Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat allah SWT yang selalu memberi rahmat yang tidak
terhingga kepada hamba hambanya. Dalam menyusun outline proposal ini, kami akan membahas
tentang “ANALISIS PENERAPAN GOOG CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
KINERJA KEUANGAN YANG DIUKUR DENGAN ECONOMIC VALUE ADDED ( Studi
Kasus Pada Beberapa Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia )” yang ditulis dengan
bahasa yang jelas dan mempermudah untuk memahami.

Penulis menyadari bahwa outline proposal ini masih banyak kekurangan dari
kesempurnaan baik mengenai isi maupun hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan, meskipun
penulis telah berusaha semaksimal mungkin.

Akhir kata, semoga outline proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya.

Magelang, November 2019

Penulis
ACUAN OUTLINE : PENELITIAN KUANTITATIF

JUDUL PENELITIAN :ANALISIS PENERAPAN GOOG CORPORATE


GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN YANG
DIUKUR DENGAN ECONOMIC VALUE ADDED ( Studi Kasus
Pada Beberapa Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia )

LATAR BELAKANG

1. KONSEP DASAR MASALAH YANG DIANGKAT


GCG dalam perusahaan berfungsi untuk melindungi kepentingan investor. Perusahaan
yang menerapkan GCG akan selalu memperhatikan kepentingan investor dan akan selalu
mengungkapkan kinerja perusahaan secara akurat, tepat waktu dan transparan. Kinerja
perusahaan dapat dilihat dengan melakukan pengukuran kinerja yang dapat diukur dengan
menggunakan menggunakan Economic Value Added yang dasar pengukurannya adalah
profit riil perusahaan.
2. JUSTIFIKASI MASALAH DAN LOKASI RENCANA PENELITIAN : ANGKA
KEJADIAN / BESARAN MASALAH YANG AKAN DIANGKAT
Konsep Corporate Governance muncul sebagai upaya untuk mengerem dan
mengatasi perilaku manajemen yang mementingkan diri sendiri dengan menciptakan
mekanisme dan alat control untuk memungkinkan terciptanya sistem pembagian
keuntungan dan kekayaan yang seimbang bagi stakeholder dan menciptakan efisiensi bagi
perusahaan. Sistem Good Corporate Governance memberikan struktur yang menetapkan
objektif perusahaan dan peralatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan perusahaan,
serta sistem monitoring untuk mengukur kinerja. Maka sistem ini mengatur dengan jelas
dan tegas apa saja yang menjadi hak dan kewayiban pihak—pihak yang terkait dengan
pelaksanaan suatu korporasi bisnis seperti Dewan Komisaris, Dewan Direksi, manajemen,
para pemegang saham dan stakeholder lainnya.
3. DAMPAK / URGENSI MASALAH PENELITIAN
Agar kelangsungan hidup perusahaan dapat terus dipertahankan maka sangat perlu
bagi perusahaan untuk menerapkan strategi—strategi yang sesuai dengan kondisi saat ini
untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau untuk mempertahankan kinerja perusahaan
yang sudah dicapai. Untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan perlu dilakukan suatu
penilaian atau pengukuran. Fungsi dari penilaian atau pengukuran kinerja adalah sebagai
alat bantu bagi manajemen perusahaan dalam proses pengambilan keputusan, juga untuk
memperlihatkan kepada investor maupun pihak—pihak yang berkepentingan bahwa
perusahaan memiliki kredibilitas yang baik.
Dalam menilai kinerja perusahaan investor biasanya memacu kepada laporan
keuangan. Ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan berbeda antara
perusahaan yang satu dengan yang lain. Ukuran yang biasa digunakan adalah mengunakan
rasio keuangan perusahaan seperti rasio likuiditas (current rasio), rasio profitabilitas (return
of equity, return on asset), serta rasio solvabilitas (rasio modal dengan aktiva dan rasio
dengan modal utang sendiri).
4. SOLUSI YANG PERNAH DITAWARKAN
Untuk melengkapi cara pengukuran kinerja perusahaan yang telah ada selama
beberapa tahun terakhir telah dikembangkan suatu pendekatan yang disebut dengan
Economic Value Added (EVA). EVA diperkenalkan pertama kali oleh Stern Stewark &
Co. Sebuah perusahaan konsultan manajemen yang berkantor pusat di New York, Amerika
Serikat. Pendekatan EVA dianggap lebih akurat dan komprehensif dibandingkan dengan
pendekatan konvensional terdahulu yang tidak mengambarkan kondisi keuangan
perusahaan dengan benar. Dengan EVA manajer memilih investasi yang memaksimalkan
tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan
dapat dimaksimumkan (Nasser, 2003).
EVA mencoba mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dengan
cara mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul akibat investasi yang dilakukan.
Jadi EVA merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi. EVA
yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik perusahaan
(Utama dan Afriani, 2005).

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah: Apakah
terdapat hubungan penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja
keuangan yang diukur dengan Economic Value Added (EVA)
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah terdapat hubungan
antara penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja
perusahaan yang diukur dengan Economic Value Added (EVA)

KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) muncul dalam hubungan keagenan (agent


relationship) antara principal atau investor dan agent atau manajer yang terikat dalam
satu kontrak. Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara
kepemilikan (di pihak investor) dan pengendalian (di pihak manajer). Investor
memiliki harapan bahwa manajer akan menghasilkan return dari uang yang mereka
investasikan. Oleh karena itu, kontrak yang baik antara investor dan manajer adalah
kontrak yang mampu menjelaskan spesifikasi apa saja yang harus dilakukan oleh
manajer dalam mengelola dana para investor dan spesifikasi tentang pembagian return
antara manajer dan investor. Namun demikian, sebagian besar faktor-faktor kontijensi
sulit untuk dilihat atau diramal sebelumnya, sehingga kontrak yang lengkap sulit untuk
diwujudkan. Dengan demikian, investor diharuskan untuk memberikan hak
pengendalian residual (residual control right) kepada manajer, yaitu hak untuk
membuat keputusan dalam kondisi-kondisi tertentu yang sebelumnya belum terlihat
dalam kontrak.
Hak pengendalian residual yang dimiliki oleh manajer memungkinkan untuk
diselewengkan dan akan menimbulkan masalah keagenan yang dapat diartikan dengan
sulitnya investor memperoleh keyakinan bahwa dana yang mereka tanamkan tidak
dikelola dengan semestinya oleh manajer. Manajer memiliki hak untuk mengelola
perusahaan dan dengan demikian manajer memiliki hak diskresioner dalam mengelola
dana investor. Kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya adalah bahwa manajer akan
melakukan ekspropriasi dana investor.

2. Good Corporate Governance (GCG) 2.2.1 Pengertian Good Corporate Governance


(GCG)
Hingga saat ini masih ditemui definisi yang bermacam-macam tentang Corporate
Governance. Namun demikian, umumnya mempunyai maksud dan tujuan yang sama.
Menurut FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia), Corporate Governance
adalah : “Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban
mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan“ Secara lebih rinci, terminologi Corporate Governance dapat dipergunakan
untuk menjelaskan peranan dan perilaku dari Dewan Direksi, Dewan Komisaris,
pengurus perusahaan dan para pemegang saham.

3. Prinsip-Prinsip Geod Corporate Governance


Menurut FCGI terdapat empat unsur utama yang penting dalam Corporate Governance
yaitu. Keadilan (Fairness), Transparansi (Transparency), Akuntabilitas
(Accountability) dan Pertanggungjawaban (Responsibility).
a. Keadilan (Fairness)
Keadilan (Fairness) dimaksudkan untuk menjamin perlindungan hak-hak
pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan para pemegang
saham asing serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor.
b. Transparansi (Transparency)
Transparansi (Transparency) mewayjibkan adanya suatu informasi yang
terbuka, tepat waktu serta jelas dan dapat diperbandingkan yang menyangkut
keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan.
c. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas (Accountability) dimaksudkan sebagai prinsip yang mengatur
peran dan tanggungjawab manajemen agar dalam mengelola perusahaan dapat
mempertanggungjawabkan pekerjaannya serta mendukung usaha untuk
menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham
sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris. Dewan Komisaris dalam hal
ini memberikan pengawasan terhadap manajemen mengenai kinerja dan
pencapaian target return bagi pemegang saham.
4. Tujuan Good Corporate Governance
Tujuan Good Corporate Governance adalah : Melindungi kepentingan pemegang
saham dan memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, Mengoptimalkan (untuk
menghindari maksimalisasi) pemberdayaan sumber daya ekonomis dari sebuah usaha.
Memperbesar keuntungan secara nasional dari keberadaan sebuah usaha yang dikelola
secara baik. Pencapaian prestasi yang lebih baik dan penghematan sumber daya dan
modal secara ekonomis akan meningkatkan produktivitas domestik ketika bersaing di
pasar Internasional.
5. Manfaat Good Corporate Governance
Manfaat Good Corporate Governance yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Adanya peningkatan kepercayaan publik khususnya para investor yang akan
menanam modalnya.
2) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional perusahaan.
3) Menjadi salah satu solusi dalam memecahkan masalah kesenjangan atau
konflik kepentingan antara pihak manajemen dan para pemegang saham.
4) Dapat meningkatkan citra dan kredibilitas perusahaan.
5) Memperkecil kemungkinan praktek-praktek KKN (korupsi, kolusi dan
nepotisme).
6. Economic Value Added (EVA)
EVA mencoba mengukur nilai tambah yang dihasilkan sebuah perusahaan dengan cara
mengurangi beban biaya modal (cost of capital) yang timbul sebagai akibat investasi
yang dilakukan. Penggunaan EVA akan membuat perusahaan untuk lebih
memfokuskan perhatian pada penciptaan nilai perusahaan (creating firm’s value).
Kelebihan Economic Value Added adalah sebagai berikut:
1) EVA merupakan suatu ukuran kinerja operasional bisa berdiri sendiri tanpa
perlu ukuran atau angka lain.
2) EVA fokus penilaian kerja perusahaan pada penciptaan nilai yaitu
memaksimalkan nilai perusahaan dan meningkatkan nilai pemegang saham.
Sehingga para manajer akan berfikir dan bertindak seperti halnya pemegang
saham. Manajer memilih investasi yang memaksimumkan _ tingkat
pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai
perusahaan dapat diminimumkan.
3) EVA akan menyebabkan perusahaan akan lebih memperhatikan kebijaksanaan
struktur modalnya. Secara eksplisit memperhitungkan biaya modal atas ekuitas
dimana biaya modal atas ekuitas adalah lebih tinggi bila dibandingkan tingkat-
tingkat biaya modal atas hutang karena faktor risiko yang tinggi

