Anda di halaman 1dari 15

Makalah

KARST

Oleh :

Lajodhin (433419043)

Wahyuni nuraningsih (433419046)

JURUSAN BIOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayahNya yang tiada terkira besarnya, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Karst”.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan. Dan semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
Makalah ini saya akui masih banyak kekuranagan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu diharapkan pembaca memberikan kritik
dan sarannya sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Gorontalo, 19 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar ....................................................................................................


Daftar isi...............................................................................................................
BAB I PENDAULUAN ........................................................................................
1.1 Latar belakang .........................................................................................
1.2 Rumusan masalah....................................................................................
1.3 Tujuan .....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................
2.1 Pengertian karst .......................................................................................
2.2 Ciri-ciri, factor dan syarat terbentuknya bentuk lahan solusional...........
2.3 Proses terbentuknya lahan karst atau kasrtifikasi....................................
2.4 Proses pembentukan topografi Karst .......................................................
BAB III PENUTUP ..............................................................................................
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................
3.2 Saran .........................................................................................................
Daftar pustaka .......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia memiliki kawasan karst yang sangat luas mencapai lebih dari
15,4 juta hektar, tersebar di beberapa di wilayah Pulau Sumatera, Papua dan
pulau-pulau kecil lainnya. Kawasan karst yang fenomenal diantaranya
Gunung Sewu, Gombong, Maros, Sangkulirang dan Papua. Kawasan karst
Indonesia pada umumnya mengandung keanekaragaman hayati dan non hayati
yang mempunyai nilai-nilai keindahan, keunikan, ilmiah, ekonomi, sosial-
budaya, sejarah, dan kemanusiaan sehingga menarik minat nasional dan dunia
internasional. Karenanya salah satu kawasan tersebut yaitu, kawasan karst
Leuser dan Pegunungan Tengah di Papua telah ditetapkan sebagai cagar alam
warisan dunia (Guntarto: 2009).
Sekilas keadaan fisik kawasan karst memang tidak menarik, keadaannya
kering dan gersang karena sedikit air yang ada dipermukaan, namun karst
merupakan fenomena alam yang menarik, berupa bentang alam yang
berkembang pada batuan yang mudah larut oleh air, khususnya pada batu
gamping. Air hujan yang turun pada batuan gamping di wilayah karst akan
melarutkan batu gamping, sehingga dalam jangka panjang permukaan wilayah
ini membentuk bukit dan lembah. Di bawah permukaan, sebagai proses
pelarutan tersebut akan terbentuk dan berkembang gua dengan berbagai
bentuk ornamen yang indah dan juga di dalamnya tebentuk sungai bawah
tanah. Proses pelarutan tersebut sebagai perwujudan karsifikasi, terjadi secara
alami selama ribuan tahun bahkan jutaan tahun.
Indonesia adalah negara dengan bentang alam karst yang sangat luas,
namun demikian hingga kini belum dapat ditemukan data tentang lokasi dan
luas kawasan karst di Indonesia yang pasti. Hal tersebut semakin ditambah
parah dengan adanya pengeksplorasian sumber daya karst yang berlebihan
sehingga merusak kawasan yang bersifat tidak dapat diperbaharui ini. Hal ini
berarti kawasan karst saat ini sangat memerlukan perhatian, karena
pemanfaatan yang ada sekarang tidak dimulai dengan studi kelayakan yang
pas untuk karakteristik kawasan karst yang unik. Aktivitas penambangan batu
gamping baik skala besar maupun secara kecil masih menjadi ancaman
terbesar bagi kelestarian kawasan karst. Daya rusak kegiatan penambangan ini
berdampak sistemik terhadap ekosistem karst dan sekitarnya serta bersifat
permanen.
Daya rusak penambangan batu gamping secara kasat mata bisa dilihat dari
rusaknya bentang alam karst. Bukit-bukit batu gamping yang menyusun
kawasan karst terpotong-potong di banyak tempat. Pengupasan lahan dan
pemotongan bukit inilah yang merusak sistem suplai air di daerah karst. Bukit
karst, yang seharusnya menyimpan dan mensuplai air ke sungai bawah tanah
melalui saluransaluran mikronya, menjadi kehilangan fungsinya karena
terpotong oleh aktivitas tambang. Akibatnya, pada musim kemarau debit
sungai bawah tanah di Bribin dan Seropan berkurang drastis. Di musim hujan
fluktuasi air sungai bawah menjadi tidak terkendali.
Melihat permasalahan yang ada di berbagai wilayah karst tersebut maka
diperlukan pemahaman terhadap bahaya kerusakan kawasan karst sebagai
penanggulangan kerusakan yang lebih parah lagi. Diperlukan adanya
sosialisasi melalui pendidikan, salah satunya melalui sosialisasi kepada
masyarakat. Karena itu Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam
pengelolaan kawasan lingkungan di kawasan kars dapat menjadi pelajaran
bersama dalam mengembangkan pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat
untuk menjadi lebih baik. Kebudayaan masyarakat dan kearifan lingkungan,
serta pendidikan bagi masyarakat menjadi pilar utama dalam pengelolaan
lingkungan kawasan kars berkelanjutan yang harus didorong bersama oleh
masyarakat dan pemerintah dalam menata lingkungan dan sumberdaya air
sehingga menjadi lebih baik.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian karst?
2. Bagaimana ciri-ciri, factor dan syarat terbentuknya bentuk lahan solusional
(Karst)?
3. Bagaimana prose terbentuuknya bentuk lahan karst atau kasrtifikasi?
4. Bagaimana Prose pembentukan topografi Karst?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari karst
2. Mahasiswa mampu mengetahui ciri-ciri factor dan syarat terbentuknya
bentuk lahan solusional (Karst)
3. Mahasiswa mapu mengetahui proses terbentuknya bentuk lahan karst atau
kasrtifikasi
4. Mahasiswa mampu mengetahui proses pembentukan topografi Karst
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian karst
Karst adalah perbukitan khas yang dibentuk oleh batu gamping.
Pembentukannya dipengaruhi oleh proses karstisifikasi, yang secara berkelompok
maupun tunggal dipengaruhi oleh proses pelarutan dan pengikisan dengan tingkat
yang lebih tinggi dibandingkan kawasan lainnya (Suhendar, 2015).
Kawasan karst yaitu suatu kawasan yang terbentuk dari batuan gamping dan
dolomit yang ditandai oleh adanya cekungan, lereng terjal, tonjolan bukit berbatu
(gamping) tak beraturan, bergua yang mempunyai sistem aliran air bawah tanah,
serta memiliki flora dan fauna yang endemik (Suharto, 2012)
Dapat juga diartikan sebagai suatu kawasan yang diwarnai oleh kegiatan
pelarutan atau karstifikasi. Dalam konteks yang lebih luas, kawasan karst
merupakan perpaduan antara unsur-unsur morfologi, kehidupan, energi, air, gas,
tanah, dan batuan yang membentuk satu kesatuan sistem yang utuh
Kawasan karst juga merupakan sebuah perbukitan kapur yang terpisah satu
sama lain. Status bukit kapur ini keberadaannya semakin memprihatinkan karena
tidak terdapat dalam kawasan konservasi. Padahal bukit–bukit ini mempunyai
kandungan keanekaragaman hayati yang menarik dan endemik tinggi, karena
sifatnya yang terisolasi (Rahmadi, 2005).
Kawasan karst sangat rentan terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya
sehingga keberadaan kawasan karst sangat terancam kondisinya. Ancaman
terbesar berasal dari aktivitas pertambangan, pariwisata, perburuan sarang walet
dan kelelawar serta penebangan pohon disekitar kawasan karst membuat kawasan
ini semakin memprihatinkan. Kerusakan lingkungan yang terjadi di kawasan karst
membuat perairan di dalam gua juga ikut terpengaruh karena sumber air gua yang
berasal dari sungai maupun rembesan dan resapan air pada dinding maupun
langit-langit gua. Padahal menurut Abdurahman (2015), salah satu fungsi ekologis
bukit karst adalah sebagai penyimpanan dan regulator sistem hidrologis di
kawasanya. Inilah sebabnya sungai bawah tanah dan sebagian besar mata air di
kawasan ini bersifat pepenial (berair sepanjang musim).
