Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH SISTEM INFORMASI AGROINDUSTRI

CABAI MERAH

Disusun oleh :

1. Elis Rahmawati Mar’atus S (D41140008)

2. M. Fadhil Fahrezi (D41140021)

3. Ratna Candra Andika (D41140105)

4. Dian Sukamti (D41140244)

5. Anis Isnaeni (D41140263)

6. Nila Afila (D41140265)

7. Zulmy Akbar Septian (D41140294)

8. Fredy Budianto (D41140382)

9. Novia Kusuma Wardani (D41140401)

10. Sofiatul Wardah (D41140406)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGROINDUSTRI

JURUSAN MANAJEMEN AGRIBISNIS

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2017
BAHAN BAKU

1. Sumber bahan
Bahan baku cabai merah atau Capsicum annum L. Di wilayah Jember
berasal dari berbagai sumber yang menyediakan bahan, diantaranya :
a. Petani, sumber utama bahan baku cabai berasal dari petani cabai di
Kabupaten Jember. Harga yang ditawarkan oleh petani biasanya lebih
murah daripada pasar. Hal ini karena petani merupakan sumber utama
bahan baku. Petani di wilayah Jember berasal dari berbagai daerah
seperti Balung, Puger, Panti, Sumbersari, dan wilayah-wilayah lainnya.
b. Pengepul, pengepul adalah sumber kedua bahan baku cabai, pengepul
mengambil bahan baku cabai dari petani secara langsung, sehingga
harga cabai di pengepul lebih mahal daripada petani.
c. Pemasok, pemasok cabai merupakan sumber bahan yang sangat dekat
dengan pasar, pemasok lebih fokus menyalurkan bahan baku cabai
merah kepada pasar atau produsen yang memproduksi produk berbahan
baku cabai merah.
d. Pasar, pasar merupakan sumber terakhir bahan baku cabai merah, pasar
sendiri terdiri dari pasar tradisional dan pasar modern. Harga yang
ditawarkan oleh pasar tradisional biasanya lebih murah darupada pasar
modern seperti supermarket atau swalayan. Hal ini disebabkan karena
perbedaan kualiatas yang cukup tinggi. Namun demikian, harga yang
menjadi patokan adalah harga pasar secara nasional atau keseluruhan
yang biasanya dilihat dari harga pasar tradisional.

2. Tingkat Produksi
Setiap daerah di Kabupaten Jember memiliki tingkat produksi cabai
merah atau Capsicum annum L. yang berbeda dikarenakan beberapa
faktor, salah satunya seperti luas panen. Berikut data tingkat produksi
bahan baku cabai merah di setiap daerah :

No. Kecamatan Luas Panen Tingkat Produktivitas


(Ha) (Kw/Ha)
Produksi
(Kw.)
1. Kencong 10 801 80,10
2. Gumukmas 505 100.441 198,89
3. Puger 140 9.735 69,54
4. Wuluhan 297 21.207 71,40
5. Ambulu 62 5.382 86,81
6. Tempurejo 48 16.300 33,96
7. Silo 31 2.787 89,90
8. Mayang 110 4.238 38,53
9. Mumbulsari 8 176 22,00
10. Jenggawah 16 194 12,13
11. Ajung 12 1.079 89,92
12. Rambipuji 25 11.425 457,00
13. Balung 42 7.100 169,05
14. Umbulsari 5 603 120,60
15. Semboro 6 191 31,83
16. Jombang 4 402 100,50
17. Sumberbaru 4 714 178,50
18. Tanggul 11 1.155 105,00
19. Panti 6 141 23,50
20. Sukorambi 2 305 152,50
21. Arjasa 89 12.354 138,81
22. Pakusari 34 1.936 56,94
23. Kalisat 1.237 64.724 52,32
24. Ledokombo 541 13.763 25,44
25. Sumberjambe 74 5.286 71,43
26. Sukowono 244 30.026 123,06
27. Jelbuk 312 5.679 18,20
28. Sumbersari 10 1.570 157,00
29. Patrang 5 1.401 28,00
Data: jemberkab.bps.go.id
3. Harga Bahan
Harga bahan baku cabai merah di Kabupaten Jember cenderung mengikuti harga
nasional yaitu harga rata-rata bahan baku cabai merah di negara Indonesia. Harga yang
ditetapkan untuk cabai merah di Kabupaten tidak terlampau jauh dengan harga nasional.
Adapun harga cabai merah pada tahun 2017 di Kabupaten Jember mengalami kenaikan
mulai bulan Januari hingga bulan Juni. Berikut harga cabai merah di Kabupaten Jember :
Bulan (2017) Harga rata-rata per Kg (Rp.)
Januari 30.000
Februari 30.000
Maret 35.000
April 40.000
Mei 42.500
Juni 45.000
Juli 35.000
Agustus 25.000
September 25.000
Oktober 30.000
November 30.000
December -
Data : outlook cabai 2017

4. Daerah Penghasil
Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah penghasil bahan
baku agroindustri berupa cabai merah atau Capsicum annum L. Terdapat
beberapa daerah yang menghasilkan bahan baku cabai rawit di Kabupaten Jember. Berikut
data daerah penghasil bahan baku cabai rawit :
No. Kecamatan No. Kecamatan
1. Kencong 16. Jombang
2. Gumukmas 17. Sumberbaru
3. Puger 18. Tanggul
4. Wuluhan 19. Panti
5. Ambulu 20. Sukorambi
6. Tempurejo 21. Arjasa
7. Silo 22. Pakusari
8. Mayang 23. Kalisat
9. Mumbulsari 24. Ledokombo
10. Jenggawah 25. Sumberjambe
11. Ajung 26. Sukowono
12. Rambipuji 27. Jelbuk
13. Balung 28. Sumbersari
14. Umbulsari 29. Patrang
15. Semboro
Data: jemberkab.bps.go.id

5. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Merah dalam Budidaya Tanaman Cabai


a. Iklim
Suhu berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, demikian juga
terhadap tanaman cabai. Suhu yang ideal untuk budidaya cabai
o 0 0
adalah 24-28 C. Pada suhu tertentu seperti 15 C dan lebih dari 32
C akan menghasilkan buah cabai yang kurang baik. Pertumbuhan akan
terhambat jika suhu harian di areal budidaya terlalu dingin. (Tjahjadi,
1991) mengatakan bahwa tanaman cabai dapat tumbuh pada musim
kemarau apabila dengan pengairan yang cukup dan teratur. Iklim yang
dikehendaki untuk pertumbuhannya antara lain:
- Sinar Matahari, Penyinaran yang dibutuhkan adalah penyinaran
secara penuh, bila penyinaran tidak penuh pertumbuhan tanaman
tidak akan normal.
- Curah Hujan, Walaupun tanaman cabai tumbuh baik di musim
kemarau tetapi juga memerlukan pengairan yang cukup. Adapun
curah hujan yang dikehendaki yaitu 800-2000 mm/tahun.
- Suhu dan Kelembaban, Tinggi rendahnya suhu sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Adapun suhu yang cocok untuk
0 0 0
pertumbuhannya adalah siang hari 21 C-28 C, malam hari 13 C-
0
16 C, untuk kelembaban tanaman 80%.
- Angin, Angin yang cocok untuk tanaman cabai adalah angin sepoi-
sepoi, angin berfungsi menyediakan gas CO2 yang dibutuhkannya.
b. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat untuk penanaman cabai adalah dibawah 1400
m dpl. Berarti cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai
dataran tinggi (1400 m dpl). Di daerah dataran tinggi tanaman cabai
dapat tumbuh, tetapi tidak mampu berproduksi secara maksimal.
c. Tanah
Cabai sangat sesuai ditanam pada tanah yang datar. Dapat
juga ditanam pada lereng-lereng gunung atau bukit. Tetapi
o
kelerengan lahan tanah untuk cabai adalah antara 0-10 . Tanaman
cabai juga dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada berbagai
jenis tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat (Harpenas,
2010).
Pertumbuhan tanaman cabai akan optimum jika ditanam pada
tanah dengan pH 6-7. Tanah yang gembur, subur, dan banyak
mengandung humus (bahan organik) sangat disukai (Sunaryono dan
Rismunandar, 1984). Sedangkan menurut (Tjahjadi, 1991) tanaman
cabai dapat tum buh disegala macam tanah, akan tetapi tanah yang
cocok adalah tanah yang mengandung unsur-unsur pokok yaitu unsur
N dan K, tanaman cabai tidak suka dengan air yang menggenang.

6. Kriteria Mutu untuk Cabai Merah Segar dan Keriting menurut SNI No.
01—4480—1998
a. Memiliki keseragaman warna
Warna merupakan kualitas fisik utama yang sangat menentukan
harga. Sebelum mengambil keputusan untuk membeli cabai, konsumen
akan mengamati warna. Warna yang merah menyala akan
meningkatkan ketertarikan konsumen untuk membeli. Selain warna
yang merah cerah, keseragaman juga merupakan hal yang sangat
penting. Dengan demikian, keseragaman warna dimasukkan dalam
persyaratan mutu cabai merah segar.
b. Memiliki keseragaman bentuk
Secara logis, konsumen juga akan lebih tertarik pada produk yang
memiliki keseragaman bentuk. Dengan demikian, keseragaman bentuk
merupakan salah satu prasyarat mutu cabai. Dalam dokumen mutu SNI
No. 01—4480—1998 dipersyaratkan cabai kualitas I harus memiliki
keseragaman di atas 98%, sedangkan untuk memenuhi standar mutu II
dan III dipersyaratkan cabai memiliki keseragaman bentuk lebih dari
96% dan 95%.
c. Keseragaman ukuran
Standar mutu prima juga dicirikan dengan adanya keseragaman
ukuran. Keseragaman ukuran ini meliputi ukuran panjang buah dan
garis tengah pangkal. Ukuran panjang cabai untuk dapat dikatakan
memenuhi standar prima (mutu I) adalah lebih dari 12 cm (12—17 cm)
dengan garis pangkal 1,3—1,5 cm. Mutu II dicirikan dengan ukuran
panjang buah 10— 12 cm dan garis tengah pangkal 1,0—1,3 cm;
sedangkan mutu III dicirikan dengan ukuran panjang buah <10 cm dan
garis tengah pangkal <1,0 cm.
d. Kadar kotoran
Saat menjual ke konsumen, cabai keriting kualitas premium harus
bebas dari cemaran kotoran atau benda-benda asing. Kadar kotoran
yang dipersyaratkan untuk dipenuhi agar dapat disebut berkualitas
mutu I (prima) adalah kurang dari 1%. Sementara itu, untuk mutu II dan
mutu III masih dapat ditoleransi keberadaan kotoran atau benda asing
sebanyak 2—5%.
e. Tingkat kerusakan dan busuk buah
Tingkat kerusakan dan busuk buah sangat berpengaruh terhadap
kualitas cabai. Agar disebut kualitas prima, standar yang harus dicapai
untuk mutu I adalah tidak adanya kerusakan dan busuk pada buah
(0%). Jika ada kerusakan sebesar 1—2 % maka masih dapat
memenuhi kriteria mutu III. Jika kerusakan sudah lebih dair 2% maka
dapat dikatakan tidak bermutu karena tidak mencapai standar

7. Bahan Pembantu
Bahan-bahan pembantu yang diperlukan dalam pembuatan produk
berbahan dasar cabai adalah sebagai berikut:
- Bahan pembantu produk Abon Cabai:
1. Cabai merah keriting 1 Kg
2. Cabai rawit 00,5 Kg
3. Bawang putih 20 siung
4. Bawang merah 10 siung
5. Gula pasir 2 sdm
6. Garam secukupnya/ sesuai selera
7. Penyedap jika suka
- Bahan pembantu produk Pasta Cabai:
1. Cabe bubuk 11,5 sdm
2. Kecap asin 1.5 sdm
3. Tepung ketan 0,5 sdm
4. Air 1 sdm
5. Gula secukupnya
6. Garam secukupnya
- Bahan pembantu produk Bubuk Cabai dan Tepung Cabai:
1. Buah cabai
2. Air
3. Natrium
4. Mtabisulfit
- Bahan pembantu produk Manisan Cabai:
1. Cabai merah 500 g
2. Gula pasir 750 g
3. Garam 5 g
4. Kapur sirih 5 g
5. Asam sitrat 5 g
- Bahan pembantu Sambal Cabai:
1. 10 cabai merah
2. 8 butir bawang merah
3. 2 siung bawang putih
4. 2 helai daun jeruk
5. 1 buah tomat
6. Garam 0,5 sdt
7. Gula 0,5 sdt
8. Minyak goreng 2 sdm
9. Kaldu
- Bahan pembantu Balado:
1. Cabai merah 10 biji
2. Bawang merah 5 butir
3. Bawang putih 3 siung
4. Daun jeruk 2 helai
5. Tomat 1 buah
6. Garam 0,5 sdt
7. Gula 0, sdt
8. Minyak goreng 2 sdm
9. Kaldu ayam / sapi

- Bahan pembantu produk Saos Cabai


1. Cabai merah 700 g
2. Tomat 500 g
3. Garam 1 sdt
4. Gula pasir 1sdm
5. Merica 0,5 sdt
6. Penyedap rasa 1 sdt
7. Kaldu ayam/sapi 50 ml
INDUSTRI

1. Industri Cabai Merah

Cabe merah (Capsicum annum, L) merupakan salah satu komoditas


hortikultura yang memepunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Cabe merah
tersebut banyak diusahakan atau dibudidayakan petani dalam berbagai
skala usaha tani, untuk memenuhi keperluan pasar dalam dan luar negeri.
Beberapa tahun terakhir, produksi cabe menepati urutan paling atas diantara
depan belas jenis sayuran komersial yang dibudidayakan di Indonesia
(Rukmana, 1997). Pada tahun 2010-2012 produksi cabe merah terus
meningkat yaitu dari 635.089 ton pada tahun 2015 meningkat menjadi
1.066.722 ton pada tahun 2016 dan 1.088.000 ton pada tahun
2017(Departemen Pertanian, 2017).

Dari sebagian besar produksi cabe tersebut, diperdagangkan di pasar


dalam negeri utamanya adalah dalam rangka pemenuhan konsumsi
langsung masyarakat dalam bentuk produk cabe segar. Hal ini menyebabkan
daya saing komoditas cabe makin melemah karena hanya mengandalkan
keunggulan komperatif dengan kelimpahan sumberdaya alam dan tenaga
kerja tak terdidik, sehingga produk yangdihasilkan didominasi oleh produk
primer. Dibanding dengan produk segar, produk olahan cabe mampu
memberikan nilai tambah yang sangat besar. Beberapa bentuk olahan cabe
yaitu pasta cabai, abon cabai, sambal cabai, bumbu dasar, manisan cabai,
saos cabai, tepung cabai, cabai kering.
2. Pohon Industri

Cabai merah

Buah Cabai

Bumbu
dasar
Abon cabai manisan
sambel saos
cabai kering cabai
Pasta cabai cabai
cabai

tepung
cabai
3. Produk Olahan
Dengan penggunaan bahan baku cabai dalam industri dapat dilakukan
pemberian nilai tambah dengan melakukan suatu proses produksi, adapun
beberapa produk olahan yang dapat dihasilkan adalah sebagai berikut :
1. Bumbu Dasar
2. Pasta Cabai
3. Abon Cabai
4. Cabai Kering
5. Tepung Cabai
6. Sambal Cabai
7. Saos Cabai
8. Manisan Cabai.

4. Pemasaran
a. Pemasaran dasar cabai
Pemasaran dasar cabai yang berlangsung dari petani cabai
merupakan tingkat pemasaran pertama yang di alirkan sebagai arus
pemasaran dasar.Petani memasarkan cabai terbagi menjadi dua arah
yaitu pada pedagang pengecer dan pedagang pengumpul.arah pertama
yaitu:pedagang pengumpul.
Pada pedagang pengumpul ini petani menjual cabai dengan
harga yang relatif murah dan kriteria pada pedagag pengumpul ini dipilih
agar tidak langsung pada pedagang pengecer.setelah dari pedagang
pengumpul ini cabai akan di pasarkan melalui pedagang pengecer dn
akhirnya akan di pasarkan melalui individu atau konsumen langsung yang
di jual pada pasar terbuka
Selain itu pemasaran dilakukan pada arah kedua yaitu pemasaran
cabai dari petani akan langsung diteruskan pada pengecer dan setelah itu
langsung pada konsumen langsung .Perbedaan antara pemasaran
pertama dan kedua yaitu terletak pada lamanya proses pemasaran yang
dilakukan oleh para pelaku bisnis cabai serta pada harga cabai apabila
pada arah pertama harga cabai lebih tinggi dibandingkan harga cabai
pada proses pemasaran arah kedua.

