunakan
untuk mencatat transaksi- transaksi sejenis yang bersifat rutin.

10.1 Buku Besar Umum dan Pembantu

Buku besar umum disebut dengan general ledger, sedangkan buku besar
pembantu disebut dengan subsidiary ledger. Buku besar pembantu digunakan
untuk mencatat rincian akun tertentu yang ada dibuku besar umum. Akun buku
besar umum yang dicatat dalam buku besar pembantu disebut akun pengawas atau
controlling accounts, sedangkan akun yang merinci akun pengawas disebut akun
pembantu atau subsidiary accounts. Buku besar pembantu yang umum adalah
sebagai berikut :

1. Buku Pembantu Utang

Di dalam buku pembantu utang terdapat akun pengawas utang usaha. Akun
ini berguan untuk mencatat total utang perusahaan kepada seluruh pemasok.
Akun- akun yang merupakan rincian dari akun pengawas utang disebut akun
pembantu utang. Saldo akun pengawas utang harus sama dengan penjumlahan
saldo akun pembantu.

2. Buku Pembantu Piutang

Di dalam buku pembantu piutang terdapat akun buku besar pengawas piutang
usaha untuk mencatat piutang total. Untuk rincian piutang kepada masing- masing
pelanggan, disediakan satu akun untuk satu pelanggan. Akun- akun untuk masing
pelanggan disebut akun pembantu piutang.

10.2 Dasar Posting

Dasar posting ke buku besar adalah jurnal. Posting ke buku pembantu


mendasarkan pada bukti transaksi secara individual. Posting ke buku
pembantudilakukan setiap kali terjadi transaksi.
Cara tersebut memungkinkan saling mengecek sebab dasar postingnya berbeda
tetapi jumlah mutasi dan saldo yang ada diakun pengawas harus sama dengan
penjumlahan mutasi dan saldo di akun- akun pembantu.

10.3 Berbagai Jurnal Khusus

Pada umumnya, kegiatan perusahaan dagang dapat dikelompokkan sebagai


berikut :

1. Pembelian barang dagangan.

2. Pengeluaran kas untuk berbagai macam pembayaran.

3. Penjualan barang dagangan.

4. Penerimaan kas dari berbagai jenis transaksi.

5. Pengembalian sebagian barang yang dibeli atau retur pembelian.

6. Penerimaan kembali barang yang telah dijual atau retur penjualan.

Keenam macam kegiatan diatas yang selalu terulang, harus menysun buku
jurnal khusus yang memadai. Buku jurnal yang dapat dibuat untuk menampung
transaksi- transaksi sejenis seperti di atas adalah sebagai berikut :

1. Jurnal Penjualan

Jurnal ini digunakan untuk mencatat penjualan barang dagangan dengan


syarat kredit, yakni penjualan yang menimbulkan hak tagihan kepada pelanggan.
Jurnal penjualan terbagi menjadi 2, yaitu :

a. Jurnal penjualan sistem periodik, tersedia kolom tanggal, akun pembantu,


piutang yang didebit, nomor faktur, refrensi dan jumlah rupiah penjualan.

b. Jurnal penjualan sistem perpetual, kolom yang disediakan hampir sama


dengan sisttem periodik, hanya saja di sistem perpetual ditambah satu kolom lagi
untuk mencatat harga pokok penjualan.
2. Jurnal Pembelian

Jurnal ini digunakan untuk mencatat pembelian barang dagangan dengan


syarat kredit yaitu pembelian yang menimbulkan utang kepada pemasok.

3. Jurnal Penerimaan Kas

Jurnal ini digunakan untuk mencatat seluruh penerimaan kas, baik dari
debitor, pendapatan bunga, pendapatan sewa, penjualan tunai dan lain sebagainya.
Jurnal penerimaan kas terbagi menjadi 2, yaitu :

a. Jurnal penerimaan kas sistem periodik, kolom- kolom yang dibuat dalam
jurnal penerimaan kas sistem periodik adalah debit kas dan potongan penjualan,
kredit piutang usaha dan penjualan.

b. Jurnal penerimaan kas sistem perpetual, kolom- kolom yang dibuat dalam
jurnal penerimaan kas sistem perpetual adalah sama seperti pada Jurnal
penerimaan kas sistem periodik, hanya saja di sistem perpetual ditambah satu
kolom lagi untuk mencatat harga pokok penjualan.

4. Jurnal Pengeluaran Kas

Jurnal ini digunakan untuk mencatat pengeluaran kas, baik untuk membayar
utang kepada pemasok, untuk membayar gaji pegawai, membayar pembelian
barang dagangan secara tunai maupun untuk membayar lain- lainnya.

5. Jurnal Umum

Jurnal ini digunakan untuk mencatat transaksi- transaksi yang tidak dapat
dicatat dalam keempat buku jurnal khusus di atas. Misalnya, transaksi retur
penjualan kredit, transaksi retur pembelian kredit, penyesuaian akhir periode,
penyesuaian kembali awal periode, koreksi dan jurnal penutup akhir periode.
BAB XI

AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN PEMANUFAKTURAN

Perusahaan pemanufakturan adalah perusahaan yang mengolah bahan mentah


atau bahan baku menjadi barang jadi.

11.1 Laporan Keuangan

Laporan keuangan perusahaan manufaktur hampir sama dengan laporan


keuangan perusahaan dagang. Perbedaan utamanya terletak pada bagian aset
lancar di neraca dan harga pokok penjualan di laporan laba- rugi.

1. Neraca

Di neraca, sediaan dikalsifikasikan sebagai berikut :

a. Sediaan barang jadi, digunakan untuk mencatat nilai barang jadi yang
masih tersisa di awal dan akhir periode.

b. Sediaan barang dalam proses, digunakan untuk mencatat nilai barang yang
masih dalam proses di awal dan akhir periode.

c. Sediaan bahan baku, digunakan untuk mencatat nilai bahan baku yang
masih tersisa di awal dan akhir periode.

d. Sediaan bahan penolong, digunakan untuk mencatat nilai bahan penolong


yang masih tersisa di awal dan akhir periode.

Semua jenis sediaan ini dikelompokkan ke dalam aset lancar.

2. Laporan Rugi- Laba

Perbedaan antara laporan rugi-laba perusahaan manufaktur dan perusahaan


dagang terletak di bagian harga pokok penjualan. Pada perusahaan manufaktur
diperlukan banyak akun untuk menentukan harga pokok produksi, namun pada
laporan rugi- laba hanya di sajikan totalnya saja. Riciannya disajikan dalam
skedul haga pokok produksi.
3. Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi merupakan sejumlah kas atau aset lain yang digunakan
untuk memperoleh dan mengolah bahan baku sampai menjadi barang jadi. Unsur-
unsur yang melekat pada harga pokok produksi adalah sebagai berikut :

a. Bahan baku, yaitu bahan dasar yang terdapat pada barang jadi.

b. Tenaga kerja langsung, yaitu tenaga kerja yang memiliki kinerja langsung
terhadap proses pengolahan barang, baik dengan menggunakan kemampuan
fisiknya maupun dengan bantuan mesin.

c. Overhead Pabrik, yaitu komponen harga pokok produksi yang timbul


dalam proses pengolahan yang tidak dapat dgolongkan dalam bahan baku dan
tenaga kerja langsung. Contoh : bahan penolong, tenaga kerja tak langsung dan
penyusutan gedung maupun mesin pabrik.

11.2 Sistem Penentuan Kos Produk

Sistem Penentuan Kos Produk dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Penentuan Kos Pesanan atau job order costing, digunakan untuk


menentukan kos produk yang spesifikasinya ditentukan oleh pemesan. Contoh :
barang cetakan, seperti kartu undangan.

