Dosen Pembimbing :
Intah Nur Fadhilla
Disusun Oleh:
1. AZRIEL FAJAR S. (1841230035)
2. KUKUH ADHI P. (1841230015)
3. NOERFAIZI AHMAD N. (1841230103)
4. RIFQI SATYA A. (1841230014)
5. SONNY SETIAWAN (1841230119)
6. ZAKI MAULIDI (1841230080)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...3
1.1 Latar Belakang…........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................3
1.3 Tujuan.........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………5
2.1 Pengertian Bahan Bakar.....................................................................5
2.2 Jenis jenis Bahan Bkar....................................................................5
2.2.1 Gasolim...........................................................................................5
2.2.1.1 Angka Oktan……….....................................................................6
2.2.2 Bahan Aditif………....................................................................7
2.2.3 Pretro Diesel……….....................................................................10
2.2.3.1 Angka Setana....................................................................10
2.2.4 Bahan Bakar LPG....................................................................10
2.2.5 Gas Buang Haasil Pembakaran..........................................................11
2.2.6 Bahan Bakar Alternatif....................................................................13
2.2.7 Katalitik Konverter....................................................................15
2.2.8 Energi Pembakaran....................................................................16
2.3 Pengaplikasian Bahan Bakar................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bahan bakar?
2. Apa saja jenis bahan bakar?
3. Apa saja Aplikasi bahan bakar?
1.3. Tujuan
1. Mengetuhui pengertian bahan bakar.
2. Mengetahui jenis-jenis bahan bakar.
3. Mengetahui pengaplikasian bahan bakar.
4
BAB II
PEMBAHASAAN
a. Premium
Yaitu bahan bakar jenis ditilat dengan warna kekuningan yang jernih dan memiliki
kandungan timbale sebagai octane booster (TEL). Biasanya premium dipakai untuk
bahan bakar motor bensin seperti mobil, sepeda motor dan motor temple. Bahan
bakar ini kerap juga dikatakan sebagai gasoline atau petrol dan tak bisa dipakai
pada kendaraan yang diperlengkapi catalytic conventer. Apabila bahan bakar yang
memiliki kandungan timbal dipakai pada kendaraan yang diperlengkapi dengan
catalytic conventer, akan mengakibatkan pori-pori katalis tertutup oleh bahan
timbal ini dan mengakibatkan hilangnya kekuatan katalitic conventer sebagai
katalis konversi emisi pencemaran jadi emisi yang bersahabat dengan lingkungan.
b. Pertalite
Yaitu bahan bakar yang berwarna hijau yang jernih tan memiliki angka RON 90,
cocok digunakan pada kendaraan yang memiliki angka kompresi diatas 9,0:1
hingga 10,0:1.
5
c. Pertamax
Yaitu bensin tanpa ada timbal dengan kandungan aditif generasi canggih yang bisa
bersihkan Intake Valve Port Fuel Injektor dan ruangan bakar dari carbon. Memiliki
angka oktan 92 dan bisa dipakai pada kendaraan dengan kompresi yang tinggi.
Saran kami gunakanlah pertamina solusi bahan bakar berkualitas dan ramah
lingkungan seperti pertamax. Karena dapat menjaga mesin ada dari korosi.
Sehingga mesin lebih awet dan tahan lama.
d. Pertamax Turbo
Yaitu bahan bakar motor bensin tanpa ada timbal yang di produksi dari High Octane
Mogas Component (HOMC) yang berkualitas tinggi ditambah dengan bahan aditif
generasi paling baru sesuai sama keperluan yang direferensikan pabrikan kendaraan
bermotor. Bahan bakar ini diformulasikan spesial untuk penuhi tuntutan akan bahan
bakar minyak yang bisa melayani mesin yang bekerja pada kompresi tinggi namun
ramah lingkungan dan lebih aman pada kesehatan manusia.
