Anda di halaman 1dari 8

- Bahan Ajar Mata Kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia -

HEAT TREATMENT (HT)

Heat Treatment (HT) atau perlakuan panas adalah suatu metode yang digunakan
untuk mengubah sifat fisik, dan kadang-kadang sifat kimia dari suatu material. Aplikasi yang
paling umum adalah untuk material logam walaupun perlakuan panas juga digunakan dalam
pembuatan berbagai materi lain, seperti kaca. Secara umum perlakuan panas adalah

memanaskan atau mendinginkan material, biasanya dalam suhu ekstrem, untuk mencapai
hasil yang diinginkan seperti pengerasan atau pelunakan material. Yang termasuk Teknik
Perlakuan Panas adalah annealing, case hardening, precipitation Strengthening, Tempering
dan quenching. Perlu dicatat bahwa walaupun perlakuan panas sengaja dilakukan untuk
untuk tujuan mengubah sifat secara khusus, di mana pemanasan dan pendinginan dilakukan
untuk tujuan mengubah sifat, pemanasan dan pendinginan sering terjadi secara kebetulan
selama proses manufaktur lain seperti pembentukan panas (Hot forming) atau Pengelasan.
Material logam terdiri dari struktur mikro berupa kristal-kristal kecil yang disebut
"butir" atau kristalit. Sifat butir (yaitu ukuran butir dan komposisi) adalah salah satu faktor
paling penting yang dapat menentukan sifat mekanis logam secara keseluruhan. Perlakuan
panas menyediakan cara yang efisien untuk memanipulasi sifat dari logam dengan
mengendalikan laju difusi, dan tingkat pendinginan dalam struktur mikro tersebut.
Proses perlakuan panas yang Kompleks sering dijadwalkan oleh Ahli logam
(metallurgists) untuk mengoptimalkan sifat mekanis dari Logam paduan. Dalam Industri
antariksa (aerospace), logam paduan super (superalloy) mungkin mengalami lebih dari lima
macam panas temperatur yang berbeda untuk mengembangkan sifat yang diinginkan. Hal ini
dapat mengakibatkan masalah kualitas tergantung pada akurasi kontrol suhu tungku dan
penanda waktu (timer).

A. HEAT T RE ATM EN BAJA


Baja tempa, umumnya masih agak lemah, kekuatannya rendah. Dapat diperkuat dengan
jalan hardening process (proses pengerasan).

Tahapan dari hardening process baja adalah:


(1) Heating Process . Benda kerja (bk) dimasukkan ke dalam dapur pemanas listrik/gas
(furnace/tanur) dan dipanaskan hingga temperature yang diinginkan (misalnya 870oC).
(2) S oaki ng Proces s . Benda kerja ditahan pada suhu tersebut selama beberapa menit
(atau sesuai kebutuhan), agar panas merata ke seluruh bk. Biasanya, lama soaking
tergantung ukuran rata-rata ketebalan bk, sehingga semakin tebal/besar ukurannya,
semakin lama soaking time-nya.

© 2012 - Irfan Purnawan, ST, MChemEng


Jurusan Teknik Kimia - Universitas Muhammadiyah Jakarta
H al 1 dari 8
- Bahan Ajar Mata Kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia -

(3) Quenching Process . Setelah tercapai pemerataan suhu, bk dikeluarkan dari furnace
(dengan alat khusus yang tahan suhu tinggi), dan langsung dicelupkan ke dalam media
pendingin (pengejutan). Sebagai media kejut, bisa digunakan:
- Oli encer (misalkan SAE 10-20, oli bekas pakai)
- Air pada suhu ruang (25-30 oC)
- Air pada suhu dingin (10-15 oC)
- Air ditambah garam (10% NaCl)

Proses pengejutan dilakukan singkat sambil digoyang agar merata sehingga bk cepat
dingin dan tidak terjadi panas local o
( verheating) pada media kejut di sekitar tempat
pengejutan.
Setelah bk cukup dingin, dikeluarkan dari media kejut dan diletakkan pada tempat
penampung yang sesuai, kemudian dibiarkan hingga dingin.
Setelah dingin, dibersihkan dari oli/media kejut dan dilakukan uji kekerasan.
Setelah uji kekerasan, jika harga kekerasan lebih tinggi daripada kekerasan yang diperlukan,
maka segera dilakukan tempering atas benda tersebut sehingga bisa sedikit melunak dan
mencapai harga kekerasan yang diperlukan. Sebaliknya, bila karena suatu kesalahan saat
hardening sehingga kekerasan belum tercapai (di bawah standar kekerasan yang diminta),
maka harus dilakukan rehardening (hardening ulang).

Tempering , dilakukan dengan cara:


- Pemanasan bk pada suhu rendah, ± 150-200 oC selama 2-8 jam (ketentuan suhu dan
waktu tempering, tergantung ukuran ketebalan bk dan melalui percobaan)
- Pemanasan bk pada suhu tinggi, ± 250-350 oC selama 30-60 menit (ketentuan suhu dan
waktu tempering, tergantung ukuran ketebalan bk dan melalui percobaan

Rehardening (hardening ulang), dilakukan dengan cara:


- Normalisasi
a. Pemanasan bk pada suhu lebih tinggi (heating )
b. Ditahan pada suhu tersebut selama beberapa menit (s oaking )
c. Dikeluarkan dari furnace dan dibiarkan dingin secara perlahan hingga suhu ruang
(cooling )
- Rehardening (pengerasanulang, dengan cara yang sama dengan hardening)
a. Pemanasan bk pada suhu lebih tinggi (heating )
b. Ditahan lebih lama pada suhu tersebut selama beberapa menit (s oaki ng )
c. Dikeluarkan dari furnace dan langsung dicelupkan ke media pendingin q
( uenching )
Catatan: Untuk menentukan suhu heating, soaking, normalizing maupun
annealing/tempering, harus dilihat pada Diagram Fe-C. Dengan mengetahui kadar C-nya,
maka dapat dengan mudah dilihat berapa suhu masing-masing proses yang harus diambil.

© 2012 - Irfan Purnawan, ST, MChemEng


Jurusan Teknik Kimia - Universitas Muhammadiyah Jakarta
H al 2 dari 8
- Bahan Ajar Mata Kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia -

B. HEAT T RE ATM EN DURALUMIN


Pengerasan duralumin dengan pemanasan bk dilakukan dalam 2 jenis alat pemanasan:
- Lelehan KNO3/NaNO3 (perbandingan 1:1) dalam bak pemanas dengan electrical heater
yang telah dilengkapi denganthermocouple.
- Electric Furnace yang dilengkapi dengan kipas untuk sirkulasi udara danthermocouple
(biasanya terdiri dari Fe-constantan atau Nichrom-Nikel)

Tahapan dari hardening process duralumin adalah:


(1) Heating Process . Benda kerja (bk) dimasukkan ke dalam dapur pemanas listrik/gas
(furnace/tanur) dan dipanaskan hingga temperature yang diinginkan (515 ± 5oC).
(2) S oaki ng Proces s . Benda kerja ditahan pada suhu tersebut selama beberapa menit
(atau sesuai kebutuhan), agar panas merata ke seluruh bk. Biasanya, lama soaking
tergantung ukuran rata-rata ketebalan bk, sehingga semakin tebal/besar ukurannya,
semakin lama soaking time-nya. Selama pemanasan, udara dalam electric furnace
selalu diputar dengan menggunakan kipas yang ada (terpasang).
(3) Quenching Process . Setelah tercapai pemerataan suhu, bk dikeluarkan dari furnace
(dengan alat khusus yang tahan suhu tinggi), dan langsung dicelupkan ke dalam media
pendingin (pengejutan).
(4) A g ing Proces s . Setelah pengejutan, bk didinginkan di udara terbuka untuk dilakukan

aging (penuaan). Maksud dari proses aging ini adalah kurang lebih sama dengan proses
tempering, yaitu untuk memperbaiki struktur Kristal, sekaligus mengurangi/menurunkan
kekerasannya. Ada 2 jenisaging, yaitu:
a. A rtifici al A g ing , dilakukan dalam furnace pada suhu tertentu untuk waktu tertentu
(misalnya pada 150 oC selama 3 jam, atau pada 250 oC selama 1,5 jam). Selesai
pemanasan dalam furnace, dikeluarkan agar dingin dan dapat langsung dipakai.
Zero A g ing (Artificial aging pada suhu rendah), dilakukan pendinginan pada suhu < 0
o
C untuk waktu yang cukup lama. Tujuannya adalah untuk menghambat proses
rekristalisasi. Proses ini bukan merupakan prosesartificial aging yang sebenarnya
dan biasanya dilakukan padarivet duralumin jenis/tipe tertentu.
b. Natural A g ing , dilakukkan dalam udara terbuka (suhu ruang) selama minimal 3x24
jam. Pada proses natural aging ini, benda kerja dapat diperbaiki bentuknya
menggunakan cetakan aslinya dengan sedikit pukulan ringan.

C. CARA PENENTUAN SUHU HEAT TRE ATM ENT BAJA


Untuk menentukan berapa suhu yang harus diambil, mula-mula harus
diketahui diketahui proses apa yang berlangsung, apakah annealing, normalizing,
quenching atau forging.

© 2012 - Irfan Purnawan, ST, MChemEng


Jurusan Teknik Kimia - Universitas Muhammadiyah Jakarta
H al 3 dari 8
- Bahan Ajar Mata Kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia -

(1) Annealing: proses penurunan kekerasan/stress releafing dari logam (baja)


secara total
(2) Normalizing: proses untuk memperbaiki susunan kristal (baja) sebelum dilakukan
rehardening (pengerasan ulang)
(3) Quenching: proses penndinginan secara tiba-tiba (kejut) pada baja yang sudah
dilakukan proses pengerasan dengan pemanasan hingga suhu tertentu.
(4) Forging: proses pengecoran baja pada kondisi cair ke dalam cetakan (pasir dsb)
Bila sudah diketahui proses apa yang berlangsung, maka suhu dapat
ditentukan dengan bantuan diagram Fe-C. Untuk itu, perlu diketahui komposisi kimia
dari baja, khususnya kadar karbon dalam baja. Dengan plotting pada diagram Fe-C,
dapat dicari suhu yang sesuai dengan proses. Misalnya:
a. Baja dengan kadar C = 0,5 %, maka suhu hardening (proses pemanasan)
sebelum bk dikejutkan di dalam oil bath, adalah ± 1510 oF atau sekitar 821 oC.
b. Baja dengan kadar C = 0,35 % (misalkan SAE 4135), karena salah proses
pengerasannya, kekerasan tidak tercapai, sehingga dilakukan hardening ulang.
Sebelumnya bk perlu dinormalkan kembali dengan pemanasan pada suhu ±
1700 oF, atau sekitar ± 927 oC.

D. CAS E HARDENIN G
Proses pengerasan permukaan luar baja sampai kekerasan tertentu, tetapi
tidak sampai mengeraskan bagian dalam baja tersebut. Ketebalan bagian
permukaan yang dikeraskan ± 15 µ.
(1) Carburizing , proses pengerasan permukaan baja oleh atom-atom C dari sumber
C aktif.
(2) Nitriding , proses pengerasan permukaan baja oleh atom-atom N dari sumber
gas Nitrogen atau NH3.
(3) Cyaniding , proses pengerasan permukaan baja oleh atom-atom C dan N
bersama-sama dengan sumber C dan N dari garam Cyanida.

© 2012 - Irfan Purnawan, ST, MChemEng


Jurusan Teknik Kimia - Universitas Muhammadiyah Jakarta
H al 4 dari 8
- Bahan Ajar Mata Kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia -

PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN KUALITAS LOGAM

Pengujian bahan bertujuan mengetahui sifat-sifat mekanik bahan atau cacat pada
bahan/produk, sehingga pemilihan bahan dapat dilakukan dengan tepat untuk suatu
keperluan.
Cara pengujian bahan dibagi dalam dua kelompok yaitu pengujian dengan merusak

(destructive test) dan pengujian tanpa merusak (non destructive test). Pengujian dengan
merusak dilakukan dengan cara pembebanan/penekanan terhadap benda uji sampai rusak,
dari pengujian ini akan diperoleh informasi tentang kekuatan dan sifat mekanik bahan.
Sementara, pengujian tanpa merusak dilakukan dengan cara memberi perlakuan tertentu
terhadap bahan uji atau produk jadi sehinga diketahui adanya cacat pada benda uji/produk
tsb, baik berupa retak, rongga dan lain-lain.

Pengujian dengan merusak (destructive test) terdiri dari:


1. Pengujian Kekerasan (Hardness Test)
2. Pengujian Tarik (Tensile Test)
3. Pengujian Lentur/Bengkok (Bending Test)
4. Pengujian Pukul (Impact Test)
5. Pengujian Puntir (Torsion Test)
6. Pengujian Tekan (Compressed Test)
7. Pengujian Lelah (Fatigue Test)

Pengujian tanpa merusak (non destruktive test) terdiri dari:


1. Dye Penetrant Test
2. Fluoresence Penetrant Test
3. Electro Magnetic Test
4. Eddy Current Crack Test
5. Ultrasonic Test
6. Radiography (Sinar-X dan Sinar- )

Pengujian Bahan untuk mengetahui struktur mikro dan komposisi bahan dilakukan
dengan cara Metalografis dan Spectrograf. Pengujian tersebut di atas memerlukan piranti
keras maupun piranti lunak yang baku dan terstandar, sehingga hasil pengujian dapat
diterima berbagai kalangan dan dapat dijadikan acuan sebagai data dalam perancangan
sistem maupun produk.

© 2012 - Irfan Purnawan, ST, MChemEng


Jurusan Teknik Kimia - Universitas Muhammadiyah Jakarta
H al 5 dari 8
- Bahan Ajar Mata Kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia -

SIFAT-SIFAT MEKANIK BAHAN LOGAM


Sifat-sifat mekanik bahan sangat dipengaruhi oleh jenis dan komposisi bahan logam
serta perlakuan terhadap bahan tersebut. Sifat sifat mekanik logam terebut antara lain, keras
(hardness), Liat (ductile), lunak (malleable), tangguh (toughness).
Bahan logam dikatakan keras apabila memiliki ketahanan terhadap penetrasi
trahadap logam lain atau bahan pembanding standar (sebagai contoh bahan pembanding
adalah intan), atau memiliki kemampuan melakukan penetrasi terhadap logam lain (contoh

baja HSS atau HCS, baja karbida). Bahan Logam dikatakan Liat apabila memiliki
kemampuan dibentuk dengan proses penarikan dingin tanpa putus (contoh tembaga). Bahan
logam dikatakan lunak apabila mampu dibentuk dengan proses penekanan dingin tanpa
pecah/retak (contoh timah). Bahan logam dikatakan tangguh apabila mampu menahan
pembebanan gabungan dan berulang dalam rentang waktu tertentu tanpa rusak. Sifat-sifat
mekanik tersebut dapat dirubah apabila kita merubah komposisi bahan tersebut atau
memberikan perlakuan panas terhadap bahan tersebut. Bila dikaitkan dengan proses
produksi, maka sifat bahan bisa dikategorikan mampu mesin (machineability) atau tidak
mampu mesin, serta mampu bentuk atau tidak mampu bentuk. Apabila bahan dapat
dikerjakan dengan mudah pada mesin konvensional (mesin produksi yang mamakai alat
potong dan menghasilkan tatal), disebut mampu mesin. Logam mampu bentuk apabila dapat
dibentuk dengan proses penekanan tanpa retak atau pecah.
Sifat-sifat bahan logam tersebut di atas dapat diketahui dengan cara melakukan
pengujian-pengujian bahan yang akan dibahas berikut ini.

A. PENGUJIAN MERUSAK (Des tructive Te s t)


1) Pengujian Kekerasan (Hardnes s Test )
Kekerasan adalah kemampuan bahan menahan penetrasi/penusukan/goresan dari
bahan lainya (biasanya bahan pembanding standar, contoh: intan), sampai terjadi
deformasi tetap.
Skala Mohs
Mohs telah menetapkan urutan skala kekerasan beberapa bahan sebagai berikut:
Bahan Skala kekerasan Bahan Skala kekerasan

Grafit
Talk 1 0,51 Spaat Kwarsa 6 7
Kapur Batu 2 Topaz 8
Kapur 3 Baja dikeraskan Kira-kira 8
Spaat lumer 4 Korundum 9
Apatit 5 Intan 10
Baja Lunak Kira-kira 6
Daftar di atas menunjukan bahwa Intan merupakan bahan paling keras dengan
skala kekerasan 10, artinya intan mampu melukai/menggores bahan lainya secara

