Anda di halaman 1dari 23

PEMBAKARAN BAHAN BAKAR

Dosen Pembimbing :
Intah Nur Fadhilla

Disusun Oleh:
1. AZRIEL FAJAR S. (1841230035)
2. KUKUH ADHI P. (1841230015)
3. NOERFAIZI AHMAD N. (1841230103)
4. RIFQI SATYA A. (1841230014)
5. SONNY SETIAWAN (1841230119)
6. ZAKI MAULIDI (1841230080)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


D4 TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERAWATAN
POLITEKNIK NEGRI MALANG
MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Sebagai seorang muslim hendaknya kita mengetahui


sejarah Nabi Muhammad SAW baik ketika beliau dalam
berdakwah di Makkah dan diangkat sebagai Rasul. Oleh
karena itu kami mencoba untuk mengingatkan kembali akan
sejarah dan perjalanan Nabi untuk selalu kita contoh dan kita
teladani dalam kehidupan sehari-hari. Telah kita ketahui
bersama bahwa umat Islam pada saat sekarang ini lebih
banyak mengenal figur-figur yang sebenarnya tidak pantas
untuk di contoh dan ironisnya mereka sama sekali buta akan
sejarah dan kehidupan Rosulullah SAW.
Oleh karena itu kami mencoba untuk membuka,
memaparkan tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW, dan
mudah-mudahan dengan adanya makalah ini menambah rasa
kecintaan kita pada Nabi Muhammad SAW.

Malang,23 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...3
1.1 Latar Belakang…........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................3
1.3 Tujuan.........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………5
2.1 Pengertian Bahan Bakar.....................................................................5
2.2 Jenis jenis Bahan Bkar....................................................................5
2.2.1 Gasolim...........................................................................................5
2.2.1.1 Angka Oktan……….....................................................................6
2.2.2 Bahan Aditif………....................................................................7
2.2.3 Pretro Diesel……….....................................................................10
2.2.3.1 Angka Setana....................................................................10
2.2.4 Bahan Bakar LPG....................................................................10
2.2.5 Gas Buang Haasil Pembakaran..........................................................11
2.2.6 Bahan Bakar Alternatif....................................................................13
2.2.7 Katalitik Konverter....................................................................15
2.2.8 Energi Pembakaran....................................................................16
2.3 Pengaplikasian Bahan Bakar................................................................18

BAB III PENUTUP………………………………………………………..20


3.1 Kesimpulan………….....................................................................20
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bahan Bakar Gas atau BBM sekarang merupakan salah satu kebutuhan utama bagi
banyak orang. Semakin hari semakin banyak kendaraan bermotor yang tentunya semakin
banyak membutuhkan BBM. Kebutuhan akan BBM setiap kendaraan bermotor berbeda,
tergantung jenis kendaraannya dan penggunaan kendaraan tersebut. Metode pembakan
bahan bakar pun berbeda-beda tergantung penggolongan dan jenisnya.
Pembakaran bahan bakar fosil (batubara, minyak bumi dan gas alam) dapat
menyebabkan masalah pencemaran lingkunagan, khususnya pencemaran udara. Seperti
yang terjadi di kota-kota besar dan padat penduduk. Agar lebih memahami manfaat
pemakaian bahan bakar fosil dan dampak yang mungkin terjadi, akan dibahas berbagai
pencemaran udara, efek rumah kaca dan hujan asam.
Minyak bumi merupakan bahan bakar utama yang tidak dapat diperbaharui
(nonrenewable energy sources), karena didapat dari fosil-fosil organisme yang
membutuhkan waktu berjuta-juta tahun. Oleh karena itu, kita harus menggunakannya
seefisien mungkin. Hasil pembakaran bahan bakar yang berasal dari minyak bumi
menimbulkan banyak masalah terhadap lingkungan. Berikut ini beberapa dampak dari
proses pemakaran :
a) Terjadinya Green House Effect, yaitu peningkatan suhu di permukaan bumi
akibat terlalu banyak CO2 di atmosfer hasil pembakaran minyak bumi.
b) danya gas karbon monoksida yang sangat berbahya bagi manusia, karena gas ini
lebih mudah teikat oleh hemoglobin daripada gas oksigen. Gas karbon
monoksida dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna.
c) Terjadi hujan asam, akibat hasil pembakaran minyak bumi berupa belerang
menjadi SO2 dan SO3.
d) Timbulnya oksida-oksida nitrogen, akibat suhu tinggi dari proses pembakaran
sehingga gas nitrogen di udar teroksidasi menjadi NO dan NO2 yang merusak
klorofil pada daun.
e) Timbulnya “Kabut Asap ”atau “Smog” yang berwarna coklat.
Untuk mengatasi masalah-masalah yang ditimbulkan akibat pembakaran
bahan bakar yang berasal dari minyak bumi, saat ini sedang dikembangkan solar
cell, yaitu bahan bakar yang menggunakan energy sinar matahari. Penggunaan
solar cell ini masih terbatas pada kalkulator dan pemanas air (solar wather
heater), sedangkan penggunaannya untuk mesin-mesin mobil dalam taraf
percobaan.

3
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bahan bakar?
2. Apa saja jenis bahan bakar?
3. Apa saja Aplikasi bahan bakar?

1.3. Tujuan
1. Mengetuhui pengertian bahan bakar.
2. Mengetahui jenis-jenis bahan bakar.
3. Mengetahui pengaplikasian bahan bakar.

4
BAB II

PEMBAHASAAN

2.1 Pengertian Bahan Bakar


Bahan bakar yaitu bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran
dengan sendirinya disertai dengan keluarnya kalor.
Ada beberapa bahan bakar yang digunakan pada kendaraan, beberapa diantaranya berisikan
racun dan zat kimia yang mudah terbakar dan ini harus itangani dengan berhati-hati. Gunakan
tipe bahan bakar yang sesuai agar tidak terjadi kesalahan, karna ini dapat menyebabkan
keruskan pada komponen.
Energi adalah tenaga atau gaya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian sehari-hari, energi
dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan. Tanpa energi, dunia
ini diam dan beku.

2.2 Jenis-jenis Bahan Bakar


Bahan bakar yang beredar di Indonesia antara lain sebagai berikut:
2.2.1 Gasolin
Gasolin adalah suatu senyawa organik yang dibutuhkan dalam suatu pembakaran
dengan tujuan untuk mendapatkan energi/tenaga. Gasolin ini merupakan hasil dari proses
distilasi minyak bumi (Crude Oil) menjadi fraksi-fraksi yang diinginkan. Minyak bumi
mengandung senyawa belerang dalam jumlah kecil. Senyawa belerang ini ada yang bersifat
korosif dan semuanya akan terbakar di dalam mesin dan menghasilkan belerang oksida
yang korosif dan dapat merusak bagian-bagian mesin, selain itu juga beracun dan dapat
menimbulkan kerusakan pada lingkungan. Karena itu kandungan belerang dalam bensin
dibatasi dalam jumlah tertentu. Berikut bahan bakar yang termasuk dalam kartegori gasolin:

a. Premium
Yaitu bahan bakar jenis ditilat dengan warna kekuningan yang jernih dan memiliki
kandungan timbale sebagai octane booster (TEL). Biasanya premium dipakai untuk
bahan bakar motor bensin seperti mobil, sepeda motor dan motor temple. Bahan
bakar ini kerap juga dikatakan sebagai gasoline atau petrol dan tak bisa dipakai
pada kendaraan yang diperlengkapi catalytic conventer. Apabila bahan bakar yang
memiliki kandungan timbal dipakai pada kendaraan yang diperlengkapi dengan
catalytic conventer, akan mengakibatkan pori-pori katalis tertutup oleh bahan
timbal ini dan mengakibatkan hilangnya kekuatan katalitic conventer sebagai
katalis konversi emisi pencemaran jadi emisi yang bersahabat dengan lingkungan.

b. Pertalite
Yaitu bahan bakar yang berwarna hijau yang jernih tan memiliki angka RON 90,
cocok digunakan pada kendaraan yang memiliki angka kompresi diatas 9,0:1
hingga 10,0:1.

5
c. Pertamax
Yaitu bensin tanpa ada timbal dengan kandungan aditif generasi canggih yang bisa
bersihkan Intake Valve Port Fuel Injektor dan ruangan bakar dari carbon. Memiliki
angka oktan 92 dan bisa dipakai pada kendaraan dengan kompresi yang tinggi.
Saran kami gunakanlah pertamina solusi bahan bakar berkualitas dan ramah
lingkungan seperti pertamax. Karena dapat menjaga mesin ada dari korosi.
Sehingga mesin lebih awet dan tahan lama.

d. Pertamax Turbo

Yaitu bahan bakar motor bensin tanpa ada timbal yang di produksi dari High Octane
Mogas Component (HOMC) yang berkualitas tinggi ditambah dengan bahan aditif
generasi paling baru sesuai sama keperluan yang direferensikan pabrikan kendaraan
bermotor. Bahan bakar ini diformulasikan spesial untuk penuhi tuntutan akan bahan
bakar minyak yang bisa melayani mesin yang bekerja pada kompresi tinggi namun
ramah lingkungan dan lebih aman pada kesehatan manusia.
Pertamak turbo memiliki angka oktan 98 di mana angka oktan ini lebih tinggi dari
pertalite dan premium. Pertamax turbo di pasarkan tanpa ada di beri pewarna (bening)
direferensikan untuk kendaraan berkompresi tinggi atau kendaraan yang memakai
katalistik converter.

2.2.1.1 Angka Oktan

Bilangan oktan adalah angka yang menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa
diberikan sebelum bensin terbakar secara spontan. Di dalam mesin, campuran udara dan
bensin (dalam bentuk gas) ditekan oleh piston sampai dengan volume yang sangat kecil dan
kemudian dibakar oleh percikan api yang dihasilkan busi. Karena besarnya tekanan ini,
campuran udara dan bensin juga bisa terbakar secara spontan sebelum percikan api dari busi
keluar. Jika campuran gas ini terbakar karena tekanan yang tinggi (dan bukan karena
percikan api dari busi), maka akan terjadi knocking atau ketukan di dalam mesin. Knocking
ini akan menyebabkan mesin cepat rusak, sehingga sebisa mungkin harus kita hindari.

Angka oktan suatu bahan bakar adalah bilangan yang menyatakan persentase
volume iso-oktana dalam campuran yang terdiri dari iso-oktana (2,2,4- trimethylpentane)
dan normal-heptana (n-heptane). Contoh sederhana adalah Premium dengan angka oktan
88, yang berarti campuran volume iso-oktana sebanyak 88% dan 12% volume normal-
heptana. Angka oktan bisa ditingkatkan dengan menambahkan zat aditif bensin. Beberapa
angka oktan untuk bahan bakar:
 87 → Bensin standar di Amerika Serikat
 88 → Bensin tanpa timbal Premium
 91 → Bensin standar di Eropa, Pertamax
 92 → Bensin standar di Taiwan
6
 91 → Pertamax
 95 → Pertamax Plus

2.2.2 Bahan Aditif

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas bensin adalah menaikkan angka
oktan. Angka oktan bensin sendiri didefinisikan sebagai persentase isooktana dalam bahan
bakar rujukan yang memberikan intensitas ketukan yang sama pada mesin uji. Terdapat dua
jenis angka oktan, yaitu: (1) angka oktan riset (RON) yang memberikan gambaran tentang
kecenderungan bahan bakar untuk mengalami pembakaran tidak normal pada kondisi
pengendaraan sedang dan juga pada kecepatan rendah dan dilakukan dengan metode riset,
dan (2) angka oktan motor (MON) yang memberikan gambaran mengenai kinerja
pengendaraan pada kondisi operasi yang lebih berat, kecepatan tinggi atau kondisi beban
tinggi. Bilangan oktan di pasaran merupakan rata-rata aritmetis dari MON dan RON.
Untuk mendapatkan bensin dengan angka oktan yang cukup tinggi dapat ditempuh
beberapa cara: memilih minyak bumi dengan kandungan aromat yang tinggi dalam trayek
didih gasoline; meningkatkan kandungan aromatik melalui pengolahan reformasi atau
alkana bercabang dengan alkilasi atau isomerisasi atau olefin bertitik didih rendah;
mengunakan komponen berangka oktan tinggi sebagai bahan ramuan seperti alcohol atau
eter; dan menambahkan aditif peningkat angka oktan.

untuk methanol. Penggunaan alkohol sebagai zat aditif pengganti TEL masih
terbatas karena beberapa masalah antara lain tekanan uap dan daya hidroskopisnya yang
tinggi. Oleh karena itu senyawa eter lebih banyak digunakan daripada alkohol. Senyawa
eter yang telah banyak digunakan adalah MTBE, sedangkan ETBE dan TAME masih
terbatas karena teknologi prosesnya masih belum banyak dikembangkan. Namun
berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian dalam satu dasawarsa ini, MTBE juga
menimbulkan masalah pencemaran air tanah, sehingga penggunaannya sebagai zat aditif
bensin banyak ditinjau lagi. Penggunaan eter tersebut sebagai zat aditif saat ini agaknya
mulai digantikan dengan alternatif aditif yang lain, seperti di Amerika mulai dilakukan
pengkajian terhadap penggunaan etanol sebagai pengganti MTBE. Di Indonesia walaupun
masih menggunakan MTBE, namun Bapedal melakukan pengkajian terhadap
Methylcyclopentadienyl Manganese Tricarbonyl (MMT), senyawa organologam.

Beberapa bahan adittif pada gasoline adalah:

7
a) Tetraethy Lead (TEL)

Zat aditif yang masih digunakan di Indonesia hingga saat ini adalah
Tetraethyl Lead (TEL). Namun penggunaan zat aditif tersebut did uga sebagai
penyebab utama keberadaan timbal di atmosfer. Para ahli lingkungan meneliti
sampai sejauh mana mekanisme transportasi timbal di atmosfer serta dampak yang
ditimbulkannya terhadap kehidupan manusia dan lingkungannya.

Timbal adalah neurotoksin - racun penyerang syaraf - yang bersifat


akumulatif clan dapat merusak pertumbuhan otak pada anak-anak. Studi
mengungkapkan bahwa dampak timbal sangat berbahaya pada anak-anak karena
berpotensi menurunkan tingkat kecerdasan (IQ). Selain itu, timbal (Pb) sebagai
salah satu komponen polutan udara mempunyai efek toksit yang luas pada manusia
clan hewan dengan mengganggu fungsi ginjal, saluran pencemaan, sistem saraf pada
remaja, menurunkan fertilitas, menurunkan jumlah spermatozoa clan meningkatkan
spermatozoa abnormal serta aborsi spontan.

b) Senyawa Oksigenat

Di Amerika dan beberapa negara-negara Eropa Barat, penggunaan TEL


sebagai aditif anti ketuk di dalam bensin makin banyak digantikan oleh senyawa
organik beroksigen (oksigenat) seperti alkohol (methanol, etanol, isopropil alkohol)
dan eter (Metil Tertier Butil Eter (MTBE), Etil Tertier Butil Eter (ETBE) dan
Tersier Amil Metil Eter (TAME)). Oksigenat adalah senyawa organik cair yang
dapat dicampur ke dalam bensin untuk menambah angka oktan dan kandungan
oksigennya.

Selama pembakaran, oksigen tambahan di dalam bensin dapat mengurangi


emisi karbon monoksida, CO dan material- material pembentuk ozon atmosferik.
Selain itu senyawa oksigenat juga memiliki sifat-sifat pencampuran yang baik
dengan bensin. Semua oksigenat mempunyai angka oktan di atas 100 dan berkisar
antara 106 RON untuk TBA dan 122 RON

Metanol memiliki angka oktan yang tinggi dan mudah didapat dan
penggunaannya sebagai aditif bensin tidak menimbulkan pencemaran udara. Namun
perbedaan struktur molekul methanol yang sangat berbeda deari struktur
hidrokarbon bensin menimbulkan permasalahan dalam penggunaannya, antara lain
kandungan oksigen yang sangat tinggi dan rasio stoikiometri udara per bahan bakar.
8
Nilai bakarnya pun hanya 45% dari bensin.

Etanol memiliki angka oktan yang hampir sama dengan metanol. Daya
toleransi etanol terhadap air lebih baik daripada metanol. Di negara-negara yang
mempunyai kelebihan produksi pertanian etanol dibuat dari fermentasi produk
pertanian. Etanol juga bersifat toksik. Di dalam tubuh manusia keberadaan etanol
diproses di dalam hati di mana enzim dehidrogenasi mengubah etanol menjadi
asetaldehida. Akumulasi asetaldehida itu dapat mengganggu sistem kesadaran otak
manusia. Namun begitu penggunaan etanol sebagai aditif bensin dinilai relatif lebih
aman dibanding metanol. MTBE memiliki sifat yang paling mendekati bensin
ditinjau dari nilai kalor, kalor laten penguapan dan rasio stoikimoetri udara per
bahan bakar.

a) MMT

Methylcyclopentadienyl Manganese Tricarbonyl (MMT)


adalah senyawa organologam yang digunakan sebagai pengganti
bahan aditif TEL, dan telah digunakan selam dua puluh tahun
terakhir di Kanada, Amerika Serikat serta beberapa negara Eropa
lainnya. RVP-nya rendah yaitu 2,43 psi dan penggunaannya dibatasi
hingga 18 mg Mn/liter bensin. Indeks pencampuran RVP yang
rendah menguntungkan dalam proses pencampuran bensin karena
mengurangi tekanan uap bahan bakar RVP sehingga emisi uap
selama operasi dan penggunaan bahan bakar pada kendaraan
bermotor berkurang. Penggunaan MMT hingga 18 mg Mn/liter
bensin dapat meningkatkan angka oktan bensin sebesar 2 poin,
namun masih kurang menguntungkan jika dibandingkan dengan
peningkatan angka oktan yang lebih tinggi yang dihasilkan senyawa
oksigenat. Dalam penerapannya MMT memiliki tingkat toksisitas
yang lebih rendah daripada TEL.

b) Naphtalene

Naftalena adalah salah satu komponen yang termasuk


benzena aromatik hidrokarbon, tetapi tidak termasuk polisiklik.
Naftalena memiliki kemiripan sifat yang memungkinkannya menjadi
aditif bensin untuk meningkatkan angka oktan. Sifat-sifat tersebut

9
antara lain: sifat pembakaran yang baik, mudah menguap sehingga
tidak meninggalkan getah padat pada bagian- bagian mesin.
Penggunaan Naftalena sebagai aditif memang belum terkenal karena
masih
2.2.3 Petrodiesel
Bahan bakar mesin diesel sebagian besar terdiri dari senyawa hidrokarbon dan
senyawa nonhidrokarbon. Senyawa hidrokarbon yang dapat ditemukan dalam bahan
bakar diesel antara lain parafinik, naftenik, olefin dan aromatik. Sedangkan untuk
senyawa nonhidrokarbon terdiri dari senyawa yang mengandung unsur non logam,
yaitu S, N, O dan unsur loga m seperti vanadium, nikel dan besi.
2.2.3.1 Angka Setana
Angka setana menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk menyala sendiri
(auto ignition). Skala untuk angka setana biasanya menggunakan referensi berupa
campuran antara normal setana (C16H34) dengan alpha methyl naphtalene
(C10H7CH3) atau dengan heptamethylnonane (C16H34). Normal setana memiliki
angka setana 100, alpha methyl naphtalene memiliki angka setana 0, dan
heptamethylnonane memiliki angka setana 15. Angka setana suatu bahan bakar
biasanya didefinisikan sebagai persentase volume dari normal setana dengan
campurannya tersebut.
Angka setana yang tinggi menunjukkan bahwa bahan bakar dapat menyala
pada temperatur yang relatif rendah, dan sebaliknya angka setana rendah
menunjukkan bahan bakar baru dapat menyala pada temperatur yang relatif tinggi.
Penggunaan bahan bakar mesin diesel yang mempunyai angka setana yang tinggi
dapat mencegah terjadinya knocking karena begitu bahan bakar diinjeksikan ke
dalam silinder pembakaran maka bahan bakar akan langsung terbakar dan tidak
terakumulasi.

2.2.4 Bahan Bakar Lpg

LPG merupakan merk dagang dari LPG atau Liquefied Petroleum Gasses.
Merupakan campuran dari berbagai hydrocarbon, sebagai hasil penyulingan minyak
mentah, berbentuk gas. Dengan menambah tekanan atau menurunkan suhunya
membuat menjadi cairan. Inilah yang kita kenal dengan bahan bakar gas cair.
Terutama digunakan oleh para ibu rumah tangga dan restoran sebagai pengganti
bahan bakar minyak yang kian menipis persediaanya. LPG merupakan senyawa

10
hidrokarbon yang dikenal sebagai Butana, Propana, Isobutana atau campuran antara
Butana dengan Propana.

2.2.5 Gas Buang Hasil Pembakaran

Selain segala bentuk keuntungan dan kemudahan yang ditawarkan dengan


penggunaan LPG sebagai bahan bakar terutama untuk rumah tangga, ternyata ada
faktor-faktor yang harus dipertimbangkan yaitu dari segi emisi yang dihasilkannya.

Pada suatu proses pembakaran biasanya menghasilkan sejumlah gas buang


di antaranya adalah CO2, H2, O2, N2, SOx, CO, H2, H2S, NOx, dan senyawa
hidrokarbon tak terbakar (unburned Hydrocarbon). Akumulasi dari keberadaan gas
buang hasil pembakaran tersebut bisa menimbulkan dampak negatif bagi manusia
dan lingkungan sekitar, di antaranya adalah gas buang sebagai gas polutan yang
ditinjau sebagai berikut :

a) Gas CO2 (Karbon Dioksida)

Gas karbon dioksida merupakan gas hasil pembakaran sempurna. Gas


ini merupakan salah satu gas yang menyebabkan pemanasan bumi karena
memberikan efek rumah kaca.

b) Uap Air (H2O)

Uap air bersama-sama dengan Karbon dioksida merupakan produk dari


pembakaran sempurna.

c) Gas CO (Karbon Monoksida)

Gas CO dihasilkan dari proses pembakaran parsial suatu bahan bakar


yang dapat terjadi akibat terbatasnya suplai oksigen atau udara dari jumlah
yang diperlukan. Gas CO ini bersifat racun terhadap tubuh karena bila
masuk ke dalam darah, CO dapat bereaksi dengan Hemoglobin (Hb) untuk
membentuk karboksihemoglobin (COHb). Bila reaksi tersebut terjadi,
maka kemampuan darah mengangkut O2 untuk kepentingan pembakaran
dalam tubuh akan menjadi berkurang. Hal ini disebabkan karena
kemampuan Hb untuk mengikat CO jauh lebih besar (sekitar 200 kali
lebih) dibandingkan kemampuan Hb untuk mengikat O2. Selain itu
kandungan COHb dalam darah dapat menyebabkan terganggunya sistem
urat saraf dan fungsi tubuh pada konsentrasi rendah (2-10%) dan bisa

11
menyebabkan kematian pada konsentrasi tinggi (>10%).

d) Unburned Hydrocarbon (UHC)

UHC adalah senyawa hidrokarbon yang tidak terbakar yang


dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna. UHC sangat
terkait dengan efisiensi pembakaran dari bahan bakar. Reaksi pembakaran
yang tidak sempurna ini bisa disebabkan oleh karena rendahnya rasio
udara-bahan bakar (A/F) atau karena pencampuran udara dari bahan bakar
yang tidak homogen.

UHC merupakan komponen dari senyawa organik yang volatile


(VOC), yang bila kandungannya tinggi di udara akan dapat mencemarkan
lingkungan dan dapat menyebabkan gangguan penglihatan.

e) NOx

Oksida-oksida Nitrogen (NOx) biasanya dihasilkan dari proses


pembakaran pada suhu tinggi dari bahan bakar gas, minyak atau batu bara.
Secara umum reaksi yang terjadi adalah N2 + O2 = 2NO

Pada temperatur pembakaran di bawah 1000 F (538 C) kenaikan


NOx sangat kecil dan tidak signifikan. Di atas 1500 F (816 C) kenaikan V
menjadi semakin besar dan sangat signifikan. Kandungan NOx yang tinggi
di udara dapat menyebabkan pencemaran udara, dan menggangu
kesehatan. NOx terbentuk dari reaksi oksigen dengan nitrogen yang
terdapat dalam udara ataupun bahan bakar akibat tingginya suhu
pembakaran. Komponen utama dari NOx adalah nitrogen-oksida (NO),
yang dapat dikonservasikan lagi menjadi nitrogen-dioksida (NO2) dan
nitrogen-tetraoksida (N2O4).

NOx merupakan salah satu komponen pembentuk photochemical


smog yang merupakan campuran gas NO, NO2, dan PAN (Peroksi Asetil
Nitrat) hasil reaksi berantai N2, O2, dan UHC, dengan matahari sebagai
katalisnya. Gas NO juga turut berperan terhadap rusaknya lapisan ozon
dan terjadinya hujan asam.
Pengaruh dari terbentuknya photochemical smog ini adalah :

 Mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan makhluk hidup lain


 Menimbulkan rasa perih pada mata, bila konsentrasinya rendah
12
(0.1 ppm)
 Mengganggu fungsi saluran pernapasan, bila konsentrasinya
tinggi (70 ppm)
Untuk menghindari bahaya dari gas-gas beracun tersebut di atas,
pemerintah Indonesia telah menetapkan baku mutu udara emisi,
diantaranya untuk NOx sebesar 1.7 g/Nm3 dan untuk CO sebesar 1
g/Nm3.

2.2.6 Bahan Bakar Alternatif

a) Biodiesel Sawit.

Ketersediaan bahan bakar minyak bumi semakin hari semakin


terbatas. Indonesia saat ini adalah salah satu negara pengimpor bahan
bakar minyak. Karena produksi dalam negeri tidak dapat lagi memenuhi
permintaan pasar yang meningkat dengan cepat akibat pertumbuhan
penduduk dan industri.
Banyak upaya yang telah dilakukan untuk menghadapi krisis energi
ini, diantaranya adalah dengan memanfaatkan sumber energi dari
Matahari, batubara, dan nuklir, serta mengembangkan bahan bakar dari
sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable). Brasil telah
menggunakan campuran bensin dengan alkohol yang disintesis dari tebu
untuk bahan bakar kendaraan bermotor. Beberapa jenis minyak tumbuhan
seperti minyak kelapa, minyak kedelai, dan minyak sawit juga telah diteliti
untuk digunakan langsung sebagai bahan bakar kendaraan bermotor,
seperti halnya nenek moyang kita dahulu menggunakan minyak tumbuhan
lokal sebagai bahan bakar alat penerangan.
Beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat telah mengembangkan
dan menggunakan bahan bakar dari minyak tumbuhan yang telah
dikonversi menjadi bentuk metil ester asam lemak, yang disebut dengan
biodiesel. Negara-negara Eropa umumnya menggunakan biodiesel yang
terbuat dari minyak rapeseed, sedangkan Amerika Serikat menggunakan
biodiesel yang berbahan baku minyak kedelai.
Sebagai negara penghasil minyak sawit terbesar dunia, Malaysia dan
Indonesia juga telah mengembangkan produk biodiesel dari minya sawit
(palm biodiesel) meskipun belum dilakukan secara komersial. Pusat
13
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) telah berhasil mengembangkan palm
biodiesel dari minyak sawit mentah (CPO), refined bleached deodorised
palm oil (RBDPO) dan fraksi- fraksi seperti stearin dan olein serta minyak
inti sawit. Palm fatty acid destillate (PFAD) yang merupakan hasil
samping dari pabrik minyak goreng maupun minyak goreng bekas dari
industri rumahan (home industry) juga telah dikembangkan oleh PPKS
sebagai bahan baku pembuatan palm biodiesel.

b) Etanol.

Etanol merupakan alkohol cair dengan bilangan oktana yang tinggi


dan mampu menggantikan bensin.Ethanol diproduksi dari sumber daya
alam yang dapat diperbaharui (renewable recources) seperti jagung di
Amerika serikat dan tebu di Brazil. Menurut studi yang ada, ethanol lebih
menguntungkan terhadap lingkungan yang bersih dibandingkan dengan
bensin premium. Bahan bakar ethanol menurut laporan mengurangi carbon
monoksida (CO), hidrokarbon serta emisi beracun lainnya. Tapi bisa
terjadi kemungkinan ethanol ini menghasilkan emisi acetaldehyde sebagai
polutan beracun. Pada umumnya harga ethanol lebih mahal jika
dibandingkan dengan harga bensin. Ethanol sementara ini belum
dikembangkan di Indonesia. Brasil merupakan negara yang paling maju
dibidang kendaraan bermotor dengan bahan bakar ethanol.

c) BBG.

Gas bumi akan menjawab salah satu solusi pencemaran udara


Ibukota. Populasi kendaraan bermotor untuk umum berjumlah sekitar 2600
kendaraan. Sedangkan jumlah kendaraan di Jakarta sekitar 2,6 juta.
Kendaraan ini terdiri atas armada taxi, bus umum, mikrolet dan mikro
mini. Bebepa mikron gram setiap harinya emisi pegas buang dikeluarkan
oleh kendaraan ini jika tidak teratasi.

d) LPG

Selain BBG,kini telah dikembangkan pula LPG untuk bahan bakar


kendaraan bermotor. Ini menunjukan bahwa trend bahan bakar transportasi
dimasa mendatang mengarah semakin jelas , yakni bahan bakar yang tidak
mencemari lingkungan. Di beberapa negara maju seperti Belanda, Italia,
14
Australia dan bahkan Singapura telah lama memanfaatkan LPG untuk
kendaraan bermotor.

e) Biogas

Kotoran ternak dapat dipergunakan sebagai sumber energi alternatif


yang ramah lingkungan. Lewat proses fermentasi, limbah yang baunya
amat merangsang itu dapat diubah menjadi biogas. Energi biogas punya
kelebihan dibanding energi nuklir atau batu bara, yakni tak berisiko tinggi
bagi lingkungan. Selain itu, biogas tak memiliki polusi yang tinggi
sehingga sanitasi lingkungan pun makin terjaga.

2.2.7 Katalitik Konverter

Dengan adanya tuntutan lingkungan akan mengakibatkan adanya perubahan


pada industri automotive. Kendaraan bermotor (mobil) yang diproduksi dituntut agar
gas buangannya lebih dapat dilendalikan, yaitu dengan perubahan pada mesin –
mesin mobil serta pemasangan Catalytic Converter pada sistem gas buang sehingga
kadar gas buang yang tidak dikehendaki seperti gas CO, NOx, SOx, dan Volatile
Hidrocarbon dapat ditekan/dikurangi. Catalytic Converter tersebut membutuhkan
bahan bakar yang tidak mengandung timah hitam/lead ( unleaded gosaline), karena
timah hitam akan merusak/meracuni katalis pada catalytic converter tersebut.

Pada masa mendatang kendaraan bermotor (mobil) yang dilengkapi dengan


Catalytic Converter akan menggeser mobil-mobil tua yang tidak dilengkapi dengan
Catalytic Converter. Kendaraan ini dengan sendirinya akan merubah distribusi
konsumsi bahan bakar kendaraan bermotor (gasoline) yaitu dari leaded gasoline
menjadi Unleaded gasoline. Khusus di Indonesia, penerapan program rephasing
TEL/Lead secara bertahap telah dilaksanakan dan akan terus dilanjutkan sesuai
dengan kondisi dan kemampuan yang ada. Pada tahun 1990 Pertamina telah
melakukan usaha mengurangi kandungan TEL/Lead dalam gasoline dari 2.5 cc/USG
menjadi 1.5 cc/USG atau 0.45 gr /Liter. Usaha tersebut akan terus dilanjutkan
dengan rencana program Lead Free secara bertahap sesuai dengan tuntutan
kebutuhan dan kemampuan yang ada, dan sejalan dengan program Lead Free maka
akan diarahkan kepada program Reformulated Gasoline dimasa mendatang.

15
2.2.8 Energi Pembakaran

Hukum Hess adalah sebuah hukum dalam kimia fisik untuk ekspansi Hess
dalam siklus Hess. Hukum ini digunakan untuk memprediksi perubahan entalpi dari
hukum kekekalan energi (dinyatakan sebagai fungsi keadaan ΔH).

Menurut hukum Hess, karena entalpi adalah fungsi keadaan, perubahan


entalpi dari suatu reaksi kimia adalah sama, walaupun langkah-langkah yang
digunakan untuk memperoleh produk berbeda. Dengan kata lain, hanya keadaan
awal dan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan entalpi, bukan langkah-
langkah yang dilakukan untuk mencapainya.

Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung


sekalipun tidak dapat diukur secara langsung. Caranya adalah dengan melakukan
operasi aritmatika pada beberapa persamaan reaksi yang perubahan entalpinya
diketahui. Persamaan-persamaan reaksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga
penjumlahan semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika
suatu persamaan reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan suatu angka, perubahan
entalpinya juga harus dikali (dibagi). Jika persamaan itu dibalik, maka tanda
perubahan entalpi harus dibalik pula (yaitu menjadi -ΔH).

Selain itu, dengan menggunakan hukum Hess, nilai ΔH juga dapat diketahui
dengan pengurangan entalpi pembentukan produk-produk dikurangi entalpi
pembentukan reaktan. Secara matematis.

∆𝐻 𝜃 = 𝛴(∆𝐻𝑓𝜃𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 ) − 𝛴(∆𝐻𝑓𝜃𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 )

Untuk reaksi-reaksi lainnya secara umum.

∆𝐻 𝜃 = 𝛴(∆𝐻𝑓𝜃𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑠 ) − 𝛴(∆𝐻𝑓𝜃𝑅𝑒𝑎𝑐𝑡𝑎𝑛𝑡𝑠 )

Hukum Hess menyatakan bahwa perubahan entalpi keseluruhan dari suatu


proses hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir reaksi, dan tidak tergantung
kepada rute atau langkah-langkah diantaranya. Dengan mengetahui ΔHf (perubahan
entalpi pembentukan) dari reaktan dan produknya, dapat diramalkan perubahan
entalpi reaksi apapun, dengan rumus
𝛥𝐻 = 𝛥𝐻𝑓𝑝 − 𝛥𝐻𝑓𝑅

16
Entalpi pembentukan (Kj/mol, pada 25C):
CH4(g) = - 74,81 H2O(g) = -241,82

C2H2 (g) = 226,70 NO(g) = 90,25

C2H4 (g) = 52,26 NO2(g) = 33,20

CO(g) = -110,50 SO2(g) = -296,83

CO2(g) = -393,52 SO3(g) = -395,70

Tabel X.1 Entalpi pembentukan standar

Berdasarkan hukum Hess, energi pembakaran dari reaksi-reaksi berikut ini adalah
a. Pembakaran sempurna isooktana:
C8H18 (l) +12 ½ O2 (g)  8 CO2 (g) + 9 H2O (g) ΔH = -5460 kJ
b. Pembakaran tak sempurna isooktana:
C8H18 (l) + 8 ½ O2 (g)  8 CO (g) + 9 H2O (g) ΔH = -2924,4 kJ

Tabel X.2 Emisi dari pembakaran sempurna berbagai bahan bakar fosil (dalam kg CO2 per GJ
energi yang dibebaskan)

Jenis Bahan Bakar Energi Jenis Bahan Bakar Energi

Gas bumi 50.4 Solar, minyak bakar 69.3

LPG 59.8 Kokas minyak bumi 96.9


Propana 59.8 Batubara (lignit) 92.6
Bensin pswt terbang 65.9 Batubara (subbitumen) 91.7
Bensin mobil 67.2 Batubara (bitumen) 88.2
Minyak tanah 68.4 Batubara (antrasit) 92.7

17
2.3 Apliksi Bahan Bakar
Dari sisi legalitas, telah ada aturan yang terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan
energi yang merupakan pedoman dalam pemanfaatan energi di antaranya UU No. 30 Tahun
2007 tentang Energi, Perpres 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, Inpres Tahun
2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Sebagai Bahan Bakar Lain, KM
49 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Perhubungan Tahun 2005-
2025. Sesuai UU No. 30 tahun 2007 tentang Energi, pengelolaan energi meliputi penyediaan
pemanfaatan, dan pengusahaan harus dilaksanakan secara berkeadilan, berkelanjutan,
rasional, optimal dan terpadu. Dalam Pasal 3 UU No. 30 Tahun 2007 ini, pengelolaan energi
bertujuan untuk tercapainya kemandirian pengelolaan energi, terjaminnya ketersediaan energi
dalam negeri, terjaminnya pengelolaan sumber daya energi secara optimal, terpadu dan
bekelanjutan, dan termanfaatkannya energi secara efisien di semua sektor. Dalam peraturan
Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, dijelaskan bahwa untuk
menjamin keamanan pasokan energi dalam negeri dan untuk mendukung pembangunan yang
berkelanjutan perlu menetapkan kebijakan energi nasional sebagai pedoman dalam
pengelolaan energi nasional dengan sasaran tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1
pada 2025 dan terwujudnya energi primer mix yang optimal tahun 2025.
Pada rentang 2025, peranan masingmasing energi terhadap konsumsi energi nasional
antara lain: minyak bumi menjadi kurang dari 20%, gas bumi menjadi 33%, biofuel lebih 5%,
panas bumi lebih 5%, dan tenaga angin lebih dari 5%, bahan bakar lain yang berasal dari
pencairan batu bara menjadi lebih dari 2%. Sementara, percepatan penyediaan dan
pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain diatur dalam Inpres 1
Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Sebagai Bahan Bakar
Lain. Inpres No. 10 tahun 2005 tentang Penghematan Energi dijabarkan dengan Permen ESDM
No.0031 Tahun 2005 Petunjuk Pelaksanaan Penghematan Energi.
Sebagaimana kita ketahui, konsumsi BBM untuk transportasi jalan di kota dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain; karakteristik kendaraan, karakteristik jalan, aspek pengguna
kendaraan (efektivitas penggunaan, rata-rata perjalanan per hari, frekuensi penggunaan
kendaraan, panjang jalan, beban lalu lintas), dan pengelolaan yang mengkoordinasikan ketiga
faktor tersebut (rasio penggunaan BBM untuk tipe kendaraan, kecepatan kendaraan,jarak
perjalanan, AC, beban berkendaraan).
Selanjutnya, intensitas energi adalah perbandingan antara jumlah konsumsi energi per
PDB. Semakin efisien suatu negara, maka intensitas energinya akan semakin kecil. Padahal,
intensitas energi Indonesia berada pada indeks 400 jauh di atas intensitas negara-negara
Amerika Utara (300), OECD (200), Thailand (350), dan Jepang (100). Kemudian, efisiensi energi
18
adalah penggunaan jumlah energi yang sedikit tetapi hasil yang dicapai sangat maksimal,
misalnya: penggunaan BBM yang sesedikit mungkin tetapi mampu mengangkut pada jarak
semaksimal mungkin.
Lebih lanjut, penggunaan energi fosil mengeluarkan senyawa-senyawa CO, HC, NOx, SOx,
Pb yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya,
tergantung dari macam, ukuran dan komponen kimiawinya, yaitu gangguan terutama pada
fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru dan pembuluh darah atau menyebabkan iritasi
pada mata dan kulit, dan berbagai jenis penyakit lainnya yang dampaknya besar kepada
kesehatan yang merupakan kerugian bagi masyarakat.
Dari sisi dampak negatif dan kerugian ekonomi yang dipaparkan di atas, maka, sangat
diperlukan pengelolaan penggunaan BBM yang efektif. Berdasarkan data, bahwa transportasi
dari rentang 2000 sampai 2008 merupakan pengkonsumsi BBM yang terbesar, karena, rata-
rata menghabiskan sekitar 56% dari total konsumsi BBM nasional. Sementara, pengguna BBM
transportasi yang terbesar dari 2006 sampai 2009 adalah moda transportasi darat, yaitu
kendaraan bermotor roda 2 dan truk. Konsumsi bahan bakar yang paling besar untuk
kendaraan bermotor roda 2 adalah pada 2009; yakni sekitar 13 juta kiloliter, sedang konsumsi
truk paling besar terjadi pada 2007; yakni sebesar 9 juta kiloliter. Adapun, konsumsi bahan
bakar yang paling sedikit sejak 2006 sampai 2009 adalah yang untuk moda transportasi udara,
yaitu avgas dan avtur, sedang penggunaan energi moda kereta api listrik sekitar 40 juta Kilo
Watt Hour tiap tahunnya sejak 2006- 2008. Hal tersebut sebagaimana Tabel 1 (lampiran).
Rapid Transit lainnya. Akhirnya, dengan Pertumbuhan konsumsi BBM tersebut
menunjukkan bahwa semakin besar kebutuhan BBM yang akan dikonsumsi, konsekuensinya
adalah terkurasnya cadangan energi fosil, besarnya biaya proses pengadaan BBM, dan semakin
besarnya polusi termasuk CO2. Padahal, pada 2009, di Kopenhagen, Indonesia telah
menargetkan pengurangan CO2 sebesar 26% atas dasar kemampuan sendiri pada 2020, dan
41% dengan bantuan asing. Dengan begitu, sungguh sangat tepat untuk merumuskan langkah-
langkah penggunaan BBM transportasi jalan yang efektif.
Penggunaan BBM transportasi yang terus meningkat, utamanya pada transportasi jalan
seperti terlihat pada Tabel 1, ternyata masih sulit untuk dibendung karena keunggulan yang
dimiliki dari sisi performa energi dibanding dengan energi lain. Sehingga, yang dapat ditempuh,
karena sangat dominan, adalah mengurangi jumlah konsumsi BBM transportasi jalan.
Penggunaan jumlah BBM yang tepat diartikan sebagai ”doing the thing right” yang diwujudkan
melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian serta mengarah pada
penghematan penggunaan secara rasional.

19
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Penggunaan BBM transportasi yang terus meningkat dari tahun ke tahun sebanyak
8,6%, adalah merupakan akibat dari pertumbuhan kendaraan bermotor yang belum
terkendalikan, padahal, produksi BBM dalam negeri semakin menurun dan cadangan
minyak bumi pun semakin menipis. Jika sektor transportasi merupakan pemakai BBM
terbesar; yakni 56% dari konsumsi nasional, maka, kondisi ini mengharuskan segera
terlaksananya peningkatan efisiensi energi, terutama untuk transportasi jalan.
Pengelolaan penggunaan BBM transportasi jalan yang tepat sasaran dan belum
sepenuhnya terealisasikan, adalah merupakan tindakan mendesak sebagai bagian
kebijakan pemerintah dari sisi konservasi dan diversifikasi energi serta dalam
mencapai target pengurangan CO2 sebesar 26% pada tahun 2020.
Untuk itu, tidak ada cara selain terus menerapkan penggunaan teknologi hemat
energi dan rendah emisi gas buang pada transportasi jalan dan menggalakkan budaya
hemat energi melalui perencanaan, pengoperasian dan pengawasan, serta secara
kontinu dan konsisten melakukan inspeksi, pengujian, dan perawatan kendaraan.
Kemudian, mempercepat realisasi pengendalian pertumbuhan kendaraan bermotor
melalui koordinasi dan kerja sama antarsektor, yaitu dengan kementerian
perindustrian, perdagangan dan pemerintah daerah serta produksinya mengarah pada
teknologi kendaraan hemat energi dan rendah emisi seperti hybrid car.
Selanjutnya, untuk jangka pendek, terus meningkatkan penggunaan angkutan
umum masal berbasis bus di kota-kota besar, sedang untuk jangka menengah dan
jangka panjang mewujudkan Mass Rapid Transit lainnya. Akhirnya, dengan mengurangi
frekuensi penggunaan kendaraan pribadi dan mengarahkan kendaraan di atas 2000 cc
khususnya di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Pulau Bali untuk menggunakan BBM
jenis pertamax plus, serta mendukung perluasan pemakaian bahan bakar gas (CNG,
LPG/LGV) pada kendaraan umum dan terus meningkatkan pemanfaatan bahan bakar
nabati atau biofuel (biodiesel, bioetanol) pada kendaraan operasional pemerintah,
kendaraan umum dan seluruh kendaraan bermotor di Indonesia.

20
Daftar Pustaka

1. http://lms.polinema.ac.id/pluginfile.php/35473/mod_resource/content/0/BAB%20X%
20PEMBAKARAN.pdf

2. https://media.neliti.com/media/publications/113844-ID-pengelolaan-penggunaan-
bahan-bakar-minya.pdf

3. https://theadiokecenter.wordpress.com/2011/12/11/kegunaan-etanol/

4. http://news.tridinamika.com/6142/5-manfaat-biogas-dalam-kehidupan-sehari-hari

5. https://sinauternak.com/biogas/

21
1

Anda mungkin juga menyukai