Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dan tak lupa shalawat
serta salam kami curahkan kepada nabi besar Muhammad SAW karena atas perjuangannya
lah kita dapat merasakan nikmatnya iman dan islam sehingga dapat menyelesaikan tugas
makalah Belajar dan Pembelajaran
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
demi kelancaran tugas ini. Makalah yang kami buat tentu jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kritik serta saran sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah-makalah yang akan
dibuat kedepannya.
Tak banyak yang dapat kami sampaikan dalam kesempatan kali ini. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih dan semoga makalah yang kami buat dapat memberikan manfaat bagi
kami khususnya dan bagi siapa saja umumnya.
Wa’alaikumussalam warah matullahi wa barokatuh

Mataram, 29 mei 2019

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu kimia merupakan suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu seperti
halnya struktur, susunan, sifat dan perubahan pada materi serta energy yang
menyertainya. Ilmu kimia ini cukup sulit untuk di pelajari. Hal tersebut dikarenakan
pada ilmu kimia ada beberapa cakupan materi ajar berupa konsep-konsep yang
bersifat abstrak dan kompleks. Sehingga siswa sulit untuk memahami representtasi
pada hal-hal yang bersifat abstrak dan tidak dapat diamati secara langsung oleh siswa
(Ristiani dan Bahria, 2016).
Materi ajar kimia sendiri memiliki karakteristik yang diperlihatkan dengan
adanya representasi kimia yang terdiri dari tiga level yaitu level makroskopik, sub
mikroskopik, dan simbolik. Ketiga level tersebut saling berhubungan satu sama lain
dan berkontribusi pada pemahaman siswa dan kemampuan siswa untuk mengerti
materi kimia ynag bersifat abstrak. Hal ini didukung oleh pernyataan Tasker dan
Dalton (2006), bahwa kimia melibatkan proses-proses perubahan yang dapat diamati
(misalnya perubahan warna, baud an adanya gelembung) pada dimensi makroskopik
atau laboratorium, namun pada perubahan yang tidak dapat diamati dengan indra
mata, sseperti perubahan struktur di tingkat submikroskopiknya bisa diamati siswa
melalui pemodelan.
Berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan diperoleh bahwa pembelajaran
kimia yang berlangsung selama ini belum mampu memfasilitasi siswa/mahasiswa
dalam belajar untuk mencapai kemampuan dalam mempresentasikan ketiga level
kimia tersebut. Siswa cenderung lebih banyak menggunakan representasi
makroskopoik ke simbolik atau sebaliknya, namun tidak mampu dalam
merepresentasikan level makroskopik dan simbolik ke level submikroskopik.
Kesulita-kesulitan siswa dalam merepresentasikan ketiga level fenomena kimia
terebut disebabkan belum dilatihnya mereka dalam belajar dengan representasi level
submikroskopik dan pembelajaran kimia yang berlangsung cenderung memisahkan
ketiga level fenomena kimia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang dimaksud dengan mmultilevel representasi kimia ?
2. Apa yang dimaksud dengan representasi Makrskopik, simbolik dn mikroskopik ?
C. Tujuan
1. Untuk mengentahui apa yang dimaksud dengan representaasi multilevel kimia
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan representasi Makroskopik,
simbollik,, dan mikroskopik.
3. Mengetahui contoh larutan elektrolit dan non elektrolit pada materi tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Representasi dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu


representasi internal dan eksternal. Representasi internal didefinisikan sebagai
konfigurasi individu yang diduga berasal dari perilaku manusia yang
menggambarkan beberapa aspek dari proses fisik dan pemecahan masalah.
Pada sisi lain, representasi eksternal dapat digambarkan sebagai situasi fisik
yang terstruktur yang dapat dilihat dengan mewujudkan ide-ide fisik

Berdasarkan karakteristiknya, representasi kimia diklasifikasikan dalam level


representasi makroskopik, submikroskopik dan simbolik. Representasi
makroskopik yaitu representasi kimia yang diperoleh melalui pengamatan nyata
terhadap suatu fenomena yang dapat dilihat dan dipersepsi oleh panca indera
atau dapat berupa pengalaman sehari-hari siswa. Representasi submikroskopik
yaitu representasi kimia yang menjelaskan mengenai struktur dan proses pada
level partikel (atom/molekuler) terhadap fenomena makroskopik yang diamati.
Mode representasi pada level ini diekspresikan secara simbolik mulai dari yang
sederhana hingga menggunakan teknologi komputer, yaitu menggunakan kata-
kata, gambar dua dimensi, gambar tiga dimensi baik diam maupun bergerak
(animasi) atau simulasi. Representasi simbolik yaitu representasi kimia secara
kualitatif dan kuantitatif, yaitu rumus kimia, diagram, gambar, persamaan reaksi,
stoikiometri dan perhitungan matematik .
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Representasi Makroskopis, Simbolik dan Sub Makroskopis


1. Representasi Makroskopis
Representasi makroskopis merupakan level konkret, dimana pada level ini
siswa mengamati fenomena yang terjadi,baik melalui percobaan yang dilakukan atau
fenomena yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Fenomena yang diamati dapat
berupa timbulnya bau,terjadinya perubahan warna,suhu,pH larutan,pembentukkan
gas dan terbentuknya endapan dalam reaksi kimia.
Seorang pembelajar dapar merepresentasikan hasil pengamatan atau kegiatan
labnya dalam berbagai mode representasi,misalnya dalam bentuk laporan
tertulis,diskusi,presentasi oral,diagram vee,grafik dan sebagainya.Representasi level
makroskopik bersifat deskriptif,namun demikian pengembangan kemampuan
pebelajar merepresentasikan level makroskopik memerlukam bimbingan agar mereka
dapat fokus terhadap aspek-aspek apa saja yang paling penting untuk diamati dan
direpresentasikan berdasarkan fenomena yang diamatinya.
2. Representasi Submikroskopis
Representasi submikroskopik merupakan representasi kimia yang
menjelaskan dan mengeksplanasi mengenai struktur dan proses pada level partikel
(atom/molekuler) terhadap fenomena makroskopik yang diamati. Penggunaan istilah
submikroskopik merujuk pada level ukurannya yang direpresentasikan yang
berukuran lebih kecil dari level makoskopik.Level representasi submikroskopik yang
dilandasi teori particular materi digunakan untuk mengekplenasi fenomena
makroskopik dalam term gerakan partikel-partikel,seperti gerakan electron-
elektron,molekul-molekul dan atom-atom.Entitas submikroskopik tersebut
nyata,namun terlalu kecil untk diamati.
Operasi pada level submikroskopik memerlukan kemamouan berimajinasi
dan memvisualisasikan.Mode representsi pada level ini dapat diekpresikan mulai dari
yang sederhana hingga menggunakan teknologi komputer,yaitu menggunakan kata-
kata (verbal),diagram/gambar,model dua dimensi,model tiga dimensibaik dim
maupun bergerak (berupa animasi).
3. Representasi Simbolik

Level representasi simbolik mencakup semua abstraksi kualitatif yang


digunakan untuk menyajikan setiap item pada level submikroskopik. Abstraksi-
abstraksi itu digunakan sebagai singkatan (shorthand) dari entitas pada level
submikroskopik dan juga digunakan untuk menunjukkan secara kuantitatif seberapa
banyak setiap jenis item yang disajikan pada tiap level. Johnstone (dalam
Chittleborough, & Treagust, 2006) menyatakan bahwa level-level representasi kimia,
jangan dikelirukan dengan istilah representasi yang umumnya digunakan untuk
representasi simbolik dari fenomena kimia, termasuk di dalamnya alat eksplanatori.
Representasi simbolik tidak dapat menyajikan teori kinetika molekuler yang
berkaitan dengan gerakan partikel, seperti kecenderungan jumlah spesi kimia yang
bergerak konstan, saling bertumbukan, tumbukan-tumbukan yang tidak efektif dan
gagal menghasilkan reaksi. Eksplanasi fenomena kimia yang digunakan untuk hal ini
seringkali berlandaskan perilaku partikel sub-mikroskopik yang disajikan secara
simbolik (Davidowitz & Chittleborough, 2009). Melihat permasalahan di atas, tiga
level representasi kimia sangat berperan untuk menyelesakan masalah kimia, mulai
dari bagaimana merencanakan maupun melaksanakan kegiatan pemecahan masalah.
Karena jika persoalan reaksi kimia misalnya hanya diselesaikan dengan satu atau dua
level representasi kimia saja atau dengan kata lain tiga level representasi diajarkan
secara terpisah maka, berakibat pada minimnya kemampuan peserta didik untuk
memahami konsep dalam menyelesaikan masalah bahkan lebih ironis lagi yakni
menimbulkan miskonsepsi.

Data empiris di atas, didukung oleh hasil studi pada peserta didik calon guru
menggunakan tiga level representasi yang dilakukan oleh Mujakir dkk (2014)
menunjukkan bahwa (a) pendidik menjelaskan konsep kimia menggunakan level
makroskopik dan level simbolik, tetapi sulit menggunakan submikroskopik selama
pembelajaran, (b) tidak memanfaatkan bahan ajar yang memuat fenomena kimia pada
tiga level representasi (Mujakir, Sri Poedjiastoeti, RudianaAgustini, 2014). Hal serupa
ditemukan Farida bahwa peserta didik mengalami kesulitan untuk menjelaskan fenomena
kimia yang berkaitan dengan level representasi submikroskopik. Kesulitan tersebut
diduga akibat kegiatan pembelajaran cenderung memisahkan tiga level representasi
sehingga dapat mempengaruhi kompetensi representasi dan hasil belajar peserta didik,
sebagian besar yang menjadi indikator keberhasilan belajar selama ini adalah kemampuan
peserta didik menyelesaikan masalah secara matematis tanpa memaknai maksudnya.

Berdasarkan uraian di atas teridentifikasi masalah sebagai berikut: (1) peserta didik
memiliki kecenderungan menyelesaikan masalah dengan dua level representasi yaitu
level representasi makroskopik dan level representasi simbolik, (2) Peserta didik belum
mampu menjelaskan konsep larutan yang dalam level representasi submikroskopik, (3)
pendidik cenderung menggunakan bahan ajar yang tidak mengaitkan antara level
representasi makroskopik dengan level representasi submikroskopik atau simbolik, (4)
pendidik kurang mengembangkan bahan ajar untuk memberikan informasi yang
merupakan substansi larutan elektorlit dan nonelektrolit. Masalah dalam penelitian ini
dibatasi pada topik yaitu larutan elektrolit dan nonelektrolit, konsentrasi larutan dalam
satuan fraksimol, molalitas, dan molaritas, asam dan basa.

B. Contoh Larutan elektrolit dan non elektrolit pada representasi Makroskopik, Simbolik
dan Mikroskopik
Pembelajaran kimia di sekolah menengah menekankan pada level makroskopik
dan simbolik. Sebagai contoh mengamati nyala lampu dan pembentukan gas serta
persamaan reaksi dan perhitungan kimia. Sebagai konsekuensinya pemahaman siswa
pada submikroskopik menjadi relatif terbatas. Representasi submikroskopik yang
diberikan pada buku teks merupakan gambar statis sehingga tidak bisa
merepresentasikan adanya kesetimbangan pada reaksi asam/atau basa lemah. Hal yang
sama diungkapkan oleh Devetak dkk. (2007) pada hasil penelitiannya siswa memperoleh
nilai yang rendah pada soal yang berkaitan dengan menggambar representasi
submikroskopik dalam larutan ionik.

1. Representasi makroskopik
Media interaktif yang dikembangkan mengandung beberapa level representasi,
yaitu makroskopik, simbolik dan dibagian akhir diberikan representasi submikroskopik.
Pengaturan susunan media dimaksudkan supaya siswa mendapatkan pengalaman indrawi
dengan menggunakan panca indra dalam mengamati gejala atau perubahan kimia yang
terjadi. Larutan elektrolit kuat memberikan nyala lampu yang terang dapat diamati
dengan indra penglihatan. Perubahan konsentrasi larutan dapat juga diobservasi dengan
perubahan kekuatan nyala lampu. Dengan demikian, melalui animasi ini siswa akan dapat
menghubungkan kekuatan nyala lampu dengan konsentrasi larutan zat yang dipilih. Dari
45 siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran

lebih dari 90% siswa dapat menarik kesimpulan bahwa peningkatan konsentrasi
zat akan memberikan nyala lampu yang lebih terang.Disamping membandingkan nyala
lampu dengan konsentrasi zat yang berbeda, siswa juga bisa membandingkan dua zat atau
lebih yang berbeda dengan konsentrasi yang sama seperti sama-sama asam atau sama-
sama basa, atau asam dan basa. Melalui percobaan ini siswa akan menghubungkan
kekuatan nyala lampu dengan kekuatan asam atau basa yang digunakan. Lebih dari 75%
siswa dapat membedakan antara asam lemah dan asam kuat berdasarkan dari observasi
nyala lampu. Nyala lampu yang diberikan oleh asam kuat lebih terang dibandingkan
asam lemah. Apabila diteruskan dengan pertanyaan mengapa ada perbedaan kekuatan
nyala lampu kedua zat tersebut pada konsentrasi yang sama, hanya 60% dari siswa yang
bisa memberikan jawaban bahwa asam kuat terionisasi sempurna dan asam lemah
terionisasi sebagian, hanya sebagian kecil siswa yang dapat menjelaskan konsenkuensi
dari ionisasi sebagian pada asam lemah dengan jumlah ion yang dihasilkannya dalam
larutan. Hal ini mengindikasikan bahwa representasi submikroskopik diperlukan untuk
menunjang representasi makroskopik.

Dengan menggunakan animasi nyala lampu siswa dapat dengan mudah


membedakan bahwa larutan elektrolit menyebabkan lampu menyala dan larutan non
elektrolit lampunya tidak menyala. Dalam hal ini sebagian besar siswa tidak memberikan
jawaban yang meyakinkan pada pertanyaan mengapa ada perbedaan kedua zat tersebut.
Menggunakan representasi submikroskopik memberikan dukungan penguatan dari
representasi makroskopik yang diberikan.
2. Representasi Simbolik

Dari nyala lampu larutan non elektrolit maka secara simbolik dapat di
representasikan sebagai berikut yang merupakan contoh larutan elektrolit dan non
elektrolit pada represetnasi simbolik. Untuk larutan Asam kuat HCl, maka HCl dapa

terdiosiasi semperuna Menhasilkan ion H+ dan Cl- dan direpresentasikan secara simbolik

dengan persamaan reaksi berikut:

HCl(aq)  H+(aq)+ Cl-(aq)

Representasi di atas dapat dipahami bahwa HCl terurai sempurna menghasilkan

ion H+ dan Cl-dalam larutan dan tanda panah satu arah ke kanan merepresentasikan

bahwa reaksi tersebut berlangsung sempurna. Bagaimanapun, representasi tersebut dapat


menimbulkan salah interpretasi karena HCl masih muncul dalam representasi
simboliknya. Sesungguhnya HCl sudah tidak ada lagi dalam larutan karena 100%
terionisasi sempurna.

Untuk membantu siswa memahami representasi Simbolik tersebut, ada animasi


dalam media yang dikembangkan yang menunjukkan bahwa pada tahap awal sebelum
ionisasi terjadi 100% HCl masih dalam bentuk molekul HCl. Kemudian ionisasi
berlangsung secara bertahap sampai semua HCl habis digunakan dan semua H dan Cl
dalam HCl berubah menjadi bentuk ionnya. Hal ini direpresentasikan dengan grafik

batang yang naik menjadi 100% untuk H+ dan Cl- dan grafik turun menjadi 0 % untuk

HCl.

Untuk asam lemah dan basa lemah representasi simboliknya dengan


menggunakan tanda panah dua arah seperti berikut:

CH3COOH(aq)  CH3COO-(aq) + H+(aq)


Tanda panah dua arah digunakan untuk menunjukkan bahwa terdapat
kesetimbangan antara pereaksi dan hasil reaksi dan ini berarti tidak semua pereaksi
berubah menjadi hasil reaksi. Besarnya tingkat ionisasi dari asam atau basa lemah
menunjukkan kekuatannya. Karena tidak semua terurai menjadi ionnya, maka observasi
makroskopik memberikan nyala lampu yang lebih redup dari pada asam atau basa kuat.
Tetapi, dari representasi makroskopik maupun simbolik tidak dapat memberikan
gambaran yang jelas bagai mana kesetimbangan itu terjadi.

3. Representasi mikroskopik

Representasi submikroskopik dalam media interaktif yang dikembangkan dalam


penelitian ini memberikan perubahan yang terjadi pada tingkat atom atau molekul yang
terlibat dalam reaksi kimia, khususnya pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

Pada tingkatan molekuler dalam sel elektrokimia dimana ion H+ bergerak menuju

elektroda negatif dan Cl-bergerak menuju elektroda positif. H+ pada elektroda anoda

direduksi dengan menerima elektron dari elektroda dan menghasilkan gas H2. Sehingga

representasi makrokopis timbul gas pada kedua elektroda. Sebaliknya Cl - pada elektroda

katoda akan dioksidasi dengan melepaskan elektron pada elektroda sehingga menghasilkan

gas Cl2.

Disamping itu representasi submikroskopik ini juga memberikan bagaimana


proses ionisasi garam NaCl dalam air. Adanya interaksi antara muatan parsial positif

pada H dalam molekul H2O berinteraksi dengan Cl dalam molekul NaCl, sebaliknya

muatan parsial negatif pada O dalam molekul H2O berinteraksi dengan Na dari NaCl.

Melalui interaksi elektrostatis ini garam NaCl dapat larut dengan mudah dalam air.
Melalui representasi submikroskopik ini siswa dapat mengetahui bagaimana proses
pelarutan NaCl dalam air.
DAFTAR PUSTAKA

Mujakir R. 2010. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran Jakarta: Gaung Persada

Devetak I., Vogrinc, J., & Glazar, S.A., 2007.Assessing 16-Year-Old Student’s Understanding

of Aqueous Solution at Submicroscopic Level. Res.Sci. Educ DOI 10.1007/5 11165-01

Anda mungkin juga menyukai