PENDAHULUAN
Banyak klien yang kembali kerumah dan menjalani perawatan tindak lanjut di
klinik rawat jalan, tetapi beberapa diantaranya mungkin memerlukan rehabilitasi,
baik dengan rawat inap maupaun rawat jalan guna mengatasi defisit yang baru
dialaminya. Klien lain mungkin memerlukan transfer ke fasilitas perawatan
jangka panjang karena terjadi penurunan yang signifikasi dalam kemampuan
mereka untuk merawat diri. Beberapa klien lain bahkan tidak dapat bertahan
menghadapi penyakit akut mereka.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi mengenai demensia?
1.2.2 Bagaimana etiologi mengenai demensia?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi demensia?
1.2.4 Apa manifestasi klinis demensia?
1.2.5 Apa saja penatalaksanaan medis mengenai demensia?
1.2.6 Apa saja pemeriksaan penunjang untuk demensia?
1.2.7 Bagaimana konsep asuhan keperawatan demensia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi mengenai demensia
1.3.2 Mengetahui etiologi mengenai demensia
1.3.3 Mengetahui patofisiologi demensia
1.3.4 Mengetahui manifestasi klinis demensia
1.3.5 Mengetahui penatalaksanaan medis mengenai demensia
1.3.6 Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk demensia
1.2.7 Mengetahui konsep asuhan keperawatan demensia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Istilah demensia mengacu pada hilangnya memori, penalaran, penilaian,
dan bahasa sedemikian rupa hingga menggangu kehidupan sehari-hari. Perubahan
tersebut dapat terjadi secara cepat maupun bertahap dan bagaimana perubahan ini
muncul merupakan kunci untuk menentukan apakah kondisi yang menyebabkan
demensia tersebut bersifat sementara atau tidak.
3
1.3 Patofisiologi Dimensia
Penyakit alzheimer mengganggu tiga proses saraf yang membuat neuron
sehat, yaitu komunikasi, metabolisme, dan perbaikan. Alois alzheimer pertama
kali menjelaskan tentang demensia rasenil pada tahun 1907. Ia menggunakan
teknik pewarnaan baru pada jaringan otak manusia untuk menunjukkan patologis.
Perubahan yang ia temukan, sekarang disebut plak beta-amiloid dan kusut
neurofibriler (figur 72-1). Plak adalah sekelompok beta-amiloid, yaitu frigmen
protein yang berasal dari protein yang lebih besar yang disebut protein prekursor
amiloid. Plak digambarkan sebagai zat padat yang sebagian besar terdiri dari
deposit protein yang tidak larut serta materi selular yang berada diluar dan sekitar
neuron. Plak terbentuk di hipokampus, yaitu area otak yang membantu
menyandikan memori. Terminal saraf yang mengalami degenerasi, baik dendritik
maupun aksonal, mengandung protein amiloid. Neuron yang sehat memiliki
struktur penompang internal yang disebut nikrotobulus. Tubulus ini berfungsi
sebagai aluran untuk memandu nutrisi ke ujung akson dan bersifat stabil karena
adanya protin yang disebut tau. Pada penyakit alzheimer, protein tau berubah
secara kimia dan mengalami kekusutan. Setelh kusut, tubulus mengalami
degenerasi, begitujuga sel-sel yang ditompangnya. Kerusakan tersebut
menyebabkan terjadinya kegagalan memori, perubahan keperibadian, dan masalah
pelaksanaan aktifitas sehari-hari.
4
dan dapat berkembang selama satu dekade atau lebih. Manifestasi klinis dapat
befariasi tergantung pada bagian otak yang terkena dan predisposisi genetik.
Onset penyakit alzheimer biasanya terjari pada akhir usia pertengahan (usia 65
tahun atau lebih), meskipun beberapa kasus familiar terjadi pada usia 40-an
dan 50-an. Figur 72-1 kekusutan neurofiblier. Pada klien yang menderita
penyakit alzheimer dan beberapa gangguan neurologis lainnya, kekusutan
inimenggantikan sitoplasma neuron yang normal, kekusutanini sering terlihat
pada plak senilis dan muncul di seluruh korteks, hipokampus, dan amigdala.
Jumlah plak dan kekusutan protein berkorelasi secara kasar dan keparahan
demensia. Figur 72-2 penyakit alzheimer menyerang berbagai bagian otak,
terutama yang diperlukan untuk memori dan bicara.
2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Penatalaksanaan Farmakologis
DEMENSIA VASKULAR
Pada DV didapatkan defisit kolinergik. Iskemia menimbulkan
stimulasi glutamat yang berlebihan pada resptor NMDA. Hal ini akan
menimbulkan eksitotoksisitas dan kematian sel neuron.135 Donepezil
disetujui untuk terapi DV di New Zealand, India, Romania, South Korea
dan Thailand, sementara memantine disetujui di Argentina, Brazil dan
Mexico.136
a. PENGUAT KOGNISI
Kolinesterase Inhibitor (AChEIs) dan memantin sering diberikan
pada demensia selain DA, sebagai bagian dari percobaan klinis atau pada
terapi klinis meski tidak masuk dalam indikasi.
Efikasi dan efek samping pada DV dilaporkan pada meta analisis
dari beberapa RCT (n=5183, durasi 24-28 minggu), yaitu 3 percobaan
dengan donepezil, 2 dengan galantamine, 1 dengan rivastigmine dan 2
dengan memantine.
Semua obat memiliki efek kognitif yang signifikan dengan ADAS-cog (-1.1
poin, 95%CI, -2.2 hingga -0.1) untuk rivastigmine (12 mg per 44hari), (-1.6
poin, 95%CI -2.4 hingga -0.8) untuk galantamine (24 mg), (-2.2 poin, 95%CI
-3.0 hingga -1.4) untuk donepezil (10 mg per hari) dan (95%CI -2.8 hingga
-0.9) untuk memantine (20 mg). Dalam Clinical Global Impressions scale
(CGI scale), hanya donepezil 5 mg per hari yang memiliki efek positif (OR
5
1.5, 95%CI 1.1 - 2.1). Donepezil (10 mg) juga menunjukkan efek yang
menguntungkan pada Alzheimer Disease Functional Assessment and Change
Scale (ADCS-CGIC) (-1.0 poin, 95%CI, -1.7 hingga -0.2). Ada banyak kasus
yang menghentikan pengobatan serta efek samping (terutama gejala
gastrointestinal) dengan AChEIs, tapi tidak dengan memantine.
6
Keluhan utama yanag sering ditemukan pada klien dengan masalah
psikososial: demensia adalah klien kehilangan ingatan
2.7.1.3 Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai keadaan klien saat ini
mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai saat dilakukan
pengkajian.
2.7.1.4 Riwayat kesehatan dulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat adanya masalah psikososial
sebelumnya dan bagaimana penganganannya.
2.7.1.5 Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang mengalami gangguan
psikologi seperti yang dialami oleh klien, atau adanya penyakit genetik
yang mempengaruhi sistem psikososial.
2.7.1.6 Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah psikososial:
demensia biasanya lemah.
2) Kesadaran
Kesadaran biasanya Composmentis
3) Tanda-tanda vital
Suhu dalam batas normal (37oC)
Nadi normal (N: 70-82 x/menit)
Tekanan darah kadang meningkat atau menurun
Pernafasan biasanya mengalami normal atau meningkat
4) Pemeriksaan Review Of System (ROS):
Sistem pernafasan (B1: Breathing): dapat ditemukan frekuensi nafas atau
masih dalam batas normal.
Sistem sirkulasi (B2: Bleeding): tidak ditemukan adanya kelainan,
frekuensi nadi, masih dalam batas normal.
Sistem persyarafan (B3: Brain): klien mengalami gangguan memori,
kehilanagtan ingatan, gangguan kosentrasi, kurang perhatian, gangguan
persepsi sensori. Isnomia.
Sistem perkemihan (B4: Bleder): tidak ada keluhan terkait denagn
masalah perkemihan.
Sistem pencernaan (B5: Bowel): klien makan berkurang atau berlebih
karena kadang lupa apakah sudah makan atau belum, penurunan berat
badan, kadang konstipasi.
Sistem muskuluskeletal (B6: Bone): klien mengalami gangguan dalam
pemenuhan aktivitas.
5) Pola fungsi kesehatan
7
Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa dilakukan
sehubungan dengan adanya masalah psikososial demensia:
6) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Klien mengalami gangguan persepsi, klien mengalami gangguan dalam
memelihara dan menangani masalah dan kesehatannya.
7) Pola nutrisi
Klien dapat mengalami makan berlebih / kurang karena kadang lupa
apakah sudah makan atau belum.
8) Pola eliminasi
Tidak ada masalah terkait dengan pola eliminasi.
9) Pola tidur dan istirahat
Kien mengalami insomnia
10) Pola hubungan dan peran
Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari karena
penurunan minat.
Pengkajian kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-
hari dapat menggunakan Indeks KATZ.
11) Pola sensori dan kognitif
Klien mengalami kebinguangan, ketidakmampuan berkosentrasi,
kehilangan minat dan motivasi, mudah lupa, gagal dalam melaksanakan
tugas, cepat marah, disorientasi.
Untuk mengetahui status mental klien dapat dilakukan pengkajian
menggunakan Tabel Short Portabel Mental Status Quesionare (SPMQSQ).
12) Pola persepsi dan konsep diri
Klien dengan demensia umumnya mengalami gangguan konsep diri.
Untuk mengkaji tingakt depresi klien dapat mengguankan Tabel Inventaris
Depresi Beck (IDB) atau Geriatric Depresion Scale (GDS).
13) Pola seksual dan reproduksi
Klien mengalami penurunann minat terhadap pemenuhan kebutuhan
seksual.
14) Pola mekanisme/ penanggulangan stress dan koping
Klien mengguanakan mekanisme koping yang tidak efektif dalam
menangani stress yang dialminya.
15) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien tidak mengalami gangguan dalam spiritual.
2.7.2 Diagnosa
1. Kebingungan akut berhubungan dengan demensiia di tandai dengan
klien kurang motivasi untuk berinisiatif, persepsi yang salah,
peningkatan agitasi atau kelelahan dan pola tidur yang fluktuatif.
8
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan demensia di tandai dengan
klien mengatakan terbangun dalam waktu yang lama, insomnia yang
lama, permulaan tidur > 30 menit, klien mengeluh kesulitan untuk
memulai tidur, mengeluh istirahat tidak merasa puas, tidur tidak puas,
menuruunnya kemampuan fungsi.
3. Resiko jatuh berhubungan dengan kebingungan, dimensia, usia > 65
tahun.
2.7.3 Intervensi
1. 2. 3. 4.
9
fluktuatif. kemampuannya. defisit kognitif klien
4. Klien
menggunakan
menunjukkan
instrumen
penurunan
pengkajian standar.
kegelisahan. 5. Pantau fungsi
5. Klien mampu
kognitif klien
memproses
menggunakan alat
informasi secara
pengkajian standar.
logis. 6. Ciptakan
6. Klien dapat
lingkungan yang
memahami
rendah stimulus
pernyataan yang
(seperti : lingkungan
pendek dan
tenang, musik
tertulis.klien
lembut, penataan
mengikuti
ruang yang
perintah verbal.
familiar).
7. Klien tidak
7. Berikan
mengalami
pencahayaan yang
kehilangan
adekuat.
identitas. 8. Identifikasi dan
pindahkan
lingkungan yang
dapat
membahayakan
pasien.
9. Berikan lingkungan
fisik dan aktivitas
harian yang
konsisten.
10. Persiapkan interaksi
dengan kontak mata
dan sentuhan sesuai
kebutuhan.
11. Perkenalkan diri
kontak dengan
10
pasien.
12. Panggil klien
dengan namanya
dan bicara pelan
ketika memulai
interaksi.
13. Bicara yang jelas,
rendah, hangat dan
nada bicara
menghormati klien.
14. Gunakan teknik
distraksi ketika
klien menunjukkan
perilaku
konfrontasi.
15. Hindari menyentuh
atau mendekati
klien jika sedang
stress atau cemas.
16. Berikan petugas
kesehatan yang
familiar bagi klien.
17. Berikan periode
istirahat untuk
mencegah kelelahan
dan mengurangi
stress.
18. Hindari situasi yang
tidak familier jika
mungkin (seperti :
perubahan ruangan
dan perlengkapan
ruangan yang tidak
familier bagi klien).
19. Pantau nutrisi dan
11
berat badan pasien.
20. Hindari frustasi
pada klien dengan
menjelaskan
pertanyaann yang
tidak dapat di
jawab.
21. Perbolehkan klien
untuk makan sendiri
sesuai kebutuhan.
22. Minta anggota
keluarga dan teman
untuk menjenguk
sesuai kebutuhan.
23. Diskusikan dengan
keluarga dan teman
klien bagaimana
interaksi yang baik
dengan klien.
24. Tempatkan nama
klien dengan huruf
warna hitam yang
besar di ruangannya
dan di bajunya
sesuai kebutuhan.
25. Gunakan simbol
atau tanda tertulis
untuk membantu
klien menemukan
lokasi kamarnya,
kamar mandi atau
area yang lain.
26. Pantau penyebab
psikologis yang
dapat meningkatkan
12
kebingungan akut
pada klien.
13
menunjukkan (seperti :
kenyamanan fisik pencahayaan, suhu,
dan psikologis. matras dan tempat
tidur)
9. Dorong klien untuk
mempertahankan
waktu tidur rutin
dan fasilitasi
peralihan dari
bangun ke tidur.
10. Bantu klien untuk
menghilangkan
situasi stress yang
dapat mengganggu
jadwal tidur.
11. Anjurkan klien
untuk menghindari
makan diantara
waktu tidur.
12. Bantu klien untuk
mengurangi waktu
tidur di siang hari
dengan
meningkatkan
aktivitas sesuai
kebutuhan.
13. Anjurkan klien
untuk menggunakan
terapi non
farmakologi :
relaksasi otot untuk
mengatasi gangguan
tidur.
14. Tingkatkan
14
kenyamanan klien
dengan masase,
mengatur posisi dan
sentuhan.
15. Anjurka klien untuk
meningkatkan jam
tidur sesuai
kebutuhan.
16. Ajarkan klien /
orang terdekat
tentang faktor-faktor
yang berkontribusi
dalam gangguan
pola tidur seperti :
perubahan fisik,
psikologi, gaya
hidup dan bekerja
dalam waktu yang
lama dan faktor
lingkungan.
17. Identifikasi obat
tidur apa saja yang
di gunakan klien..
18. Atur stimulus
lingkungan untuk
mempertahankan
siklus tidur siang
dan malam klien
yang normal.
19. Diskusikan klien
dan keluarga tentang
teknik peningkatan
tidur.
20. Berikan informasi
15
melalui pamplet
tentang teknik untuk
meningkatkan tidur.
Manajemen demensia
(dementia management):
1. Libatkan anggota
keluarga dalam
perencanaan,
pelaksanaan dan
evaluasi
keperawatan.
2. Identifikasi pola
perilaku yang
biasanya seperti :
tidur, penggunaan
obat, eliminasi,
intake makanan dan
perawatan diri.
3. Kaji riwayat fisik,
sosial dan psikologi,
pola kebiasaan dan
rutinitas klien.
4. Kaji tipe dan tingkat
defisit kognitif klien
menggunakan
instrumen
pengkajian standar.
5. Pantau fungsi
kognitif klien
menggunakan alat
pengkajian standar.
6. Ciptakan
lingkungan yang
rendah stimulus
(seperti : lingkungan
16
tenang, musik
lembut, penataan
ruang yang
familiar).
7. Berikan
pencahayaan yang
adekuat.
8. Identifikasi dan
pindahkan
lingkungan yang
dapat
membahayakan
pasien.
9. Berikan lingkungan
fisik dan aktivitas
harian yang
konsisten.
10. Persiapkan interaksi
dengan kontak mata
dan sentuhan sesuai
kebutuhan.
11. Perkenalkan diri
kontak dengan
pasien.
12. Panggil klien
dengan namanya
dan bicara pelan
ketika memulai
interaksi.
13. Bicara yang jelas,
rendah, hangat dan
nada bicara
menghormati klien.
14. Gunakan teknik
distraksi ketika
17
klien menunjukkan
perilaku
konfrontasi.
15. Hindari menyentuh
atau mendekati
klien jika sedang
stress atau cemas.
16. Berikan petugas
kesehatan yang
familiar bagi klien.
17. Berikan periode
istirahat untuk
mencegah kelelahan
dan mengurangi
stress.
18. Hindari situasi yang
tidak familier jika
mungkin (seperti :
perubahan ruangan
dan perlengkapan
ruangan yang tidak
familier bagi klien).
19. Pantau nutrisi dan
berat badan pasien.
20. Hindari frustasi
pada klien dengan
menjelaskan
pertanyaann yang
tidak dapat di
jawab.
21. Perbolehkan klien
untuk makan sendiri
sesuai kebutuhan.
22. Minta anggota
keluarga dan teman
18
untuk menjenguk
sesuai kebutuhan.
23. Diskusikan dengan
keluarga dan teman
klien bagaimana
interaksi yang baik
dengan klien.
24. Tempatkan nama
klien dengan huruf
warna hitam yang
besar di ruangannya
dan di bajunya
sesuai kebutuhan.
25. Gunakan simbol
atau tanda tertulis
untuk membantu
klien menemukan
lokasi kamarnya,
kamar mandi atau
area yang lain.
26. Pantau penyebab
psikologis yang
dapat meningkatkan
kebingungan akut
pada klien.
Manajemen Lingkungan
(Environmental
Management) ;
1. Ciptakan
lingkungan yang
aman bagi klien
2. Identifikasi
keamanan yang
dibutuhkan klien,
tingkat fungsi fisik
19
dan kognitif klien
dan riwayat
perilaku.
3. Pindahkan
lingkungan yang
berbahaya
4. Hindari objek yang
dapat
membahayakan
lingkungan
5. Amankan klien
dengan pengamanan
samping sesuai
kebutuhan
6. Siapkan tempat
tidur yang sesuai
kebutuhan
7. Tempatkan
perlengkapan
euangan yang dapat
mengakomodasi
ketidakmampuan
klien atau keluarga
8. Berikan ruangan
tersendiri sesuai
indikasi
9. Ciptakan
lingkungan yang
bersih dan tempat
tidur yang nyaman
10. Siapkan line yang
nyaman
11. Tempatkan tempat
tidur pada posisi
yang mudah
20
ditempati
12. Kurangi stimulus
lingkungan sesuai
kebutuhan
13. Hindari pernapasan
lingkungan yang
berlebihan
Manajemen pengobatan
(medication Management) :
1. Tentukan obat apa
yang dibutuhkan
klien
2. Tentukan
kemampuan klien
dalam mengobati
dirinya sendiri
3. Pantau efektifitas
pemberian obat-
obatan
4. Pantau adanya efek
tambahan dari obat
5. Pantau adanya
interaksi obat-
obatan
6. Fasilitasi adanya
perubahan
pengobatan yang
diberikan sesuai
kebutuhan
7. Pantau respon dari
perubahan
pengobatan yang
diberikan seseuai
kbutuhan
8. Tentukan tingkt
21
pengetahuan klien
tentang pengobatan
9. Ajarakan
klien/anggota
keluarga tentang
metode dan
pengelolaan obat-
obatan sesuai
kebutuhan.
10. Ajarakan
klien/anggota
keluarga dalam
mengembangkan
tindkana untuk
mengatasi efek
samping pengobatan
11. Berikan informasi
pada klien/anggota
keluarga tentang
perubahan
pengobatan dirinya
secara tertulis atau
dengan penjelasan.
12. Kembangkan
strategi untuk
mengatasi efek
samping pengobatan
13. Tentukan langsung
pengobatan terhadap
gaya hidup
14. Bantu klien atau
keluargauntuk
membuat
penyesuaian
22
terhadap gaya hidup
dihubungkan
dengan pengobatan
sesuai kebutuhan
15. Anjurkan klien
untuk
memperhatiakn
pengobatan.
23
berbahaya
5. Berikan feedback
dengan segera
terhadap perilaku
yang tidak sesui
yang dapat dikontrol
klien dan
konstribusi yang
dibutuhkan untuk
untuk seterusnya.
6. Identifikasi perilaku
klien yang sesuai
7. Bantu klien untuk
memodifikasi
perilaku yang tidak
sesuai jika mungkin
8. Berikan kenyaman
psikologis yang
dibutuhkan
9. Monitor respon
klien terhadap
prosedur yang
dilakukan
10. Berikan
kenyamanan
psikologis yang
dibutuhkan
11. Monitor respon
klien terhadap
prosedur yang
dilakukan
12. Berikan
reinforcement
posistif terhadap
kerja sama klien
24
dalam pembatasan
13. Evaluasi secara
teratur dan terus
menerus terhadap
tindakan
pembatasan yang
dilakukan terhadap
klien
14. Dokumentasikan
rasional
pengguanaan
tindakan
pembatasan, respon
klien terhadap
tindakan yang
diberikan,
perawatan yang
diberikan dan alasan
dalam mengakhiri
tindakan.
Mencegah jatuh :Faal
Prevention
1. Identifikasi
kebutuhan
keamanan klien
berdasarkan tingkat
fungsi fisik, kognitif
dan riwayat perilaku
sebelumnya
2. Identifikasi perilaku
dan faktor yang
berpengaruh
terhadap risiko jatuh
3. Kaji riwayat jatuh
25
klien dan keluarga
4. Identifikasi
karakterstik
lingkungan yang
mungkin
meningkatkan
potensial untuk jtuh
5. Pantau gaya
berjaklan,
keseimbangan dan
tingkat kelelahan
selama ambulasi
6. Diskusikan dengan
klien tentang gaya
berjalan dan
pergerakan
7. Ajarkan
klien/keluarga
tindakan keamanan
pada area yang
spesifik
8. Berikan materi
pendidikan yang
berhubungan
dengan strategi
untuk pencegahan
trUM
9. Berikan informasi
tentang bahay
linguna dan ciri-
cirinya (misalnya :
tangga, jendela,
kunci pintu, kolam
renang, jalan atau
26
gerbang).
10. Ajarkan pada klien
tentang bagaimana
meminimalkan
cedera.
11. Pantau kemampuan
klien untuk
berpindah dari
tempat tidur ke kursi
12. Gunakan teknik
yang tepat untuk
memindahkan klien
dari kursi dan ke
kursi roda dan ke
tempat tidur, kamar
mandi, dll.
2.7.4 Implementasi
A. DEFINISI
Menurut Pusat Riset Terapi Musik dan Gelombang Otak (2011), Terapi
musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre,
bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta
musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental.
27
Alzheimer adalah penyakit yang biasanya menjangkiti para lansia dan
ditandai dengan kesulitan berbicara, berjalan, dan demensia. Dengan
kemunduran segala fungsi tubuh dan berkurangnya interaksi sosial, para
penderita Alzheimer dapat mengalami penurunan kualitas hidup. Musik
terbukti memperbaiki fisiologi tubuh mereka yang ditandai cukupnya
partisipasi, senyuman, kontak mata, dan umpan balik verbal untuk
menyatakan perasaan.
28
Inilah terapi musik yang murah, mudah dan efektif. Pasien tinggal
mendengarkan dan menghayati suatu alunan musik tertentu yang
disesuaikan dengan masalahnya. Hal terpenting dalam Terapi Musik
Pasif adalah pemilihan jenis musik harus tepat dengan kebutuhan
pasien.
29
menunjukkan bahwa orang-orang yang terlibat dalam kegiatan
merangsang intelektual, seperti interaksi sosial, catur, teka-teki silang,
dan memainkan alat musik, secara signifikan lebih rendah resiko
mereka terserang penyakit Alzheimer dan bentuk lain dari Dimensia
(Indra, 2010).
30
produksi, penyembuhan alami berlangsung, produksi hormon tubuh
diseimbangkan dan pikiran mengalami penyegaran.
2. Meningkatkan Kecerdasan
3. Meningkatkan Motivasi
Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan dan
mood tertentu. Apabila ada motivasi, semangat pun akan muncul dan
segala kegiatan bisa dilakukan. Begitu juga sebaliknya, jika motivasi
terbelenggu, maka semangat pun menjadi luruh, lemas, tak ada tenaga
untuk beraktivitas. Dari hasil penelitian, ternyata jenis musik tertentu
bisa meningkatkan motivasi, semangat dan meningkatkan level energi
seseorang.
4. Pengembangan Diri
31
musik yang sesuai dengan perasaannya. Misalnya orang yang putus
cinta, mendengarkan musik atau lagu bertema putus cinta atau sakit
hati. Dan hasilnya adalah masalahnya menjadi semakin parah. Dengan
mengubah jenis musik yang didengarkan menjadi musik yang
memotivasi, dalam beberapa hari masalah perasaan bisa hilang dengan
sendirinya atau berkurang sangat banyak. Dan jika Anda mau, Anda
bisa mempunyai kepribadian yang Anda inginkan dengan cara
mendengarkan jenis musik yang tepat.
6. Kesehatan Jiwa
32
Musik bekerja pada sistem saraf otonom yaitu bagian sistem saraf yang
bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan
fungsi otak, yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian,
kedua sistem tersebut bereaksi sensitif terhadap musik. Ketika kita
merasa sakit, kita menjadi takut, frustasi dan marah yang membuat kita
menegangkan otot-otot tubuh, hasilnya rasa sakit menjadi semakin
parah. Mendengarkan musik secara teratur membantu tubuh relaks
secara fisik dan mental, sehingga membantu menyembuhkan dan
mencegah rasa sakit. Dalam proses persalinan, terapi musik berfungsi
mengatasi kecemasan dan mengurangi rasa sakit. Sedangkan bagi para
penderita nyeri kronis akibat suatu penyakit, terapi musik terbukti
membantu mengatasi rasa sakit.
8. Menyeimbangkan Tubuh
33
tahan, meningkatkan mood dan mengalihkan Anda dari setiap
pengalaman yang tidak nyaman selama olahraga.
34
§ Musik efekfif untuk mengasah dan mengembangkan kemampuan
musik mereka dan untuk memenuhi kebutuhan rohani. Sehingga
meningkatkan perasaan yang nyaman.
§ Mendengarkan musik
§ Memainkan alat
35
§ Tari musik
§ Menulis lagu
36
Gambar 1. Ilustrasi: Musik yang diterima oleh telinga disalurkan ke
otak sebagai data digital sehingga otak merespon sesuai dengan "isi
data digital" tersebut.
Di sisi lain, jika setiap organ tubuh berfungsi dengan baik sebagaimana
seperangkat alat musik menghasilkan bunyi yang indah, maka
seharusnya yang dihasilkan adalah musik yang indah. Artinya tubuh
kita sehat. Karena itu terapi musik dimaksudkan untuk menyelaraskan
kembali kinerja organ tubuh yang sedang terganggu, agar dapat
berfungsi normal kembali.
Sejak lebih dari seabad lalu, penelitian yang dilakukan sejumlah dokter,
khususnya para pakar di bidang Fisiologi menunjukkan keterkaitan
antara aspek-aspek Biologi dan musik. Bersama Hector Berlioz
(seorang komponis Perancis), M. Getry melakukan observasi mengenai
kinerja musik pada nadi dan sirkulasi darah. Dilaporkan bahwa dengan
37
memainkan alat perkusi genderang, akan melipatgandakan cardiac
output.
38
Contoh lain yang cukup mengejutkan adalah penelitian terhadap DNA.
Melalui suara yang diberikan, sangat mungkin untuk menghambat
proses ulang-alik biosintesis protein, purin, dan pirimidin dalam
kehidupan sel, yang mengakibatkan perubahan DNA. Meningkatnya
polusi suara dalam kehidupan modern ini ditengarai berpengaruh juga
terhadap perubahan DNA sehingga penelitian terhadap perubahan DNA
memperoleh perhatian yang serius.
39
Musik adalah bahasa jiwa, ia mampu membawa perasan kearah mana
saja. Musik yang Anda dengar akan merangsang sistem saraf yang akan
menghasilkan suatu perasaan. Perangsangan sistem saraf ini
mempunyai arti penting bagi pengobatan, karena sistem saraf ambil
bagian dalam proses fisiologis. Dalam ilmu kedokteran jiwa, jika emosi
tidak harmonis, maka akan mengganggu sistem lain dalam tubuh kita,
misalnya sistem pernapasan, sistem endokrin, sistem immune, sistem
kardiovaskuler, sistem metabolik, sistem motorik, sistem nyeri, sistem
temperatur dan lain sebagainya. Semua sistem tersebut dapat bereaksi
positif jika mendengar musik yang tepat.
40
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, dunia kedokteran serta
psikologi membuktikan bahwa terapi musik berpengaruh dalam
mengembangkan imajinasi dan pikiran kreatif. Musik juga
mempengaruhi sistem imun, sistem saraf, sistem endokrin, sistem
pernafasan, sistem metabolik, sistem kardiovaskuler dan beberapa
sistem lainnya dalam tubuh. Dari berbagai penelitian ilmiah tersebut,
dinyatakan bahwa musik dapat digunakan untuk membantu
penyembuhan beberapa penyakit seperti insomnia, stress, depresi, rasa
nyeri, hipertensi, obesitas, parkinson, epilepsi, kelumpuhan, aritmia,
kanker, psikosomatis, mengurangi rasa nyeri saat melahirkan, dan rasa
nyeri lainnya.
1. Jazz.
41
sulit menyesuaikan diri dengan dunia perkuliahan (Lihat Kawanku,
edisi 40: 2006)
2. Rock.
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Leigh Riby dan George Caldwell,
Psikolog dari Glasgow Cladenian University membuktikan bahwa
siswa yang mendengarkan musik rock hanya membutuhkan sedikit
kerja otak untuk mengerjakan tugas dengan baik. Selain itu, musik
rock dapat meningkatkan produtivitas ketika sedang bekerja (Lihat
Kawanku, edisi 40: 2006). Beberapa contoh musik rock yang layak
didengarkan (vatonie collection): Dream Theater, Rush, Hammerfall,
Scorpion, SOAD, The Queen, dll).
3. Klasik.
42
dalam melakukan terapi musik pada Dimensia alzheimer, yaitu tiap
kelompok/ sesi terdiri dari Tiga atau empat orang. Lagu yang dipilih
dalam kelompok adalah lagu yang familiar bagi lansia di Irlandia.
Lagu dipilih dalam kelompok secara bersama-sama oleh peserta dan
terapis dan kemudian disepakati bersama untuk dinyanyikan. Lagu
yang dipilih kemudian dinyanyikan bersama sebanyak 2 kali/ lagu.
Peserta yang tidak mengerti lagu yang disepakati tersebut, dapat
melihat teks lagu kemudian ikut bernyanyi atau hanya mendengarkan
saja. Di antara jeda lagu lagu peserta berbincang atau berdiskusi satu
sama lain atau dengan terapis.
Lagu yang dibawakan dapat diiringi gitar (oleh terapis) atau berbagai
jenis instrumen lain (oleh pasien) yang dipilih. Awalnya mungkin akan
banyak banyak peserta yang enggan untuk menggunakan instrumen
tapi kemudian mereka akan bergabung dengan yang lain dan tampak
menikmati sesi. instrumen tersebut juga digunakan untuk
berimprovisasi dengan atau tanpa tema lagu. Peserta di bebaskan
bergerak dan menari selaras dengan musik yang dinyanyikan
3 EVALUASI
Diagnosa Keperawatan : Kebingungan akut/ kronis
1) Klien menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi yang baik
2) Klien mampu membuat keputusan
3) Klien mampu berkomunikasi yang jelas sesuai dengan kemampuan
4) Klien menunjukkan penurunan kegelisaan
5) Klien memahami pernyataan yang pendek dan tertulis
6) Klien mengikuti perintah verbal
7) Klien tidak mengalami kehilangan identitas
43
3) Klien dapat menempatkan susunan pegangan tangan sesuai kebutuhan
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Istilah demensia mengacu pada hilangnya memori, penalaran, penilaian,
dan bahasa sedemikian rupa hingga menggangu kehidupan sehari-hari. Perubahan
tersebut dapat terjadi secara cepat maupun bertahap dan bagaimana perubahan ini
muncul merupakan kunci untuk menentukan apakah kondisi yang menyebabkan
demensia tersebut bersifat sementara atau tidak. Penyebab penyakit alzheimer
belum ditemukan, meskipun beberapa faktor resikonya telah berhasil
diidentifikasi. Bertambahnya usia merupakan faktor risiko. Faktor genetik juga
terkait dengan penyakit alzheimer. Setidaknya lima kromosom (1, 12, 14, 19, dan
21) terlibat dalam beberapa bentuk penyakit alzheimer familial. Empat lokus
genetik juga telah diidentifikasi sebagai penyebab penyakit alzheimer, termasuk
gen prekursor amiloid, gen presenilin1, gen presenili 2, dan gen apolipoprotein E
pada kromosom 19. Penelitian juga menunjukkan bahwa perkembangan AD juga
bersifat genetik. Kotak tautan genetik menjelaskan gangguan genetik lainnyan
selain AD.
3.2 Saran
Melihat semakin ketatnya perkembangan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan Asuhan Keperawatan Gerontik pada Penderita Demensia
maka diperlukan fasilitas tambahan untuk mengasah soft skill mahasiswa dan
meningkatkan tingkat pendidikan serta wawasan para dosen pengajar.
44
DAFTAR PUSTAKA
45