Ekosistem karst menyimpan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi baik
terrestrial maupun akuatik. Ekosistem gua merupakan sebuah ekosistem yang
terbuka dimana semua komponen saling berkaitan baik dalam lingkungan gua
maupun lingkungan luar gua. Kondisi gelap total tidak memungkinkan produsen
utama seperti di lingkungan luar gua dapat hidup. Hal ini menyebabkan
tumbuhan hijau sebagai sumber utama energi di ekosistem lain di luar gua
tidak ditemukan di dalam gua,sehingga energi dalam gua berasal dari sumber
energi allochtonous dan sangat bergantung pada produktivitas mikroorganisme
yang ada dalam gua maupun sumbe sumber lain yang berasal dari luar gua
(Rahmadi, 2007). Dengan kondisi demikian diperkirakan konsumen gua seperti
hewan bentos yang di dalam berbeda dengan di luar gua.
Ekosistem gua mempunyai sumber bahan organik yang sangat minim dan
bervariasi dari satu gua ke gua lain. Sumber bahan organik yang paling penting di
dalam gua adalah guano/kotoran kelelawar dan burung karena dapat terkumpul
dalam jumlah banyak. Sumber lain yang tidak kalah penting adalah bahan organik
dari luar gua yang terbawa masuk ke dalam gua saat sungai bawah tanah banjir
atau melalui jendela gua yang ada di atap gua. Sumber bahan organik lain adalah
bahan organik terlarut yang masuk melalui rekahan (Rahmadi, 2004).
Pencemaran perairan di dalam gua sangat berpengaruh terhadap kualitas
perairan dalam gua dan organisme yang hidup di dalam gua khususnya fauna
akuatik gua. Parlindungan (2012), menyatakan bahwa masuknya air yang berasal
dari daratan ke dalam suatu perairan dengan membawa bahan-bahan terlarut yang
berasal dari daratan, dapat mempengaruhi kualitas fisika-kimia air, yang pada
akhirnya juga akan mempengaruhi sifat-sifat biologi dari perairan tersebut.
Dalam keadaan yang demikian, hanya organisme yang mampu beradaptasi yang
akan tetap bertahan hidup, sedangkan yang lainnya kemungkinan besar akan
berpindah tempat kalau memungkinkan, atau akan mengalami kemusnahan.
2.2 Ciri-ciri, factor dan syarat terbentuknya bentuk lahan solusional (Karst)
A. Ciri-ciri Karst
Karst merupakan penyimpanan air sebagai hidrologi yang unik. Porositas
yang baik dan batuan yang mudah larut merupakan ciri tersendiri dikawasan
karst. Kasrt dicirikan sebagai berikut.
1. Terdapat cekungan tertutup dan lembah kering dalam berbagai ukuran
dan bentuk
2. Tidak terdapat pengairan atau sungai permukaan
3. Terdapat gua dari sistem pengaliran bawah permukaan tanah
b. Faktor terbentuknya Karst
Faktor- factor yang mempengaruhi bentang alam karst sebagai berikut.
1. Faktor fisik
Factor-faktor fisik yang mempengaruhi pembentukan topografi karst
meliputi :
a. Ketebalan batu gamping yang baik untuuk perkembangan karst
adalah batu gamping yang tebal atau yang terdiri dari beberapa
lapisan dan membentk unit batuan yang tebal, sehingga mampu
menampilkan topografi karst sebelum habis terlarutkan.
b. Porositas dan permeabialitas berpengaruh dalam sirkulasi air dalam
batuan. Semakin besar porositas sirkulasi air akan semakin lancer
sehingga proses karsitifikasi akan semakin intensif.
c. Intensitas struktur (kekar), zona kekar adalah zona lemah yang
mudah mengalami pelarutan dan erosi sehingga dengan adanya
kekar dalam batuan proses pelarutan berlangsung intensif. Kekar
yang baik untuk proses karstifikasi sehingga mempertinggi
porositas dan permeabilitas. Namun apabila intensitas kekar sangat
tinggi batuan akan mudah tererosi atau hancur sehingga proses
karstifikasi terhambat.
2. Faktor kimiawi
Faktor-faktor kimiawi yang mempengaruhi pembetukan topografi karst
meliputi :
a. Kondisi kimia batuan, dalam pembentukan tpografi karst
diperlukan diperlukan sedikitnya 60 % kalsit dalam batuan yang
paling baik diperlukan 90 % kalsit.
b. Kondisi kimia media pelarut dalam proses karsitifikasi media
pelarutnya adalah air, kondisi kimia air sangat berpengaruh
terhadap proses karstifikasi. Kalsit sulit larut dalam air murni, tetapi
mudah larut dalam air yang mengandung asam. Air hujan mengikat
CO2 di udara dan dari tanah membentuk larutan yang bersifat asam
yaitu asam karbonat (H2CO3). Larutan inilah yang sangat baik
untuk melarutkan batu gamping.
3. Faktor Biologis
Aktivitas tumbuhan dan mikrobiologii dapat menghasilkan humus
yang menuutup batuan dasar mengakibatkan kondisi anaerobic
sehingga air permukaan masuk ke zona anaerobic, tekanan persial CO2
akan meningkat sehingga kemapuan melarutkannya juga meningkat.
4. Faktor iklim dan kondisi lingkungan
Factor iklim dan koondisi lingkungan yag mendukung adalah
adanya lembah besar yang mengelilingi tempat yang tinggi yang
terdiri dari batuan yang mudah larut (batu gamping) yang terkekarkan
intensif. Kondisi lingkungan disekitar batu gamping harus lebih
rendah sehhingga sirkulasi air berjalan dengan baik sehingga proses.
B. Syarat terbentuknya bentuklahan solusional (Karst)
Ada beberapa syarat terbentuknya bentuk lahan solusional (Karst) yaitu:
1. Terdapat batuan yang mudah larut
Batuan yang mengandung CaCO3 tinggi akan mudah larut. Jika
kandungan CaCo3 pada batuan tersebut tinggi maka bentu lahan karst
akan semakin berkembang.
2. Kekompakan batuan
Kestabilan morfologi karst ditentukan oleh kekompakan batuan
setelah mengalami pelarutan. Apabila batuan lunak maka setiap
kenampakan karst yang terbentuk seperti Karen dan bukit akan cepat
hilang karena proses pelarutan itu sendiri maupun proses erosi dan
gerak masa batuan sehingga kenampakan kasrt tidak dapat
berkembang baik.
3. Mempunyai lapisan batuan yang tebal
Ketebalan menentukan terbentuknya sirkkulasi air secara vertical
lebih. Tanpa ada lapisan yang tebal sirkulasi air secara vertical yang
merupakan syarat kasrtifkasi dapat berlangsung.
4. Banyak terdapat diaklas atau retakan
Jalan masuknya air membentuk drainase vertical dan
berkembangnya sungai bawah tanah serta pelarutan yang
terkonsentrasi adalah melalui retakan.
5. Curah hujan yang cukup (>250 mn/ tahun)
Curah hujan merupakan media elarut utama dalam karstifikasi
semakin besar curah hujan, semakin besar media pelarut, sehingga
tingkat pelarut yang terjadi di batuan karbonat yang semakin besar.
6. Temperatur
Prosees karstifikasi didorong oleh temperature utamanya dalam
kaitannya dengan aktivitas organisme. Daerah dengan temperature
hangat seperti di daerah trospis merupakan tempat yang ideal bagi
perkembangan organisme yang selanjutnya menghasilkan CO2 dalam
tanah yang melimpah.
7. Penutupan batuan
Hutan yang lebat akan memppunyai kandungan CO2 dalam tanah yang
melimpah akibat dari hasil perombakan sisa-sisa organic (dahan,
ranting, daun, dan bangkai binatang) oleh mikroorganisme. Semakin
besar konsenntrasi CO2 dalam air semakin tinggi tingkat daya larut air
terhadap batu gamping CO2 di atmosfer tidak bervariasi secara
signifikan sehingga variasi prooses karstifikasi sangat ditentukan oleh
CO2 dari aktivitas organisme.
2.3 Prose terbentuknya bentuk lahan karst atau kasrtifikasi
Karstifikasi proses pembentukan bentuk lahan karst adalah proses kerja air
terutama secara kimiawi, meskipun secara mekanik pula yang menghasilkan
kenampakan-kenampakan topografi karst. Karstifikasi atau proses
pembentukan bentuk lahan karst didominasi oleh proses pelarutan. Air pada
umumnya tidak mudah melarutkan batu gamping, akan tetapi air hujan yang
mengandung karboondioksida (CO2) yang bekerja sebagai bahan pelarut
yang hebat. CO2 berasal dari yang masuk kedalam pori-pori batu gamping
dan melarutkannya. Hasil dari pelarutan dapat didapati berupa lubang-lubang,
gua, stalaktif, dan staklamit.
2.4 Proses pembentukan topografi Karst
Ada beberapa proses pembentukan rupa bumi karst dan memiliki tahapan
yang terjad yaitu sebagai berikut.
a. Tahap pertama, hanya terjadi batu kapur. Walapun begitu aliran di
permukaan tanah adalah hal sudah biasa. Kadang juga ditemukan lekukan-
lekukan yang mepunyai sisi yang curam yang berasal dari proses gerak
bumi. Dan ditengah-tengah retakan yang biasa disebuut poljes. Bentuk-
bentuk ini adalah kawasan karst yang sudah biasa ditemui dikawan karst
yang dudah mengalami perubahan seperti yang ada di Kentucky aliran
dikawasan ini ditemukan bahwa mengikuti zona-zona patahan dan lipatan.
b. Proses kedua adalah bentuk-bentuk dolin ataupun tekukan yang berbentuk
corong. Semakin bertambah banyak sehingga hamper mencakup seluruh
dari kawasan tersebut. Bentuk-betuk aliran dipermukaan tanah mulai
digantikan oleh aliran dibawah permukaan tanah. Beberapa dolin menjadi
tambah besar yang dikarenakan oleh pengikisan-pengikisan bagian tepi
dari dolin dan runtuhan dari gua—gua batu tadi. Sehingga beberapa dolin
bertemu dan membentuk suatu lakukan yang panjang yang berbentuk
seperti lorong panjang yang disebut uvalus.
c. Proses ketiga dimana keadaan rendah tinggi berada dibanyak bagian dari
permukaaan tanah hilang. Dari dolin-dolin yang tererosi tadi tanahnya
dialirkan kedaeerah yang lebih rendah, sehingga lembah-lembah menjelma
menjadi shale yang dibawahnya terdapat aliran yang tidak tetap. Aliran-
aliran anak sungai yang tadinya mengalir jauh diatas permukaan tanah
mulai mengalir kedalam tanah karena batu kapur yang tekikis oleh
perkembangan flora dalam tanah. Permukaan masih memiliki batu kapur
permukaanya tidak merata yang mebentuk puncak-puncak serta rangkaian
lapies yang terjadi karena pelarutan yang terjadi disepanjang retakan batu
yang terjadi baertahun-tahun. Bentuk ini berbentuk seperti kulit kerang
yang didalamnya terdiri dari beberapa gas.
d. Proses terakhir, dimana sistem biasa anak-anak sungai dpermukaan bumi
yang memenuhi permukaan tanah. Lapisan batuan itu menonjol dihampir
semua daerah. Diatasnya terdapat bukit keci (humus) yang lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kasrt adalah istilah dalam bahasa Jerman yang diambil dari istilah
Slovenian kuno yang berarti topografi hasil pelarutan (solution topografi).
Sedangkan topografi karst adalah suatu topografi yang tebentuk pada daerah
dengan litologi berupa batuan yang mudah larut, menunjukan relief yang khas,
penyaluran yang tidak teratur, aliran sungaainya secara tiba-tiba masuk
kedalam tanah dan meninggalakn lembaah kering untuk kemudian keluar
ditempat lain sebagai mata air yang besar. Adapaun factor-faktor yang
mempengaruhi topografi karst yaitu :
a. Factor fisik
b. Factor kimiawi
c. Factor biologi
Kawasan karst di Indonesia mencakup luas sekitar 15,4 juta dan tersebar
hamper diseluruh Indonesia. Keberadaan kawasan ini menunjukan bahwa
pulau-pulau Indonesia banyak yang pernah menjadi dasar laut, namun
kemudian terangkat dan mengalami pengerasan.
3.2 Saran
kami menyarankan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada
dalam bentuk lahan karst secara arif dan bijak. Walaupun daerah kawasan
karst merupakan daeraha yang tidak subur tetapi didalamnya terdapat banyak
manfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Suharni dan Palangan. 2014. Geomorfologi Gaya, Proses, dan Bentuk Lahan.
Yogyakarta : Penerbit Ombak
Massinai, Muhammad Alti. 2016. Geomorfologi Tetonik. Yogyakarta : Pustaka
Ilmu
Herlambang, Sudarno. 2004. Bahan Ajar dasar-dasar Geomorfologi. Malang :
Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai