Anda di halaman 1dari 14

SHOLAT

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“FIQIH IBADAH”

Dosen pengampu :

Mohammad Khadziqun Nuha, M.Pd.I

Oleh : kelompok 5

1. AHMAD SYUKRI ALFARIHI (12308183107)

2. CHOIRUL ILHAM SETIAWAN (12308183134)

3. MIFTAKHUL APRILIA UTAMI (12308183119)

4. AFAF ZIAN ALIFIAH (12308183135)

PSIKOLOGI ISLAM IIIC


FAKULTAS USULUDHIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG
Oktober 2018

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


Rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga makalah kami dengan judul
“SHOLAT” dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan
kepada baginda Nabi agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya
menuju jalan yang diridhoi Allah SWT dengan ilmu pengetahuan dan akan
nantikan syafaatnya di yaumul akhir.
Dengan segala kerendahan hati, saya ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu perkenankanlah saya menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :

1. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku rektor IAIN Tulungagung


2. Bapak Mohammad Khadziqun Nuha, M.Pd.I selaku dosen pengampu yang
telah memberikan pengarahan bagi penyusun makalah ini.
3. Rekan-rekan yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah memberikan bantuan, dukungan dan Doa serta partisipasinya
terhadap penulisan makalah ini. Tentunya dalam penulisan makalah ini dengan
segala keterbatasan, tidak lepas dari berbagai kekurangan namun penulis telah
berupaya semaksimal mungkin guna meminimalisir kekurangan tersebut. Oleh
karena itu penuh harap kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan pada
penulisan-penulisan berikutnya. Semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Aamiin.

Tulungagung, 1 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................. i

Kata Pengantar .............................................................................................. ii

Daftar Isi ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Massalah ................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN

A. sholat jama’ dan qashar ...................................................................... 3


B. sholat gerhana dan shalat istisqa’ ....................................................... 5
C. hikmah disyariatkannya sholat jama’, qashar, sholat gerhana dan shalat
istisqa’ ................................................................................................ 6

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ........................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sudah kita ketahui Bersama bahwa Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi
umat manusia terhadap tuhannya dan dengan ibadah manusia akan mendapatkan
ketenangan dan kebahagiaan di Dunia dan di Akhirat nanti. Bentuk dan jenis
Ibadah sangat bermacam-macam, seperti Shalat, puasa, naik haji, membaca Al
Qur’an, jihad dan lainnya.

Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah
baligh berakal, dan harus dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan
bagaimanapun. Shalat merupakan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Islam
didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang
siapa yang mendirikan shalat, maka dia telah mendirikan agama, dan barang siapa
yang meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam).

Shalat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam sebanyak lima
kali, berjumlah 17 raka’at. Shalat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim baligh
tanpa terkecuali baik dalam keadaan sehat mapun sakit, dalam keadaan susah
maupun senang, lapang ataupun sempit.Selain shalat wajib yang lima ada juga
shalat sunat. Untuk membatasi masalah bahasan, maka penulis hanya membahas
tentang shalat sunnah.

B. RUMUS MASALAH
1. Apakah yang dimaksud sholat jama’ dan qashar ?
2. Apakah yang dimaksud sholat gerhana dan shalat istisqa’

4
3. Bagaimana hikmah disyariatkannya sholat jama’ dan shalat qashar, sholat
gerhana dan shalat istisqa’ ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk menjelaskan sholat jama’ dan shalat qashar.
2. Untuk menjelaskan sholat gerhana dan shalat istisqa’.
3. Untuk menjelaskan hikmah disyariatkannya sholat jama’ dan shalat
qashar, sholat gerhana dan shalat istisqa’.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Shalat Jama’ dan Qashar


1. Shalat jama’
a. Pengertian
Shalat jama’ adalah shalat yang dikumpulkan. Maksudnya, ialah
melaksanakan dua shalat wajib dalam satu waktu. Seperti
melaksanakan shalat dzuhur dan shalat ashar di waktu dzuhur dan
melaksanakan shalat magrib dan shalat isya’ bersamaan di waktu
sholat magrib atau melaksanakannya di waktu isya’.
Jadi shalat yang boleh dijama’ adalah semua shalat fardhu kecuali
shalat shubuh. Shalat shubuh harus dilakukan pada waktunya, shalat
subuh tidak boleh dijama’ dengan shalat isya’ atau shalat dhuhur.1
b. Hukum shalat jama’
Hukumnya sama dengan shalat qashar yaitu boleh, bahkan lebih
baik bagi orang yang sedang dalam perjalan serta dengan syarat-syarat
yang cukup.
c. Jenis shalat jama’
Shalat jama’ terdiri dari dua jenis yakni :
1) Jama’ taqdim adalah mengumpulkan atau menyatukan shalat
dzuhur dan ‘ashar pada waktu dzuhur (shalat ‘ashar dikerjakan
pada waktu shalat dzuhur), dan menyatukan shalat maghrib
dan ‘isya’ pada waktu maghrib (shalat ‘isya’ dikerjakan ada
waktu shalat maghrib).
Contoh niat jama’ taqdim
‫ص ِر َج ْم َع ت َ ْق ِدي ٍْم هللِ تَعَالى‬ ُّ ‫ض ال‬
ٍ ‫ظ ْه ِرأربع َركعَا‬
ْ َ‫ت َمجْ ُم ْوعًا مع الع‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫ص ِلِّي فَ ْر‬
2) Jama Ta’khir adalah mengumpulkan atau menyatukan shalat
‘ashar dan dzuhur pada waktu ‘ashar (shalat dzuhur dikerjakan
pada waktu shalat ‘ashar), dan menyatukan shalat ‘isya’ dan

1
H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2016), hal. 120

6
maghrib pada waktu ‘isya’ (shalat maghrib dikerjakan ada
waktu shalat ‘isya’)
Contoh niat jama’ ta’khir
‫ص ِر َج ْم َع ت َأ ْ ِخي ٍْر ِ ِِّلِ تَعَالَى‬ ُّ ‫ض ال‬
ٍ ‫ظ ْه ِرا َ ْربَ َع َر َكعَا‬
ْ َ‫ت َمجْ ُم ْوعًا َم َع الع‬ َ ‫ص ِلِّى فَ ْر‬
َ ُ‫ا‬
d. Hal-hal diperbolehkannya menjama’ shalat
1) Menjama’ ketika sedang berada di ‘Arafah dan Mudzdalifah
dengan jama’ taqdim.
2) Menjama’ ketika dalam perjalanan. Dengan syarat sebagai berikut :
a) Perjalanan yang memenuhi syarat untuk diperbolehkan mengqashar
shalat.
b) Dikerjakan berturut-turut, yaitu antara shalat satu dengan lainnya
dikerjakan tanpa jeda waktu yang panjang.
c) Tertib, yaitu memulai shalat yang awal terlebih dahulu.
3) Menjama’ shalat ketika sedang hujan deras, turun salju, dan cuaca
sangat dingin. 2
2. Shalat qashar
a. Pengertian
Shalat qashar ialah shalat yang diringkaskan bilangan
rakaatnya, maksudnya diantara shalat fardhu yang mestinya empat
rakaat dijadikan dua rakaat saja. Seperti shalat dhuhur, ashar dan
isya’, sedangkan shalat magrib dan shalat shubuh tidak bisa
diqashar3. Shalat qashar merupakan rukhsah (keringanan) bagi
orang yang bepergian jauh, sehingga tidak ada alasan untuk tidak
mengerjakan shalat.
b. Hukum shalat qashar
Hukum shalat qashar dalam madzhab syafii boleh, bahkan
lebih baik baik bagi orang-orang yang sedang melakukan
perjalanan serta dengan syarat-syarat yang cukup.
c. Syarat sah shalat qashar

2
‘Abdul Qadir Ar-Rahbawi. Fiqih Shalat Empat Madzhab, (Jogjakarta: Hikmah Pustaka), hal.359-
361
3
H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2016), hal. 118

7
1) Bukan perjalanan maksiat (terlarang), seperti pergi haji,
silahturahmi, berniaga, dan lainnya.
2) Berjarak jauh. Sekurang-kurangnya 80,640 km, atau
perjalanan sehari semalam.
3) Shalat yang diqashar itu bukan shalat qada.
4) Berniat mengqashar shalat pada waktu takbiratul ihram.
d. Hal-hal yang mengakibatkan dilarangnya mengqashar shalat
1) Niat melakukan qashar tersebut selama empat hari.
2) Dilarangnya mengqashar shalat ketika sudah kembali dari
musafirnya.
3) Niat kembali dari musafir sebelum selesai perjalanan yang
menyebabkan diperbolehkannya mengqashar shalat.4

Contoh niat sholat qashar

‫ص ًرا ِ ِِّلِ تَعَالَى‬ ُّ ‫ض ال‬


ْ َ‫ظ ْه ِر َر ْكعَتَي ِْن ق‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫ص ِلِّ ْي فَ ْر‬

B. Sholat Gerhana dan Sholat Istisqa’

1. Sholat Gerhana

Sholat dua gerhana disebut juga kusufain, yakni sholat karena gerhana
bulan dan gerhana matahari. Ada dua istilah dalam penamaan gerhana.
Gerhana bulan biasanya disebut juga Khusuf sedangkan gerhana matahari
disebut juga Kusuf.5
Pada dua kejadian alam ini, rosulullah SAW mensyariat kan untuk
melaksanakan sholat. Rosululloh bersabda: “ sesungguhnya matahari dan
bulan merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Dan keduanya tidak
akan mengalami gerhana karena sebab kematian dan kelahiran seseorang.
Jika kalian melihatnya (kedua gerhana) maka berdoalah kepada Allah
SWT. Dan kerjakanlah sholat hingga hilang gerhananya.
a. HUKUM SHOLAT GERHANA

4
Abdul Qadir Ar-Rahbawi. Fiqih Shalat Empat Madzhab, (Jogjakarta: Hikmah Pustaka), hal.356-
568
5
Moh. Rifa’i. Risalah tuntunan Sholat (Semarang : CV. Toha Putra, 2009) 121

8
Secara hukum taklifi sholat gerhana matahari hukumnya
sunnah muakad bagi setiap muslim dan dilakukan secara
berjamaah. Namun, terdapat perbedaan mengenai sholat gerhana
bulan. Ada yang mengatakan dilakukan sendiri-sendiri, dan ada
juga yang mengatakan dilakukan sebagaimana sholat gerhana
matahari.

b. TATACARA SHOLAT GERHANA


1) Bertakbir, membaca doa iftitah, ta’awudz, membaca surat al-
Fatihah, dan membaca surat panjang, seperti al-Baqarah.
2) Ruku’ dengan ruku’ yang panjang.
3) Bangkit dari ruku’ (i’tidal) seraya mengucapkan: sami’allhu
liman hamidah.
4) Tidak sujud (setelah bangkit dari ruku’), akan tetapi
membaca surat al-Fatihah dan surat yang lebih ringan dari
yang pertama.
5) Kemudian ruku’ lagi dengan ruku’ yang panjang, hanya saja
lebih ringan dari ruku’ yang pertama.
6) Bangkit dari ruku’ (i’tidal) seraya mengucapkan: sami’allahu
liman hamidah.
7) Kemudian sujud, lalu duduk antara dua sujud, lalu sujud
lagi.
8) Kemudian berdiri ke raka’at kedua, dan selanjutnya
melakukan seperti yang dilakukan pada raka’at
pertama.dan sesudah itu sunnah pula imam dan khatib
berkhutbah sebagaimana khutbah jumat.

Niat sholat gerhana bulan sebagai berikut:

‫اصلي سنة الخسوف ركعتين هلل تعال‬

Niat sholat gerhana matahari:

‫اصلي سنة الكسوف ركعتىن هلل تعال‬

9
1. SHOLAT ISTISQA’ ( MEMOHON HUJAN)

Sholat istisqa’ adalah sholat sunnah untuk memohon hujan dan


disunnatkan bagi orang-orang yang muqim atau musafir, dikala sangat
menghajatkan air karena tidak ada hujan atau keputusan air dari
sumbernya.
Waktu melaksanakan sholat istisqa’ adalah setiap saat yang
diperbolehkan mengerjakan sholat sunnah6. Dalam sholat istisqa’
dianjurkan untuk mengerjakannya dilapangan dengan mengenakan
pakaian yang telah usang dengan penuh tawadhu’ dan khusyu’.
Cara melaksanakannya iallah :
a. Berdoa saja sembarang tempat dan waktu, dengan suara yang
nyaring atau lemah.
b. Menambah doa istisqa’ pada khutbah jum’at.
c. Dengan sholat dua rakaat yang disertai dengan dua khutbah.
d. Tiga hari sebelum melakukan sholat istisqa’ , imam atau ulama
memerintahkan kaumnya untuk berpuasa selama 3 hari, dan
menganjurkan untuk beramal baik, dan bertaubat terlebih
dahulu.
e. Pada hari ke-4, semua penduduk disuruh keluar dari rumah
bahkan binatang ternak, merekapun ikut serta dikeluarkan ke
tanah lapang untuk melaksanakan sholat istisqa’. ketika keluar
ketanah lapang sebaiknya mengenakan pakaian yang sederhana
dan tidak berhias.
f. Setelah salam, khatib membacakan dua khutbah dan pada
khutbah pertama dimulai dengan membaca istighfar 9 kali dan
pada khutbah kedua dimulai dengan membaca istighfar 7 kali.

Pelaksanaan khutbah pada sholat istisqa’ ini ada sedikit perbedaan dengan
khutbah sholat jum’at, yakni:

a. Khatib disunnatkan memakai selendang.

6
Abdul Qodir Ar-rahbawi, Fikih sholat empat madzhab, Hikam Pustaka (Jogjakarta: 2011) hal 287

10
b. Khutbahnya berisi anjuran supaya beristighfar dan
merendahkan diri kepada allah serta berkeyakinan, bahwa allah
akan mengabulkannya.
c. Ketika berdoa, hendaknya mengangkat kedua tangan lebih
tinggi hingga terbbuka antara lengan dan badannya.
d. Pada khutbah yang kedua, dikala berdo’a hendaknya khatib
khatib menghadap ke kiblat. Dalam berdoa hendaknya khatib
berdoa denngan suara ynag lemah menurut tekanan irama
memohon.
e. Ketika berpaling ke kiblat khatib hendaknya merubah
selendangnya yang kanan ke kiri dan yang atas ke bawah.

C. Hikmah disyariatkannya sholat jama’ dan shalat qashar, sholat gerhana


dan shalat istisqa’

1. Hikmah Disyariatkan Sholat Qasar atau Jama’:

a. Meringan/memudahkan umat Islam utk menunaikan solat dalam


perjalanan.
b. Tanda kasih sayang Allah kepada manusia.
c. Supaya solat fardhu dapat dilaksanakan dlm apa kedaan sekalipun.
d. Menggalakkan umat Islam bermusafir/melancong/ziarah-
menziarahi bagi menambahkan keimanan dan mengeratkan tali
persaudaraan7.

2. Hikmah Sholat Istisqo’:

a. Kita akan merasakan bahwa nikmat anugrah hujan dari Allah


karena sebelumnya susah mencari air.
b. Allah mensyariatkan sholat istisqo’ kepada hamba Nya, guna
mengharap rahmat dan pertolongan dengan menururunkan hujan
sebagai sumber kehidupan.

7
Feqah,sholat jama’ dan qosor, diakses dari
http://www.tayibah.com/eIslam/solat_jamak_dan_qasar.php.

11
3. Hikmah Sholat Gerhana adalah :

a. Sebagai satu tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah.


b. Untuk mengingatkan manusia agarkembali kepada Allah dengan
berhenti berbuat maksiat dan mengisi hidupnya dengan amal
sholeh.
c. Keberadaan matahari merupakan benda yang tidak berhak
disembah dan ada dzat lain yang berhak untuk disembah yaitu
Allah SWT yang mengatur matahari, bulan, dan alam semesta.
d. Sebagai pemisalan terhadap hal yang akan terjadi pada hari kiamat
bahwa hal itu mudah bagi Allah saw.
e. Menunjukkan kekuasaan Allah untuk menimpakan hukuman
kepada orang-orangyang kufur dan durhaka kepadannnya8.

8
Nu Online, Hikmah Yang Bisa Di Petik Dari Peristiwa Gerhana , diakses dari
http://www.nu.or.id/post/read/66397/hikmah-yang-bisa-dipetik-dari-peristiwa-gehana.

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Shalat jama’ adalah shalat yang dikumpulkan. Maksudnya, ialah


melaksanakan dua shalat wajib dalam satu waktu. Jadi shalat yang boleh dijama’
adalah semua shalat fardhu kecuali shalat shubuh. Shalat shubuh harus dilakukan
pada waktunya, shalat subuh tidak boleh dijama’ dengan shalat isya’ atau shalat
dhuhur. Shalat qashar ialah shalat yang diringkaskan bilangan rakaatnya,
maksudnya diantara shalat fardhu yang mestinya empat rakaat dijadikan dua
rakaat saja. Hukum shalat qashar dalam madzhab syafii boleh, bahkan lebih baik
baik bagi orang-orang yang sedang melakukan perjalanan serta dengan syarat-
syarat yang cukup.

Sholat dua gerhana disebut juga kusufain, yakni sholat karena gerhana
bulan dan gerhana matahari. Ada dua istilah dalam penamaan gerhana. Gerhana
bulan biasanya disebut juga Khusuf sedangkan gerhana matahari disebut juga
Kusuf. Secara hukum taklifi sholat gerhana matahari hukumnya sunnah muakad
bagi setiap muslim dan dilakukan secara berjamaah. Namun, terdapat perbedaan
mengenai sholat gerhana bulan. Ada yang mengatakan dilakukan sendiri-sendiri,
dan ada juga yang mengatakan dilakukan sebagaimana sholat gerhana matahari.
Sholat istisqa’ adalah sholat sunnah untuk memohon hujan dan disunnatkan bagi
orang-orang yang muqim atau musafir, dikala sangat menghajatkan air karena
tidak ada hujan atau keputusan air dari sumbernya. Waktu melaksanakan sholat
istisqa’ adalah setiap saat yang diperbolehkan mengerjakan sholat sunnah.

Hikmah disyariatkannya sholat sholat tersebut adalah bahwasannya islma


itu mempermudah umatnya untuk melakukan sholat seperti dapat menjamak dan
mengqoshor sholat, lalu allah SWT punya cara sendiri agar umatnya mengingat
kuasanya dengan cara kita sebagai umat islam dapat melakukan sholat gerhana
dan dapat meminta pertolongan dikala air hujan tidak pernah turun dengan cara
sholat istisqa’.

13
DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai