NPM : 140910053
2014
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan segala rahmat dan karuniaNya, sehingga Saya dapat
menyelesaikan laporan tugas mandiri mata kuliah Kewarganegaraan.
Saya menyadari bahwa laporan tugas mandiri ini masih jauh dari
sempurna. Karena itu, kritik dan saran akan senantiasa Saya terima
dengan senang hati.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih, semoga tugas ini dapat
menjadi sumber untuk lebih paham akan pendidikan Kewarganegaraan.
Marliana
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Korupsi dan politik uang suap sering terjadi di Indonesia. Hal ini
sering terjadi di kalangan politik sejak zaman orde lama sampai era
reformasi ini yang membuat pejabat yang kaya menjadi semakin kaya dan
masyarakat yang miskin menjadi semakin miskin.
4
1.2 Rumusan Masalah
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Korupsi berasal dari bahasa Latin, yaitu corruptio dari kata kerja
corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik
dan menyogok adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun
pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang
secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik
yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
Kurangnya gaji bukanlah faktor yang paling menentukan, orang-orang
yang berkecukupan banyak yang melakukan korupsi. Namun kurangnya
gaji dan pendapatan pegawai negeri memang faktor yang paling menonjol
dalam arti merata dan meluasnya korupsi di Indonesia, hal ini
dikemukakan oleh Guy J Parker dalam tulisannya berjudul "Indonesia
1979: The Record of three decades (Asia Survey Vol. XX No. 2, 1980 :
123). Begitu pula J.W Schoorl mengatakan bahwa " di Indonesia di bagian
pertama tahun 1960 situasi begitu merosot sehingga untuk sebagian
besar golongan dari pegawai, gaji sebulan hanya sekadar cukup untuk
makan selama dua minggu.
1. Aspek Demokrasi
8
2. Ekonomi
9
menyebabkan perpindahan penanaman modal capital investment ke luar
negeri, bukannya diinvestasikan ke dalam negeri.
Maka adanya ejekan yang sering benar bahwa ada diktator Afrika
yang memiliki rekening bank di Swiss. Berbeda sekali dengan diktator
Asia, seperti Soeharto yang sering mengambil satu potongan dari
semuanya meminta sogok, namun lebih memberikan kondisi untuk
pembangunan, melalui investasi infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-
lain.
10
lebih lanjut adalah kurangnya perhatian pada efisiensi penggunaan
sumber daya yang dimiliki. Keadaan ini memunculkan situasi organisasi
yang kondusif untuk praktik korupsi.
11
berkesinambungan yang berkontribusi bagi perbaikan ke depan. Strategi
ini merupakan jawaban atas pendekatan yang lebih terfokus pada
pendekatan represif.
2. Penegakan Hukum.
Masih banyak kasus korupsi yang belum tuntas, padahal animo dan
ekspektasi masyarakat sudah tersedot sedemikian rupa hingga menanti -
nanti adanya penyelesaian secara adil dan transparan. Penegakan hukum
yang inkonsisten terhadap hukum positif dan prosesnya tidak transparan,
pada akhirnya, berpengaruh pada tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap hukum dan aparaturnya.
12
Absennya kepercayaan di tengah-tengah masyarakat, tak ayal,
menumbuhkan rasa tidak puas dan tidak adil terhadap lembaga hukum
beserta aparaturnya.
13
4. Kerjasama Internasional dan Penyelamatan Aset Hasil Tipikor.
14
korupsi dan internalisasi budaya anti korupsi di lingkungan publik maupun
swasta.
Semakin tinggi angka indeks ini, maka diyakini nilai budaya anti
korupsi semakin terinternalisasi dan mewujud dalam perilaku nyata setiap
individu untuk memerangi tipikor.
15
Semakin tinggi tingkat kepuasan pemangku kepentingan, maka
harapannya, semua kebutuhan informasi dan pelaporan terkait proses
penyusunan kebijakan dan penilaian progres PPK dapat semakin
terpenuhi sehingga upaya PPK dapat dikawal secara berkesinambungan
dan tepat sasaran.
Selain itu, ada beberapa upaya pengawasan sosial yang dilakukan oleh
pemerintah, yaitu :
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Pustaka Utama.
18