© 2012 - Irfan Purnawan, ST, MChemEng


Jurusan Teknik Kimia - Universitas Muhammadiyah Jakarta
H al 6 dari 8
- Bahan Ajar Mata Kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia -

permanen. Jadi bahan dengan skla kekerasan tinggi mampu melakukan penetrasi
terhadap bahan lainya dengan skala kekerasan lebih rendah.
Uji kekerasan dapat dilakukan dengan berbagai alat uji kekerasan ( Hardness
Tester), seperti Brinell Hardness Tester (BHT), Rockwell Hardness Tester (RHT),
Vickers Hardness Tester (VHT), Shore Durometer Hardness Tester (SDHT),
Scleroscope Hardness Tester (SHT), Webster Hardness Tester (WHT) dan Barcol
Hardness Tester (BaHT).

a) Brinell Hardness Tester(BHT)


Pengujian kekerasan Brinell dilaksanakan oleh alat uji Brinell, dengan
memakai penetrator (identor) bola baja yang dikeraskan. Bola baja tersebut ditekan
terhadap benda uji dengan beban standar, sampai menimbulkan bekas/tapak
penekanan yang tetap. Ukuran kekerasan Brinell dihitung dengan cara beban yang
diberikan dibagi luas tapak tekan.
Kekerasan Brinell (Brinell Hardness Number/BHN), dengan satuan Kg/mm2 AP
Dimana P = Beban (Kg) dan A = Luas tapak tekan (mm2)
Pengujian Brinell diperuntukan menguji bahan-bahan logam lunak, non ferro
atau baja lunak /mild steel, jangan dipakai untuk logam keras (di atas 400 BHN)
sebab akan merusak identor.
Untuk menghasilkan pengujian yang akurat, harus tepat dalam memilih identor dan
pembebanan serta memperhatikan syarat syarat tertentu. Pemilihan Identor
terhadap tebal benda uji terlihat pada table berikut:
Tebal Benda uji Diameter Identor
36–mm 2,5 mm
610– mm 5 mm
Lebih 10 mm 10 mm

Penentuan beban penekanan terhadap jenis bahan yang diuji dan waktu
pembebanan.
Bahan benda uji Beban ( Kg) Waktu
Baja Lunak P = 30 D2 15 detik
Logam non Ferro dan paduannya P = 5 D2 30 detik
Logam Lunak (Timah) P = 2,5 D2 100 detik

Dari proses penekanan akan dihasilkan tapak tekan pada permukaan benda
uji, tapak tekan tersebut diproyeksikan pada layar mesin dengan perbesaran 10 kali
sampai 50 kali, diameter tapak tekan kemudian diukur pada layar dengan memakai
alat ukur dengan skala yang sesuai. Pengukuran dilakukan sampai tapak tekan
membekas dengan permanen. Selanjutnya dihitung luas tapak tekan dengan
rumus:

© 2012 - Irfan Purnawan, ST, MChemEng


Jurusan Teknik Kimia - Universitas Muhammadiyah Jakarta
H al 7 dari 8
- Bahan Ajar Mata Kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia -

         


   (√ 
   )  
Contoh penulisan Hasilnya ditulis: BHN 10/3000/15 = 300
Artinya: BHN = Brinell Hardness Number
10 = Diameter Bola Baja Identor 10 mm
3000 = Beban 3000 Kg
15 = Penahanan Beban 15 detik
Hal yang harus diperhatikan agar pengujian akurat
o Benda uji dipersiapkan dengan baik, permukaannya harus halus, rata, sejajar
dan terbebas dari kotoran.
o Pemilihan bola baja, Beban dan tebal benda uji harus sesuaiWaktu
Pembebanan harus sesuai
o Pengujian lebih dari 3 kali penekanan, jarak penekanan satu dengan lainya
harus lebih besar dari 1,5 diameter Identor
o Pengukuran tapak tekan harus cermat.
Temuan empirik berlaku khusus untuk baja lunak: terdapat hubungan Kekuatan

Tarik dan kekerasan Brinell; = 0,35 BHN


b) Rockwell Hardness Tester (RHT)
c) Vickers Hardness Tester(VHT)
d) Shore Durometer Hardness Tester(SDHT)
e) Scleroscope Hardness Tester (SHT)
f) Webster Hardness Tester (WHT)
g) Barcol Hardness Tester(BaHT).

© 2012 - Irfan Purnawan, ST, MChemEng


Jurusan Teknik Kimia - Universitas Muhammadiyah Jakarta
H al 8 dari 8

Anda mungkin juga menyukai