Pertamak turbo memiliki angka oktan 98 di mana angka oktan ini lebih tinggi dari
pertalite dan premium. Pertamax turbo di pasarkan tanpa ada di beri pewarna (bening)
direferensikan untuk kendaraan berkompresi tinggi atau kendaraan yang memakai
katalistik converter.
Bilangan oktan adalah angka yang menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa
diberikan sebelum bensin terbakar secara spontan. Di dalam mesin, campuran udara dan
bensin (dalam bentuk gas) ditekan oleh piston sampai dengan volume yang sangat kecil dan
kemudian dibakar oleh percikan api yang dihasilkan busi. Karena besarnya tekanan ini,
campuran udara dan bensin juga bisa terbakar secara spontan sebelum percikan api dari busi
keluar. Jika campuran gas ini terbakar karena tekanan yang tinggi (dan bukan karena
percikan api dari busi), maka akan terjadi knocking atau ketukan di dalam mesin. Knocking
ini akan menyebabkan mesin cepat rusak, sehingga sebisa mungkin harus kita hindari.
Angka oktan suatu bahan bakar adalah bilangan yang menyatakan persentase
volume iso-oktana dalam campuran yang terdiri dari iso-oktana (2,2,4- trimethylpentane)
dan normal-heptana (n-heptane). Contoh sederhana adalah Premium dengan angka oktan
88, yang berarti campuran volume iso-oktana sebanyak 88% dan 12% volume normal-
heptana. Angka oktan bisa ditingkatkan dengan menambahkan zat aditif bensin. Beberapa
angka oktan untuk bahan bakar:
87 → Bensin standar di Amerika Serikat
88 → Bensin tanpa timbal Premium
91 → Bensin standar di Eropa, Pertamax
92 → Bensin standar di Taiwan
6
91 → Pertamax
95 → Pertamax Plus
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas bensin adalah menaikkan angka
oktan. Angka oktan bensin sendiri didefinisikan sebagai persentase isooktana dalam bahan
bakar rujukan yang memberikan intensitas ketukan yang sama pada mesin uji. Terdapat dua
jenis angka oktan, yaitu: (1) angka oktan riset (RON) yang memberikan gambaran tentang
kecenderungan bahan bakar untuk mengalami pembakaran tidak normal pada kondisi
pengendaraan sedang dan juga pada kecepatan rendah dan dilakukan dengan metode riset,
dan (2) angka oktan motor (MON) yang memberikan gambaran mengenai kinerja
pengendaraan pada kondisi operasi yang lebih berat, kecepatan tinggi atau kondisi beban
tinggi. Bilangan oktan di pasaran merupakan rata-rata aritmetis dari MON dan RON.
Untuk mendapatkan bensin dengan angka oktan yang cukup tinggi dapat ditempuh
beberapa cara: memilih minyak bumi dengan kandungan aromat yang tinggi dalam trayek
didih gasoline; meningkatkan kandungan aromatik melalui pengolahan reformasi atau
alkana bercabang dengan alkilasi atau isomerisasi atau olefin bertitik didih rendah;
mengunakan komponen berangka oktan tinggi sebagai bahan ramuan seperti alcohol atau
eter; dan menambahkan aditif peningkat angka oktan.
untuk methanol. Penggunaan alkohol sebagai zat aditif pengganti TEL masih
terbatas karena beberapa masalah antara lain tekanan uap dan daya hidroskopisnya yang
tinggi. Oleh karena itu senyawa eter lebih banyak digunakan daripada alkohol. Senyawa
eter yang telah banyak digunakan adalah MTBE, sedangkan ETBE dan TAME masih
terbatas karena teknologi prosesnya masih belum banyak dikembangkan. Namun
berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian dalam satu dasawarsa ini, MTBE juga
menimbulkan masalah pencemaran air tanah, sehingga penggunaannya sebagai zat aditif
bensin banyak ditinjau lagi. Penggunaan eter tersebut sebagai zat aditif saat ini agaknya
mulai digantikan dengan alternatif aditif yang lain, seperti di Amerika mulai dilakukan
pengkajian terhadap penggunaan etanol sebagai pengganti MTBE. Di Indonesia walaupun
masih menggunakan MTBE, namun Bapedal melakukan pengkajian terhadap
Methylcyclopentadienyl Manganese Tricarbonyl (MMT), senyawa organologam.
