Anda di halaman 1dari 7

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 8, No.

1, (2019) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E67

Analisa Sistem Pengereman pada Mobil


Multiguna Pedesaan
Deajeng Prameswari, dan Yohanes
Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
e-mail: yunus@me.its.ac.id

Abstrak—Merespon pesatnya pasar otomotif di Indonesia, pada berdampak pada segi keamanan dan stabilitas arah dari
tahun 2012 Universitas Negeri Semarang (UNNES) bekerja sama kendaraan itu sendiri.
dengan Kementerian Perindustrian (Kemperin) merancang Sistem rem kendaraan harus mampu mengurangi kecepatan
kendaraan multiguna untuk memenuhi kebutuhan dan atau menghentikan kendaraan secara aman pada kondisi jalan
meningkatkan mobilitas serta produktifitas masyarakat
pedesaan. Kendaraan harus memenuhi standar layak jalan yang lurus maupun belok dan pada berbagai kecepatan. Sistem rem
ditetapkan oleh Dinas Perhubungan agar dapat dipasarkan, yang baik adalah sistem rem yang dapat membuat lock
salah satunya pada sistem pengereman kendaraan. Oleh karena (menghentikan putaran) semua roda secara bersama-sama.
itu, tugas akhir ini menganalisa kinerja sistem pengereman dan Meskipun sistem abs (anti-lock braking system) lebih stabil,
pengaruhnya terhadap kestabilan arah mobil multiguna selisih harga yang tinggi membuat sistem rem abs jarang
pedesaan. Analisa kinerja dilakukan dengan melakukan digunakan untuk jenis kendaraan menengah ke bawah. Sebagai
perhitungan jarak minimum pengereman dan contoh komisi eropa mengeluarkan aturan pada 2012 lalu. Aturan
membandingkannya dengan standar layak jalan, serta ini mewajibkan motor di atas 125 cc yang dijual sejak januari
menghitung proporsi gaya pengereman ( dan ) untuk mengetahui
2016 harus dilengkapi sistem rem ini. Maka alasan utama
kestabilan arah kendaraan (understeer, oversteer). Kinerja
pengereman dianalisa dengan variasi kecepatan (20, 40 dan 80 mengapa tidak semua kendaraan dilengkapi dengan sistem abs
km/jam) dan beban muatan (600, 800, dan 1000 kg). Dari hasil karena ukuran dan kapasistas mesin. Sistem rem lock justru lebih
penelitian diketahui bahwa distribusi pengereman menurut banyak dipilih karena teknologi yang sederhana, harga yang
kemampuan sistem adalah = , dan = , . Nilai dari besar gaya rem depan adalah .
rem belakang sebesar . , N. Pada kendaraan kosong dengan
, N sedangkan untuk gaya
murah serta tidak membutuhkan energi dari luar.
nilai gaya pengereman yang dihasilkan oleh sistem, maka Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisa sistem
kendaraan cenderung bersifat understeer. Namun dengan pengereman pada mobil multiguna pedesaan produksi PT. Viar
penambahan muatan kecenderungan kendaraan berubah
menjadi understeer. Untuk sistem pengereman pada mobil dan universitas negeri semarang. Penelitian terdahulu yang
pedesaan ini dari kecepatan 20 km/jam ke 40 km/jam jarak membahas tentang analisa sistem pengereman diantaranya,
pengereman bertambah 300 persen. Oleh karena itu gaya
pengereman oleh sistem belum memenuhi. Agar gaya analisa dilakukan terhadap kestabilan arah kendaraan saat
pengereman dapat memenuhi keinginan (variasi) maka penulis pengereman mobil GEA, jarak pengereman minimum
menyarankan untuk mengatur tekanan pada master silinder,
dinaikkan sebesar 19717228,91 Pa, diharapkan dapat memenuhi kendaraan dengan variasi kecepatan (20, 30, 40 dan 50
kriteria standar dari Dinas Perhubungan. km/jam) penambahan beban muatan (600, 800, 1000 kg) dan
Kata Kunci—Jarak Minimum Pengereman, , , Skid, Understeer, Oversteer. jenis jalan (jalan aspal dan jalan tanah)[1]. Selanjutnya ada
penelitian oleh Lungit Zarista tentang analisa sistem rem pada
mobil multiguna pedesaan (GEA) pada beberapa variasi
I. PENDAHULUAN muatan dan kecepatan. Hasil yang didapat berupa grafik jarak
minimum pengereman dibanding dengan variasi kecepatan.
M ERESPON pesatnya pasar otomotif di indonesia, pada tahun 2012
universitas negeri semarang (unnes) bekerja sama dengan kementerian
Dari dua penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kinerja
perindustrian (kemperin) merancang pengereman kendaraan belum ada yang diukur atau
mobil pedesaan dengan mesin yang disuplai PT. Viar. Mobil dibandingkan dengan standar tertentu. Dengan demikian,
pedesaan ini dinilai perlu untuk memenuhi kebutuhan dan belum diketahui kelayakan dan keamanan sistem pengereman
meningkatkan mobilitas serta produktifitas masyarakat kendaraan untuk tujuan komersial.
pedesaan. Mobil pedesaan ini direncanakan untuk diproduksi Pada tugas akhit ini analisa kinerja sistem pengereman
massal, sehingga perlu dilakukan peningkatan mutu dan tersebut didasarkan standar dari dinas perhubungan. Dari hasil
kualitas kendaraan agar dapat bersaing di pasar otomotif. analisa ini diharapkan dapat diketahui kelayakan dari sistem
Peningkatan mutu kendaraan dilakukan dalam hal keamanan, pengereman mobil multiguna pedesaan, memberikan
kenyamanan, kemudahan dalam pemakaian dan keindahan rekomendasi kepada produsen untuk nantinya dikembangkan
desain kendaraan. Kinerja sistem pengereman menjadi salah lebih lanjut.
satu faktor penting yang harus diperhitungkan karena
II. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian pada tugas akhir ini dimulai dengan studi
literatur untuk mendapatkan spesifikasi dari kendaraan.
Langkah selanjutnya melakukan perhitungan untuk mencari
jarak minimum pengereman berdasarkan kemampuan sistem
serta
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 8, No. 1, (2019) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E68

berdasarkan variasi beban muatan, sesuai dengan perumusan


matematis. Kemudian dilakukan perhitungan proporsi gaya START
pengereman serta perilaku arah kendaraan (understeer,
oversteer, skid).
Metodologi penelitian untuk perhitungan proporsi
Studi literatur
pengereman kendaraan dan perhitungan jarak minimum
pengereman kendaraan kemudian diilustrasikan dalam
flowchart pada Gambar 1 dan Gambar 2 sebagai berikut:
Input data
START (spesifikasi ) dari
kendaraan

Studi Literatur

Jenis jalan (aspal dan tanah kering)

Input data spesifikasi


kendaraan
Menghitung gaya pengereman (Fbfmax, Fbrmax)

Menghitung gaya Menghitung gaya


V1=Va
pengereman (dengan pengereman (tanpa Menghitung jarak pengereman
penambahan beban muatan) penambahan beban muatan)

N V1+20 km/jam
Menghitung nilai Menghitung nilai

Kbf dan Kbr Kbf dan Kbr

V1
Y

Menghitung nilai Kbf dan Kbr Menghitung nilai Kbf dan Kbr
Kesesuaian standard

Menganalisa perilaku Menganalisa perilaku Y


kestabilan arah kendaraan kestabilan arah kendaraan

N
V
Analisa hasil
Y

Rekomendasi untuk mobil


multiguna pedesaan Analisa dan Kesimpulan

Kesimpulan dan Saran END

END
Gambar 2. Flowchart Analisa Perhitugan Jarak Minimum
Gambar 1. Flowchart Analisa Perhitungan Proporsi Pengereman.
Pengereman Kendaraan.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 8, No. 1, (2019) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E69
III. PEMODELAN MATEMATIS C. Gaya Rem Cakram (Disc Brake)

Sebelum masuk ke perhitugan distribusi pengereman,


terlebih dahulu kita pahami tentang sistem pengereman.
Berikut merupakan skema dari sistem pengereman kendaraan:

Gambar 6. Free body diagram gaya cengkeram brake pad [2].


Gaya yang menekan setiap kampas rem terhadap disc
dirumuskan sebagai berikut:
= . 0,25. . 2
(3)
Gambar 3. Skema Sistem Pengereman Kendaraan. dengan keterangan:
= Gaya rem cakram
Persamaan matematika dari distribusi pada sistem
pengereman dituliskan sebagai berikut: Pms = tekanan output master silinder
d = diameter piston caliper
A. Gaya Pedal:

Gambar 7. Free body diagram gaya gesek tangensial antara bantalan rem dan
disk[2].
Gaya tangensial pada kedua area gesekan dirumuskan
Gambar 4. Tipe Pedal Rem. sebagai berikut:
Gaya pada pedal rem dapat dirumuskan sebagai berikut: = .2.
(4)
= .
(1) dengan keterangan: =
gaya tangensial
Dengan keterangan
= koefisien gesek pada rem cakram
= gaya pedal
Untuk mendapatkan nilai dari gaya pengereman depan
= gaya oleh pengemudi ke pedal =
yang diberikan oleh sistem pengereman, maka perlu dihitung
jarak dari pedal rem ke tumpuan =
besar dari gaya torsi pada pengereman depan, dalam hal ini
jarak dari pushrod ke tumpuan
maka dihitung torsi dari rem cakram sebagai berikut:
B. Tekanan Master Silinder =
(5)
Gaya pada pengereman depan:
=
(6)
2.

D. Gaya Rem Tromol (Drum Brake)

Gambar 5. Gaya-gaya pada master silinder.


Tekanan yang diberikan oleh master silinder dirumuskan
sebagai berikut:
(2)
=
2
0,25

dengan keterangan:
Pms = tekanan output master
silinder = gaya pedal Gambar 8. Rem Tromol.
d = diameter dalam master silinder
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 8, No. 1, (2019) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E70
Gaya yang menekan pad rem dirumuskan sebagai berikut: Proporsi gaya pengereman pada kendaraan antara roda depan

= . 0,25. .
2
(7) dan roda belakang dituliskan dalam persamaan berikut:
dengan keterangan: Proporsi gaya rem depan:
= Gaya rem tromol =
(12)
Pms = tekanan output master silinder +

d = diameter wheel silinder tromol Proporsi gaya rem belakang:


Gaya pegas pada rem tromol: =
(13)
= ∆ (8) +

dengan keterangan: dimana:


Fpegas = Gaya pegas (N) = proporsi gaya rem depan
k = konstanta kekakuan pegas, dimana k = kN/m = proporsi gaya rem belakang
∆ = perubahan panjang pegas maksimum (m) 1) Perhitungan Jarak Pengereman (Kemampuan Kendaraan)
Gaya gesek pada rem tromol: Jarak pengereman minimum ini didapat dengan
=
menggunakan Fb yang sesuai dengan kemampuan sistem
–( .µ) (9) pengereman yang telah dilakukan pengukuran dan perhitungan.
Untuk mendapatkan nilai dari gaya pengereman belakang Persamaan untuk menghitung Perhitungan Jarak Pengereman
yang diberikan oleh sistem pengereman, maka perlu dihitung (Kemampuan Kendaraan) dapat dituliskan sebagai berikut:
besar dari gaya torsi pada pengereman belakang, dalam hal ini
γ .W C

2
.

maka dihitung torsi dari rem tromol sebagai berikut: (14)


m 1

= ln [1 + ]
2 .

= (10) dimana:
Gaya pada pengereman belakang: S = jarak pengereman (m)
(11) = faktor equivalen massa (
2.
= 1,04)

= gaya pengereman maksimum (N)


Analisadsitribusi pengereman dilakukan dengan
menganalisa gaya-gaya yang bekerja pada roda kendaraan pada
= percepatan gravitasi (m/ 2)

=ρ/2. .
saat pengereman dengan muatan, dapat dilihat pada free body
diagram berikut: = kecepatan awal kendaraan
1

= gaya pengereman dari sistem


2) Perhitungan Jarak Pengereman (Variasi Muatan)
Jarak pengereman minimum pada kondisi kendaraan
bermuatan didapat dengan menggunakan gaya pengereman
dari perkalian antara koefisien jalan dengan berat kendaraan.
Persamaan untuk menghitung Perhitungan Jarak Pengereman
(Menurut Variasi Muatan) dapat dituliskan sebagai berikut:
γ .W C . 2
m

(15)
1

= ln [1 + ]
2 . µ. .

Gambar 9. Freebody diagram distribusi gaya pengereman pada kendaraan dimana:


bermuatan.
S = jarak pengereman (m)
= faktor equivalen massa ( = 1,04)

= gaya pengereman maksimum (N)


= percepatan gravitasi (m/ 2)

dengan: =ρ/2. .
= Berat total kendaraan (N)
= kecepatan awal kendaraan
= Gaya normal pada roda depan (N)
1

= berat kendaraan
= Gaya normal pada roda belakang (N)
.

µ = koefisien adhesi jalan

hr = Tinggi Center of Gravity terhadap poros roda (m) Skid adalah kondisi hilangnya kontrol pada kendaraan.
L = Wheelbase kendaraan (m) Kendaraan akan cenderung understeer jika saat berbelok roda
depan mengalami skid. Jika roda belakang mengalami skid
a = Jarak Center of Gravity terhadap poros roda depan
(m) terlebih dahulu, maka kendaraan cenderung oversteer.
b = Jarak Center of Gravity terhadap poros roda (16) = ⨯
2

belakang (m) (17)


= Berat muatan (N)
= ⨯

Kendaraan akan mengalami skid jika >


hm = Tinggi titik pusat muatan terhadap poros roda (m) Kondisi kritis dimana roda depan atau roda belakang akan mengalami skid jika =
d = Jarak titik pusat muatan dengan poros roda (m)
= Gaya rolling resistance roda depan (N)
= Gaya gesek roda depan denga jalan (N)
= Gaya rolling resistance roda belakang (N)
= Gaya gesek roda belakang dengan jalan (N)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 8, No. 1, (2019) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E71

IV. HASIL PERHITUNGAN DAN ANALISIS 2) Jarak Pengereman pada Tanah Kering (Kebutuhan
Variasi)
E. Analisa Perbandingan Jarak Pengereman Minimum
Kendaraan
Telah dilakukan perhitungan jarak pengereman (sesuai
kemampuan kendaraan) pada mobil multiguna pedesaan
dengan hasil seperti pada Gambar 10. Sesuai dengan
kemampuan sistem, jarak pengereman (S) meningkat
sebanding dengan meningkatnya kecepatan dan beban
kendaraan.

Gambar 12. Grafik jarak pengereman minimum vs kecepatan (jalan tanah


kering).
Berdasarkan grafik pada Gambar 13, terlihat trend garis
naik seiring bertambahnya kecepatan. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi kecepatan kendaraan, maka semakin
panjang pula jarak pengereman kendaraan. Selain itu, garis
yang menunjukkan muatan (600 kg, 800 kg, 1000 kg) saling
Gambar 10. Grafik jarak pengereman minimum vs kecepatan (gaya rem sesuai berhimpit, hal itu berarti penambahan beban muatan tidak
kemampuan sistem).
berpengaruh terhadap nilai dari jarak pengereman, sehingga
Dari grafik diatas dapat dilihat trend garis menunjukkan gaya pengereman ikut bertambah seiring dengan
semakin bertambahnya kecepatan jarak pengereman bertambahnya besar muatan.
kendaraan tersebut semakin jauh. Begitu pula semakin berat 3) Perbandingan Jarak Pengereman Minimum Variasi
beban muatan kendaraan maka akan semakin jauh pula jarak Muatan di Jalan Aspal dan Tanah Kering VS Jarak
pengereman minimum kendaraan. Perbedaan variasi beban Pengereman Minimum Sesuai Kemampuan Sistem
muatan berpengaruh terhadap nilai jarak pengereman. Dari analisa jarak pengereman minimum menurut variasi
Dikarenakan gaya pengereman maksimum yang digunakan muatan dapat dibuat grafik perbandingan jarak pengereman
adalah gaya pengereman yang dimiliki kendaraan minimum tersebut pada jalan aspal dan tanah kering, dengan
(penjumlahan gaya rem depan dan rem belakang), sehingga jarak pengereman minimum menurut gaya pengereman dari
gaya pengereman tidak ikut bertambah seiring dengan sistem. Dalam hal ini diambil contoh pada kondisi kendaraan
bertambahnya beban muatan. Hal ini yang menyebabkan dengan muatan 600 kg. Besar muatan ini dipilih karena
semakin besar muatan maka semakin panjang pula jarak merupakan berat muatan yang masih mungkin diangkut
pengereman yang dihasilkan oleh kendaraan tersebut. kendaraan. Perbandingan tersebut diilustrasikan dalam grafik
1) Jarak Pengereman pada Jalan Aspal berikut ini:

Gambar 11. Grafik jarak pengereman minimum vs kecepatan (jalan aspal). Gambar 13. Grafik perbandingan jarak pengereman minimum
kendaraan
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 8, No. 1, (2019) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E72

Berdasarkan grafik perbandingan jarak pengereman H. Analisa Perilaku Stabilitas Kendaraan Sesuai Standar
minimum berdasarkan variasi muatan dengan jarak Dinas Perhubungan
pengereman minimum sesuai kemampuan dari sistem, dapat Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM
dilihat bahwa jarak pengereman untuk jalan jenis aspal pada 63 Tahun 1993 tentang Persyaratan Ambang Batas Laik Jalan
beberapa variasi kecepatan dan muatan lebih pendek daripada Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan,
jarak pengereman minimum pada jalan tanah kering. Hal ini Karoseri dan Bak Muatan serta Komponen –Komponennya.
disebabkan oleh koefisien adhesi jalan aspal yang lebih baik Untuk rem utama pada kendaraan gaya pengereman minimal
daripada jalan tanah kering. Jarak pengereman minimum yang 50% dari berat sumbu kendaraan.
dihasilkan dari kemampuan sistem lebih besar nilainya 1) Sumbu Depan Kendaraan:
dibanding dengan jarak pengereman minimum oleh variasi Standar dari Dinas Perhubungan
muatan dan kecepatan, hal itu berarti sistem pengereman =

=
=
x 50%, = 3.924

3.924 x 50%
1.962

belum mampu untuk digunakan pada kondisi ditambahkan Besar gaya rem depan sesuai kemampuan sistem
muatan 600 kg.
= 5.181,34

Nilai gaya rem depan sesuai kemampuan sistem telah lulus


F. Analisa Proporsi Pengereman Kendaraan syarat dari Dinas Perhubungan, dikarenakan nilai gaya rem
Setelah melakukan perhitungan didapatkan nilai gaya pengereman depan melebihi batas minimum gaya rem dari standar Dinas
sebesar 6281,95 N selanjutnya dilakukan perhitungan proporsi Perhubungan.
pengereman secara kemampuan sistem Kbf = 0,82 dan Kbr = 0,18
dalam hal ini menunjukkan proporsi pengereman cenderung ke roda 2) Sumbu Belakang Kendaraan:
depan, yang artinya kendaraan mengalami understeer. Standar dari Dinas Perhubungan
Nilai proporsi pengereman yang diperoleh berdasarkan
= x 50%, = 3.139,2

= 3139,2 x 50%
=

kebutuhan sistem (dari variasi) diperoleh:


1.569,6

Besar gaya rem depan sesuai kemampuan sistem = 1100,58


Tabel 1.
Proporsi Pengereman Berdasarkan Kebutuhan Sistem Nilai gaya rem depan sesuai kemampuan sistem belum
Variasi Muatan Kbf Kbr mampu memenuhi syarat dari Dinas Perhubungan,
Tanpa Muatan 0,93 0,07 dikarenakan nilai gaya rem belakang kurang dari batas
Muatan 600 kg 0,53 0,47 minimum gaya rem dari standar Dinas Perhubungan.
Muatan 800 kg 0,46 0,54
Muatan 1.000 kg 0,41 0,59 I. Analisa Skid Kendaraan
Sesuai kemampuan sistem pengereman, kendaraan Analisa skid dilakukan pada kondisi muatan 600kg pada kecepatan 40 km/jam dengan sudut
belok 30°. Berdasarkan hasil perhitungan skid didapatkan nilai < . dan
menyediakan nilai proporsi pengereman Kbf = 0,82 dan Kbr =
yang berarti tidak terjadi skid pada
0,18. Apabila nilai tersebut digunakan pada kondisi
< . ℎ

roda belakang kendaraan. Sedangkan pada roda depan juga tidak mengalami skid dikarenakan nilai < . dan

penambahan variasi muatan maka hasil yang di dapat seperti < . Selain itu semakin baik koefisien
. ℎ

pada Tabel berikut: adhesi jalan maka kemungkinan kendaraan mengalami skid
Table 2. semakin kecil.
Analisa Perilaku Kendaraan Berdasarkan Proporsi Pengereman
J. Rekomendasi
Kemampuan Sistem vs Kebutuhan Sistem
Variasi Muatan Perilaku Kendaraan Nilai Kbf dan Kbr hasil perhitungan secara dimensi didapat
Tanpa Muatan Oversteer angka sebesar 0,82 untuk Kbf dan 0,18 untuk Kbr. Nilai
Muatan 600 kg Understeer
Muatan 800 kg Understeer proporsi pengereman tersebut belum memenuhi standar dari
Muatan 1.000 kg Understeer Dinas Perhubungan karena gaya pengereman yang dimiliki
oleh rem tromol tidak dapat memenuhi batas minimum dari
G. Analisa Kestabilan Arah Kendaraan
syarat Dinas Perhubungan. Oleh karena itu, rekomendasi yang
Hasil dari perhitungan nilai perlamabatan di dapat pada
ditawarkan untuk mobil multiguna pedesaan agar dapat
Tabel berikut:
memenuhui kebutuhan dari sistem pengereman adalah
Table 3.
dengan mengatur tekanan pada master silinder. Maka dari itu
Nilai Perilaku Kestabilan Arah (Aspal)
Variasi Muatan (a)f (a)r dilakukan perhitungan pada komponen sistem pengereman
Tanpa Muatan 0,77 -1,56 dengan menggunakan kondisi muatan 600 kg. Besar muatan
Muatan 600 kg 1,87 2,09 ini dipilih karena merupakan berat muatan yang masih
Muatan 800 kg 2,59 1,52
Muatan 1.000 kg 3,73 1,26 mungkin diangkut kendaraan. Dari hasil perhitungan dengan
Table 4. menggunakan nilai Kbf dan Kbr pada kondisi muatan 600kg
Nilai Perilaku Kestabilan Arah (Tanah Kering) didapat tekanan pada master silinder sebesar 19.717228,91
Variasi Muatan (a)f (a)r Pa. Perlu diketahui bahwa
Tanpa Muatan 0,93 5,92
Muatan 600 kg 1,42 1,52
Muatan 800 kg 1,86 1,16
Muatan 1000 kg 2,48 0,99
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 8, No. 1, (2019) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E73

perhitungan diatas dilakukan tanpa meninjau dari komponen pengereman kendaraan, semakin pendek jarak pengereman
booster rem. Maka nilai tekanan master silinder tersebut minimum kendaraan. Hal ini dapat dilihat pada grafik jarak
belum termasuk kedalam hitungan booster. pengereman minimum vs kecepatan di beberapa variasi
muatan dan jenis jalan.
4. Gaya pengereman yang sesuai dengan standar Dinas Perhubungan
V. KESIMPULAN ditinjau bersadarkan berat sumbu kendaraan. Pada rem depan kendaraan
dinyatakan memenuhi syarat karena gaya rem sebesar 5.181,34 N
1. Distribusi pengereman sesuai dengan kemampuan sistem yang didapat dari hasil perhitungan dan melebihi batas minimum 50% x berat sumbu kendaraan. Pada gaya rem
analisis pada tugas akhir ini adalah = 0,82 dan = 0,18. Nilai dari besar gaya rem depan adalah
5.181,34 N sedangkan untuk gaya rem belakang sebesar 1.100,58 N. belakang nilai 1.100,58 N belum melebihi batas minimum 50% x berat
2. Distribusi pengereman yang dibutuhkan oleh sistem berdasarkan variasi muatan sumbu kendaraan. Maka sistem pengereman ini masih belum memenuhi
yang diberikan didapat hasil sesuai pada Tabel 4 yaitu pada penambahan muatan 600 kriteria, sehingga perlu adanya analisa lebih lanjut terhadap sistem
kg = 0,53 dan = 0,47 ; pada muatan 800 kg = 0,46 dan = 0,54 ; pada muatan 1.000 pengereman pada mobil pedesaan ini.
kg = 0,41 dan = 0,59 ; sedangkan pada kondisi tanpa muatan = 0,93 dan = 0,07. 5. Rekomendasi yang ditawarkan untuk mobil multiguna
Berdasarkan nilai proporsi pengereman dari sistem, maka pada konsisi bermuatan
kendaraan cenderung understeer, namun pada kondisi tanpa muatan kendaraan pedesaan agar dapat memenuhui kebutuhan dari sistem
cenderung oversteer. Maka perlu adanya perbaikan pada sistem pengereman mobil
multiguna pedesaan ini. pengereman adalah dengan mengatur tekanan pada master
3. Semakin besar kecepatan dan beban muatan kendaraan silinder. Dari hasil perhitungan diatas didapat tekanan pada
maka jarak pengereman minimum kendaraan akan semakin master silinder sebesar 19.717228,91 Pa. Perlu diketahui
besar. Jarak pengereman minimum kendaraan akan bahwa perhitungan diatas dilakukan tanpa meninjau dari
semakin pendek tergantung pula pada koefisien adhesi komponen booster rem.
jalan, semakin baik koefisien adhesi jalan semakin pendek
jarak pengereman minimum. Juga semakin besar gaya DAFTAR PUSTAKA
[1] D. Febriantio and Devid, “Analisis Pengereman Kendaraan PEdesaan
Produk Dalam Negeri,” Undergrad. Thesis, Mech. Eng. RSM 629.246
Feb a, 2012, 2012.
[2] T. * Degenstein and Hermann, “Dynamic Measurement of The Forces in
the Friction Area of A Disc Brake During A Braking Process.”

Anda mungkin juga menyukai