Kelemahan Economic Value Added (EVA) adalah sebagai berikut: Hanya


menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu, sementara nilai suatu
perusahaan merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan. Sehingga
kemungkinan suatu perusahaan mempunyai EVA tahun yang berlaku positif tetapi
nilai perusahaan rendah karena EVA ditahun mendatang negatif. Sebaliknya,
perusahaan dengan kegiatan yang memerlukan pengembalian yang cukup lama.
EVA pada awal tahun negatif sedangkan EVA akhir proyek adalah positif karena
penjualan aktiva pada masa sewa. Oleh karena itu, penggunaan EVA tahun tertentu
untuk menilai kinerja kurang tepat.

RENCANA HIPOTESIS PENLITIAN


Kebutuhan akan pelaksanaan GCG sudah merupakan kebutuhan yang mendesak
bagi suatu organisasi. Sehingga menjadi keharusan bagi perusahaan— perusahaan
untuk menerapkan dan melaksanakan GCG agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
Manfaat perusahaan menerapkan praktek GCG adalah resources yang dimiliki
pemegang saham perusahaan dapat dikelola dengan baik, efisien dan digunakan
semata—mata untuk kepentingan pertumbuhan perusahaan. Semua itu dilakukan
perusahaan untuk dapat maju dan bersaing secara sehat. Hal ini berarti bahwa Good
Corporate Governance tidak saja berakibat positif terhadap pemegang saham namun
bagi masyarakat luas yang berupa pertumbuhan perekonomian nasional. Dari kerangka
pemikiran di atas maka _peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: “Penerapan
prinsip GCG akan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan jika di
ukur dengan Economic Value Added”

RENCANA DESAIN PENELITIAN


Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan data primer
dan data sekunder. Metode pengumpulan data menggunakan metode silang sekat (cross
sectional) dengan mengambil data dari beberapa perusahaan yang listing di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang telah mengikuti survey Corporate Governance Perception Index
(CGPI). Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu
pengukutan/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada
satu saat. (Nursalam,2013)

POPULASI DAN SAMPEL


Dalam penelitian ini populasi penelitian adalah perusahaan yang tercatat di BEI
dengan menggunakan Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2016 yang
dipublikasikan oleh SWA bekerjasama dengan The Indonesian Institude for Corporate
Governance (IICG).
Dari penelitian ini penulis menetapkan sampel dari populasi yang ada yaitu,
perusahaan keuangan yang mengikuti survey Corporate Governance Perception Index
(CGPI) 2016. Dari hasil penelitian The Indonesian Institude for Corporate Governance
(IICG) yang tercermin dalam Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2016,
maka penulis menetapkan sampel yakni 10 perusahaan keuangan.

DEFINISI OPERASIONAL
1. JENIS VARIABEL
Sesuai dengan judul yang diambil yaitu hubungan penerapan GCG terhadap kinerja
keuangan perusahaan yang di ukur dengan Economic Value Added, maka dalam
penelitian ini ada dua variabel penelitian yaitu Penerapan Good Corporate
Governance sebagai variabel independen (X) dan Economic Value Added (EVA)
sebagai variabel dependen (Y)
2. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
a. Penerapan Good Corporate Governance adalah perusahaan listing di BEI yang
menerapkan prinsip GCG yang tercermin dalam Corporate Governance
Perception Index (GCPI).
b. Economic Value Added (EVA) merupakan pendekatan yang berguna untuk
mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan.
3. HASIL UKUR VARIABEL / PARAMETER VARIABEL PENELITIAN
1) Sangat Setuju = 5 Jawaban ini untuk pernyataan kuesioner yang sangat
didukung oleh manajemen atas penerapan prinsip GCG terhadap kinerja
keuangan perusahaan
2) Setuju = 4 Jawaban ini untuk pernyataan kuesioner yang cukup didukung
oleh manajemen atas penerapan prinsip GCG terhadap kinerja keuangan
perusahaan
3) Ragu-ragu = 3 Jawaban ini untuk pernyataan kuesioner yang tidak didukung
tapi juga tidak ditolak oleh manajemen atas penerapan prinsip GCG
terhadap kinerja keuangan perusahaan
4) Tidak Setuju = 2 Jawaban ini untuk pernyataan kuesioner yang ditolak oleh
manajemen atas penerapan prinsip GCG terhadap kinerja keuangan
perusahaan
5) Sangat Tidak Setuju = 1 Jawaban ini untuk pernyataan kuesioner yang
sangat ditolak oleh manajemen atas penerapan prinsip GCG terhadap
kinerja keuangan perusahaan
4. SKALA UKUR VARIABEL
a. Good Corporate Governance : Ordinal
b. Economic Value Added (EVA) : Ordinal
5. CARA UKUR DAN ALAT UKUR VARIABEL
Pengukuran untuk variabel dependen adalah menggunakan rasio. Sedangkan untuk
variabel independen setiap sub indikator dari masing-masing variabel akan
dijabarkan ke dalam pertanyaan yang bersifat tertutup dan akan dituangkan ke
dalam daftar pertanyaan dengan menggunakan skala /ikert.

JURNAL PENELITIAN TERKAIT

Damanik, E. S., & Yulia Istia Ningsih. (2019). Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Kinerja Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014 - 2017 (Studi
pada Perusahaan yang Memperoleh CGPI Tahun 2014 – 2017). Ekonomis: Journal of
Economics and Business, 3-8.
Gabriela Cynthia Windah, F. A. (2014). Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Hasil Survei The Indonesian Institute Preception
Governance (IICG) Periode 2008-2011. Jurnal ilmiah mahasiswa surabaya, 2-18.

Melia, A., & Yulius, j. C. (2015). Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja
Perusahaan pada Sektor Keuangan. Business Accounting Review, 2-10.

Simbolon, R. F., & Moch. Dzulkirom, M. (2014). ANALISIS EVA (ECONOMIC VALUE
ADDED) UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (STUDI PADA
PERUSAHAAN FARMASI PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-
2012). Jurnal Administrasi Bisnis, 2-8.

Sulastri, E. M. (2016). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Dan Nilai
Perusahaan (Studi Perusahaan Yang Terindeks Oleh CGPI). Jurnal Ekonomi Dan Bisnis,
2-8.
DAFTAR PUSTAKA

Darmawati, Deni., Khomsiyah dan Rika G. Rahayu. 2005. Hubungan Corporate Governance
dengan Kinerja Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia; Vol. 8 No. 1 Januari
2005.

David, Young S. dan Stephen F. O’Byrne. 2001. EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai.
Jakarta: Edisi Empat. Salemba Empat.

Dep. Pendidikan Nasional, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga.Jakarta: Balai
pustaka

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodelogi Penelitian Bisnis. Edisi Pertama.
BPFE. Yogyakarta.

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Salemba Empat. Jakarta

Nasser, Etty M. 2003. Pengukuran kinerja Perusahaan dengan Metode EVA dan MVA. Media
Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi; Vol 3. No. 1 April 2003.

Nazir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta; Ghalia Indonesia.

Sugtyono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Bandung; Penerbit CV Alfabeta.

Utama, Siddharta dan Cynthia Afriani. 2005. Praktek Corporate Governance dan Penciptaan

Nilai Perusahaan; Study Empiris di BEJ. Usahawan; No. 8. Agustus 2005. Bandung, 05 Mei
2008

Anda mungkin juga menyukai