7
a) Tetraethy Lead (TEL)
Zat aditif yang masih digunakan di Indonesia hingga saat ini adalah
Tetraethyl Lead (TEL). Namun penggunaan zat aditif tersebut did uga sebagai
penyebab utama keberadaan timbal di atmosfer. Para ahli lingkungan meneliti
sampai sejauh mana mekanisme transportasi timbal di atmosfer serta dampak yang
ditimbulkannya terhadap kehidupan manusia dan lingkungannya.
b) Senyawa Oksigenat
Metanol memiliki angka oktan yang tinggi dan mudah didapat dan
penggunaannya sebagai aditif bensin tidak menimbulkan pencemaran udara. Namun
perbedaan struktur molekul methanol yang sangat berbeda deari struktur
hidrokarbon bensin menimbulkan permasalahan dalam penggunaannya, antara lain
kandungan oksigen yang sangat tinggi dan rasio stoikiometri udara per bahan bakar.
8
Nilai bakarnya pun hanya 45% dari bensin.
Etanol memiliki angka oktan yang hampir sama dengan metanol. Daya
toleransi etanol terhadap air lebih baik daripada metanol. Di negara-negara yang
mempunyai kelebihan produksi pertanian etanol dibuat dari fermentasi produk
pertanian. Etanol juga bersifat toksik. Di dalam tubuh manusia keberadaan etanol
diproses di dalam hati di mana enzim dehidrogenasi mengubah etanol menjadi
asetaldehida. Akumulasi asetaldehida itu dapat mengganggu sistem kesadaran otak
manusia. Namun begitu penggunaan etanol sebagai aditif bensin dinilai relatif lebih
aman dibanding metanol. MTBE memiliki sifat yang paling mendekati bensin
ditinjau dari nilai kalor, kalor laten penguapan dan rasio stoikimoetri udara per
bahan bakar.
a) MMT
b) Naphtalene
9
antara lain: sifat pembakaran yang baik, mudah menguap sehingga
tidak meninggalkan getah padat pada bagian- bagian mesin.
Penggunaan Naftalena sebagai aditif memang belum terkenal karena
masih
2.2.3 Petrodiesel
Bahan bakar mesin diesel sebagian besar terdiri dari senyawa hidrokarbon dan
senyawa nonhidrokarbon. Senyawa hidrokarbon yang dapat ditemukan dalam bahan
bakar diesel antara lain parafinik, naftenik, olefin dan aromatik. Sedangkan untuk
senyawa nonhidrokarbon terdiri dari senyawa yang mengandung unsur non logam,
yaitu S, N, O dan unsur loga m seperti vanadium, nikel dan besi.
2.2.3.1 Angka Setana
Angka setana menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk menyala sendiri
(auto ignition). Skala untuk angka setana biasanya menggunakan referensi berupa
campuran antara normal setana (C16H34) dengan alpha methyl naphtalene
(C10H7CH3) atau dengan heptamethylnonane (C16H34). Normal setana memiliki
angka setana 100, alpha methyl naphtalene memiliki angka setana 0, dan
heptamethylnonane memiliki angka setana 15. Angka setana suatu bahan bakar
biasanya didefinisikan sebagai persentase volume dari normal setana dengan
campurannya tersebut.
Angka setana yang tinggi menunjukkan bahwa bahan bakar dapat menyala
pada temperatur yang relatif rendah, dan sebaliknya angka setana rendah
menunjukkan bahan bakar baru dapat menyala pada temperatur yang relatif tinggi.
Penggunaan bahan bakar mesin diesel yang mempunyai angka setana yang tinggi
dapat mencegah terjadinya knocking karena begitu bahan bakar diinjeksikan ke
dalam silinder pembakaran maka bahan bakar akan langsung terbakar dan tidak
terakumulasi.
LPG merupakan merk dagang dari LPG atau Liquefied Petroleum Gasses.
Merupakan campuran dari berbagai hydrocarbon, sebagai hasil penyulingan minyak
mentah, berbentuk gas. Dengan menambah tekanan atau menurunkan suhunya
membuat menjadi cairan. Inilah yang kita kenal dengan bahan bakar gas cair.
Terutama digunakan oleh para ibu rumah tangga dan restoran sebagai pengganti
bahan bakar minyak yang kian menipis persediaanya. LPG merupakan senyawa
10
hidrokarbon yang dikenal sebagai Butana, Propana, Isobutana atau campuran antara
Butana dengan Propana.
11
menyebabkan kematian pada konsentrasi tinggi (>10%).
e) NOx
a) Biodiesel Sawit.
b) Etanol.
c) BBG.
d) LPG
e) Biogas
15
2.2.8 Energi Pembakaran
Hukum Hess adalah sebuah hukum dalam kimia fisik untuk ekspansi Hess
dalam siklus Hess. Hukum ini digunakan untuk memprediksi perubahan entalpi dari
hukum kekekalan energi (dinyatakan sebagai fungsi keadaan ΔH).
Selain itu, dengan menggunakan hukum Hess, nilai ΔH juga dapat diketahui
dengan pengurangan entalpi pembentukan produk-produk dikurangi entalpi
pembentukan reaktan. Secara matematis.
∆𝐻 𝜃 = 𝛴(∆𝐻𝑓𝜃𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 ) − 𝛴(∆𝐻𝑓𝜃𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 )
∆𝐻 𝜃 = 𝛴(∆𝐻𝑓𝜃𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑠 ) − 𝛴(∆𝐻𝑓𝜃𝑅𝑒𝑎𝑐𝑡𝑎𝑛𝑡𝑠 )
16
Entalpi pembentukan (Kj/mol, pada 25C):
CH4(g) = - 74,81 H2O(g) = -241,82
Berdasarkan hukum Hess, energi pembakaran dari reaksi-reaksi berikut ini adalah
a. Pembakaran sempurna isooktana:
C8H18 (l) +12 ½ O2 (g) 8 CO2 (g) + 9 H2O (g) ΔH = -5460 kJ
b. Pembakaran tak sempurna isooktana:
C8H18 (l) + 8 ½ O2 (g) 8 CO (g) + 9 H2O (g) ΔH = -2924,4 kJ
Tabel X.2 Emisi dari pembakaran sempurna berbagai bahan bakar fosil (dalam kg CO2 per GJ
energi yang dibebaskan)
17
2.3 Apliksi Bahan Bakar
Dari sisi legalitas, telah ada aturan yang terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan
energi yang merupakan pedoman dalam pemanfaatan energi di antaranya UU No. 30 Tahun
2007 tentang Energi, Perpres 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, Inpres Tahun
2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Sebagai Bahan Bakar Lain, KM
49 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Perhubungan Tahun 2005-
2025. Sesuai UU No. 30 tahun 2007 tentang Energi, pengelolaan energi meliputi penyediaan
pemanfaatan, dan pengusahaan harus dilaksanakan secara berkeadilan, berkelanjutan,
rasional, optimal dan terpadu. Dalam Pasal 3 UU No. 30 Tahun 2007 ini, pengelolaan energi
bertujuan untuk tercapainya kemandirian pengelolaan energi, terjaminnya ketersediaan energi
dalam negeri, terjaminnya pengelolaan sumber daya energi secara optimal, terpadu dan
bekelanjutan, dan termanfaatkannya energi secara efisien di semua sektor. Dalam peraturan
Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, dijelaskan bahwa untuk
menjamin keamanan pasokan energi dalam negeri dan untuk mendukung pembangunan yang
berkelanjutan perlu menetapkan kebijakan energi nasional sebagai pedoman dalam
pengelolaan energi nasional dengan sasaran tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1
pada 2025 dan terwujudnya energi primer mix yang optimal tahun 2025.
