CABAI MERAH
Disusun oleh :
2017
BAHAN BAKU
1. Sumber bahan
Bahan baku cabai merah atau Capsicum annum L. Di wilayah Jember
berasal dari berbagai sumber yang menyediakan bahan, diantaranya :
a. Petani, sumber utama bahan baku cabai berasal dari petani cabai di
Kabupaten Jember. Harga yang ditawarkan oleh petani biasanya lebih
murah daripada pasar. Hal ini karena petani merupakan sumber utama
bahan baku. Petani di wilayah Jember berasal dari berbagai daerah
seperti Balung, Puger, Panti, Sumbersari, dan wilayah-wilayah lainnya.
b. Pengepul, pengepul adalah sumber kedua bahan baku cabai, pengepul
mengambil bahan baku cabai dari petani secara langsung, sehingga
harga cabai di pengepul lebih mahal daripada petani.
c. Pemasok, pemasok cabai merupakan sumber bahan yang sangat dekat
dengan pasar, pemasok lebih fokus menyalurkan bahan baku cabai
merah kepada pasar atau produsen yang memproduksi produk berbahan
baku cabai merah.
d. Pasar, pasar merupakan sumber terakhir bahan baku cabai merah, pasar
sendiri terdiri dari pasar tradisional dan pasar modern. Harga yang
ditawarkan oleh pasar tradisional biasanya lebih murah darupada pasar
modern seperti supermarket atau swalayan. Hal ini disebabkan karena
perbedaan kualiatas yang cukup tinggi. Namun demikian, harga yang
menjadi patokan adalah harga pasar secara nasional atau keseluruhan
yang biasanya dilihat dari harga pasar tradisional.
2. Tingkat Produksi
Setiap daerah di Kabupaten Jember memiliki tingkat produksi cabai
merah atau Capsicum annum L. yang berbeda dikarenakan beberapa
faktor, salah satunya seperti luas panen. Berikut data tingkat produksi
bahan baku cabai merah di setiap daerah :
4. Daerah Penghasil
Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah penghasil bahan
baku agroindustri berupa cabai merah atau Capsicum annum L. Terdapat
beberapa daerah yang menghasilkan bahan baku cabai rawit di Kabupaten Jember. Berikut
data daerah penghasil bahan baku cabai rawit :
No. Kecamatan No. Kecamatan
1. Kencong 16. Jombang
2. Gumukmas 17. Sumberbaru
3. Puger 18. Tanggul
4. Wuluhan 19. Panti
5. Ambulu 20. Sukorambi
6. Tempurejo 21. Arjasa
7. Silo 22. Pakusari
8. Mayang 23. Kalisat
9. Mumbulsari 24. Ledokombo
10. Jenggawah 25. Sumberjambe
11. Ajung 26. Sukowono
12. Rambipuji 27. Jelbuk
13. Balung 28. Sumbersari
14. Umbulsari 29. Patrang
15. Semboro
Data: jemberkab.bps.go.id
6. Kriteria Mutu untuk Cabai Merah Segar dan Keriting menurut SNI No.
01—4480—1998
a. Memiliki keseragaman warna
Warna merupakan kualitas fisik utama yang sangat menentukan
harga. Sebelum mengambil keputusan untuk membeli cabai, konsumen
akan mengamati warna. Warna yang merah menyala akan
meningkatkan ketertarikan konsumen untuk membeli. Selain warna
yang merah cerah, keseragaman juga merupakan hal yang sangat
penting. Dengan demikian, keseragaman warna dimasukkan dalam
persyaratan mutu cabai merah segar.
b. Memiliki keseragaman bentuk
Secara logis, konsumen juga akan lebih tertarik pada produk yang
memiliki keseragaman bentuk. Dengan demikian, keseragaman bentuk
merupakan salah satu prasyarat mutu cabai. Dalam dokumen mutu SNI
No. 01—4480—1998 dipersyaratkan cabai kualitas I harus memiliki
keseragaman di atas 98%, sedangkan untuk memenuhi standar mutu II
dan III dipersyaratkan cabai memiliki keseragaman bentuk lebih dari
96% dan 95%.
c. Keseragaman ukuran
Standar mutu prima juga dicirikan dengan adanya keseragaman
ukuran. Keseragaman ukuran ini meliputi ukuran panjang buah dan
garis tengah pangkal. Ukuran panjang cabai untuk dapat dikatakan
memenuhi standar prima (mutu I) adalah lebih dari 12 cm (12—17 cm)
dengan garis pangkal 1,3—1,5 cm. Mutu II dicirikan dengan ukuran
panjang buah 10— 12 cm dan garis tengah pangkal 1,0—1,3 cm;
sedangkan mutu III dicirikan dengan ukuran panjang buah <10 cm dan
garis tengah pangkal <1,0 cm.
d. Kadar kotoran
Saat menjual ke konsumen, cabai keriting kualitas premium harus
bebas dari cemaran kotoran atau benda-benda asing. Kadar kotoran
yang dipersyaratkan untuk dipenuhi agar dapat disebut berkualitas
mutu I (prima) adalah kurang dari 1%. Sementara itu, untuk mutu II dan
mutu III masih dapat ditoleransi keberadaan kotoran atau benda asing
sebanyak 2—5%.
e. Tingkat kerusakan dan busuk buah
Tingkat kerusakan dan busuk buah sangat berpengaruh terhadap
kualitas cabai. Agar disebut kualitas prima, standar yang harus dicapai
untuk mutu I adalah tidak adanya kerusakan dan busuk pada buah
(0%). Jika ada kerusakan sebesar 1—2 % maka masih dapat
memenuhi kriteria mutu III. Jika kerusakan sudah lebih dair 2% maka
dapat dikatakan tidak bermutu karena tidak mencapai standar
7. Bahan Pembantu
Bahan-bahan pembantu yang diperlukan dalam pembuatan produk
berbahan dasar cabai adalah sebagai berikut:
- Bahan pembantu produk Abon Cabai:
1. Cabai merah keriting 1 Kg
2. Cabai rawit 00,5 Kg
3. Bawang putih 20 siung
4. Bawang merah 10 siung
5. Gula pasir 2 sdm
6. Garam secukupnya/ sesuai selera
7. Penyedap jika suka
- Bahan pembantu produk Pasta Cabai:
1. Cabe bubuk 11,5 sdm
2. Kecap asin 1.5 sdm
3. Tepung ketan 0,5 sdm
4. Air 1 sdm
5. Gula secukupnya
6. Garam secukupnya
- Bahan pembantu produk Bubuk Cabai dan Tepung Cabai:
1. Buah cabai
2. Air
3. Natrium
4. Mtabisulfit
- Bahan pembantu produk Manisan Cabai:
1. Cabai merah 500 g
2. Gula pasir 750 g
3. Garam 5 g
4. Kapur sirih 5 g
5. Asam sitrat 5 g
- Bahan pembantu Sambal Cabai:
1. 10 cabai merah
2. 8 butir bawang merah
3. 2 siung bawang putih
4. 2 helai daun jeruk
5. 1 buah tomat
6. Garam 0,5 sdt
7. Gula 0,5 sdt
8. Minyak goreng 2 sdm
9. Kaldu
- Bahan pembantu Balado:
1. Cabai merah 10 biji
2. Bawang merah 5 butir
3. Bawang putih 3 siung
4. Daun jeruk 2 helai
5. Tomat 1 buah
6. Garam 0,5 sdt
7. Gula 0, sdt
8. Minyak goreng 2 sdm
9. Kaldu ayam / sapi
Cabai merah
Buah Cabai
Bumbu
dasar
Abon cabai manisan
sambel saos
cabai kering cabai
Pasta cabai cabai
cabai
tepung
cabai
3. Produk Olahan
Dengan penggunaan bahan baku cabai dalam industri dapat dilakukan
pemberian nilai tambah dengan melakukan suatu proses produksi, adapun
beberapa produk olahan yang dapat dihasilkan adalah sebagai berikut :
1. Bumbu Dasar
2. Pasta Cabai
3. Abon Cabai
4. Cabai Kering
5. Tepung Cabai
6. Sambal Cabai
7. Saos Cabai
8. Manisan Cabai.
4. Pemasaran
a. Pemasaran dasar cabai
Pemasaran dasar cabai yang berlangsung dari petani cabai
merupakan tingkat pemasaran pertama yang di alirkan sebagai arus
pemasaran dasar.Petani memasarkan cabai terbagi menjadi dua arah
yaitu pada pedagang pengecer dan pedagang pengumpul.arah pertama
yaitu:pedagang pengumpul.
Pada pedagang pengumpul ini petani menjual cabai dengan
harga yang relatif murah dan kriteria pada pedagag pengumpul ini dipilih
agar tidak langsung pada pedagang pengecer.setelah dari pedagang
pengumpul ini cabai akan di pasarkan melalui pedagang pengecer dn
akhirnya akan di pasarkan melalui individu atau konsumen langsung yang
di jual pada pasar terbuka
Selain itu pemasaran dilakukan pada arah kedua yaitu pemasaran
cabai dari petani akan langsung diteruskan pada pengecer dan setelah itu
langsung pada konsumen langsung .Perbedaan antara pemasaran
pertama dan kedua yaitu terletak pada lamanya proses pemasaran yang
dilakukan oleh para pelaku bisnis cabai serta pada harga cabai apabila
pada arah pertama harga cabai lebih tinggi dibandingkan harga cabai
pada proses pemasaran arah kedua.