2. Penentuan Kos Proses atau process costing, digunakan untuk menentukan


kos produk standar atau produk massa atau produk yang spesifikasinya ditentukan
oleh perusahaan pembuatnya, bukan oleh pemesan. Contoh : barang ektronik,
seperti televisi.

Kedua sistem penentuan kos produk tersebut, dapat ditentukan sebelum


produk di buat atau yang disebut dengan penentuan kos standar (standard costing)
yang digunakan untuk tujuan perencanaan dan pengendalian kos produk. Dan
setelah produk selesai dikerjakan atau yang disebut dengan penentuan kos historis
(historical costing) yang digunakan untuk tujuan penentuan kos produk semata.
11.3 Sistem Periodik

Perusahaan manufaktur juga menggunakan sistem periodic dan sistem


perpetual. Bagian ini akan menjelaskan metode process costing yang penentuan
kosnya menggunakan historical costing.

A. Sistem Periodik

1. Jurnal Transaksi

a. Penjualan barang jadi dicatat dengan mengkredit akun penjualan dan


mendebit kas jika penjualannya tunai atau piutang usaha jika penjualannya kredit.

b. Pembelian bahan baku atau bahan penolong dicatat dengan mendebit akun
pembelian bahan baku dan bahan penolong sebesar harga belinya.

c. Pemakaian bahan baku tidak dicatat ketika bahan- bahan tersebut


digunakan, dicatat ketika akhir periode.

d. Pemakaian tenaga kerja langsung dicatat dalam akun tenaga kerja


langsung. Gaji ataupun upah untuk karyawan nonpabrik, seperti administrasi,
umum dan pemasaran dicatat dalam akun biaya gaji dan upah, tidak dicampur
dalam akun tenaga kerja langsung.

e. Overhead pabrik terdiri dari biaya overhead pabrik yang dapat diketahui
sepanjang periode akuntansi, seperti : biaya listrik dan air. Biaya ini di catat
melalui jurnal transaksi, kecuali bila masih ada biaya- biaya yang masih terutang.
Dan beberapa jenis overhead lainnya baru diketahui pada akhir periode, seperti :
pemakaian bahan habis pakai.

f. Pemakaian bahan penolong dicatat pada akhir periode.

2. Jurnal Penyesuaian

Pada sistem periodik, jurnal penyesuaian digunakan untuk memperbarui


akun- akun agar mencerminkan saldo yang seharusnya.
3. Jurnal Penutup

Jurnal penutup perusahaan manufaktur sama dengan jurnal penutup


perusahaan dagang dan jasa, yang digunakan untuk menutup semua akun
pendapatan, akun biaya, akun rugi- laba dan akun prive.

4. Neraca Lajur

B. Sitem Perpetual

Menurut sistem ini, akun sediaan menampung sebagai berikut :

a. Sediaan barang jadi, hanya digunakan untuk mencatat sediaan awal dan
mutasi sediaan barang jadi selama satu periode. Jika bertambah, akun ini didebit
dan jika berkurang akun ini dikredit.

b. Sediaan barang dalam proses, digunakan untuk mencatat sediaan awal dan
akhir barang dalam proses selama satu periode. Jika bertambah, akun ini didebit
dan jika berkurang akun ini dikredit.

c. Sediaan bahan baku, digunakan untuk mencatat sediaan awal dan mutasi
bahan baku selama satu periode. Jika bertambah, akun ini didebit dan jika
berkurang akun ini dikredit.

d. Sediaan bahan penolong, digunakan untuk mencatat sediaan awal dan


mutasi bahan penolong selama satu periode. Jika bertambah, akun ini didebit dan
jika berkurang akun ini dikredit.

e. Barang dalam proses didebit untuk mencatat bahan baku, tenaga kerja
langsung dan overhead pabrik yang digunakan untuk memproses produk. Akun ini
dikredit untuk produk yang telah selesai dikerjakan. Jika sampai akhir tahun
terdapat produk yang belum selesai dikerjakan, maka nilainya dipindah kea kun
sediaan barang dalam proses.
1. Jurnal Transaksi

a. Penjualan barang jadi di sistem perpetual, penjualan dicatat dengan


mengkredit akun penjualan dan mendebit kas jika penjualannya tunai atau piutang
usaha jika penjualannya kredit.

b. Pembelian bahan baku atau bahan penolong dicatat dengan mendebit akun
sediaan bahan baku dan bahan penolong sebesar harga belinya.

c. Pemakaian bahan baku dicatat ketika bahan- bahan tersebut digunakan.


Pada saat pemakaian bahan baku, akun barang dalam proses didebit dan akun
sediaan bahan baku dikredit.

d. Pemakaian tenaga kerja langsung dicatat dalam akun barang dalam proses.
Gaji ataupun upah untuk karyawan nonpabrik, seperti administrasi, umum dan
pemasaran dicatat dalam akun biaya gaji dan upah, tidak dicampur dalam akun
barang dalam proses.

e. Overhead pabrik terdiri atas bahan penolong atau bahan habis pakai pabrik,
tenaga kerja tak langsung, listrik dan air untuk pabrik, penyusutan gedung pabrik,
penyusutan mesin pabrik dan lain sebagainya.

f. Pemakaian bahan penolong dicatat pada setiap terjadi pemakaian.

g. Pemindahan barang jadi ke gudang, barang yang telah selesai diproses


dicatat kea kun sediaan barang jadi. Pencatatan ini dapat dilakukan bersamaan
dengan dipindahnya barang yang sudah jadi ke gudang barang jadi.

2. Jurnal Penyesuaian

Pada sistem periodik, jurnal penyesuaian digunakan untuk mencatat berbagai


hal yang diperlukan untuk memperbarui akun- akun agar mencerminkan saldo
yang seharusnya. Jika penyesuaian tersebut berkaitan dengan kegiatan
pemanufakturan, penyesuaian adalah kea kun barang dalam proses. Berikut
beberapa hal yang memerlukan jurnal penyesuaian.
a. Mencatat penyusutan mesin dan pabrik. Penyusutan mesin dan pabrik
merupakan pemanfaatan aset untuk memproduksi barang dan terkategorinsebagai
overhead pabrik. Pembebanannya adalah ke akun barang dalam proses.

b. Listrik dan air yang belum dibayar. Listrik dan air yang sampai akhir bulan
masih terutang harus dicatat sebagai komponen overhead pabrik dan merupakan
kos barang dalam proses.

c. Barang yang masih dalam proses. Pada sistem perpetual dibutuhkan juga
jurnal penyesuaian untuk mereklasifikasi akun barang dalam proses kea kun
sediaan barang dalam proses. Ini diperlukan karena perusahaan akan menyusun
neraca.
BAB XII

AUDIT LAPORAN KEUANGAN

12.1 Definisi Pengauditan

Secara garis besar, pengauditan (auditing) dapat didefinisikan sebagai sebuah


proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memverifikasi asersi atau peryataan
orang lain. Buku Standar Profesional Akuntan public yang diterbitkan oleh IAI
(2001) tidak mendefim=nisi pengauditan secara eksplisit, namun pada Pernyataan
Standar Auditing Seksi 110 paragraf 01 disebutkan bahwa

Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen aadalah
untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum.

Definisi pengauditan yang lebih konklusif disajikan oleh American


Accounting Association yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
adalah sebagai berikut.

Sebuah proses sistematik untuk secara objektif memperoleh dan


mengevaluasi bukti mengenai asersi- asersi tentang tindakan- tindakan dan
peristiwa- peristiwa ekonomik untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi-
asersi itu dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasil-
hasilnya ke para pengguna yang berkepentingan.

12.2 Jenis- Jenis Audit

1. Audit Umum

Asersi ekonomik yang diaudit diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan


ekstern.

2. Audit Independen

Audit independen disebut sebagai audit atas laporan keuangan, sedangkan


auditor independen disebut sebagai akuntan publik.
3. Auditor Intern

Auditor intern memiliki fungsi utama untuk mengaudit ketaatan manajemen


terhadap kebijakan- kebijakan yang sudah ditetapkan dan meliputi tujuan
profitabilitas intern dan pengendalian intern.

4. Auditor Pemerintahan

Auditor Pemerintahan berfungsi mengaudit ketaatan manajemen kekayaan


atas keuangan negara terhadap syarat- syarat pelaporan eksternal, aturan- aturan
hukum dan ukuran- ukurran prestasi yang ditetapkan oleh pemerintah.

12.3 Mengapa Audit Diperlukan?

Terdapat beberapa alasan mengenai perlunya audit, antara lain adalah sebagai
berikut :

1. Pemerintah sejak tahun 1999, mewajibkan perusahaan- peusahaan yang


memiliki total aset 50 Milyar Rupiah ke atas untuk menyerahkan keuangan
auditan ke Departemene Perdagangan dan Perindustrian.

2. Perusahaan- peusahaan yang sudah go public diwajibkan menyerahkan


laporan keuangan auditan ke BAPEPAM selambat- lambatnya 120 hari setelah
berakhirnya tahun buku.

3. Direktorat Jenderal Pajak lebih mempercayai Surat Pemberitahuan (SPT)


yang didukung oleh laporan keuangan auditan.

12.4 Standar Pengauditan

Standar dapat didefinisi sebagai aturan- aturan yang ditetapkan oleh sebuah
lembaga yang memiliki wewenang untuk melakukan pengukuran dan penilaian
kualitas kinerja.

Standar pengauditan yang ditetapkan IAI (2001) terdiri dari standar umum,
standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
1. Standar Umum

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam


sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib


menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2. Standar Pekerjaan Lapangan

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten


harus disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk


merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,


pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai
untuk menyatakan pendapaat atas laporan keuangan yang di audit.

3. Standar Pelaporan

a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun


sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

b. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip


akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keungan
periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan
dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang


memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak
dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan.

12.5 Unsur- Unsur Laporan Audit Baku

Unsur- unsur laporan audit baku yang ditetapkan IAI (2001) adalah sebagai
berikut :

1. Suatu judul yang berbunyi Laporan Auditor Independen

2. Pihak yang dituju oleh auditor bagi laporan auditnya.

3. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan yang disebutkan dalam laporan


audit telah diaudit oleh auditor.

4. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan adalah tanggung jawab


manajemen perusahaan, sedangkan tanggung jawab auditor terletak pada
pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan atas auditnya.

5. Suatu pernyataan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan standar


pengauditan yang ditetapkan oleh IAI.

6. Suatu pernyataan bahwa standar pengauditan tersebut mengharuskan


auditor merencanakan dan melaksanakan auditnya agar memperoleh keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.

7. Suatu pernyataan bahwa audit meliputi (a) pemeriksaan (examination), atas


dasar pengujian, bukti- bukti yang mendukung jumlah- jumlah dan pengungkapan
dalam laporan keuangan, (b) penentuan prinsip akuntansi yang digunakan dan
estimasi- estimasi signifikan yang dibuat manajemen, (c) penilaian penyajian
laporan keuangan secara keseluruhan.

8. Suatu penyajian bahwa auditor yakin bahwa audit yang dilaksanakan


memberikan dasar memadai untuk memberikan pendapat.
9. Suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan perusahaan pada tanggal
neraca dan hasil usaha dan arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal
tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

10. Tanda tangan auditor, nama dan nomor register Negara auditor.

11. Tanggal laporan audit.

12.6 Jenis- Jenis Pendapat

Terdapat 5 jenis pendapat yang dapat diberikan oleh auditor atas laporan
keuangan yang diauditnya, yaitu :

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified


opinion with explanatory language)

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

5. Pernyataan Tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)

Anda mungkin juga menyukai