b. Pemasaran olahan produk berbahan cabai


Akhir-akhir ini banyak adanya inovasi produk berbahan olahan
pertanian khususnya berbahan dasar cabai. Dari olahan cabai tersebut
otomatis harga cabai menjadi lebih tinggi karena inovasi produk menjadi
produk jadi akan menambah nilai jual suatu bahan yang awalnya terjual
dengan harga yang murah,.
Banyak berbagai olahan cabai yang semakin dikenal terdapat
banyak jenis produk olahan berbahan cabai. Dilihat dari proses
pemasaran olahan cabai masih menggunakan pemasaran yang secara
umum dan pemasaran dilakukan oleh perusahaan yang dimana
perusahaan sudah banyak memperhitungkan menggunakan ilmu
manajemen yang sudah dipahami.pemasaran olahan produk cabai
banyak melalui berbagai cara yaitu diantaranya melalui promosi
diberbagai media eletronik dan media cetak,serta ada juga perusahaan
yang turun langsung pada konsumen misalnya melalui acara grebek pasar
atau kegiatan yang lain yang langsung berimteraksi dengan masyrakat
atau konsumen.
Pemasaran juga dilakukan secara bertahap melalui ketentuan yang
sudah di tetapkan perusahaan. Pemasaran dilakukan bertahap
dikarenakan perusahaan menggunakan konsep continues improvement
yang berarti terus memperbaiki keadaan produk yang sudah ada untuk
menciptakan daya saing pada competitor sejenis untuk itu perusahaan
menerapkan kosnep pemasaran secara bertahap guna untuk terus
memperbaiki produk dan pada akhirnya visi yang sudah dibentuk
perusahaan dapat di capai dengan baik.

5. Standar Mutu
a. Standar mutu cabai merah segar

Syarat
Karakteristik
Mutu I Mutu II Mutu III
1. Keseragaman Merah ≥ Merah ≥ Merah ≥
Warna (95%) (95%) (95%)

2. Keseragaman Seragam Seragam Seragam


(98%) (98%) (98%)

3. Bentuk 98 normal 96 normal 95 normal


4. Keseragaman
Ukuran

a. Cabe Merah
Segar

- Panjang Buah 12-14 cm 9-11 cm < 9 cm


- Garis Tengah 1,5 – 1,7 cm 1,3 - < 1,5 cm <1,3 cm
Pangkal

b. Cabe Merah
Kriting

Panjang Buah >12 – 17 cm 10 - < 12 < 10


b. Standar mutu bubuk cabai atau tepung cabai

Sumber : SNI 01-3709-1995


c. Standar mutu saus cabai
Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Keadaan
Bau - Normal
Rasa - Normal cabai
Jumah padatan % b/b 20-0
pH - Maks. 4
Bahan tambahan
makanan
Pewarna - Sesuai SNI 0222-M
Pengawet -
dan peraturan Men.
Pengental -
Kes. N. 722/
Men/Kes/Per?IX/88
Cemaran logam
Timbal (Pb) Mg/kg Maks. 20
Tembaga (Cu) Mg/kg Maks. 50
Seng (Zn) Mg/kg Maks. 40.0
Timah (Sn) Mg/kg Maks. 40.0
Raksa (Hg) Mg/kg Maks. 0.03
Arsen Mg/kg Maks. 1.0
Cemaran mikroba
Angka lempeng total Koloni/g Maks. 1 x 104
Kolifrom APM/g
Kapung Koloni/g Maks. 50
Sumber: SNI 01-2976-2006

d. Standar mutu produk manisan cabai

Sumber : SNI 01-3710-1995

6. Distributor
Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
JawaTimur yang secara geografis mempunyai areal lahan hortikultura yang
cukup luas. Komoditas hortikultura sayuran banyak diusahakan di kabupaten
ini. Khususnya untuk komoditas cabai merah besar, areal pertanamannya
tersebar hampir di seluruh wilayah kecamatan, Dalam menunjang
pengembangan usaha di sektor hortikultura cabai merah besar di Kabupaten
Jember, diperlukan suatu upaya untuk menciptakan nilai ekonomi dari produk
tersebut. Namun, sepanjang tahun 2012 hingga 2013 ini harga cabai merah
cabai merah biasa sangat fluktuatif. Kondisi harga cabai merah besar yang
fluktuatif ini diakibatkan oleh pengaturan manajemen rantai pasokan yang
tidak efisien. Efisiennya manajemen rantai pasokan dapat tercapai jika
pengelolaan dan pengawasan hubungan saluran distribusi dilakukan secara
kooperatif oleh semua pihak yang terlibat. Bentuk pengaturan rantai pasokan
sangat perlu mendapat perhatian khusus. Adanya pendekatan rantai
pasokan komoditas cabai merah besar di Kabupaten Jember diharapkan
dapat memberikan gambaran ketersediaan pasokan cabai merah besar
sebagai pertimbangan pengelolaan supply chain cabai merah besar bagi
konsumen maupun industri pengolah. Hasil berupa Saluran pasokan atau
pemasaran pada rantai pasokan komoditas cabai merah besar di Kabupaten
Jember dapat dilihat pada Gambar 2. Berikut :

Saluran pemasaran pada rantai pasokan komoditas cabai merah besar


di atas menunjukkan bahwa rantai pasokan komoditas cabai merah besar di
Kabupaten Jember secara garis besar terdiri dari 6 macam saluran yang
mendistribusikan produk berupa buah cabai merah besar dalam bentuk buah
segar dan saluran produk olahan Rantai pasokan merupakan proses yang
dilakukan oleh setiap mata rantai yang terlibat dalam proses distribusi suatu
produk, dimana produk olahan yang di produksi yaitu manisan cabai, abon
cabai, pasta cabai, saus cabai, sambel cabai, tepung atau bubuk cabai,
cabai kering, dan bumbu dasar. Diperlukan sebuah manajemen rantai
pasokan agar diperoleh integrasi proses dari setiap mata rantai. Manajemen
rantai pasokan komoditas cabai merah besar merupakan suatu konsep
pendekatan mekanisme sistem pengelolaan cabai merah besar secara total,
dimana didalamnya terdapat 2 proses kegiatan utama, yaitu proses
penyaluran produk pertanian berupa berupa buah cabai merah besar (segar)
dan produk dalam bentuk olahan cabai merah besar. Mekanisme rantai
pasokan komoditas cabai merah besar memiliki beberapa aspek yang perlu
diperhatikan terkait dengan aliran produk. Aliran produk dalam manajemen
rantai pasokan cabai merah besar merupakan penyaluran produk berupa
buah cabai maupun dalam bentuk olahan lanjutan yang siap konsumsi.
Terdapat 12 anggota mata rantai yang terlibat dalam mekanisme rantai
pasokan tersebut, yaitu:
a. Petani cabai merah besar
Petani cabai merah besar adalah lembaga atau mata rantai yang bertindak
sebagai produsen utama dalam rantai pasokan komoditas cabai merah
besar di Kabupaten Jember.
b. Koperasi Mitra Hortikultura Lestari Jember
Koperasi Mitra Hortikultura Lestari Jember merupakan salah satu mata rantai
yang terlibat dalam rantai pasokan komoditas cabai merah besar di
Kabupaten Jember.
c. Pedagang cabai antar kota
Pedagang cabai antar kota adalah lembaga atau mata rantai yang
memasarkan produk berupa buah cabai merah besar kepada pedagang
besar yang berada di Luar Jember (Surabaya dan Banyuwangi).
d. Pedagang pengepul desa
Pedagang pengepul desa adalah lembaga perantara pemasaran pertama
yang terlibat dalam pendistribusian cabai merah besar.
e. PT. Heinz ABC
PT. Heinz ABC adalah lembaga yang menjadi mitra bagi Koperasi
Hortikultura Lestari Jember.

f. Pedagang besar luar kota


Pedagang besar luar kota adalah lembaga yang berperan dalam
memenuhi kebutuhan akan buah cabai merah besar di luar wilayah
Kabupaten Jember, seperti di daerah Surabaya dan Banyuwangi.

g. Pedagang pasar atau pedagang partai


Pedagang pasar atau pedagang partai adalah salah satu mata rantai atau
lembaga pemasar yang mendistribusikan buah cabai merah besar dalam
jumlah besar yang berada di sekitar Pasar Tanjung Jember.
h. Pengecer cabai merah besar
Pedagang pengecer cabai merah besar adalah lembaga pemasar yang
berhubungan langsung dengan konsumen.
i. Konsumen buah cabai merah besar
Konsumen buah cabai merah besar adalah mata rantai yang mengkonsumsi
atau memanfaatkan buah cabai merah besar untuk kebutuhannya sendiri.
j. Agroindustri
Agroindustri adalah mata rantai dalam rantai pasokan ini berperan sebagai
pengolah produk dari cabai merah besar menjadi produk manisan cabai,
abon cabai, pasta cabai, saus cabai, sambel cabai, tepung atau bubuk
cabai, cabai kering, dan bumbu dasar yang di kemas plastik kemasan.
k. Pengecer produk olahan
Pedagang pengecer produk olahan adalah lembaga pemasar yang
mempunyai peranan untuk mendistribusikan produk olahan cabai merah
besar langsung kepada konsumen yang menginginkan produk tersebut.
l. Konsumen produk olahan
Konsumen produk olahan adalah mata rantai terakhir yang memanfaatkan
produk olahan tersebut untuk kebutuhannya sendiri.
m.Rantai Pasok
Proses rantai pasokan komoditas cabai merah besar di Kabupaten
Jember yaitu aliran produk. Mekanisme rantai pasokan tersebut secara
dijelaskan sebagai berikut:

 Aliran Produk

Berdasarkan jenis produknya, aliran produk dalam rantai pasokan


komoditas cabai merah besar di Kabupaten Jember dapat dibedakan
menjadi dua macam aliran, yaitu aliran produk berupa buah cabai
merah besar segar dan aliran produk berupa produk olahan cabai
merah besar.
- Aliran produk berupa buah cabai merah besar

Petani cabai merah besar di Kecamatan Ambulu-Jember


mendistribusikan hasil panennya berupa buah cabai merah besar
kepada beberapa lembaga pemasar. Lembaga pemasar yang
dimaksud adalah terdiri dari pedagang cabai antar kota, pedagang
pengepul dan langsung diditribusikan kepada pedagang pasar atau
pedagang partai di kawasan Pasar Tanjung Jember. Pedagang cabai
antar kota membeli cabai merah besar dengan tujuan untuk dijual
kembali di daerah luar Kabupaten Jember, yaitu kepada pedagang
besar di Surabaya dan Banyuwangi. Pedagang besar luar kota baik
yang berada di Surabaya maupun Banyuwangi. Distribusi produk
buah cabai merah besar dari petani yang mengalir kepada pedagang
pengepul maupun yang mengalir langsung kepada pedagang pasar
atau pedagang partai di kawasan Pasar Tanjung Jember notabennya
digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi cabai bagi
masyarakat yang berada di sekitar pusat kota Jember dan juga
digunakan sebagai bahan baku agroindustri pengolah cabai merah
besar. Cabai merah besar yang telah berada ditangan pengepul dan
pedagang pasar atau pedagang partai di kawasan Pasar Tanjung
Jember diditribusikan kepada masyarakat jember melalui perantara
pedagang pengecer cabai. Distribusi cabai merah besar hasil panen
petani juga ada mengalir kepada koperasi mitra (Koperasi Hortikultura
Lestari Jember). Distribusi produk ini dilaksanakan berdasarkan pada
kesepakatan antara petani cabai dan pihak koperasi di awal masa
tanam cabai. Buah cabai merah besar tersebut oleh pihak koperasi
akan didistribusikan kepada PT. Heinz ABC-Indonesia.
- Aliran produk berupa produk olahan cabai merah besar
Produk olahan cabai merah besar adalah buah cabai merah besar
yang diolah sedemikian rupa hingga menjadi bumbu bali dalam
kemasan. Aliran produk olahan cabai merah besar dalam bentuk
bumbu bali kemasan dimulai dari pelaku agroindustri. Agroindustri
selain melakukan pengolahan, juga melakukan kegiatan distribusi.
Oleh karena itu, aliran produk ditingkat agroindustri pengolahaan ini
dapat dibedakan menjadi 2 macam aliran, yaitu aliran produk inflow
dan aliran produk outflow. Pedagang pengecer merupakan satu-
satunya mata rantai yang berfungsi sebagai lembaga perantara atau
pemasar produk olahan cabai merah besar. Pedagang pengecer
mendapatkan produk olahan cabai merah besar dalam bentuk produk
manisan cabai, abon cabai, pasta cabai, saus cabai, sambel cabai,
tepung atau bubuk cabai, cabai kering, dan bumbu dasar yang di
kemas plastik kemasan dari pihak agroindustri yang menitipkan
produk tersebut. Konsumen yang menjadi target utama pedagang
pengecer untuk mendistribusikan produk berupa produk manisan
cabai, abon cabai, pasta cabai, saus cabai, sambel cabai, tepung atau
bubuk cabai, cabai kering, dan bumbu dasar yang di kemas plastik
kemasan.adalah ibu rumah tangga maupun PKL penjual makanan
yang berada di sekitar pusat kota Jember.
Proses distribusi hasil produksi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam rantai pasokan komoditas cabai merah besar. Proses
distribusi tersebut secara tak langsung juga akan membentuk suatu saluran
yang menghubungkan lembaga-lembaga atau mata ratai yang terlibat
dalam rantai pasokan komoditas cabai merah besar di Kabupaten Jember.
Rantai pasokan komoditas cabai merah besar di Kabupaten Jember terdiri
dari 6 macam saluran distribusi produk berupa buah cabai merah besar
segar dan satu saluran distribusi produk berupa olahan cabai merah besar
dalam bentuk bumbu bali kemasan. Enam macam saluran yang
mendistribusikan produk berupa buah cabai merah besar dalam bentuk
segar tersebut terdiri dari:
- Saluran satu [Petani (34,3%) → Koperasi Mitra (100%) →
PT. Heinz ABC]
Saluran pemasaran satu merupakan jenis saluran pemasaran satu
tingkat karena hanya terdiri dari satu lembaga perantara saja. 34,3% dari
total petani cabai yang menjadi sampel dalam penelitian ini memilih
saluran satu untuk menyalurkan hasil produksinya. Petani cabai merah
besar pada saluran ini menjual semua hasil produksinya kepada
koperasi mitra (Koperasi Hortikultura lestari) sesuai dengan kesepakatan
kontrak kerjasama. Koperasi mitra bertindak sebagai perantara
penjualan produk cabai merah besar dari petani kepada PT. Heinz ABC –
Indonesia.

- Saluran dua [Petani (20%) → pedagang antar kota (100%) → pedagang


besar luar kota]
Saluran pemasaran dua tergolong dalam one-level channel atau saluran
satu tingkat hanya memiliki sebuah lembaga perantara saja. Lembaga
dalam saluran ini terdiri dari petani, pedagang cabai antar kota dan
pedagang besar luar kota. Petani cabai yang tergabung dalam saluran
pemasaran dua adalah sekitar 20% dari total petani sampel. Pedagang
antar kota menjual cabai merah besar kepada pedagang besar yang
berada di luar Kabupaten Jember. Sebanyak 66,67% dari total pedagang
cabai merah besar antar kota tersebut menjual kembali cabai tersebut
kepada pedagang besar di daerah Surabaya dan sisanya sebesar
33,33% menjual produknya kepada pedagang besar di daerah
Banyuwangi.

- Saluran tiga [Petani (11,4%) → pengepul (50%) → pedagang pasar/ partai


(42,8%) → agroindustri]
Saluran pemasaran tiga merupakan jenis saluran dua tingkat (Two-level
channel) karena terdapat dua lembaga perantara yang terlibat
didalamnya. Terdapat 4 macam lembaga yang terlibat dalam saluran ini,
yaitu petani, pedagang pengepul, pedagang pasar/ partai dan
agroindustri pengolah cabai merah besar. Petani cabai yang tergabung
dalam saluran tiga ini adalah sebanyak 11,4% dari jumlah petani sampel,
sedangkan 50% dari jumlah sampel pedagang pengepul
mendistribusikan cabai merah besar segar tersebut kepada pedagang
pasar atau pedagang partai yang berada di kawasan Pasar Tanjung,
Jember. Pedagang pasar atau partai dalam saluran ini mempunyai peran
penting dalam penentuan harga beli maupun harga jual cabai karena
mengetahui jumlah pasokan cabai dipasaran dimana sebanyak 42,8%
dari total sampel pedagang pasar atau pedagang partai menjual kembali
produk cabai tersebut kepada pelaku agroindustry pengolah cabai merah
besar yang ada di sekitar wilayah kota Jember.

- Saluran empat [Petani (8,6%) → pengepul desa (50%) → pedagang


pengecer (18,2%) → konsumen]
Saluran pemasaran empat tergolong dalam jenis saluran pemasaran dua
tingkat (Two-level channel) karena memiliki dua lembaga perantara yang
terlibat didalamnya. Saluan empat terdiri dari 4 mata rantai, yaitu petani
cabai, pedagang pengepul, pedagang pengecer dan konsumen. Petani
cabai merah besar yang tergabung dalam saluran pemasaran keempat
adalah sekitar 8,6% dari total petani sampel. Sebanyak 50% dari total
pedagang pengepul membeli cabai tersebut dengan tujuan untuk dijual
kembali kepada pedagang pengecer, dimana pedagang pengecer cabai
merah besar yang terlibat dalam saluran empat ini hanya sebanyak
18,2% saja.

