Anda di halaman 1dari 45

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Gangguan neurologis degeneratif menimbulkan tantangan besar bagi klien,
keluarga, dan pemberi asuhan, baik itu perawat, anggota keluarga maupun orang
terdekat lainnya. Sesuai dengan sifatnya, gangguan ini menyebabkan penurunan
progresif fungsi neurologis. Beberapa diantaberkembang relatif cepat (dalam
beberapa bulan hingga 1 atau 2 tahun), sedangkan yang lain berkembang secara
bertahap,terkadang selama beberapa dekade.

Diagnosis keperawatan yang banyak ditemukan pada klien dengan gangguan


ini adalah gangguan prosis berfikir, defisit memori, gangguan persepsi visual,
gangguan mobilitas fisik, inkontinensia, defisit perawatan diri, dan gangguan
koping individu dan keluarga. Tujuan utama dari intervensi adalah untuk
membantu klien penderita defisit neurologis kronis mencapai tingkat fungsi yang
optimal. Keluarga juga harus diajarkan tentang apa yang akan terjadi, seperti
berbagai hal yang akan mengalami penurunan, bagaiana memberi asuhan dan
dukungan kepada klien, serta bagaimana mengelola stres dan mengatasi sifat
progresif dari gangguan. Diagnosis penyakit neurologis degeneratif paling sering
dibuat di lingkungan rawat jalan. Namun demikian, rawat inap dapat diperlukan
jika terjadi kekambuhan akut atau peristiwa yang membahayakan jiwa.

Banyak klien yang kembali kerumah dan menjalani perawatan tindak lanjut di
klinik rawat jalan, tetapi beberapa diantaranya mungkin memerlukan rehabilitasi,
baik dengan rawat inap maupaun rawat jalan guna mengatasi defisit yang baru
dialaminya. Klien lain mungkin memerlukan transfer ke fasilitas perawatan
jangka panjang karena terjadi penurunan yang signifikasi dalam kemampuan
mereka untuk merawat diri. Beberapa klien lain bahkan tidak dapat bertahan
menghadapi penyakit akut mereka.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi mengenai demensia?
1.2.2 Bagaimana etiologi mengenai demensia?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi demensia?
1.2.4 Apa manifestasi klinis demensia?
1.2.5 Apa saja penatalaksanaan medis mengenai demensia?
1.2.6 Apa saja pemeriksaan penunjang untuk demensia?
1.2.7 Bagaimana konsep asuhan keperawatan demensia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi mengenai demensia
1.3.2 Mengetahui etiologi mengenai demensia
1.3.3 Mengetahui patofisiologi demensia
1.3.4 Mengetahui manifestasi klinis demensia
1.3.5 Mengetahui penatalaksanaan medis mengenai demensia
1.3.6 Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk demensia
1.2.7 Mengetahui konsep asuhan keperawatan demensia

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Dimensia

2
Istilah demensia mengacu pada hilangnya memori, penalaran, penilaian,
dan bahasa sedemikian rupa hingga menggangu kehidupan sehari-hari. Perubahan
tersebut dapat terjadi secara cepat maupun bertahap dan bagaimana perubahan ini
muncul merupakan kunci untuk menentukan apakah kondisi yang menyebabkan
demensia tersebut bersifat sementara atau tidak.

Kognisi adalah tindakan atau proses berfikir, memahami, dan belajar.


Aktivitas kognitif yang terganggu pada demensia meliputi pengambilan
keputusan, penilain, memori, orientasi spasial, berfikir, penalaran, perhitungan,
kepribadian, dan komunikasi verbal. Klien yang menderita demensia dapat
mengalami perubahan prilaku dan kepribadian, bergantung pada daerah dari otak
yang terkena. Ada banayak penyebab demensia. Karena otak mudah mengalami
cedera akibat hipoksia, berkurangnya aliraan darah, atau obat-obatan, maka
terdapat banyak penyebab terjadinya demensia.

2.2 Etiologi Dimensia


Penyebab penyakit alzheimer belum ditemukan, meskipun beberapa faktor
resikonya telah berhasil diidentifikasi. Bertambahnya usia merupakan faktor
risiko. Faktor genetik juga terkait dengan penyakit alzheimer. Setidaknya lima
kromosom (1, 12, 14, 19, dan 21) terlibat dalam beberapa bentuk penyakit
alzheimer familial. Empat lokus genetik juga telah diidentifikasi sebagai penyebab
penyakit alzheimer, termasuk gen prekursor amiloid, gen presenilin1, gen
presenili 2, dan gen apolipoprotein E pada kromosom 19. Penelitian juga
menunjukkan bahwa perkembangan AD juga bersifat genetik. Kotak tautan
genetik menjelaskan gangguan genetik lainnyan selain AD.

Situasi klinis yang berkaitan dengan perkembangan AD meliputi peningkatan


kadar hemosistein (yang juga merupakan faktor resiko penyakit jantung),
inflamasi, stroke, dan kerusakan oksidatif akibat radikal bebas, (fitur terapi
komplementer dan alternatif merangkum berbagai temuan penelitian yang
menjanjikan tenang penggunaan asam lemak omega-3 untuk menurunkan resiko
penyakit alzheimer). Penelitian yang aktif di area ini dilakukan untuk
menemukan adanya hubungan patofisiologis dan pencegahannya

3
1.3 Patofisiologi Dimensia
Penyakit alzheimer mengganggu tiga proses saraf yang membuat neuron
sehat, yaitu komunikasi, metabolisme, dan perbaikan. Alois alzheimer pertama
kali menjelaskan tentang demensia rasenil pada tahun 1907. Ia menggunakan
teknik pewarnaan baru pada jaringan otak manusia untuk menunjukkan patologis.
Perubahan yang ia temukan, sekarang disebut plak beta-amiloid dan kusut
neurofibriler (figur 72-1). Plak adalah sekelompok beta-amiloid, yaitu frigmen
protein yang berasal dari protein yang lebih besar yang disebut protein prekursor
amiloid. Plak digambarkan sebagai zat padat yang sebagian besar terdiri dari
deposit protein yang tidak larut serta materi selular yang berada diluar dan sekitar
neuron. Plak terbentuk di hipokampus, yaitu area otak yang membantu
menyandikan memori. Terminal saraf yang mengalami degenerasi, baik dendritik
maupun aksonal, mengandung protein amiloid. Neuron yang sehat memiliki
struktur penompang internal yang disebut nikrotobulus. Tubulus ini berfungsi
sebagai aluran untuk memandu nutrisi ke ujung akson dan bersifat stabil karena
adanya protin yang disebut tau. Pada penyakit alzheimer, protein tau berubah
secara kimia dan mengalami kekusutan. Setelh kusut, tubulus mengalami
degenerasi, begitujuga sel-sel yang ditompangnya. Kerusakan tersebut
menyebabkan terjadinya kegagalan memori, perubahan keperibadian, dan masalah
pelaksanaan aktifitas sehari-hari.

Perubahan besar pada otak yang terjadi pada penderita AD meliputi


penebalan leptomeninges, pengisutan girus, pelebaran sulkus, pembesaran
ventrikel, penyusutan hipokampus dan atrofi umum (figur 72-2). Selain perubahan
struktur, perubahan neurotransmiter, seperti asetilkolin, juga terjadi pada penderita
AD asetolkolin menurun karena adanya penurunan neuron kolinergik di nukleus
basal yang menyebabkan hilangnya kolin asetiltransferase di neokoteks dan
hipokampus.

2.4 Manifestasi Klinis


Secara klinis, penyakit alzheimer diitandai dengan adanya gangguan
pengambilan keputusab yang tanpa henti, yang biasanya dimulai samar-samar

4
dan dapat berkembang selama satu dekade atau lebih. Manifestasi klinis dapat
befariasi tergantung pada bagian otak yang terkena dan predisposisi genetik.
Onset penyakit alzheimer biasanya terjari pada akhir usia pertengahan (usia 65
tahun atau lebih), meskipun beberapa kasus familiar terjadi pada usia 40-an
dan 50-an. Figur 72-1 kekusutan neurofiblier. Pada klien yang menderita
penyakit alzheimer dan beberapa gangguan neurologis lainnya, kekusutan
inimenggantikan sitoplasma neuron yang normal, kekusutanini sering terlihat
pada plak senilis dan muncul di seluruh korteks, hipokampus, dan amigdala.
Jumlah plak dan kekusutan protein berkorelasi secara kasar dan keparahan
demensia. Figur 72-2 penyakit alzheimer menyerang berbagai bagian otak,
terutama yang diperlukan untuk memori dan bicara.