5. Standar Mutu
a. Standar mutu cabai merah segar
Syarat
Karakteristik
Mutu I Mutu II Mutu III
1. Keseragaman Merah ≥ Merah ≥ Merah ≥
Warna (95%) (95%) (95%)
a. Cabe Merah
Segar
b. Cabe Merah
Kriting
6. Distributor
Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
JawaTimur yang secara geografis mempunyai areal lahan hortikultura yang
cukup luas. Komoditas hortikultura sayuran banyak diusahakan di kabupaten
ini. Khususnya untuk komoditas cabai merah besar, areal pertanamannya
tersebar hampir di seluruh wilayah kecamatan, Dalam menunjang
pengembangan usaha di sektor hortikultura cabai merah besar di Kabupaten
Jember, diperlukan suatu upaya untuk menciptakan nilai ekonomi dari produk
tersebut. Namun, sepanjang tahun 2012 hingga 2013 ini harga cabai merah
cabai merah biasa sangat fluktuatif. Kondisi harga cabai merah besar yang
fluktuatif ini diakibatkan oleh pengaturan manajemen rantai pasokan yang
tidak efisien. Efisiennya manajemen rantai pasokan dapat tercapai jika
pengelolaan dan pengawasan hubungan saluran distribusi dilakukan secara
kooperatif oleh semua pihak yang terlibat. Bentuk pengaturan rantai pasokan
sangat perlu mendapat perhatian khusus. Adanya pendekatan rantai
pasokan komoditas cabai merah besar di Kabupaten Jember diharapkan
dapat memberikan gambaran ketersediaan pasokan cabai merah besar
sebagai pertimbangan pengelolaan supply chain cabai merah besar bagi
konsumen maupun industri pengolah. Hasil berupa Saluran pasokan atau
pemasaran pada rantai pasokan komoditas cabai merah besar di Kabupaten
Jember dapat dilihat pada Gambar 2. Berikut :
Aliran Produk
Proses pemasakan
pendinginan
pengemasan
2. Industri Pasta Cabai
- Bahan :
Cabe bubuk = 1,5 sdm
Kecap asin = 1.5 sdm
Tepung ketan = 0,5 sdm
Air = 1 sdm
Gula = secukupnya
Garam = secukupnya
- Alat :
Wadah
Pengaduk
Microwave atau kukusan
kompor
- Proses produksi
Siapkan seluruh alat dan bahan yang diperlukan
Campurkan tepung denga air hingga tercampur rata
Masak adonan tepung dalam microwave oven atau dapat juga dikukus,
biarkan hingga sedikit panas dan aduk hingga menjadi berbentuk seperti
pasta, namun jangan terlalu matang.
Setelah dirasa cukup matang tambahkan bahan-bahan lainnya. Aduk
rata hingga membentuk pasta.
Angkat kemudian tiriskan.
- Tahapan produksi
Penyiapan alat dan bahan
- Tahapan produksi
pencucian
Pemblasiran
penirisan
Pengeringan
Cabai kering
penggilingan
Tepung cabai
- Alat :
Timbangan
Pisau
Kompor dan pengaduk
Panci
Loyang/tampah
Baskom plastik/wadah
Saringan
Kemasan
- Proses pembuatan
Persiapan alat : Menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam
pembuatan manisan cabai merah yaitu : timbangan, wadah, saringan,
panci, sendok kayu, psau dan tampah, dikondisikan dalam keadaan bersih
dan kering.
Persiapan bahan : Bahan yang perlu dipesiapkan adalah cabai merah
besar, gula pasir, kapur sirih, garam dan asam sitrat. Sebelum tahap
pengolahan, cabai merah terlebih dahulu dikeluarkan isinya, kemudian
dicuci, ditiriskan dan ditimbang sesuai kebutuhan.
- Tahapan Produksi
Pencucian ( Penirisan )
Cabai Ditiriskaan
Penirisan
Pengemasan
5. Industri Sambal Cabai
- Bahan :
Cabai merah 10
Bawang Merah 8 Butir
Bawang Putih 2 Siung
Daun Jeruk 2 Helai
Tomat 1 buah
Garam ½ sdt
Gula ½ sdt
Minyak Goreng 2 sdm
Kaldu ayam/sapi
- Alat :
Pisau
Kompor dan pengaduk
Panci
Loyang/tampah
Baskom plastik/wadah
Alat Penumbuk
Kemasan
- Proses Pembuatan
Persiapan alat : Menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam
pembuatan Sambal Cabai merah yaitu : pisau, kompor dan pengaduk,
wadah, panci, sendok kayu, alat penumbuk,dan tampah, dikondisikan
dalam keadaan bersih dan kering.