- Saluran lima [Petani (8,6%) → pedagang pasar/ partai (42,8%) →


pedagang pegecer (27,%) → konsumen]
Saluran lima tergolong dalam jenis saluran pemasaran two- level channel
karena dalam saluran pemasaran ini terdapat dua lembaga perantara
yang terlibat didalamnya. Petani cabai yang bergabung dengan saluan
lima ini adalah sekitar 8,6% petani dari total petani sampel. Petani cabai
pada saluran ini memilih langsung menyalurkan hasil panennya kepada
pedagang pasar/ partai. Prosentase jumlah pedagang pasar atau partai
yang terlibat dalam saluran pemasaran ini adalah sebesar 42,8% dari
total sampel pedagang pasar atau partai. Proses distribusi pemasaran
terus berlanjut hingga diakhir saluran. Cabai merah besar oleh sekitar
27,3% dari total sampel pengecer dijual langsung kepada konsumen
buah cabai merah besar buah segar.

- Saluran enam [Petani (17,1%) → pengepul (50%) → pedagang pasar/


partai (57,1) → pegecer (54,5%) → konsumen]
Saluran ini adalah jenis saluran pemasaran tiga tingkat atau juga dapat
disebut saluran tingkat banyak (multy-level channel) karena dalam
proses distribusi cabai merah besar segar banyak menggunakan
perantara. Saluran enam merupakan bentuk saluran yang dipilih oleh
sekitar 17,1% dari total petani cabai untuk menyalurkan hasil
produksinya. Petani cabai menyalurkan atau mendistribusikan hasil
panennya kepada para pedagang pengepul yang sekitar Kecamatan
Wuluhan Kabupaten Jember. Sebanyak 50% dari jumlah total pedagang
pengepul yang terlibat dalam rantai pasokan komoditas cabai merah
besar di Kabupaten Jember memilih saluran ini untuk mendistribusikan
produknya kembali kepada pedagang pasar/ partai di kawasan Pasar
Tanjung Jember. Sebanyak 57,1% dari total pedagang pasar atau
pedagang partai yang terlibat dalam saluran ini kembali menjual cabai
tersebut kepada pedagang pengecer yang menjadi pelanggan tetap. Di
akhir saluran, sebanyak 54,5% pengecer yang terlibat dalam saluran ini
menjual langsung kepada konsumen. Dalam penelitian ini juga
didapatkan hasil berupa saluran distribusi produk olahan cabai merah
besar dalam bentuk bumbu bali kemasan. Alur distribusi produk olahan
tersebut dimulai dari agroindustri (100%) → pengecer produk olahan
(100%) → konsumen produk olahan. Saluran ini tergolong dalam saluran
satu tingkat karena hanya terdapat satu lembaga perantara saja. Rata-
rata agroindustri membutuhkan bahan baku cabai merah besar adalah
sebanyak 9,75 kg/produksi. Pihak agroindustri dalam proses
pendistribusian, menitipkan produk tersebut kepada pengecer. Pengecer
sebagai lembaga perantara produk olahan cabai merah besar dalam
bentuk bumbu bali kemasan merupakan distributor tunggal produk
tersebut. Hal ini karena pengecer adalah lembaga pemasaran satu-
satunya yang berperan dalam pendistribusian bumbu bali kemasan
kepada konsumen.

2. Ekspor dan Impor


Bahan baku untuk membuat olahan cabai merah diperoleh dari cabai
merah yang berasal dari daerah jember sendiri seperti daerah wuluhan dan
kalisat. Cabai merah di dapatkan melalui petani desa maupun dan beberapa
lembaga yang menjadi pengepul dari petani. namun jika persediaan di dalam
daerah tidak tersedia, maka dilakukan impor dari luar kota jember. Cabai
merah yang diperoleh dari luar kota jember didapatkan melalui Pedagang
besar luar kota, yang mana mereka adalah lembaga yang berperan dalam
memenuhi kebutuhan akan buah cabai merah besar di luar wilayah
Kabupaten Jember, seperti di daerah Surabaya dan Banyuwangi.
Hasil dari produk olahan cabai merah ini nantinya akan di salurkan atau
dijual kepada masyarakat jember sekitar, selain itu, banyak sekali permintaan
akan hasil olahan produk cabai merah sehingga kami melakukan ekspor
hasil produk cabai merah seperti produk manisan cabai, abon cabai, pasta
cabai, saus cabai, sambel cabai, tepung atau bubuk cabai, cabai kering, dan
bumbu dasar yang di kemas plastik kemasan ke luar kota jember seperti ke
kota lumajang, bondowoso, situbondo, banyuwangi dan Surabaya.
PROSES

1. Industri Abon Cabai


- Bahan :
 Cabai merah keriting = 1 Kg
 Cabai rawit = ½ Kg
 Bawang putih = 20 siung
 Bawang merah = 10 siung
 Gula pasir = 2 sdm
 Garam = secukupnya/ sesuai selera
 Penyedap = jika suka
- Alat :
 Cabinet Dryer Atau Oven
 Blender/Food Processor/Penggiling Tepung
 Pisau
 Wajan
 Kompor
 Wadah
- Proses Pembuatan
 Cuci bersih cabai merah keriting dan cabai rawit kemudian tiriskan
 Cabai diAkeringkan dengan cara dijemur atau menggunakan cabinet
dryer atau oven hinggaCabai
kering.merah
Cabai diiris tipis (agar lebih cepat kering)
 Giling cabai menggunakan blender/food processor/penggiling tepung
kemudian tuang dalam baskom bersih dan kering
Pencucian
 Bawang putih dan bawang merah dikupas, dicuci, diiris tipis kemudian
digoreng hingga kering kemudian di haluskan
 Campurkan (cabai kering pengeringan
halus, bawang putih goreng halus, bawang
merah goreng halus, teri goreng, garam, gula) dalam wajan panas
sambil terus diaduk hingga matang
penggilingan
 Angkat kemudian dinginkan
 Abon cabe siap dikemas
- Tahapan produksi
Pengupasan dan penggorengan (Bawang merah dan bawang putih)

Pencampuran semua bahan

Proses pemasakan

pendinginan

pengemasan
2. Industri Pasta Cabai
- Bahan :
 Cabe bubuk = 1,5 sdm
 Kecap asin = 1.5 sdm
 Tepung ketan = 0,5 sdm
 Air = 1 sdm
 Gula = secukupnya
 Garam = secukupnya

- Alat :
 Wadah
 Pengaduk
 Microwave atau kukusan
 kompor
- Proses produksi
 Siapkan seluruh alat dan bahan yang diperlukan
 Campurkan tepung denga air hingga tercampur rata
 Masak adonan tepung dalam microwave oven atau dapat juga dikukus,
biarkan hingga sedikit panas dan aduk hingga menjadi berbentuk seperti
pasta, namun jangan terlalu matang.
 Setelah dirasa cukup matang tambahkan bahan-bahan lainnya. Aduk
rata hingga membentuk pasta.
 Angkat kemudian tiriskan.
- Tahapan produksi
Penyiapan alat dan bahan

Pencampuran tepung dengan air

Pemasakan dalam microwave oven atau dalam kukusan

Pencampuran keseluruhan bahan

Angkat dan tiriskan

3. Industri Bubuk/Tepung Cabai


- Bahan :
 Buah cabai
 Air
 Natrium
 Mtabisulfit
- Alat :
 Oven
 Timbangan
 Baskom
 Kemasan
 Blender
 Sealer
 Baskom Plastik
- Proses Produksi
 Sortasi cabai segar merupakan awal dari tahapan proses pengolahan
cabai kering dan tepung cabai.
 Setelah pemilihan, cabai dibuang tangkainya dan setelah itu dicuci bersih.
 Tahapan proses selanjutnya adalah Blansir, yang merupakan perlakuan
berupa perendaman atau pencucian terakhir dengan bahan kimia tertentu
(Natrium Metabisulfit) yang bertujuan untuk mempercepat waktu
pengeringan, mencegah perubahan warna (browning) dan
memperpanjang daya simpan, selain itu juga untuk mencegah cabai
menjadi keriput dan warna tidak kusam akibat proses pengeringan.
 Setelah di blansir, cabai segera dikeringkan. Pengeringan dilakukan
sampai kadar air telah mencapai sekitar 10%, dimana akan terasa kering
jika diremas dengan tangan dan mudah dipatahkan. Cabai kering dapat
dikemas dan dipasarkan.
 Pengolahan lebih lanjut pada tepung cabai yakni dengan Cabai merah
yang sudah kering dihaluskan/digiling dengan menggunakan Hammer mill
atau blender,
 kemudian diayak dengan menggunakan ayakan sehingga tingkat
kehalusannya merata
 Kemudian tepung cabai dapat dikemas dengan plastik dan ditutup dengan
sealer.

- Tahapan produksi

Sortasi dan pembuangan tangkai

pencucian

Pemblasiran

penirisan

Pengeringan

Cabai kering

penggilingan

Tepung cabai

4. Industri Manisan Cabai


- Bahan :
 Cabai merah = 500 g
 Gula pasir = 750 g
 Garam =5g
 Kapur sirih =5g
 Asam sitrat =5g

- Alat :
 Timbangan
 Pisau
 Kompor dan pengaduk
 Panci
 Loyang/tampah
 Baskom plastik/wadah
 Saringan
 Kemasan
- Proses pembuatan
 Persiapan alat : Menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam
pembuatan manisan cabai merah yaitu : timbangan, wadah, saringan,
panci, sendok kayu, psau dan tampah, dikondisikan dalam keadaan bersih
dan kering.
 Persiapan bahan : Bahan yang perlu dipesiapkan adalah cabai merah
besar, gula pasir, kapur sirih, garam dan asam sitrat. Sebelum tahap
pengolahan, cabai merah terlebih dahulu dikeluarkan isinya, kemudian
dicuci, ditiriskan dan ditimbang sesuai kebutuhan.
- Tahapan Produksi

Perendaman Cabai dengan Larutan Kapur dan Gula ( 12 jam )

Pencucian ( Penirisan )

Tahap 1. Penaburan Gula ( cabai diletakkan pada wadah )

Pelarutan Gula ( dipanaskan )


kemudian dinginkan

Tahap 2. Perendaman dalam Larutan Gula

Cabai Ditiriskaan

Larutan Gula dipanaskan ±10 menit


(ditambahkan gula, garam, dan asam sitrat)

Tahap 3. Perendaman dalam Larutan Gula (24jam)

Penirisan

Pengeringan Selama 1 minggu dibawah sinar matahari

Pengemasan
5. Industri Sambal Cabai
- Bahan :
 Cabai merah 10
 Bawang Merah 8 Butir
 Bawang Putih 2 Siung
 Daun Jeruk 2 Helai
 Tomat 1 buah
 Garam ½ sdt
 Gula ½ sdt
 Minyak Goreng 2 sdm
 Kaldu ayam/sapi
- Alat :
 Pisau
 Kompor dan pengaduk
 Panci
 Loyang/tampah
 Baskom plastik/wadah
 Alat Penumbuk
 Kemasan
- Proses Pembuatan
 Persiapan alat : Menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam
pembuatan Sambal Cabai merah yaitu : pisau, kompor dan pengaduk,
wadah, panci, sendok kayu, alat penumbuk,dan tampah, dikondisikan
dalam keadaan bersih dan kering.
 Persiapan bahan : Bahan yang perlu dipesiapkan adalah cabai merah
besar, gula pasir, garam, bawang merah, bawang putih, daun jeruk, dan
kaldu ayam/sapi. Sebelum tahap pengolahan, cabai merah terlebih dahulu
dikeluarkan isinya, kemudian dicuci, ditiriskan dan ditimbang sesuai
kebutuhan.
- Tahapan Produksi
Potong cabai merah, bawang
merah, bawang putih, dan juga
tomat.

Tumbuk halus cabai merah, bawang


merah, bawang putih, dan juga
tomat

Panaskan panci yang berisikan


minyak pada kompor

Tumis tumbukan cabai halus

Tambahkan gula, garam dan daun


jeruk pada tumisan sambal cabai

Tambahkan kaldu ayam/sapi

Tumis hingga berubah warna dan


matang ( 1 ½ jam )

Dinginkan

Kemas pada tempat yang


digunakan

6. Industri Bumbu Dasar (Balado)


- Bahan :
 Cabai merah = 10 biji
 Bawang Merah = 5 Siung
 Bawang Putih = 3 Siung
 Daun Jeruk = 2 Helai
 Tomat = 1 buah
 Garam = ½ sdt
 Gula = ½ sdt
 Minyak Goreng = 2 sdm
 Kaldu ayam/sapi = secukupnya
 Kemiri = 3 butir
 Trasi = ½ sdt
 Kecap = 1 sdt
- Alat :
 Pisau
 Kompor dan pengaduk
 Panci
 Loyang/tampah
 Baskom plastik/wadah
 Alat Penumbuk
 Kemasan
- Proses pembuatan
 Persiapan alat : Menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam
pembuatan Sambal Cabai merah yaitu : pisau, kompor dan pengaduk,
wadah, panci, sendok kayu,alat penumbuk,dan tampah, dikondisikan
dalam keadaan bersih dan kering.
 Persiapan bahan : Bahan yang perlu dipesiapkan adalah cabai merah
besar, gula pasir, garam, bawang merah, bawang putih, daun jeruk, dan
kaldu ayam/sapi. Sebelum tahap pengolahan, cabai merah terlebih dahulu
dikeluarkan isinya, kemudian dicuci, ditiriskan dan ditimbang sesuai
kebutuhan.
- Tahapan Produksi
Potong cabai merah, bawang
merah, bawang putih,kemiri dan
juga tomat.

Tumbuk halus bahan yang


digunakan yaitu cabai merah,
bawang putih, bawang merah,
kemiri, dan juga tomat

Panaskan panci yang berisikan


minyak pada kompor

Tumis bahan yang telah ditumbuk


halus

Tambahkan gula, garam, kecap,dan


daun jeruk pada tumisan bumbu
dasar balado

Tumis hingga berubah warna dan


matang ( 1 ½ jam )

Dinginkan

Kemas pada tempat yang


digunakan
7. Industri Saos Cabai
- Bahan :
 Cabai merah = 700 g
 Tomat = 500 g
 Garam = 1 sdt
 Gula pasir = 1 sdm
 Merica = ½ sdt
 Penyedap rasa = 1 sdt
 Kaldu ayam/sapi = 50 ml
- Alat :
 Timbangan
 Pisau
 Kompor dan pengaduk
 Panci
 Loyang/tampah
 Baskom plastik/wadah
 Saringan
 Kemasan
- Proses Pembuatan
 Persiapan alat : Menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam
pembuatan manisan cabai merah yaitu : timbangan, wadah, saringan,
panci, sendok kayu, psau dan tampah, dikondisikan dalam keadaan bersih
dan kering.
 Persiapan bahan : Bahan yang perlu dipesiapkan adalah cabai merah
besar,tomat, gula pasir, garam, merica, penyedap rasa dan kaldu
ayam/sapi. Sebelum tahap pengolahan, cabai merah terlebih dahulu
dikeluarkan isinya, kemudian dicuci, ditiriskan dan ditimbang sesuai
kebutuhan.
- Tahapan Produksi

Rendam air panas cabe merah dan


tomat (3-5 menit ) tiriskan

Kupas kulit dan keluarkan biji cabe


merah dan tomat

Haluskan cabe dan tomat


menggunakan blender

Panaskan panci kemudian masukan


cabe dan tomat blender tanpa
campuran minyak

Aduk hingga menjadi kental

Tambahkan gula, garam, dan


penyedap rasa ( aduk sampai
matang )

Dinginkan

Kemas dalam wadah


PENELITIAN

1. Lembaga Penelitian
- Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Jln Tentara Pelajar
No. 3C, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor, Jawa Barat,
Indonesia 16111
- Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Jln. Tangkuban Parahu No. 517,
Lembang, Bandung Barat 40391

2. Hasil Penelitian
a) Eksplorasi dan Pengaruh Cendawan Endofit yang Berasal dari Akar
Tanaman Cabai Terhadap Pertumbuhan Benih Cabai Merah (The
Exploration and Effect of Endophytic Fungus Isolated from Chilli’s
Root to Growth of Chilli Seedling)
Ana Feronika Cindra Irawati1), Kikin Hamzah Mutaqin2), Maggy
Tenawidjaja Suhartono3) Yudi Sastro4), Sulastri5), dan Widodo2)
J. Hort. Vol. 27 No. 1, Juni 2017
ABSTRAK. Cendawan endofit diketahui memiliki kemampuan dalam
menghasilkan metabolit sekunder yang sering berdampak terhadap
pertumbuhan inangnya, seperti meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap kondisi cekaman biotik dan abiotik, maupun meningkatkan
pertumbuhannya. Penelitian bertujuan mengisolasi dan mengetahui
pengaruh aplikasi cendawan endofit yang diperoleh dari akar tanaman
cabai terhadap pertumbuhan benih tanaman cabai besar (Capsicum
annuum L.). Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
dan Rumah Kaca BPTP Jakarta, sejak September 2012 hingga Agustus
2013. Penelitian terdiri atas eksplorasi, uji patogenisitas, dan uji efikasi
terhadap cendawan endofit. Eksplorasi cendawan endofit dilakukan
terhadap sampel akar tanaman cabai sehat dari daerah Garut (Jawa
Barat), yang sering digunakan untuk budidaya tanaman cabai dan
Cipayung (Jakarta Timur), yang merupakan daerah baru untuk budidaya
tanaman cabai. Seleksi awal terhadap isolat cendawan dilakukan dengan
uji patogenisitas secara in vitro. Uji efikasi cendawan secara in vivo pada
benih cabai berfungsi untuk mengetahui efek aplikasi cendawan terpilih
terhadap pertumbuhan benih. Hasil eksplorasi menunjukkan bahwa isolat
cendawan yang diperoleh dari akar tanaman cabai daerah Garut, secara
makroskopis memiliki keragaman lebih tinggi dibanding dengan
keragaman isolat dari daerah Cipayung. Uji patogenisitas menunjukkan
bahwa isolat cendawan yang diuji cenderung didominasi oleh cendawan
yang bersifat patogenik dan potensial patogenik. Uji efikasi cendawan
endofit terpilih (46 isolat nonpatogenik dan 16 isolat potensial patogenik),
dalam memengaruhi pertumbuhan vegetatif benih, menunjukkan bahwa
74,19% isolat yang diuji memiliki kemampuan memicu pertumbuhan
benih. Sebanyak 34 isolat dari isolat-isolat tersebut diketahui merupakan
isolat yang konsisten bersifat nonpatogenik dan 12 isolat berdasarkan uji
patogenisitas bersifat potensial patogenik.

b) Kelayakan Teknis dan Ekonomi Budidaya Cabai Merah di Dalam


Rumah Kasa untuk Menanggulangi Serangan Organisme
Pengganggu Tumbuhan
(Technical and Economic Feasibility of Hot Pepper Cultivation in the
Netting House for Control Pests and Diseases)
Moekasan, TK, Gunadi, N, Adiyoga, W, dan Sulastrini, I
J. Hort. Vol. 25 No. 2, 2015
ABSTRAK. Pada satu dasawarsa terakhir produktivitas cabai merah
mengalami penurunan akibat meningkatnya serangan organisme
pengganggu tumbuhan (OPT) yang dipicu oleh dampak perubahan iklim.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
melakukan budidaya cabai merah di dalam rumah kasa. Budidaya cabai
merah di dalam rumah kasa di dataran rendah mampu meningkatkan hasil
panen > 9 kali dibandingkan dengan budidaya cabai merah di lahan
terbuka, sedangkan di dataran tinggi mampu mengurangi penggunaan
pestisida dengan hasil panen tetap tinggi. Namun demikian, kelayakan
teknis dan ekonominya belum diketahui. Penelitian bertujuan mengetahui
kelayakan teknis dan ekonomi budidaya cabai merah di dalam rumah
kasa di dataran tinggi dalam upaya menanggulangi serangan OPT.
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu, Balai Penelitian
Tanaman Sayuran di Lembang (± 1.250 m dpl.), Jawa Barat, sejak bulan
Juni sampai November 2014. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode petak berpasangan dan diulang empat kali. Petak perlakuan
berukuran 75 m2, varietas cabai yang ditanam adalah Ciko. Dua macam
perlakuan yang diuji adalah (a) budidaya tanaman cabai di dalam rumah
kasa dan (b) budidaya tanaman cabai merah di lahan terbuka.
Penyemprotan insektisida dilakukan berdasarkan ambang pengendalian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan rumah kasa dapat
mengurangi serangan hama sehingga biaya insektisida dapat dikurangi
sebesar 73,19% dengan produksi lebih tinggi sebesar 106,45–109,00%
dibandingkan dengan budidaya tanaman cabai merah di lahan terbuka,
dengan tingkat pengembalian (R) mencapai 2,36. Dengan demikian,
penggunaan rumah kasa dapat direkomendasikan sebagai teknologi
budidaya cabai merah di dataran tinggi karena secara teknis dapat
menekan serangan OPT dan mengurangi penggunaan insektisida dan
secara ekonomi menguntungkan.

c) Pengaruh Perangkap Likat Kuning, Ekstrak Tagetes erecta, dan


Imidacloprid Terhadap Perkembangan Vektor Kutukebul dan Virus
Kuning Keriting Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)
[The Effect of Yellow Sticky Traps, Tagetes erecta Extract, and
Imidacloprid on the Whitefly Vector Development and Pepper Yellow
Leaf Curl Virus on Hot Pepper Plant (Capsicum annuum L.)]
Gunaeni, N, Setiawati, W, dan Kusandriani, Y
J. Hort. Vol. 24 No. 4, 2014
ABSTRAK. Penyakit virus kuning keriting disebabkan oleh virus Gemini
merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman cabai merah. Virus
ini menjadi penting pada tanaman cabai karena tanaman inang
alternatifnya banyak dan vektor pembawanya yaitu serangga Bemisia
tabaci yang polyfag dan selalu ada pada setiap musim. Usaha
pengendalian yang banyak dilakukan para petani saat ini yaitu
pengendalian terhadap vektor virus dengan menggunakan insektisida
yang dilakukan secara rutin dan terjadwal. Alternatif cara pengendalian
yang efektif yaitu aman bagi lingkungan dan harganya relatif murah. Cara
pengendalian penyakit virus tular kutukebul dapat dilakukan melalui
penekanan populasi vektor virus. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan
cara pengendalian penyakit virus kuning keriting dan populasi vektor virus
yang efektif dan ramah lingkungan serta pengaruhnya terhadap hasil
tanaman cabai. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman
Sayuran di Lembang dengan ketinggian 1.250 m dpl. dan tipe tanah
Andosol pada bulan Juni sampai Desember 2010. Rancangan percobaan
yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan empat ulangan
dan tujuh perlakuan untuk mengendalikan kutukebul yaitu (1) perangkap
likat kuning, (2) ekstrak nabati Tagetes erecta konsentrasi 12,50%, (3)
insektisida berbahan aktif imidacloprid 0,02%, (4) kombinasi perangkap
likat kuning + ekstrak nabati tagetes, (5) kombinasi perangkap likat kuning
+ bahan insektisida imidacloprid, (6) kombinasi tagetes + imidacloprid, (7)
kombinasi perangkap likat kuning + ekstrak nabati tagetes + bahan aktif
imidacloprid, dan (8) tanpa perlakuan (kontrol). Varietas cabai yang
digunakan adalah Lembang-2. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa perlakuan (perangkap + tagetes + imidacloprid),
(tagetes + imidacloprid), dan (perangkap + imidacloprid) berpengaruh baik
terhadap pertumbuhan tanaman, dapat menekan vektor, insiden, dan
intensitas gejala virus kuning keriting serta hasil panen dibandingkan
perlakuan tunggal dan kontrol (tanpa perlakuan) sebesar 15,56–21,61%.
Implikasi dari penelitian ini diharapkan dapat mengurangi bahan kimia
pertanian dan pemanfaatan sumberdaya alam (nabati) untuk menekan
perkembangan vektor kutukebul dan virus kuning keriting pada tanaman
cabai merah.
d) Persilangan Cabai Merah Tahan Penyakit Antraknosa(Colletotrichum)
[The Crossing of Resistance to Anthracnose (Colletotrichum
acutatum) in Pepper]
Kirana, R, Kusmana, Hasyim, A, dan Sutarya, R
J. Hort. Vol. 24 No. 3, 2014
ABSTRAK. Perakitan varietas cabai tahan penyakit antraknosa relatif
memerlukan waktu yang lama, tetapi varietas tahan antraknosa tetap
penting diwujudkan sebagai kontribusi bidang pemuliaan tanaman untuk
menurunkan tingkat pemakaian pestisida oleh petani, menjaga
keseimbangan lingkungan, dan menyediakan produk yang aman bagi
konsumen. Penelitian ini bertujuan menyeleksi tetua tahan antraknosa dan
mengetahui keberhasilan persilangan antara tetua tahan dengan varietas
Balitsa yaitu Kencana dan Tanjung-2 dalam rangka memperluas
keragaman genetik ketahanan terhadap antraknosa sebagai bahan dasar
untuk program seleksi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikologi
dan Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Sayuran dari bulan Januari-
Juli 2013. Penelitian dibagi menjadi dua tahap, tahap pertama adalah
pemilihan tetua di laboratorium mikologi dan tahap kedua adalah
persilangan antara tetua tahan dan tetua rentan di rumah kasa. Penelitian
dibagi menjadi dua tahap, tahap pertama ialah pengujian ketahanan enam
tetua di laboratorium mikologi yang didisain menggunakan rancangan
acak lengkap (RAL) dengan empat ulangan. Tahap kedua adalah
persilangan antara tetua tahan dan tetua rentan di rumah kasa, tetua
betina dan jantan ditanam menggunakan RAL faktorial dengan lima
ulangan. Faktor pertama ialah tetua betina yang terdiri atas dua varietas
yaitu Kencana dan Tanjung-2, dan faktor kedua adalah tetua jantan yang
terdiri atas empat genotip hasil introduksi yaitu AVPP 0207, AVPP 0407,
PP 0537–7558, dan Perisai. Berdasarkan hasil pengujian tingkat
ketahanan terhadap antraknosa di laboratorium, AVPP 0207 dan Perisai
diketahui tahan terhadap antraknosa (Colletotrichum acutatum).
Persilangan empat tetua jantan donor tahan antraknosa dengan dua tetua
betina varietas Balitsa (Kencana dan Tanjung-2) telah dilaksanakan tanpa
adanya barrier. Keberhasilan persilangan dan pembentukan biji
sangat dipengaruhi oleh tetua betina dan tidak dipengaruhi oleh tetua
jantan. Kisaran keberhasilan persilangan antara 37,16–67,64%,
sedangkan benih bernas yang dihasilkan bervariasi antara 269–784 benih
per tanaman. Daya berkecambah benih hasil persilangan berkisar antara
68–96%. Persilangan dengan tetua betina Kencana menghasilkan
persentase benih baik yang lebih tinggi dengan kualitas benih yang lebih
baik dibandingkan dengan persilangan menggunakan Tanjung-2 sebagai
tetua betina. Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk mengetahui penampilan
fenotipik dan status ketahanan terhadap antraknosa generasi F1.

e) Pengelolaan Hara dan Tanaman untuk Mendukung Usahatani Cabai


Merah Menggunakan Input Luar Rendah di Dataran Tinggi (Plant and
Nutrient Managements to Support Chili Pepper Cultivation by Using
Low External Input/High Output System in Highland)
Sumarni, N, Setiawati, W, dan Hudayya, A
J. Hort. Vol. 24 No. 2, 2014
ABSTRAK. Usahatani cabai merah konvensional dengan menggunakan
input pupuk kimia yang tinggi memberikan dampak pada penurunan
produktivitas lahan dan tanaman cabai merah, serta pencemaran
lingkungan. Karena itu perlu dicari teknologi alternatif ramah lingkungan
menggunakan input luar rendah dengan menggganti sebagian input pupuk
kimia sintetik dengan bahan organik, alami, dan hayati (mikroorganisme
berguna), serta menggunakan sistem tanam ganda. Penelitian dilakukan
di dataran tinggi Lembang dari bulan Maret sampai dengan Oktober 2013
menggunakan cabai merah varietas Kencana. Tujuan penelitian ialah
untuk menghasilkan sistem tanam dan pengelolaan hara yang tepat untuk
meningkatkan hasil cabai merah dalam usahatani dengan input luar
rendah. Rancangan penelitian menggunakan rancangan petak terpisah
dengan tiga ulangan. Petak utama ialah sistem tanam cabai merah (a1 =
cabai merah monokultur, a2 = tumpangsari cabai merah + kubis bunga,
dan a3 = tumpangsari cabai merah + buncis tegak). Anak petak ialah
pengelolaan hara (b1 = 30 t/ha pupuk kandang + 1.000 kg/ha pupuk NPK,
b2 = 30 t/ha kompos pupuk kandang + 750 kg/ha pupuk NPK, b3 = 30 t/ha
kompos sisa-sisa tanaman + 500 kg/ha pupuk NPK, dan b4 = 30 t/ha
kompos campuran pupuk kandang dan sisa-sisa tanaman yang diperkaya
+ 250 kg/ha pupuk NPK). Hasil penelitian menunjukkanbahwa tidak terjadi
interaksi antara sistem tanam dan pengelolaan hara terhadap
pertumbuhan tanaman, serapan hara, dan hasil buah cabai merah. Sistem
tanam tumpangsari cabai merah + kubis bunga dan cabai merah + buncis
tegak umumnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap
pertumbuhan tanaman, dan serapan hara, serta hasil buah tanaman cabai
merah dibandingkan dengan sistem tanam cabai merah monokrop.
Perbedaan pengelolaan hara berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan
bobot kering tanaman, serapan hara P dan Mg, serta hasil bobot buah
cabai merah. Bobot buah cabai merah tertinggi diperoleh dengan sistem
tanam cabai merah monokultur dengan pemberian 30 t/ha kompos pupuk
kandang + 750 kg/ha pupuk NPK, yaitu 64 kg/42 m2, sedangkan system
tanam tumpangsari cabai merah + buncis dan pengelolaan hara 30 t/ha
kompos sisa-sisa tanaman + 500 kg/ha pupuk NPK walaupun memberikan
hasil buah cabai merah yang lebih rendah (54 kg/42 m2) tetapi lebih baik
karena mempunyai tingkat pengembalian marginal tertinggi. Aplikasi hasil
penelitian ini dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan
meningkatkan produktivitas lahan yang sejalan dengan prinsip-prinsip
pertanian berkelanjutan.

f) Pengelolaan Organisme Pengganggu Tumbuhan Utama Pada


Budidaya Cabai Merah di Dataran Tinggi (Pest and Disease
Management On Hot Pepper Cultivation in High Land)
Prabaningrum, L dan Moekasan, TK
J. Hort. Vol. 24 No. 2, 2014
ABSTRAK. Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) masih merupakan
salah satu kendala utama pada budidaya cabai merah di dataran tinggi,
sejak fase vegetatif hingga generatif. Oleh karena itu pengelolaan OPT
selalu diupayakan guna menekan kehilangan hasil panen. Penelitian
mengenai pengelolaan OPT utama pada budidaya cabai merah di dataran
tinggi telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu, Balai Penelitian
Tanaman Sayuran, Lembang (1.250 m dpl.) sejak April hingga Oktober
2011. Tujuannya ialah menguji pengaruh penggunaan rumah kasa dan
mulsa plastik pada budidaya tiga varietas cabai merah terhadap serangan
OPT, penggunaan pestisida, dan produksi cabai merah. Penelitian
menggunakan rancangan petak terpisah dan setiap kombinasi perlakuan
diulang sebanyak tiga kali. Macam perlakuan yang diuji adalah : (A)
sistem tanam : di dalam rumah kasa (a1) dan di lahan terbuka (a2); (B)
kombinasi varietas dan penggunaan mulsa plastik : Tanjung 2 + mulsa
plastik (b1), Wibawa + mulsa plastik (b2), Hot Beauty + mulsa plastik (b3),
Tanjung 2 tanpa mulsa plastik (b4), Wibawa tanpa mulsa plastik (b5), dan
Hot Beauty tanpa mulsa plastik (b6). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa : (1) penggunaan rumah kasa pada budidaya cabai merah mampu
menekan serangan OPT dan penggunaan pestisida dengan hasil panen
lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya di lahan terbuka, (2) kombinasi
penggunaanrumah kasa dan mulsa plastik mampu menekan kerusakan
tanaman oleh serangan trips, (3) varietas Wibawa yang ditanam di dalam
rumah kasa menggunakan mulsa plastik berproduksi tertinggi. Dengan
demikian, penggunaan rumah kasa dan mulsa plastik dapat
direkomendasikan untuk pengelolaan OPT cabai merah di dataran tinggi.
FINANSIAL
PERATURAN

1. Peraturan Impor
Pemerintah melalui Kementrian Perdagangan (Kemendag)
menerbitkan dua ketentuan baru terkait impor, yakni Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 47/M-DAG/KEP/8/2013 tentang perubahan permendag
nomor 16/M-DAG/PER/4/2013 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura,
kemudian Permendag Nomor 46/M-DAG/KEP/8/2013 tentang Ketentuan
Impor dan Ekspor Hewan dan Produk Hewan. Berikut ini pasal yang ada
dalam peraturan pemerintah :

Anda mungkin juga menyukai