2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Penatalaksanaan Farmakologis
DEMENSIA VASKULAR
Pada DV didapatkan defisit kolinergik. Iskemia menimbulkan
stimulasi glutamat yang berlebihan pada resptor NMDA. Hal ini akan
menimbulkan eksitotoksisitas dan kematian sel neuron.135 Donepezil
disetujui untuk terapi DV di New Zealand, India, Romania, South Korea
dan Thailand, sementara memantine disetujui di Argentina, Brazil dan
Mexico.136
a. PENGUAT KOGNISI
Kolinesterase Inhibitor (AChEIs) dan memantin sering diberikan
pada demensia selain DA, sebagai bagian dari percobaan klinis atau pada
terapi klinis meski tidak masuk dalam indikasi.
Efikasi dan efek samping pada DV dilaporkan pada meta analisis
dari beberapa RCT (n=5183, durasi 24-28 minggu), yaitu 3 percobaan
dengan donepezil, 2 dengan galantamine, 1 dengan rivastigmine dan 2
dengan memantine.
Semua obat memiliki efek kognitif yang signifikan dengan ADAS-cog (-1.1
poin, 95%CI, -2.2 hingga -0.1) untuk rivastigmine (12 mg per 44hari), (-1.6
poin, 95%CI -2.4 hingga -0.8) untuk galantamine (24 mg), (-2.2 poin, 95%CI
-3.0 hingga -1.4) untuk donepezil (10 mg per hari) dan (95%CI -2.8 hingga
-0.9) untuk memantine (20 mg). Dalam Clinical Global Impressions scale
(CGI scale), hanya donepezil 5 mg per hari yang memiliki efek positif (OR

5
1.5, 95%CI 1.1 - 2.1). Donepezil (10 mg) juga menunjukkan efek yang
menguntungkan pada Alzheimer Disease Functional Assessment and Change
Scale (ADCS-CGIC) (-1.0 poin, 95%CI, -1.7 hingga -0.2). Ada banyak kasus
yang menghentikan pengobatan serta efek samping (terutama gejala
gastrointestinal) dengan AChEIs, tapi tidak dengan memantine.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis paling baik jika ditetapkan oleh kelompok multidisiplin yang
dapat membantu klien dan keluarga memahami apa yang terjadi dan intervensi
atau bantuan apa yang akan dibutuhkan. Tes definitive untuk penyakit
Alzheimer tidak ada, sehingga diagnosis dibuat dengan pengecualian
penyebab demensia yang diektahui (misalnya, perubahan metabolic atau
toksik, efek samping obat, penyakit serebrovaskular, kanker, infeksi).
Diagnosis dikonfirmasi dengan (1) adanya demensia yang melibatkan dua atau
lebih area kognisi, (2) onset berbahaya dan perkembangan stabil, (3)
hilangnya kewaspadaan normal.

3 CT scan dapat digunakan untuk mengidentifikasi dilatasi ventrikel dan


pembesaran sulkus serta atrofi serebral dari bagian otak yang paling
terpengaruh. Pencitraan resonansi magnetic/MRI, tomografi computer emisi
positron tunggal/SPECT dan tomogrofi positron/PET juga digunakan untuk
mendeteksi perubahan fungsi otak.

4 Akhirnya, pemeriksaan laboratorium dilakukan mengesampingkan penyebab


demensia yang berkaitan dengan metabolism dan obat-obatan. Pemeriksaan
laboratorium ini meliputi urinalisis, hitung darah lengkap/DPL, laju endap
darah/LED, elektrolit, nitrogen urea darah/BUN, dan nilai kreatinin, tiroid dan
tes fungsi hati, kalsium, kadar serum B12, serologi sifilis, srta tes HIV.

2.7 Konsep Asuhan Keperawatan


2.7.1 Pengkajian
2.7.1.1 Identitas klien
Identitas klien yang biasa dikaji pada klien dengan demensia adalah usia
karena banyak yang mengalami demensia
2.7.1.2 Keluhan utama

6
Keluhan utama yanag sering ditemukan pada klien dengan masalah
psikososial: demensia adalah klien kehilangan ingatan
2.7.1.3 Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai keadaan klien saat ini
mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai saat dilakukan
pengkajian.
2.7.1.4 Riwayat kesehatan dulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat adanya masalah psikososial
sebelumnya dan bagaimana penganganannya.
2.7.1.5 Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang mengalami gangguan
psikologi seperti yang dialami oleh klien, atau adanya penyakit genetik
yang mempengaruhi sistem psikososial.
2.7.1.6 Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah psikososial:
demensia biasanya lemah.
2) Kesadaran
Kesadaran biasanya Composmentis
3) Tanda-tanda vital
Suhu dalam batas normal (37oC)
Nadi normal (N: 70-82 x/menit)
Tekanan darah kadang meningkat atau menurun
Pernafasan biasanya mengalami normal atau meningkat
4) Pemeriksaan Review Of System (ROS):
Sistem pernafasan (B1: Breathing): dapat ditemukan frekuensi nafas atau
masih dalam batas normal.
Sistem sirkulasi (B2: Bleeding): tidak ditemukan adanya kelainan,
frekuensi nadi, masih dalam batas normal.
Sistem persyarafan (B3: Brain): klien mengalami gangguan memori,
kehilanagtan ingatan, gangguan kosentrasi, kurang perhatian, gangguan
persepsi sensori. Isnomia.
Sistem perkemihan (B4: Bleder): tidak ada keluhan terkait denagn
masalah perkemihan.
Sistem pencernaan (B5: Bowel): klien makan berkurang atau berlebih
karena kadang lupa apakah sudah makan atau belum, penurunan berat
badan, kadang konstipasi.
Sistem muskuluskeletal (B6: Bone): klien mengalami gangguan dalam
pemenuhan aktivitas.
5) Pola fungsi kesehatan

7
Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa dilakukan
sehubungan dengan adanya masalah psikososial demensia:
6) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Klien mengalami gangguan persepsi, klien mengalami gangguan dalam
memelihara dan menangani masalah dan kesehatannya.
7) Pola nutrisi
Klien dapat mengalami makan berlebih / kurang karena kadang lupa
apakah sudah makan atau belum.
8) Pola eliminasi
Tidak ada masalah terkait dengan pola eliminasi.
9) Pola tidur dan istirahat
Kien mengalami insomnia
10) Pola hubungan dan peran
Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari karena
penurunan minat.
Pengkajian kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-
hari dapat menggunakan Indeks KATZ.
11) Pola sensori dan kognitif
Klien mengalami kebinguangan, ketidakmampuan berkosentrasi,
kehilangan minat dan motivasi, mudah lupa, gagal dalam melaksanakan
tugas, cepat marah, disorientasi.
Untuk mengetahui status mental klien dapat dilakukan pengkajian
menggunakan Tabel Short Portabel Mental Status Quesionare (SPMQSQ).
12) Pola persepsi dan konsep diri
Klien dengan demensia umumnya mengalami gangguan konsep diri.
Untuk mengkaji tingakt depresi klien dapat mengguankan Tabel Inventaris
Depresi Beck (IDB) atau Geriatric Depresion Scale (GDS).
13) Pola seksual dan reproduksi
Klien mengalami penurunann minat terhadap pemenuhan kebutuhan
seksual.
14) Pola mekanisme/ penanggulangan stress dan koping
Klien mengguanakan mekanisme koping yang tidak efektif dalam
menangani stress yang dialminya.
15) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien tidak mengalami gangguan dalam spiritual.

2.7.2 Diagnosa
1. Kebingungan akut berhubungan dengan demensiia di tandai dengan
klien kurang motivasi untuk berinisiatif, persepsi yang salah,
peningkatan agitasi atau kelelahan dan pola tidur yang fluktuatif.

8
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan demensia di tandai dengan
klien mengatakan terbangun dalam waktu yang lama, insomnia yang
lama, permulaan tidur > 30 menit, klien mengeluh kesulitan untuk
memulai tidur, mengeluh istirahat tidak merasa puas, tidur tidak puas,
menuruunnya kemampuan fungsi.
3. Resiko jatuh berhubungan dengan kebingungan, dimensia, usia > 65
tahun.

2.7.3 Intervensi

No. dx. kep Nursing outcome Nursing intervention


classification (NOC) / classification (NIC)
tujuan

1. 2. 3. 4.

1. Kebingungan Setelah di lakukan Manajemen demensia


akut/kronik tindakan keperawatan (dementia management):
1. Libatkan anggota
berhubungan ...x24 jam klien
keluarga dalam
dengan menunjukkan
perencanaan,
demensia di kemampuan kognitif yang
pelaksanaan dan
tandai adekuat dengan kriteria :
1. Klien evaluasi
dengan klien
menunjukkan keperawatan.
kurang
2. Identifikasi pola
konsentrasi,
motivasi
perilaku yang
perhatian dan
untuk
biasanya seperti :
orientasi yang
berinisiatif,
tidur, penggunaan
baik.
persepsi
2. Klien mampu obat, eliminasi,
yang salah,
membuat intake makanan dan
peningkatan
keeputusan. perawatan diri.
agitasi atau 3. Klien mampu 3. Kaji riwayat fisik,
kelelahan berkomunikasi sosial dan psikologi,
dan pola yang jelas sesuai pola kebiasaan dan
tidur yang dengan rutinitas klien.
4. Kaji tipe dan tingkat

9
fluktuatif. kemampuannya. defisit kognitif klien
4. Klien
menggunakan
menunjukkan
instrumen
penurunan
pengkajian standar.
kegelisahan. 5. Pantau fungsi
5. Klien mampu
kognitif klien
memproses
menggunakan alat
informasi secara
pengkajian standar.
logis. 6. Ciptakan
6. Klien dapat
lingkungan yang
memahami
rendah stimulus
pernyataan yang
(seperti : lingkungan
pendek dan
tenang, musik
tertulis.klien
lembut, penataan
mengikuti
ruang yang
perintah verbal.
familiar).
7. Klien tidak
7. Berikan
mengalami
pencahayaan yang
kehilangan
adekuat.
identitas. 8. Identifikasi dan
pindahkan
lingkungan yang
dapat
membahayakan
pasien.
9. Berikan lingkungan
fisik dan aktivitas
harian yang
konsisten.
10. Persiapkan interaksi
dengan kontak mata
dan sentuhan sesuai
kebutuhan.
11. Perkenalkan diri
kontak dengan

10
pasien.
12. Panggil klien
dengan namanya
dan bicara pelan
ketika memulai
interaksi.
13. Bicara yang jelas,
rendah, hangat dan
nada bicara
menghormati klien.
14. Gunakan teknik
distraksi ketika
klien menunjukkan
perilaku
konfrontasi.
15. Hindari menyentuh
atau mendekati
klien jika sedang
stress atau cemas.
16. Berikan petugas
kesehatan yang
familiar bagi klien.
17. Berikan periode
istirahat untuk
mencegah kelelahan
dan mengurangi
stress.
18. Hindari situasi yang
tidak familier jika
mungkin (seperti :
perubahan ruangan
dan perlengkapan
ruangan yang tidak
familier bagi klien).
19. Pantau nutrisi dan

11
berat badan pasien.
20. Hindari frustasi
pada klien dengan
menjelaskan
pertanyaann yang
tidak dapat di
jawab.
21. Perbolehkan klien
untuk makan sendiri
sesuai kebutuhan.
22. Minta anggota
keluarga dan teman
untuk menjenguk
sesuai kebutuhan.
23. Diskusikan dengan
keluarga dan teman
klien bagaimana
interaksi yang baik
dengan klien.
24. Tempatkan nama
klien dengan huruf
warna hitam yang
besar di ruangannya
dan di bajunya
sesuai kebutuhan.
25. Gunakan simbol
atau tanda tertulis
untuk membantu
klien menemukan
lokasi kamarnya,
kamar mandi atau
area yang lain.
26. Pantau penyebab
psikologis yang
dapat meningkatkan

12
kebingungan akut
pada klien.

2. Gangguan Setelah dilakukan Peningkatan tidur (sleep


pola tidur tindakan kepperawatan enchancement) :
1. Tentukan aktivitas
berhubungan selama .... x24 jam
dan pola tidur klien.
dengan diharapkan klien
2. Jelaskan pentingnya
demensia di menunjukkan tidur yang
tidur yang adekuat
tandai adekuat dengan kriteria :
selama sakit, stress
1. Klien
dengan klien
psikososial.
menunjukkan jam
mengatakan 3. Tentukan efek dari
tidur tidak
terbangun pengobatan terhadap
terganggu.
dalam waktu pola tidur klien.
2. Klien melaporkan
4. Pantau dan catat
yang lama,
tidak ada masalah
pola tidur dan
insomnia
dengan pola,
jumlah jam tidur
yang lama,
kualitas dan
pasien.
permulaan
rutinitas tidur atau 5. Pantau pola tidur
tidur > 30
istirahat. dan catat adanya
menit, klien 3. Klien
gangguan fisik dan
mengeluh menunjukkan
psikologis yang
kesulitan perasaan segar
dapat mengganggu
untuk setelah tidur atau
tidur.
memulai istirahat. 6. Ajarkan klien untuk
4. Klien melaporkan
tidur, memonitor pola
terjaga dengan
mengeluh tidurnya.
waktu yang 7. Pantau pengaruh
istirahat
sesuai. kelelahan akibat
tidak merasa
5. Klien dapat
aktivitas selama
puas, tidur
mengidentifikasi
bangun untuk
tidak puas,
tindakan yang
mencegah
menurunnya
dapat
kelelahan.
kemampuan
meningkatkan 8. Atur lingkungan
fungsi.
tidur / istirahat. yang dapat
6. Klien
meningkatkan tidur

13
menunjukkan (seperti :
kenyamanan fisik pencahayaan, suhu,
dan psikologis. matras dan tempat
tidur)
9. Dorong klien untuk
mempertahankan
waktu tidur rutin
dan fasilitasi
peralihan dari
bangun ke tidur.
10. Bantu klien untuk
menghilangkan
situasi stress yang
dapat mengganggu
jadwal tidur.
11. Anjurkan klien
untuk menghindari
makan diantara
waktu tidur.
12. Bantu klien untuk
mengurangi waktu
tidur di siang hari
dengan
meningkatkan
aktivitas sesuai
kebutuhan.
13. Anjurkan klien
untuk menggunakan
terapi non
farmakologi :
relaksasi otot untuk
mengatasi gangguan
tidur.
14. Tingkatkan

14
kenyamanan klien
dengan masase,
mengatur posisi dan
sentuhan.
15. Anjurka klien untuk
meningkatkan jam
tidur sesuai
kebutuhan.
16. Ajarkan klien /
orang terdekat
tentang faktor-faktor
yang berkontribusi
dalam gangguan
pola tidur seperti :
perubahan fisik,
psikologi, gaya
hidup dan bekerja
dalam waktu yang
lama dan faktor
lingkungan.
17. Identifikasi obat
tidur apa saja yang
di gunakan klien..
18. Atur stimulus
lingkungan untuk
mempertahankan
siklus tidur siang
dan malam klien
yang normal.
19. Diskusikan klien
dan keluarga tentang
teknik peningkatan
tidur.
20. Berikan informasi

15
melalui pamplet
tentang teknik untuk
meningkatkan tidur.
Manajemen demensia
(dementia management):
1. Libatkan anggota
keluarga dalam
perencanaan,
pelaksanaan dan
evaluasi
keperawatan.
2. Identifikasi pola
perilaku yang
biasanya seperti :
tidur, penggunaan
obat, eliminasi,
intake makanan dan
perawatan diri.
3. Kaji riwayat fisik,
sosial dan psikologi,
pola kebiasaan dan
rutinitas klien.
4. Kaji tipe dan tingkat
defisit kognitif klien
menggunakan
instrumen
pengkajian standar.
5. Pantau fungsi
kognitif klien
menggunakan alat
pengkajian standar.
6. Ciptakan
lingkungan yang
rendah stimulus
(seperti : lingkungan

16
tenang, musik
lembut, penataan
ruang yang
familiar).
7. Berikan
pencahayaan yang
adekuat.
8. Identifikasi dan
pindahkan
lingkungan yang
dapat
membahayakan
pasien.
9. Berikan lingkungan
fisik dan aktivitas
harian yang
konsisten.
10. Persiapkan interaksi
dengan kontak mata
dan sentuhan sesuai
kebutuhan.
11. Perkenalkan diri
kontak dengan
pasien.
12. Panggil klien
dengan namanya
dan bicara pelan
ketika memulai
interaksi.
13. Bicara yang jelas,
rendah, hangat dan
nada bicara
menghormati klien.
14. Gunakan teknik
distraksi ketika

17
klien menunjukkan
perilaku
konfrontasi.
15. Hindari menyentuh
atau mendekati
klien jika sedang
stress atau cemas.
16. Berikan petugas
kesehatan yang
familiar bagi klien.
17. Berikan periode
istirahat untuk
mencegah kelelahan
dan mengurangi
stress.
18. Hindari situasi yang
tidak familier jika
mungkin (seperti :
perubahan ruangan
dan perlengkapan
ruangan yang tidak
familier bagi klien).
19. Pantau nutrisi dan
berat badan pasien.
20. Hindari frustasi
pada klien dengan
menjelaskan
pertanyaann yang
tidak dapat di
jawab.
21. Perbolehkan klien
untuk makan sendiri
sesuai kebutuhan.
22. Minta anggota
keluarga dan teman

18
untuk menjenguk
sesuai kebutuhan.
23. Diskusikan dengan
keluarga dan teman
klien bagaimana
interaksi yang baik
dengan klien.
24. Tempatkan nama
klien dengan huruf
warna hitam yang
besar di ruangannya
dan di bajunya
sesuai kebutuhan.
25. Gunakan simbol
atau tanda tertulis
untuk membantu
klien menemukan
lokasi kamarnya,
kamar mandi atau
area yang lain.
26. Pantau penyebab
psikologis yang
dapat meningkatkan
kebingungan akut
pada klien.
Manajemen Lingkungan
(Environmental
Management) ;
1. Ciptakan
lingkungan yang
aman bagi klien
2. Identifikasi
keamanan yang
dibutuhkan klien,
tingkat fungsi fisik

19
dan kognitif klien
dan riwayat
perilaku.
3. Pindahkan
lingkungan yang
berbahaya
4. Hindari objek yang
dapat
membahayakan
lingkungan
5. Amankan klien
dengan pengamanan
samping sesuai
kebutuhan
6. Siapkan tempat
tidur yang sesuai
kebutuhan
7. Tempatkan
perlengkapan
euangan yang dapat
mengakomodasi
ketidakmampuan
klien atau keluarga
8. Berikan ruangan
tersendiri sesuai
indikasi
9. Ciptakan
lingkungan yang
bersih dan tempat
tidur yang nyaman
10. Siapkan line yang
nyaman
11. Tempatkan tempat
tidur pada posisi
yang mudah

20
ditempati
12. Kurangi stimulus
lingkungan sesuai
kebutuhan
13. Hindari pernapasan
lingkungan yang
berlebihan

Manajemen pengobatan
(medication Management) :
1. Tentukan obat apa
yang dibutuhkan
klien
2. Tentukan
kemampuan klien
dalam mengobati
dirinya sendiri
3. Pantau efektifitas
pemberian obat-
obatan
4. Pantau adanya efek
tambahan dari obat
5. Pantau adanya
interaksi obat-
obatan
6. Fasilitasi adanya
perubahan
pengobatan yang
diberikan sesuai
kebutuhan
7. Pantau respon dari
perubahan
pengobatan yang
diberikan seseuai
kbutuhan
8. Tentukan tingkt

21
pengetahuan klien
tentang pengobatan
9. Ajarakan
klien/anggota
keluarga tentang
metode dan
pengelolaan obat-
obatan sesuai
kebutuhan.
10. Ajarakan
klien/anggota
keluarga dalam
mengembangkan
tindkana untuk
mengatasi efek
samping pengobatan
11. Berikan informasi
pada klien/anggota
keluarga tentang
perubahan
pengobatan dirinya
secara tertulis atau
dengan penjelasan.
12. Kembangkan
strategi untuk
mengatasi efek
samping pengobatan
13. Tentukan langsung
pengobatan terhadap
gaya hidup
14. Bantu klien atau
keluargauntuk
membuat
penyesuaian

22
terhadap gaya hidup
dihubungkan
dengan pengobatan
sesuai kebutuhan
15. Anjurkan klien
untuk
memperhatiakn
pengobatan.

3. Risiko jatuh Setelah dilakukan Pembatasan Area (Area


berhubungan tindkana keperawatan Restriction) :
1. Identifikasi perilaku
dengan diharapkan kien
klien dan orang
Demensia, melakukan tindakan
terdekat terhadap
usia >65 pengaanan :
Pencegahan jatuh dengan intervensi yang
tahun
kriteria : diharuskan
1. Klien dapat 2. Jelaskan prosedur,
menggunakan alat maksud dan periode
bantu dengan benr waktu tindakan
2. Klien dapat
terhadap klien dan
menempatkan
orang terdekat
penopang untuk 3. Jelaskan pada klien
mencegah jatuh dan oramng terdekat
3. Klien dapat
mengenai perilaku
menempatkan
yang dibutuhkan
susunan pegangan
untuk mengakhiri
tangan sesuai
situasi berbahaya
kebutuhan 4. Gunakan alat
pelindung (seperti :
restrain, rel
samping, kunsi
pintu, pagar dan
gerbang) untuk
membatasi mobilitas
atau akses situasi

23
berbahaya
5. Berikan feedback
dengan segera
terhadap perilaku
yang tidak sesui
yang dapat dikontrol
klien dan
konstribusi yang
dibutuhkan untuk
untuk seterusnya.
6. Identifikasi perilaku
klien yang sesuai
7. Bantu klien untuk
memodifikasi
perilaku yang tidak
sesuai jika mungkin
8. Berikan kenyaman
psikologis yang
dibutuhkan
9. Monitor respon
klien terhadap
prosedur yang
dilakukan
10. Berikan
kenyamanan
psikologis yang
dibutuhkan
11. Monitor respon
klien terhadap
prosedur yang
dilakukan
12. Berikan
reinforcement
posistif terhadap
kerja sama klien

24
dalam pembatasan
13. Evaluasi secara
teratur dan terus
menerus terhadap
tindakan
pembatasan yang
dilakukan terhadap
klien
14. Dokumentasikan
rasional
pengguanaan
tindakan
pembatasan, respon
klien terhadap
tindakan yang
diberikan,
perawatan yang
diberikan dan alasan
dalam mengakhiri
tindakan.
Mencegah jatuh :Faal
Prevention
1. Identifikasi
kebutuhan
keamanan klien
berdasarkan tingkat
fungsi fisik, kognitif
dan riwayat perilaku
sebelumnya
2. Identifikasi perilaku
dan faktor yang
berpengaruh
terhadap risiko jatuh
3. Kaji riwayat jatuh

25
klien dan keluarga
4. Identifikasi
karakterstik
lingkungan yang
mungkin
meningkatkan
potensial untuk jtuh
5. Pantau gaya
berjaklan,
keseimbangan dan
tingkat kelelahan
selama ambulasi
6. Diskusikan dengan
klien tentang gaya
berjalan dan
pergerakan
7. Ajarkan
klien/keluarga
tindakan keamanan
pada area yang
spesifik
8. Berikan materi
pendidikan yang
berhubungan
dengan strategi
untuk pencegahan
trUM
9. Berikan informasi
tentang bahay
linguna dan ciri-
cirinya (misalnya :
tangga, jendela,
kunci pintu, kolam
renang, jalan atau

26
gerbang).
10. Ajarkan pada klien
tentang bagaimana
meminimalkan
cedera.
11. Pantau kemampuan
klien untuk
berpindah dari
tempat tidur ke kursi
12. Gunakan teknik
yang tepat untuk
memindahkan klien
dari kursi dan ke
kursi roda dan ke
tempat tidur, kamar
mandi, dll.

2.7.4 Implementasi

A. DEFINISI

Menurut Pusat Riset Terapi Musik dan Gelombang Otak (2011), Terapi
musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre,
bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta
musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental.

Terapi musik adalah penggunaan musik untuk meningkatkan emosi


seseorang, fisik, kesehatan psikologis dan spiritual. Musik adalah
sinonim dari kemerdekaan, keseimbangan, integrasi, variasi dan
adaptasi. Menjaga fitur unik dari musik dalam pikiran, digunakan oleh
terapis untuk membantu masyarakat dalam mencapai fitur tersebut
dalam kehidupan mereka, sehingga harmoni dan keseimbangan dapat
dicapai dalam emosional mereka, fisik, mental dan spiritual diri.

27
Alzheimer adalah penyakit yang biasanya menjangkiti para lansia dan
ditandai dengan kesulitan berbicara, berjalan, dan demensia. Dengan
kemunduran segala fungsi tubuh dan berkurangnya interaksi sosial, para
penderita Alzheimer dapat mengalami penurunan kualitas hidup. Musik
terbukti memperbaiki fisiologi tubuh mereka yang ditandai cukupnya
partisipasi, senyuman, kontak mata, dan umpan balik verbal untuk
menyatakan perasaan.

Orang dengan demensia menderita aphasia dan amnesia. komunikasi


verbal menjadi sangat sulit dan membingungkan. Ketika seseorang
kehilangan memori, dia tidak tahu identitas sendiri dan realitas di
sekelilingnya menjadi aneh. Bernyanyi bersama adalah cara
berkomunikasi. Bernyanyi merupakan sumber stimulasi dan interaksi
dan mengurangi agitasi dan mendapatkan orang yang terlibat dalam
suatu kegiatan dan keterlibatan dengan manusia lain. Terapi musik ini
sendiri, dapat membuat orang menghilangkan stres, rasa cemas,
mengurangi rasa sakit, atau memperbaiki suasana hati serta dapat
meningkatkan kualitas hidup seseorang yang sedang menderita suatu
penyakit.

B. JENIS TERAPI MUSIK

Dalam dunia penyembuhan dengan musik, dikenal 2 macam terapi


musik, yaitu:

1. Terapi Musik Aktif.

Dalam terapi musik aktif pasien diajak bernyanyi, belajar main


menggunakan alat musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu
singkat. Dengan kata lain pasien berinteraksi aktif dengan dunia musik.
Untuk melakukan Terapi Musik katif tentu saja dibutuhkan bimbingan
seorang pakar terapi musik yang kompeten.

2. Terapi Musik Pasif.

28
Inilah terapi musik yang murah, mudah dan efektif. Pasien tinggal
mendengarkan dan menghayati suatu alunan musik tertentu yang
disesuaikan dengan masalahnya. Hal terpenting dalam Terapi Musik
Pasif adalah pemilihan jenis musik harus tepat dengan kebutuhan
pasien.

C. MANFAAT MUSIK KLASIK PADA OTAK

Beberapa penelitian telah dilakukan dalam membuktikan manfaat


musik klasik bagi kesehatan, terutama untuk kecerdaan otak. Memang
dalam hidup ini kita tak kan pernah lepas dari yang namanya musik.
dimanapun kita berada kita akan selalu bersentuhan dengan musik.
namun pilihan kita terhadap musik juga dapat berpengaruh pada
kesehatan kita.

Pada tahun 1998, Don Campbell, seorang musisi sekaligus pendidik,


bersama Dr. Alfred Tomatis yang psikolog, mengadakan penelitian
untuk melihat efek positif dari beberapa jenis musik. Hasilnya
dituangkan dalam buku mereka yang di Indonesia diterbitkan dengan
judul Efek Mozart, Memanfaatkan Kekuatan Musik Untuk
Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreativitas dan Mnyehatkan
Tubuh.Banyak fakta menarik yang diungkap Campbell dan Tomatis.
Diantaranya, adanya hubungan yang menarik antara musik dan
kecerdasan manusia.

Kebingungan dapat dikurangi dengan menyederhanakan dekorasi


rumah, menghapus kekacauan, menjaga benda asing di dekatnya, dan
mengikuti rutinitas diprediksi sepanjang hari. Kalender dan jam juga
dapat membantu pasien mengorientasikan diri mereka sendiri. kegiatan
di waktu luang Normal selama mereka aman dan tidak menyebabkan
frustrasi seperti kerajinan, permainan, musik dan olahraga, dan lain
intelektual merangsang kegiatan dapat memperlambat penurunan
fungsi kognitif pada beberapa orang. Beberapa studi juga telah

29
menunjukkan bahwa orang-orang yang terlibat dalam kegiatan
merangsang intelektual, seperti interaksi sosial, catur, teka-teki silang,
dan memainkan alat musik, secara signifikan lebih rendah resiko
mereka terserang penyakit Alzheimer dan bentuk lain dari Dimensia
(Indra, 2010).

Metode musik merupakan salah satu cara untuk membantu mengatasi


stres. Secara keseluruhan musik dapat berpengaruh secara fisik maupun
psikologis. Secara psikologis, musik dapat membuat seseorang menjadi
lebih rileks, mengurangi stres, menimbulkan rasa aman dan sejahtera,
melepaskan rasa gembira dan sedih, dan membantu serta melepaskan
rasa sakit (Djohan, 2006).

Terapi musik yang dilakukan di College of Notre Dame, Belmont,


California menggunakan stimulus suara (bunyi, musik) untuk
mengetahui dampak suara terhadap kondisi stres dan rileks yang
dialami seseorang, sekarang sudah mendunia (Satiadarma, 2002).
Terapi musik merupakan teknik yang sangat mudah dilakukan dan
terjangkau, tetapi efeknya menunjukkan betapa besar dan musik dalam
mempengaruhi ketegangan atau kondisi rileks pada diri seseorang,
karena dapat merangsang pengeluaran endorphine dan serotonin, yaitu
sejenis morfin alami tubuh dan juga metanonin sehingga kita bisa
merasa lebih relaks pada tubuh seseorang yang mengalami stres (Mucci,
2002).

Menurut Pusat Riset Terapi Musik dan Gelombang Otak (2011),


Manfaat terapi musik yaitu:

1. Relaksasi, Mengistirahatkan Tubuh dan Pikiran

Manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan terapi musik adalah


perasaan rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih fresh. Terapi
musik memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk
mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi relaksasi (istirahat)
yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh akan mengalami re-

30
produksi, penyembuhan alami berlangsung, produksi hormon tubuh
diseimbangkan dan pikiran mengalami penyegaran.

2. Meningkatkan Kecerdasan

Sebuah efek terapi musik yang bisa meningkatkan intelegensia


seseorang disebut Efek Mozart. Hal ini telah diteliti secara ilmiah oleh
Frances Rauscher et al dari Universitas California. Penelitian lain juga
membuktikan bahwa masa dalam kandungan dan bayi adalah waktu
yang paling tepat untuk menstimulasi otak anak agar menjadi cerdas.
Hal ini karena otak anak sedang dalam masa pembentukan, sehingga
sangat baik apabila mendapatkan rangsangan yang positif. Ketika
seorang ibu yang sedang hamil sering mendengarkan terapi musik,
janin di dalam kandungannya juga ikut mendengarkan. Otak janin pun
akan terstimulasi untuk belajar sejak dalam kandungan. Hal ini
dimaksudkan agar kelak si bayi akan memiliki tingkat intelegensia yang
lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang dibesarkan tanpa
diperkenalkan pada musik.

3. Meningkatkan Motivasi

Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan dan
mood tertentu. Apabila ada motivasi, semangat pun akan muncul dan
segala kegiatan bisa dilakukan. Begitu juga sebaliknya, jika motivasi
terbelenggu, maka semangat pun menjadi luruh, lemas, tak ada tenaga
untuk beraktivitas. Dari hasil penelitian, ternyata jenis musik tertentu
bisa meningkatkan motivasi, semangat dan meningkatkan level energi
seseorang.

4. Pengembangan Diri

Musik ternyata sangat berpengaruh terhadap pengembangan diri


seseorang. Hati-hati, karena musik yang Anda dengarkan menentukan
kualitas pribadi Anda. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa orang
yang punya masalah perasaan, biasanya cenderung mendengarkan

31
musik yang sesuai dengan perasaannya. Misalnya orang yang putus
cinta, mendengarkan musik atau lagu bertema putus cinta atau sakit
hati. Dan hasilnya adalah masalahnya menjadi semakin parah. Dengan
mengubah jenis musik yang didengarkan menjadi musik yang
memotivasi, dalam beberapa hari masalah perasaan bisa hilang dengan
sendirinya atau berkurang sangat banyak. Dan jika Anda mau, Anda
bisa mempunyai kepribadian yang Anda inginkan dengan cara
mendengarkan jenis musik yang tepat.

5. Meningkatkan Kemampuan Mengingat

Terapi musik bisa meningkatkan daya ingat dan mencegah kepikunan.


Hal ini bisa terjadi karena bagian otak yang memproses musik terletak
berdekatan dengan memori. Sehingga ketika seseorang melatih otak
dengan terapi musik, maka secara otomatis memorinya juga ikut
terlatih. Atas dasar inilah terapi musik banyak digunakan di sekolah-
sekolah modern di Amerika dan Eropa untuk meningkatkan prestasi
akademik siswa. Sedangkan di pusat rehabilitasi, terapi musik banyak
digunakan untuk menangani masalah kepikunan dan kehilangan
ingatan.

6. Kesehatan Jiwa

Seorang ilmuwan Arab, Abu Nasr al-Farabi (873-950M) dalam bukunya


''Great Book About Music'', mengatakan bahwa musik membuat rasa
tenang, sebagai pendidikan moral, mengendalikan emosi,
pengembangan spiritual, menyembuhkan gangguan psikologis.
Pernyataannya itu tentu saja berdasarkan pengalamannya dalam
menggunakan musik sebagai terapi. Sekarang di zaman modern, terapi
musik banyak digunakan oleh psikolog maupun psikiater untuk
mengatasi berbagai macam gangguan kejiwaan, gangguan mental atau
gangguan psikologis.

7. Mengurangi Rasa Sakit

32
Musik bekerja pada sistem saraf otonom yaitu bagian sistem saraf yang
bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan
fungsi otak, yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian,
kedua sistem tersebut bereaksi sensitif terhadap musik. Ketika kita
merasa sakit, kita menjadi takut, frustasi dan marah yang membuat kita
menegangkan otot-otot tubuh, hasilnya rasa sakit menjadi semakin
parah. Mendengarkan musik secara teratur membantu tubuh relaks
secara fisik dan mental, sehingga membantu menyembuhkan dan
mencegah rasa sakit. Dalam proses persalinan, terapi musik berfungsi
mengatasi kecemasan dan mengurangi rasa sakit. Sedangkan bagi para
penderita nyeri kronis akibat suatu penyakit, terapi musik terbukti
membantu mengatasi rasa sakit.

8. Menyeimbangkan Tubuh

Menurut penelitian para ahli, stimulasi musik membantu


menyeimbangkan organ keseimbangan yang terdapat di telinga dan
otak. Jika organ keseimbangan sehat, maka kerja organ tubuh lainnya
juga menjadi lebih seimbang dan lebih sehat.

9. Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Dr John Diamond dan Dr David Nobel, telah melakukan riset mengenai


efek dari musik terhadap tubuh manusia dimana mereka menyimpulkan
bahwa: Apabila jenis musik yang kita dengar sesuai dan dapat diterima
oleh tubuh manusia, maka tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan
sejenis hormon (serotonin ) yang dapat menimbulkan rasa Nikmat dan
senang sehingga tubuh akan menjadi lebih kuat (dengan meningkatnya
sistem kekebalan tubuh) dan membuat kita menjadi lebih sehat.

10. Meningkatkan Olahraga

Mendengarkan musik selama olahraga dapat memberikan olahraga


yang lebih baik dalam beberapa cara, di antaranya meningkatkan daya

33
tahan, meningkatkan mood dan mengalihkan Anda dari setiap
pengalaman yang tidak nyaman selama olahraga.

Hasil riset menunjukkan bahwa terapi musik sangat efektif dalam


meredakan kegelisahan dan stress, mendorong perasaan rileks,
meredakan depresi dan mengatasi insomnia. Terapi musik membantu
banyak orang yang memiliki masalah emosional, membuat perubahan
positif, menciptakan suasana hati yang damai, membantu memecahkan
masalah dan memperbaiki konflik internal.

Ternyata penyembuhan terapi musik tidak hanya terbatas pada


kesehatan mental atau untuk masalah psikologis saja. Telah dilakukan
studi terhadap pasien-pasien penderita luka bakar, penyakit jantung,
hipertensi, stroke, nyeri kronis, alergi, maag, kanker dan penyakit
lainnya, terapi musik juga bisa digunakan untuk membantu proses
penyembuhan.

Terapi musik dapat mengurangi kebutuhan pengobatan selama


kelahiran dan melengkapi fungsi mati rasa dalam operasi dan perawatan
gigi, terutama jika yang dirawat anak-anak serta pasien yang menjalani
prosedur pembedahan. Musik juga berguna untuk mengatasi trauma
pada bayi yang lahir premature. Disamping situasi akut ini, terapi musik
juga membantu menghilangkan rasa sakit.

Terapi musik dapat juga memperbaiki kualitas bagi pasien yang


mengalami sakit berkepanjangan dan menambah kesehatan orang-orang
jompo, termasuk untuk penderita alzheimer. Musik juga telah
digunakan untuk melengkapi perawatan. Selain itu, terapi musik juga
berguna untuk mendukung keharmonisan keluarga dan memotivasi
kinerja karyawan.

Beberapa manfaat penting bagi orangtua dengan adanya terapi musik


untuk orangtua, yakni :

34
§ Musik efekfif untuk mengasah dan mengembangkan kemampuan
musik mereka dan untuk memenuhi kebutuhan rohani. Sehingga
meningkatkan perasaan yang nyaman.

§ Usia tua sering terkait dengan stres, dampaknya seperti hipertensi.


Terapi ini membantu untuk mengurangi stres, bisa bersantai dan
membangun keterampilan sosial.

§ Terapi musik manjur untuk pengurangi komplikasi jantung dan


tekanan psikologis.

§ Kepikunan sering merupakan masalah besar orang tua yang


membawa mereka kurang fokus. Oleh karena itu terapi musik dapat
membantu dalam meningkatkan fokus dan keselarasan perasaan dan
impuls. Selain itu juga membantu dalam meningkatkan konsentrasi
mereka.

§ Terapi musik dapat membantu mengaktifkan sel-sel otak secara


efektif. Hal ini juga membantu dalam meremajakan sel-sel memori,
efektif memerangi kondisi seperti demensia.

§ Terapi musik mampu memperbaiki fungsi kekebalan tubuh

§ Semakin tua, maka seseorang cenderung mengalami berbagai


macam rasa sakit. Terapi musik membantu dalam mengurangi rasa sakit
dan mempercepat siklus pemulihan pada individu tertentu.

Orang tua/ Lansia dapat berpartisipasi dalam terapi melalui cara


berikut:

§ Mereka dapat meminta untuk sebuah lagu favorit

§ Mendengarkan musik

§ Berpartisipasi dalam menyanyi

§ Memainkan alat

35
§ Tari musik

§ Menulis lagu

§ Lakukan dalam sebuah band

§ Diskusikan perasaan dengan ahli terapi

D. FISIOLOGI TERAPI MUSIK

Pemahaman tentang aspek biologis suara berawal dengan pengertian


bahwa perubahan getaran udara sebenarnya adalah musik. Jauh sebelum
pembentukan ontogenetik dan filogenetik suara musik, fenomena
akustik yang ditemukan sudah merupakan nilai-nilai terapi musik.
Fenomena akustik ini membuat orang dapat menghargai dan
menemukan kembali suara eksternal serta menerjemahkan suara
tersebut ke dalam bahasa musik.

Akustik, suara, vibrasi, dan fenomena motorik sudah ditemukan sejak


ovum dibuahi oleh sperma untuk membentuk manusia baru. Pada saat
itu terdapat berbagai proses yang melingkupi telur dalam kandungan,
berproduksi dengan gerakan dinamis, mempunyai vibrasi, dan memiliki
suara tersendiri. Misalnya, bunyi yang dihasilkan oleh dinding rahim,
denyut jantung, aliran darah, bisikan suara ibu, suara dan desah napas,
mekanisme gerakan dan gesekan tubuh bagian dalam, gerakan otot,
proses kimiawi dan enzim, serta banyak lainnya. Semua ini dapat
dikelompokkan sebagai sebuah kesempurnaan suara.

Terapi Musik Pada Dimensia Alzheimer

36
Gambar 1. Ilustrasi: Musik yang diterima oleh telinga disalurkan ke
otak sebagai data digital sehingga otak merespon sesuai dengan "isi
data digital" tersebut.

Terapi Musik Pada Dimensia Alzheimer

Gambar 2. Ilustrasi: Bahwa otak adalah pengendali dan mempengaruhi


kinerja seluruh organ di tubuh Anda. Artinya, ketika otak distimulasi,
organ-organ di tubuh Anda juga ikut terpengaruh.

Beberapa pendekatan dalam terapi musik meyakini bahwa tubuh kita


adalah sumber suara dan bahwa organ-organ tubuh sekaligus dapat
dianalogikan sebagai seperangkat alat musik. Tubuh manusia
sebenarnya sarat dengan bunyi. Proses biologis yang dilakukan oleh
organ-organ tubuh misalnya lambung atau jantung menghasilkan
berbagai macam suara. Dokter dapat mendengarkan suara-suara
tersebut dengan menggunakan stetoskop. Tanpa alat bantu kita tidak
dapat mendengar suara-suara tadi, karena suara-suara yang terlalu tidak
beraturan diredam oleh tulang-tulang rawan di telinga bagian dalam.

Di sisi lain, jika setiap organ tubuh berfungsi dengan baik sebagaimana
seperangkat alat musik menghasilkan bunyi yang indah, maka
seharusnya yang dihasilkan adalah musik yang indah. Artinya tubuh
kita sehat. Karena itu terapi musik dimaksudkan untuk menyelaraskan
kembali kinerja organ tubuh yang sedang terganggu, agar dapat
berfungsi normal kembali.

Sejak lebih dari seabad lalu, penelitian yang dilakukan sejumlah dokter,
khususnya para pakar di bidang Fisiologi menunjukkan keterkaitan
antara aspek-aspek Biologi dan musik. Bersama Hector Berlioz
(seorang komponis Perancis), M. Getry melakukan observasi mengenai
kinerja musik pada nadi dan sirkulasi darah. Dilaporkan bahwa dengan

37
memainkan alat perkusi genderang, akan melipatgandakan cardiac
output.

Dua orang pakar Fisiologi dari Perancis, La Salpeètière dan Féré


mengukur pengaruh musik terhadap kapasitas kerja fisik manusia.
Penemuan pertama menunjukkan bahwa irama merupakan stimuli
terkuat terhadap kinerja fisik, sementara dari penemuan kedua
ditemukan bahwa efek stimuli musik dipengaruhi oleh kebebasan irama
dan intensitas nada-nada musikal yang dimainkan. Nada-nada tinggi
terbukti menghasilkan efek yang lebih besar daripada nada-nada
rendah.

Di pusat rehabilitasi di Amerika, para pasien stroke disuruh berbaris


sambil mendengarkan musik berirama march lewat walkman. Ternyata,
jenis musik ini mampu menstimulasi otak. Tujuan perawatan ini agar si
pasien terbiasa dengan irama dan kebutuhan telinga dalam bisa
terpenuhi. Dengan ini, lama kelamaan mereka dapat bergerak normal
lagi walau tanpa musik. Hasil penyelidikan menunjukkan, kemampuan
koordinasi motorik otak yang terlatih tadi lama kelamaan akan
menunjukkan perbaikan.

Concetta Tomaino, direktur program terapi musik pada rumah sakit


Beth Abraham di New York, bercerita tentang seorang pasien penderita
Parkinson hebat, yang masih bisa duduk berjam-jam di depan piano
untuk memainkan lagu-lagu dari komponis favoritnya (Chopin).
Seolah-olah pasien ini lupa akan penyakitnya. Rupanya, saat dia
bermain dan terbuai oleh lagunya itu, tubuhnya bereaksi.

Berdasarkan pengamatan di kliniknya, Concetta Tomaino melihat musik


mampu “menggali” ingatan pasien-pasiennya. Ia juga pernah mencoba
pada pasien Alzheimer yang kemampuan berpikirnya hampir hilang
sama sekali. Ketika ia memainkan musik yang dikenal oleh pasien
sewaktu masih muda, tiba-tiba pasien tersebut jadi ingat akan tempat
dan orang-orang yang pernah dikenalnya.

38
Contoh lain yang cukup mengejutkan adalah penelitian terhadap DNA.
Melalui suara yang diberikan, sangat mungkin untuk menghambat
proses ulang-alik biosintesis protein, purin, dan pirimidin dalam
kehidupan sel, yang mengakibatkan perubahan DNA. Meningkatnya
polusi suara dalam kehidupan modern ini ditengarai berpengaruh juga
terhadap perubahan DNA sehingga penelitian terhadap perubahan DNA
memperoleh perhatian yang serius.

Beberapa hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa efek biologis dari


suara dan musik dapat mengakibatkan:

§ Energi otot akan meningkat atau menurun terkait dengan stimuli


irama.

§ Tarikan napas dapat menjadi cepat atau berubah secara teratur.

§ Timbulnya berbagai efek pada denyut jantung, tekanan darah, dan


fungsi endokrin.

§ Berkurangnya stimulus sensorik dalam berbagai tahapan.

§ Kelelahan berkurang atau tertunda, tetapi ketegangan otot meningkat.

§ Perubahan yang meningkatkan elektrisitas tubuh.

§ Perubahan pada metabolisme dan biosintesis pada beberapa proses


enzim.

Selain itu, setiap musik yang didengarkan, meskipun tidak sengaja


mendengarkannya, akan berpengaruh pada otak. Setidaknya ada tiga
sistem saraf dalam otak yang akan terpengaruh oleh musik yang
didengarkan, yaitu:

1. Sistem Otak Yang Memproses Perasaan.

39
Musik adalah bahasa jiwa, ia mampu membawa perasan kearah mana
saja. Musik yang Anda dengar akan merangsang sistem saraf yang akan
menghasilkan suatu perasaan. Perangsangan sistem saraf ini
mempunyai arti penting bagi pengobatan, karena sistem saraf ambil
bagian dalam proses fisiologis. Dalam ilmu kedokteran jiwa, jika emosi
tidak harmonis, maka akan mengganggu sistem lain dalam tubuh kita,
misalnya sistem pernapasan, sistem endokrin, sistem immune, sistem
kardiovaskuler, sistem metabolik, sistem motorik, sistem nyeri, sistem
temperatur dan lain sebagainya. Semua sistem tersebut dapat bereaksi
positif jika mendengar musik yang tepat.

2. Sistem Otak Kognitif

Aktivasi sistem ini dapat terjadi walaupun seseorang tidak


mendengarkan atau memperhatikan musik yang sedang diputar. Musik
akan merangsang sistem ini secara otomatis, walaupun seseorang tidak
menyimak atau memperhatikan musik yang sedang diputar. Jika sistem
ini dirangsang maka seseorang akan meningkatkan memori, daya ingat,
kemampuan belajar, kemampuan matematika, analisis, logika,
inteligensi dan kemampuan memilah, disamping itu juga adanya
perasaan bahagia dan timbulnya keseimbangan sosial.

3. Sistem Otak Yang Mengontrol Kerja Otot

Musik secara langsung bisa mempengaruhi kerja otot kita. Detak


jantung dan pernafasan bisa melambat atau cepat secara otomatis,
tergantung alunan musik yang didengar. Bahkan orang yang bayi dan
orang tidak sadar pun tetap terpengaruh oleh alunan musik. Bahkan ada
suatu penelitian tentang efek terapi musik pada pasien dalam keadaan
koma. Ternyata denyut jantung bisa diturunkan dan tekanan darah pun
turun, kemudian begitu musik matikan, maka denyut jantung dan
tekanan darah kembali naik. Fakta ini juga bermanfaat untuk penderita
hipertensi karena musik bisa mengontrol tekanan darah.

40
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, dunia kedokteran serta
psikologi membuktikan bahwa terapi musik berpengaruh dalam
mengembangkan imajinasi dan pikiran kreatif. Musik juga
mempengaruhi sistem imun, sistem saraf, sistem endokrin, sistem
pernafasan, sistem metabolik, sistem kardiovaskuler dan beberapa
sistem lainnya dalam tubuh. Dari berbagai penelitian ilmiah tersebut,
dinyatakan bahwa musik dapat digunakan untuk membantu
penyembuhan beberapa penyakit seperti insomnia, stress, depresi, rasa
nyeri, hipertensi, obesitas, parkinson, epilepsi, kelumpuhan, aritmia,
kanker, psikosomatis, mengurangi rasa nyeri saat melahirkan, dan rasa
nyeri lainnya.

Namun perlu diingat, meskipun manfaat terapi musik sangat besar,


terapi musik tidak dimaksudkan untuk menggantikan pengobatan
medis. Terapi musik digunakan sebagai terapi pengobatan pelengkap
yang bisa mempercepat proses penyembuhan suatu penyakit.

Terapi Musik Pada Dimensia Alzheimer

E. DAMPAK POSITIF TERAPI MUSIK

Efek-efek positif dari mendengarkan jenis-jenis musik tertentu.


Diantaranya:

1. Jazz.

Penelitian oleh Blaum pada tahun 2003 mendapatkan hasil bahwa


setelah para siswa mendengarkan musik jazz, mod mereka menjadi
lebih enak, sehingga membantu para siswa untuk belajar. Hasil
penelitian ini kemudian diterapkan oleh Norman L. Barber dan
Jameson L. barber dengan memberikan CD Jazz for Success pada
mahasiswa tingkat pertama Universitas Massachusetts. Mereka
memberikan CD tersebut dengan tujuan agar mahasiswa tingkat satu
dapat mengatasi emosi negatif (marah, cemas, depresi, takut) karena

41
sulit menyesuaikan diri dengan dunia perkuliahan (Lihat Kawanku,
edisi 40: 2006)

2. Rock.

Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Leigh Riby dan George Caldwell,
Psikolog dari Glasgow Cladenian University membuktikan bahwa
siswa yang mendengarkan musik rock hanya membutuhkan sedikit
kerja otak untuk mengerjakan tugas dengan baik. Selain itu, musik
rock dapat meningkatkan produtivitas ketika sedang bekerja (Lihat
Kawanku, edisi 40: 2006). Beberapa contoh musik rock yang layak
didengarkan (vatonie collection): Dream Theater, Rush, Hammerfall,
Scorpion, SOAD, The Queen, dll).

3. Klasik.

Manfaat-manfaat musik klasik sudah banyak diketahui terutama Efek


Mozart. Terlepas dari banyaknya pro dan kontra tentang Efek Mozart
ini, beberapa penelitian menunjukkan bahwa musik Mozart
bermanfaat dalam bidang kesehatan. Samuel Halim dalam
penelitiannya menemukan bahwa efek Mozart dapat membantu
penyembuhan penyakit Alzheimer (Sakit yang biasa diderita oleh
lanjut usia ditandai dengan susah berjalan, bicara, jarang bergaul).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Campbell menemukan bahwa
musik klasik bisa membantu penyembuhan penyakit-penyakit, seperti
stress, kanker, dyslexia, dan tekanan darah tinggi. Beberapa contoh
musik klasik yang layak didengarkan (vatonie collection): The
Ultimate Mozart Album, Maksim, The Most Relaxing Classical
Album in The World Ever, dll.

F. LANGKAH-LANGKAH TERAPI MUSIK

Pada jurnal “Music Therapy In Moderate and Severe Dementia Of


Alzheimer’s Type: a Case–Control Study” dibahas beberapa langkah

42
dalam melakukan terapi musik pada Dimensia alzheimer, yaitu tiap
kelompok/ sesi terdiri dari Tiga atau empat orang. Lagu yang dipilih
dalam kelompok adalah lagu yang familiar bagi lansia di Irlandia.
Lagu dipilih dalam kelompok secara bersama-sama oleh peserta dan
terapis dan kemudian disepakati bersama untuk dinyanyikan. Lagu
yang dipilih kemudian dinyanyikan bersama sebanyak 2 kali/ lagu.
Peserta yang tidak mengerti lagu yang disepakati tersebut, dapat
melihat teks lagu kemudian ikut bernyanyi atau hanya mendengarkan
saja. Di antara jeda lagu lagu peserta berbincang atau berdiskusi satu
sama lain atau dengan terapis.

Lagu yang dibawakan dapat diiringi gitar (oleh terapis) atau berbagai
jenis instrumen lain (oleh pasien) yang dipilih. Awalnya mungkin akan
banyak banyak peserta yang enggan untuk menggunakan instrumen
tapi kemudian mereka akan bergabung dengan yang lain dan tampak
menikmati sesi. instrumen tersebut juga digunakan untuk
berimprovisasi dengan atau tanpa tema lagu. Peserta di bebaskan
bergerak dan menari selaras dengan musik yang dinyanyikan

3 EVALUASI
Diagnosa Keperawatan : Kebingungan akut/ kronis
1) Klien menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi yang baik
2) Klien mampu membuat keputusan
3) Klien mampu berkomunikasi yang jelas sesuai dengan kemampuan
4) Klien menunjukkan penurunan kegelisaan
5) Klien memahami pernyataan yang pendek dan tertulis
6) Klien mengikuti perintah verbal
7) Klien tidak mengalami kehilangan identitas

Diagnosa Keperawatan : Gangguan pola tidur


1) Klien menunjukkan jam tidur tidak terganggu
2) Klien melaporkan tidak ada masalah dengan pola, kualitas dan rutinitas
tidur atau istirahat.
3) Klien tampak segar setelah tidur atau istirahat
4) Klien melakukan tindakan yang meningkatakan tidur/istirahat
5) Klien tampak nyaman.

Diagnose keperawatan : Risiko jatuh


1) Klien menggunakan alat bantu denganbenar
2) Klien dapat menempatkan penopang untuk mencegah jatuh

43
3) Klien dapat menempatkan susunan pegangan tangan sesuai kebutuhan

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Istilah demensia mengacu pada hilangnya memori, penalaran, penilaian,
dan bahasa sedemikian rupa hingga menggangu kehidupan sehari-hari. Perubahan
tersebut dapat terjadi secara cepat maupun bertahap dan bagaimana perubahan ini
muncul merupakan kunci untuk menentukan apakah kondisi yang menyebabkan
demensia tersebut bersifat sementara atau tidak. Penyebab penyakit alzheimer
belum ditemukan, meskipun beberapa faktor resikonya telah berhasil
diidentifikasi. Bertambahnya usia merupakan faktor risiko. Faktor genetik juga
terkait dengan penyakit alzheimer. Setidaknya lima kromosom (1, 12, 14, 19, dan
21) terlibat dalam beberapa bentuk penyakit alzheimer familial. Empat lokus
genetik juga telah diidentifikasi sebagai penyebab penyakit alzheimer, termasuk
gen prekursor amiloid, gen presenilin1, gen presenili 2, dan gen apolipoprotein E
pada kromosom 19. Penelitian juga menunjukkan bahwa perkembangan AD juga
bersifat genetik. Kotak tautan genetik menjelaskan gangguan genetik lainnyan
selain AD.

3.2 Saran
Melihat semakin ketatnya perkembangan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan Asuhan Keperawatan Gerontik pada Penderita Demensia
maka diperlukan fasilitas tambahan untuk mengasah soft skill mahasiswa dan
meningkatkan tingkat pendidikan serta wawasan para dosen pengajar.

44
DAFTAR PUSTAKA

Fairbairn A, Gould N, Kendall T, Ashley P, Bainbridge I, Bower L, et al.2007.


Dementia: a NICE-SCIE guideline on supporting people with dementia
and their carers in health and social care: The British Psychological
Society and Gaskell
Reny, Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid 2. Jakarta:
CV.TRANS INFO MEDIA.

45

Anda mungkin juga menyukai