Persiapan bahan : Bahan yang perlu dipesiapkan adalah cabai merah
besar, gula pasir, garam, bawang merah, bawang putih, daun jeruk, dan
kaldu ayam/sapi. Sebelum tahap pengolahan, cabai merah terlebih dahulu
dikeluarkan isinya, kemudian dicuci, ditiriskan dan ditimbang sesuai
kebutuhan.
- Tahapan Produksi
Potong cabai merah, bawang
merah, bawang putih, dan juga
tomat.
Dinginkan
Dinginkan
Dinginkan
1. Lembaga Penelitian
- Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Jln Tentara Pelajar
No. 3C, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor, Jawa Barat,
Indonesia 16111
- Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Jln. Tangkuban Parahu No. 517,
Lembang, Bandung Barat 40391
2. Hasil Penelitian
a) Eksplorasi dan Pengaruh Cendawan Endofit yang Berasal dari Akar
Tanaman Cabai Terhadap Pertumbuhan Benih Cabai Merah (The
Exploration and Effect of Endophytic Fungus Isolated from Chilli’s
Root to Growth of Chilli Seedling)
Ana Feronika Cindra Irawati1), Kikin Hamzah Mutaqin2), Maggy
Tenawidjaja Suhartono3) Yudi Sastro4), Sulastri5), dan Widodo2)
J. Hort. Vol. 27 No. 1, Juni 2017
ABSTRAK. Cendawan endofit diketahui memiliki kemampuan dalam
menghasilkan metabolit sekunder yang sering berdampak terhadap
pertumbuhan inangnya, seperti meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap kondisi cekaman biotik dan abiotik, maupun meningkatkan
pertumbuhannya. Penelitian bertujuan mengisolasi dan mengetahui
pengaruh aplikasi cendawan endofit yang diperoleh dari akar tanaman
cabai terhadap pertumbuhan benih tanaman cabai besar (Capsicum
annuum L.). Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
dan Rumah Kaca BPTP Jakarta, sejak September 2012 hingga Agustus
2013. Penelitian terdiri atas eksplorasi, uji patogenisitas, dan uji efikasi
terhadap cendawan endofit. Eksplorasi cendawan endofit dilakukan
terhadap sampel akar tanaman cabai sehat dari daerah Garut (Jawa
Barat), yang sering digunakan untuk budidaya tanaman cabai dan
Cipayung (Jakarta Timur), yang merupakan daerah baru untuk budidaya
tanaman cabai. Seleksi awal terhadap isolat cendawan dilakukan dengan
uji patogenisitas secara in vitro. Uji efikasi cendawan secara in vivo pada
benih cabai berfungsi untuk mengetahui efek aplikasi cendawan terpilih
terhadap pertumbuhan benih. Hasil eksplorasi menunjukkan bahwa isolat
cendawan yang diperoleh dari akar tanaman cabai daerah Garut, secara
makroskopis memiliki keragaman lebih tinggi dibanding dengan
keragaman isolat dari daerah Cipayung. Uji patogenisitas menunjukkan
bahwa isolat cendawan yang diuji cenderung didominasi oleh cendawan
yang bersifat patogenik dan potensial patogenik. Uji efikasi cendawan
endofit terpilih (46 isolat nonpatogenik dan 16 isolat potensial patogenik),
dalam memengaruhi pertumbuhan vegetatif benih, menunjukkan bahwa
74,19% isolat yang diuji memiliki kemampuan memicu pertumbuhan
benih. Sebanyak 34 isolat dari isolat-isolat tersebut diketahui merupakan
isolat yang konsisten bersifat nonpatogenik dan 12 isolat berdasarkan uji
patogenisitas bersifat potensial patogenik.
1. Peraturan Impor
Pemerintah melalui Kementrian Perdagangan (Kemendag)
menerbitkan dua ketentuan baru terkait impor, yakni Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 47/M-DAG/KEP/8/2013 tentang perubahan permendag
nomor 16/M-DAG/PER/4/2013 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura,
kemudian Permendag Nomor 46/M-DAG/KEP/8/2013 tentang Ketentuan
Impor dan Ekspor Hewan dan Produk Hewan. Berikut ini pasal yang ada
dalam peraturan pemerintah :