Pada rentang 2025, peranan masingmasing energi terhadap konsumsi energi nasional
antara lain: minyak bumi menjadi kurang dari 20%, gas bumi menjadi 33%, biofuel lebih 5%,
panas bumi lebih 5%, dan tenaga angin lebih dari 5%, bahan bakar lain yang berasal dari
pencairan batu bara menjadi lebih dari 2%. Sementara, percepatan penyediaan dan
pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain diatur dalam Inpres 1
Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Sebagai Bahan Bakar
Lain. Inpres No. 10 tahun 2005 tentang Penghematan Energi dijabarkan dengan Permen ESDM
No.0031 Tahun 2005 Petunjuk Pelaksanaan Penghematan Energi.
Sebagaimana kita ketahui, konsumsi BBM untuk transportasi jalan di kota dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain; karakteristik kendaraan, karakteristik jalan, aspek pengguna
kendaraan (efektivitas penggunaan, rata-rata perjalanan per hari, frekuensi penggunaan
kendaraan, panjang jalan, beban lalu lintas), dan pengelolaan yang mengkoordinasikan ketiga
faktor tersebut (rasio penggunaan BBM untuk tipe kendaraan, kecepatan kendaraan,jarak
perjalanan, AC, beban berkendaraan).
Selanjutnya, intensitas energi adalah perbandingan antara jumlah konsumsi energi per
PDB. Semakin efisien suatu negara, maka intensitas energinya akan semakin kecil. Padahal,
intensitas energi Indonesia berada pada indeks 400 jauh di atas intensitas negara-negara
Amerika Utara (300), OECD (200), Thailand (350), dan Jepang (100). Kemudian, efisiensi energi
18
adalah penggunaan jumlah energi yang sedikit tetapi hasil yang dicapai sangat maksimal,
misalnya: penggunaan BBM yang sesedikit mungkin tetapi mampu mengangkut pada jarak
semaksimal mungkin.
Lebih lanjut, penggunaan energi fosil mengeluarkan senyawa-senyawa CO, HC, NOx, SOx,
Pb yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya,
tergantung dari macam, ukuran dan komponen kimiawinya, yaitu gangguan terutama pada
fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru dan pembuluh darah atau menyebabkan iritasi
pada mata dan kulit, dan berbagai jenis penyakit lainnya yang dampaknya besar kepada
kesehatan yang merupakan kerugian bagi masyarakat.
Dari sisi dampak negatif dan kerugian ekonomi yang dipaparkan di atas, maka, sangat
diperlukan pengelolaan penggunaan BBM yang efektif. Berdasarkan data, bahwa transportasi
dari rentang 2000 sampai 2008 merupakan pengkonsumsi BBM yang terbesar, karena, rata-
rata menghabiskan sekitar 56% dari total konsumsi BBM nasional. Sementara, pengguna BBM
transportasi yang terbesar dari 2006 sampai 2009 adalah moda transportasi darat, yaitu
kendaraan bermotor roda 2 dan truk. Konsumsi bahan bakar yang paling besar untuk
kendaraan bermotor roda 2 adalah pada 2009; yakni sekitar 13 juta kiloliter, sedang konsumsi
truk paling besar terjadi pada 2007; yakni sebesar 9 juta kiloliter. Adapun, konsumsi bahan
bakar yang paling sedikit sejak 2006 sampai 2009 adalah yang untuk moda transportasi udara,
yaitu avgas dan avtur, sedang penggunaan energi moda kereta api listrik sekitar 40 juta Kilo
Watt Hour tiap tahunnya sejak 2006- 2008. Hal tersebut sebagaimana Tabel 1 (lampiran).
Rapid Transit lainnya. Akhirnya, dengan Pertumbuhan konsumsi BBM tersebut
menunjukkan bahwa semakin besar kebutuhan BBM yang akan dikonsumsi, konsekuensinya
adalah terkurasnya cadangan energi fosil, besarnya biaya proses pengadaan BBM, dan semakin
besarnya polusi termasuk CO2. Padahal, pada 2009, di Kopenhagen, Indonesia telah
menargetkan pengurangan CO2 sebesar 26% atas dasar kemampuan sendiri pada 2020, dan
41% dengan bantuan asing. Dengan begitu, sungguh sangat tepat untuk merumuskan langkah-
langkah penggunaan BBM transportasi jalan yang efektif.
Penggunaan BBM transportasi yang terus meningkat, utamanya pada transportasi jalan
seperti terlihat pada Tabel 1, ternyata masih sulit untuk dibendung karena keunggulan yang
dimiliki dari sisi performa energi dibanding dengan energi lain. Sehingga, yang dapat ditempuh,
karena sangat dominan, adalah mengurangi jumlah konsumsi BBM transportasi jalan.
Penggunaan jumlah BBM yang tepat diartikan sebagai ”doing the thing right” yang diwujudkan
melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian serta mengarah pada
penghematan penggunaan secara rasional.
19
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Penggunaan BBM transportasi yang terus meningkat dari tahun ke tahun sebanyak
8,6%, adalah merupakan akibat dari pertumbuhan kendaraan bermotor yang belum
terkendalikan, padahal, produksi BBM dalam negeri semakin menurun dan cadangan
minyak bumi pun semakin menipis. Jika sektor transportasi merupakan pemakai BBM
terbesar; yakni 56% dari konsumsi nasional, maka, kondisi ini mengharuskan segera
terlaksananya peningkatan efisiensi energi, terutama untuk transportasi jalan.
Pengelolaan penggunaan BBM transportasi jalan yang tepat sasaran dan belum
sepenuhnya terealisasikan, adalah merupakan tindakan mendesak sebagai bagian
kebijakan pemerintah dari sisi konservasi dan diversifikasi energi serta dalam
mencapai target pengurangan CO2 sebesar 26% pada tahun 2020.
Untuk itu, tidak ada cara selain terus menerapkan penggunaan teknologi hemat
energi dan rendah emisi gas buang pada transportasi jalan dan menggalakkan budaya
hemat energi melalui perencanaan, pengoperasian dan pengawasan, serta secara
kontinu dan konsisten melakukan inspeksi, pengujian, dan perawatan kendaraan.
Kemudian, mempercepat realisasi pengendalian pertumbuhan kendaraan bermotor
melalui koordinasi dan kerja sama antarsektor, yaitu dengan kementerian
perindustrian, perdagangan dan pemerintah daerah serta produksinya mengarah pada
teknologi kendaraan hemat energi dan rendah emisi seperti hybrid car.
Selanjutnya, untuk jangka pendek, terus meningkatkan penggunaan angkutan
umum masal berbasis bus di kota-kota besar, sedang untuk jangka menengah dan
jangka panjang mewujudkan Mass Rapid Transit lainnya. Akhirnya, dengan mengurangi
frekuensi penggunaan kendaraan pribadi dan mengarahkan kendaraan di atas 2000 cc
khususnya di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Pulau Bali untuk menggunakan BBM
jenis pertamax plus, serta mendukung perluasan pemakaian bahan bakar gas (CNG,
LPG/LGV) pada kendaraan umum dan terus meningkatkan pemanfaatan bahan bakar
nabati atau biofuel (biodiesel, bioetanol) pada kendaraan operasional pemerintah,
kendaraan umum dan seluruh kendaraan bermotor di Indonesia.
20
Daftar Pustaka
1. http://lms.polinema.ac.id/pluginfile.php/35473/mod_resource/content/0/BAB%20X%
20PEMBAKARAN.pdf
2. https://media.neliti.com/media/publications/113844-ID-pengelolaan-penggunaan-
bahan-bakar-minya.pdf
3. https://theadiokecenter.wordpress.com/2011/12/11/kegunaan-etanol/
4. http://news.tridinamika.com/6142/5-manfaat-biogas-dalam-kehidupan-sehari-hari
5. https://sinauternak.com/biogas/
21
1