Anda di halaman 1dari 109

MODUL

HIDRAULIK

Oleh
Akhmad Faizin, Dipl.Ing.HTL, M.T.
NIP 19640213 199512 1 001

JURUSAN TEKNIK MESIN


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadlirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga proses penyusunan Modul Hidraulik
ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusunan Modul ini bertujuan untuk memberikan landasan teori dan bekal
pengalaman praktis tentang pneumatik serta untuk mendukung materi praktikum di
Laboratorium Hidraulik, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang. Selain itu,
Modul ini dapat digunakan sebagai buku pegangan bagi para dosen pengajar,
mahasiswa, maupun para praktisi di Industri.
Sehubungan dengan tersusunnya Modul ini, penyusun menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, yang telah banyak
memberikan bantuan baik moril maupun materiil. Semoga segala yang telah diberikan
dapat dicatat sebagai amal baik dan mendapat balasan yang setimpal.
Kami menyadari, bahwa penyusunan Modul ini masih belum sempurna. Untuk
itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan, guna melakukan perbaikan
pada edisi berikutnya.
Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya bagi
penyusun.

Malang, Maret 2012

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Aplikasi Sistem Hidraulik 1
1.2 Keuntungan dan Kerugian 2
1.3 Rangkaian Hidraulik 2
BAB II UNIT PEMBANGKIT TEKANAN 5
2.1 Fluida Cairan Diam 6
2.2 Fluida Cairan Mengalir 8
2.3 Aliran Volume 11
2.4 Fluida Hidraulik 12
2.5 Pompa Hidraulik 14
2.6 Penyimpan Energi Hidraulik (Accumulator) 26
2.7 Tangki (Reservoir) 30
BAB III ELEMEN PENGGERAK (ACTUATOR) 35
3.1 Silinder Hidraulik 35
3.2 Swing Motor 38
3.3 Hydraulics Motor (Motor Hidraulik) 39
BAB IV KATUP (VALVE) 46
4.1 Katup Pengatur Tekanan 47
4.2 Katup Kontrol Arah (Directional Control Valve) 51
4.3 Sistem High - Low 60
4.4 Katup Pengontrol Aliran (Throttle Valve) 63
4.5 Non Return Valve 64
BAB V FILTRASI DAN FLUIDA 66
5.1 Fungsi Saringan 66
5.2 Jenis Kontaminasi 68
5.3 Pengaruh Kontaminasi terhadap Keausan Komponen 68
5.4 Sumber Kotoran 68
5.5 Instruksi Pengoperasian dan Perawatan 70
5.6 Perawatan Saringan Hidraulik 70
5.7 Throubleshooting pada Fluida Hidraulik 71
BAB VI TEKNIK PENYELESAIAN MASALAH (THROUBLESHOOTING) 73
6.1 Gangguan pada Sistem Hidraulik Baru Terpasang 73
6.2 Prosedur Mengatasi Gangguan 80
6.3 Langkah Mengatasi Gangguan pada Sistem Hidraulik Lama 82
6.4 Ringkasan Pelacakan Gangguan Pompa dan Perbaikannya 86
6.5 Ringkasan Pelacakan Gangguan Motor Sudu dan Perbaikannya 87
BAB VII PRAKTEK RANGKAIAN 89
1. Kenaikan Tekanan dan Kurva Pompa 89
2. Directional Control Valve 92
3. Silinder Kerja Tunggal (Single Acting Cylinder-SAC) 95
4. Silinder Kerja Ganda (Double Acting Cylinder-SAC) 97
5. Motor Hidraulik (Hydraulics Motor) 100
6. Akumulator (Accumulator) 103
Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Aplikasi Sistem Hidraulik


Hidraulik didefinisikan sebagai semua komponen penggerak, komponen
pengatur dan komponen pengontrol suatu mesin, yang mana dengan
menggunakan tekanan pada media yang berupa fluida cair, akan dihasilkan dan
ditransmisikan gaya-gaya. Penggunaan hidraulik ini umumnya pada alat-alat
berat (heavy duty) seperti mesin penekan (hydraulics press machine) atau pada
kendaraan-kendaraan berat seperti dump truck.

Gambar 1.2 Rangkaian Hidraulik Mesin Penekan

Gambar 1.1 Mesin Penekan

Contoh penggunaan hidraulik yang lain adalah pada mesin perkakas, dimana
komponen hidraulik digunakan untuk mencekam alat potong atau benda kerja
serta untuk menggerakkannya. Termasuk gerakan pemakanan pada mesin
perkakas juga dikontrol dengan hidraulik, yang mana guna mencapai ketelitian
posisi dan kecepatannya dibantu dengan menggunakan rangkaian elektronik.

Gambar 1.3 Mesin Gerinda Gambar 1.4 Rangkaian Hidraulik Mesin Gerinda

Hidraulik halaman - 1
Pendahuluan

1.2 Keuntungan dan Kerugian


Dalam penggunaan sistem hidraulik, tentunya mempunyai keuntungan dan
kerugian.
Keuntungan dari penggunaan sistem hidraulik adalah:
1. Untuk menghasilkan atau mentrasmisikan gaya yang besar, diperlukan
komponen dengan dimensi yang relatif kecil dan ringan.
2. Dapat menghasilkan kecepatan aktuator (motor dan piston) yang cepat, dan
dapat diatur secara halus dan kontinyu.
3. Melalui komponen pembatas tekanan, pengamanan pada beban lebih dapat
dilakukan dengan mudah.

Sedangkan kerugian dari penggunaan hidraulik adalah:


1. Ketergantungan terhadap temperatur oli hidraulik.
2. Kerugian akibat berkurangnya jumlah oli.
3. Kerugian akibat aliran yang berubah menjadi panas dan memanaskan sistem.
4. Timbul getaran dan suara bising.

1.3 Rangkaian Hidraulik


Pemindahan energi menggunakan rangkaian hidraulik berawal dari pompa, yang
berasal dari energi listrik dan energi mekanik, menjadi fluida bertekanan (Gambar
1.5). Katup Pembatas Tekanan (Pressure Relief Valve), Katup Kontrol Arah
(Directional Control Valve), Katup Pengontrol Aliran (Flow Control Valve)
berfungsi mengendalikan aliran volumenya (Gambar 4.2). Selanjutnya energi
hidraulik melalui silinder hidraulik atau motor hidraulik akan diubah menjadi
energi mekanik berupa gerakan translasi atau rotasi.
Katup Pembatas Tekanan (Pressure Relief Valve), berfungsi mengendalikan
besarnya tekanan fluida dalam rangkaian, supaya tidak melebihi batas yang
diinginkan. Katup ini sering juga disebut dengan Katup Pengaman Rangkaian.
Katup Kontrol Arah (Directional Control Valve), berfungsi mengendalikan arah
sesuai yang diinginkan. Katup ini biasanya digunakan untuk mengendalikan arah
gerakan dari aktuator, yaitu maju atau mundurnya arah gerakan silinder hidraulik
atau arah putaran motor hidraulik.
Katup Pengontrol Aliran (Flow Control Valve), berfungsi mengendalikan besarnya
debit aliran yang mengalir dalam rangkaian sesuai yang diinginkan. Katup ini
Hidraulik halaman - 2
Pendahuluan

bisanya digunakan untuk mengendalikan kecepatan gerakan silinder hidraulik


atau kecepatan putar motor hidraulik.

ENERGI MEKANIK

Pengubah Energi
Motor, Silinder (Aktuator)

Beberapa
Alternatif
Sistem Kontrol
melalui
signal-signal:
Komponen yang mengontrol 1. Mekanis
tekanan, arah dan aliran 2. Pneumatis
3. Hidraulis
4. Elektris
5. Elektronis

Pengubah Energi:
Pompa

ENERGI MEKANIK
ENERGI LISTRIK

Gambar 1.5 Skema Pemindahan Energi

Hidraulik halaman - 3
Pendahuluan

Silinder

Katup
Pengontrol
Aliran

Katup Kontrol Arah

Katup
Pembatas
Pompa Tekanan

Tangki
Udara bertekanan

Gambar 1.6 Rangkaian Hidraulik

Pada berbagai jenis pemakaian, pemindahan energi hidraulik ini, digunakan


sistem kontrol mekanik, elektrik, pneumatik atau hidraulik, misalnya untuk
mengendalikan kecepatan silinder hidraulik, dilakukan pengaturan aliran volume,
yang diatur pada aliran volume hasil dari pompa hidraulik. Arah aliran dapat
diatur melalui Katup Kontrol Arah (Directional Control Valve) sedang gaya dorong
silinder dapat diatur melalui Katup Pembatas Tekanan (Pressure Relief Valve).
Selain itu, pada pemindahan energi hidraulik menjadi energi gerak mekanik
dapat digunakan sistem kontrol, misalnya pada pengaturan putaran (rpm) motor
hidraulik sesuai dengan yang diinginkan.

Hidraulik halaman - 4
Unit Pembangkit Tekanan

BAB II
UNIT PEMBANGKIT TEKANAN

Besarnya tekanan yang dibutuhkan dalam suatu rangkaian sistem hidraulik


sangat tergantung pada besarnya beban yang diangkat. Semakin besar
hambatan yang timbul akibat beban, semakin besar tekanan dalam rangkaian
sistem hidraulik. Jika silinder telah bergerak maju sampai ujung, sehingga
berhenti, maka tekanan akan naik secara drastis. Tekanan tersebut akan
menyebar dan membebani seluruh komponen dalam rangkaian sistem hidraulik.
Hal ini akan mengakibatkan kerusakan pada komponen. Untuk menghindari hal
tersebut, maka digunakan katup pembatas tekanan (pressure relief valve), yang
akan membuka jika terdapat tekanan lebih (melebihi tekanan maksimum pmax
yang diinginkan), sehingga tidak membebani rangkaian sistem hidraulik (Gambar
2.1). Jika terjadi tekanan lebih, maka katup pembatas tekanan akan mengalirkan
tekanan lebih tersebut menuju tangki.

Katup Volume yang


Pengotrol dialirkan Q2
Aliran

Katup
Pembatas Katup
Aliran Kontrol
Volume Tekanan
Arah

Volume yang
VolumAliran
dialirkan
e yang dipindah V
kembali Q1

Tangki
Putaran n Tangki

Gambar 2.1 Perbedaan tekanan pada Katup Pengontrol Aliran

Hidraulik halaman - 5
Unit Pembangkit Tekanan

Suatu pompa menghasilkan aliran volume fluida yang konstan. Apabila


diinginkan kecepatan silinder hidraulik yang lebih kecil atau lebih lambat, maka
digunakan sebuah katup pengontrol aliran yang bisa diatur dan dipasang pada
rangkaian yang menuju silinder tersebut. Besarnya aliran volume yang mengalir
melalui katup pengontrol aliran tersebut adalah:

Q  Konstanta  A  p [liter/men it]

Jika katup pengontrol aliran ini dikencangkan, maka tekanan p1 akan naik
(tekanan p1 terletak sebelum pengecilan penampang pada katup), sehingga
terjadi perbedaan tekanan sebesar p  p1 - p2 , yang mengakibatkan naiknya
kecepatan aliran pada lokasi, dimana terjadi pengecilan penampang tersebut.
Pengecilan penampang akan mengakibatkan meningkatnya kecepatan aliran,
sehingga aliran volume tetap konstan.
Pengaturan katup pengontrol aliran yang diteruskan, hingga p1 sama dengan
pmax, maka katup pembatas tekanan akan membuka dan mengalirkan sebagian
tekanan aliran fluida tersebut menuju tangki. Akibatnya, aliran volume yang
menuju silinder akan berkurang dan kecepatan gerak silinder akan lebih kecil
atau lebih lambat.

2.1 Fluida Cair Diam


Perpindahan gaya dan energi yang terjadi pada sistem hidraulik dihasilkan
melalui fluida cair yang diam dan mengalir.
Jika pada fluida cair yang diam diberi tekanan melalui sebuah gerakan naik turun
dari piston yang ditekan dengan gaya F, maka tekanan dalam fluida cair tersebut
akan menyebar ke segala arah dan akan menekan pada dinding bagian dalam
dari sistem (Gambar 2.2).
F1 F1 A1 F2

F2 A 2
Tekanan Statis p
A1
A2

Gambar 2.2 Penyebaran Tekanan pada Fluida Cair Diam

Hidraulik halaman - 6
Unit Pembangkit Tekanan

Jika gaya yang bekerja F1 dan luas penampang piston A1, maka tekanan statis p
yang dihasilkan adalah:
F1
p
A1

Tekanan p ini dapat menghasilkan kesetimbangan terhadap gaya F2 yang sangat


besar, jika luas penampang piston A2 yang digunakan diperbesar sesuai dengan
dimensi yang diinginkan. Selanjutnya berlaku:
F1 F F A
p  2 atau 1  1
A1 A 2 F2 A 2

Pada tekanan yang sama, perbandingan antara besar gaya dorong piston
terhadap luas penampang pistonnya adalah sebanding (proportional).

Contoh Kasus:
Dengan menggunakan sebuah alat pengangkat hidraulik (dongkrak hidarulik)
diharapkan dapat mengangkat beban sebesar 65 kN (Gambar 2.3). Berapa besar
gaya yang harus diberikan pada pedal dari alat pengangkat hidraulik tersebut,
jika perbandingan jarak pada tuas 5:1, diameter piston dari pompa d1 = 10 mm
dan diameter dari piston pengangkat d2 = 120 mm?
F2

Piston Pengangkat

50

Pedal
Fkaki

10 120

F1

Piston Pompa
10

Tangki
Tangki

Gambar 2.3 Alat Pengangkat Hidraulik

Hidraulik halaman - 7
Unit Pembangkit Tekanan

Penyelesaian:
F1 A1 A1 1
 ;  ;
F2 A 2 A 2 144

1
F1   F2 ;
144
F1  451,4N ;
1
Fkaki   F1 ;
5
Fkaki  90,3N

2.2 Fluida Cair Mengalir


Guna mengangkat beban F2, fluida hidraulik yang ada harus dialirkan dengan
menggunakan tekanan (gambar 2.4). Untuk itu diperlukan penekanan terhadap
volume fluida sebesar ΔV oleh piston pompa, sehingga tekanan tersebut
diteruskan pada saluran hidraulik dan akan menggerakkan piston pengangkat ke
atas. Fluida yang tertekan membentuk sebuah silinder dengan penampang A dan
panjang Δl, yang bergerak dalam selang waktu Δt pada saluran pipa dari sistem
hidraulik dan menghasilkan aliran volume (debit) Q:
V A  l
Q 
t t
l
Jika disebut kecepatan v, maka rumus di atas menjadi: Q  A  v
t
F1 F2
Piston Pompa
Piston Pengangkat

v1
v2
A1
p  p1  p 2 A2

V A

p1 l p2

Gambar 2.4 Penyebaran Tekanan pada Fluida Cair Diam

Aliran volume ini dalam saluran tertutup selalu sama besar. Untuk itu, fluida
hidraulik akan dapat mengalir dengan lebih cepat, jika melalui saluran dengan

Hidraulik halaman - 8
Unit Pembangkit Tekanan

luas penampang A yang lebih kecil. Sebaliknya, aliran volume akan mengalir
lebih lambat, jika melalui saluran dengan luas penampang A yang lebih besar,
sehingga berlaku:
v1 A 2
Q  A1  v1  A2  v 2 atau 
v2 A1

Besarnya kecepatan dari aliran volume begitu juga silinder hidraulik berbanding
terbalik terhadap luas penampang alirannya begitu juga luas penampang
pistonnya.
Contoh Kasus:
Sebuah silinder hidraulik direncanakan bergerak dengan kecepatan v=0,5 m/s.
Berapa besar diameter piston d yang diperlukan, jika besar debit aliran fluida
Q=85 l/min?

Penyelesaian:

Q 85dm3  s
A ; A ; A  0,283dm2
v 60s  5dm

4 A 4  0,283dm3
d ; d ; d  60dm
 

Guna melawan gaya angkat F2 dan untuk melawan gesekan aliran dalam saluran
dan komponen-komponen dari sistem hidraulik, fluida hidraulik yang mengalir
harus ditekan. Untuk itu, tekanan yang dihasilkan silinder dari pompa harus dapat
F2
melebihi tekanan statis pstat  dan tekanan dinamis ∆p supaya mampu
A2

melawan gesekan yang terjadi pada saluran dan mampu menghasilkan energi
gerak. Agar fluida hidraulik dapat mengalir, harus berlaku:
p  pstat  p
Perbedaan tekanan ∆p, yang timbul pada saat fluida hidraulik mengalir adalah
sebanding dengan kuadrat dari kecepatan aliran v. Bagian dari ∆p, yang tidak
digunakan untuk energi gerakan akan ditransfer menjadi panas, sehingga dapat
memanaskan fluida hidraulik begitu juga sistem hidrauliknya.
2
Q
p     v 2  Wker ugian
A

Hidraulik halaman - 9
Unit Pembangkit Tekanan

Semakin cepat fluida itu mengalir dalam saluran atau semakin sempit luas
penampang alirannya, akan semakin besar kerugian energinya dan akan
berubah menjadi panas.
Besar energi, yang ada pada sistem hidraulik, misalnya energi yang dihasilkan
silinder pengangkat, adalah besarnya gaya dorong piston dikalikan jarak
pergeseran yang ditempuh. Hal ini juga sama dengan tekanan dalam silinder
dikalikan volume fluida yang dialirkan.
W  F2  s2  p  A2  s2  p  V
Dengan demikian, daya yang dihasilkan:
W p V
P   pQ
t t
Besarnya tekanan dan debit menentukan besar daya dari suatu sistem hidraulik.

Contoh Kasus:
Pada sebuah silinder hidraulik bekerja pada tekanan p = 70 bar, terdeteksi aliran
volume (debit) Q = 85 liter/menit.
Berapa besar daya hidraulik yang diserap oleh silinder?

Penyelesaian:
P  pQ;

70  105 N  85  10 3 m3Q
P
60s
P  9,9kW.

Contoh Kasus:
Dengan menggunakan sebuah silinder hidraulik diharapkan dapat memberikan
gaya dorong sebesar F = 19.8 kN pada suatu kecepatan pergeseran sebesar v =
0.5 m/s.
a) Berapa besar daya mekanis dari silinder hidraulik P?
b) Berapa besar tekanan yang dibutuhkan p dan aliran volume
(debit) Q, jika diameter piston d = 60 mm dan daya mekanis
diasumsikan sama dengan daya hidraulik?

Hidraulik halaman - 10
Unit Pembangkit Tekanan

Penyelesaian:
a) P  F  v ; P  19,8kN  0,5m / s ; P  9,9kW.

F 19,8  103 N  4
b) p  ; p ; p  70bar
A 0,06 2 m2  

P 9,9  103 Nm  m2
Q ; p ; Q  84,86liter / min
p 70  105 N  s

2.3 Aliran Volume


Pada umumnya, dalam sistem hidraulik digunakan pompa untuk menghasilkan
aliran volume atau debit (Gambar 2.5).

Aliran Volume Q

Katup
Pembatas Katup
Tekanan Kontrol
Arah

Volume yang dipindah V

Putaran n Tangki

Gambar 2.5 Aliran Volume dan Pembangkit Tekanan

Pompa itu menghisap fluida hidraulik dari sebuah tangki, kemudian menekan dan
mengalirkannya melalui rangkaian menuju silinder dan mengangkat beban F2.
Untuk itu, dibutuhkan suatu putaran pompa untuk mengalirkan sejumlah fluida V,
pada n putaran per menit akan dialirkan fluida sebesar Q:
Q  n  V [liter/men it]

Hidraulik halaman - 11
Unit Pembangkit Tekanan

2.4 Fluida Hidraulik


Fluida hidraulik berfungsi untuk mentransmisikan beban, melumasi seluruh
permukaan komponen yang bergesekan, menjaga komponen logam dari korosi,
mengeliminasi panas yang timbul akibat gesekan. Pada umumnya digunakan oli
mineral, jika diinginkan sifat-sifat tertentu, maka dapat ditambahan bahan tambah
(additives).

2.4.1 Mampu Tekan (compressible)


Oli hidraulik tidak bisa incompressible sepenuhnya (Gambar 2.6). Sebagai
referensi dari kompresibilitas oli berlaku:
Volume oli pada kenaikan tekanan hingga 100 bar akan mengecil sebesar 65%
dari volume awal. Sifat kompresibilitas ini pada saluran hidraulik yang panjang
akan mengakibatkan timbulnya getaran.
Penekanan

Tekanan : p = 0 bar p = 100 bar


Volume Oli : v = 100 liter v = 99,35 liter
Pemuaian

Temperatur : t = 10°C t = 20°C t = 20°C


Tekanan : p = 0 bar p = 0 bar p = 100 bar
Volume Oli : v = 100 liter v = 100,65 liter v = 100 liter

Gambar 2.6 Pengaruh tekanan dan temperatur pada fluida hidraulik

Hidraulik halaman - 12
Unit Pembangkit Tekanan

2.4.2 Penambahan Volume


Kenaikan temperatur yang terjadi pada rangkaian sistem hidraulik, akan dapat
mengakibatkan penambahan volume oli (akibat pemuaian). Kenaikan temperatur
pada oli sebesar 10ºC, akan mengakibatkan penambahan volume oli sebesar
0,65% dari volume awal. Dalam rangkaian sistem hidraulik, sering juga terjadi
kenaikan tekanan yang tidak diinginkan, akibat kenaikan temperatur. Sebagai
contoh, pada tempat tertutup (tangki yang tertutup), kenaikan temperatur sebesar
10ºC akan menyebabkan kenaikan tekanan sebesar 100 bar.

2.4.3 Kekentalan (Viskositas)


Sifat yang paling penting dari oli hidraulik adalah kekentalan (viskositas).
Kekentalan adalah suatu ukuran oli untuk melakukan gesekan dalam. Efisiensi
suatu sistem hidraulik sangat tergantung dari viskositasnya.
Pada oli yang terlalu kental (viskositas tinggi), akan meningkatkan kerugian
akibat gesekan dan aliran, sistem hisraulik akan terhambat, gelembung udara
(dalam oli) tidak bisa dipisahkan, efisiensi menurun.
Pada oli yang terlalu encer (viskositas rendah), akan meningkatkan terjadinya
slip dan bocor, film pelumasan tipis, meningkatkan terjadinya gesekan.
Dengan kenaikan temperatur, akan menurunkan viskositas. Guna memberikan
nilai dari karakteristik antara viskositas dan temperatur, digunakan istilah Indeks
Viskositas. Semakin tinggi indeks viskositas suatu fluida hidralik, semakin kecil
perubahan viskositas yang terjadi akibat perubahan temperatur.

2.4.3.1 Oli Mineral


Pembagian jenis fluida hidraulik yang berasal dari oli mineral:
 Oli Hidraulik Jenis H adalah jenis oli mineral dengan ketahanan terhadap
pemakaian, tanpa adanya penambahan bahan tambah (additives) khusus.
 Oli Hidraulik Jenis HL memiliki bahan tambah (additive) guna meningkatkan
ketahan terhadap pemakaian dan perlindungan terhadap korosi. Oli jenis ini
akan tahan terhadap temperatur kerja tinggi dan bahaya korosi akibat air.
 Oli Hidraulik Jenis HLP memiliki bahan tambah (additive) guna
meningkatkan ketahanan terhadap gesekan. Ini adalah sifat yang sangat
penting bagi sistem hidraulik, dimana komponennya selalu bergerak dari
keadaan diam atau terkena beban gesekan yangb bermacam-macam.
Hidraulik halaman - 13
Unit Pembangkit Tekanan

 Oli Hidraulik Jenis HV memiliki bahan tambah (additive) guna meningkatkan


ketahanan dari karakteristik viskositas dan temperatur. Oli jenis ini akan tahan
terhadap perubahan temperatur yang besar dan temperatur yang sangat
rendah. Oli jenis ini sangat cocok digunakan pada alat-alat berat.
 Oli Hidraulik Jenis HLPD akan dapat menimbulkan emulsi, jika rangkaian
hidraulik kemasukan air dan dapat mengurangi terjadinya korosi.

2.4.3.2 Fluida Hidraulik yang Tidak Mudah Terbakar


Fluida hidraulik yang Tidak Mudah Terbakar dengan kode HF telah banyak
digunakan di daerah yang memungkinkan terjadinya ledakan atau kontak
langsung dengan api, misalnya pada industri batubara atau bengkel tempa.
Fluida hidraulik jenis ini yang sangat umum digunakan adalah:
 Fluida Hidraulik Jenis HFA. Ini adalah jenis fluida oli dengan emulsi air
yang memiliki 80 % sampai 90 % air. Jenis ini cukup murah dan ramah
lingkungan, tetapi hanya memiliki viskositas yang rendah, tidak tahan
terhadap gesekan, memungkinkan terjadinya kebocoran, menimbulkan
bahaya bakteri dan tidak tahan terhadap korosi. Jenis ini hanya cocok
digunakan pada tekanan kerja yang rendah.
 Fluida Hidraulik Jenis HFC. Jenis ini berasal dari campuran Polyglykol dan
air dengan ketahanan gesekan yang tinggi.
 Fluida Hidraulik Jenis HFD. Fluida ini adalah jenis fluida sintetis yang mahal
dan tahan air (Phosphoracidesther) dengan ketahanan gesekan yang baik,
tetapi memiliki karakteristik viskositas-temperatur yang rendah.

2.5 Pompa Hidraulik


Pompa berfungsi memindahkan energi mekanik ke fluida hidraulik. Hal ini dapat
terjadi melalui pemampatan fluida yang berasal dari saluran isap menuju saluran
tekan. Berdasarkan bentuk komponen yang membentuk ruang pemampatan
pada pompa, maka dapat dibedakan Pompa Roda Gigi (Gear Pump), Pompa
Sudu (Vane Pump) dan Pompa Piston (Piston Pump). Volume fluida yang
termampatkan pada satu putaran pompa disebut aliran Volume V (liter/putaran).
Jika dikalikan dengan putaran pompa n, akan menghasilkan Debit Q
(liter/menit). Pada jenis Pompa Tetap (Fix Pump) besaran tersebut tidak dapat
diubah, tetapi pada jenis Pompa Variabel (Variable Pump), dapat ditur sesuai

Hidraulik halaman - 14
Unit Pembangkit Tekanan

dengan keinginan. Pada saluran tekan akan timbul tekanan, jika aliran volume
mengalami hambatan, misalnya pada pengecilan penampang pipa atau
pembebanan pada silinder hidraulik.

Aliran Volume (Debit) Q


Aliran Volume (Debit) Q dalam liter/menit

Daya P dalam kW
Daya yang diperlukan
P dalam kW

Tekanan Kerja p dalam bar

Gambar 2.7 Karakteristik Pompa

Gambar 2.7 menunjukkan hubungan aliran volume Q (debit) pada karakteristik


sebuah pompa. Pada putaran konstan, debit yang menuju tangki akan menurun,
karena pompa terbebani oleh hambatan dari pressure relief valve. Tekanan akan
meningkat melalui pengaturan pressure relief valve dan pada saat itu debit
pompa dapat diukur. Dengan meningkatnya tekanan, pompa akan mencapai
batas pebebanan, dimana kebocoran meningkat dan debit menurun.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sebuah pompa hidraulik adalah:
debit, tekanan maksimum yang diizinkan, kebisingan, dan efisiensi. Daya yang
diberikan pompa pada fluida tekan adalah:
Pyang diberikan oleh pompa  p  Q  

Contoh Kasus:
Debit maksimum Q yang dibutuhkan sebuah rangkaian sistem hidraulik sebesar
12 liter/menit. Pada pressure relief valve dilakukan pengaturan tekanan p
sebesar 100 bar. Berapakah daya yang diperlukan pompa untuk menghasilkan
kondisi tersebut, jika efisiensi  = 80 %?
Penyelesaian:

Hidraulik halaman - 15
Unit Pembangkit Tekanan

p Q
Pyang diperlukan oleh pompa 

100  10 5 N  12 dm3  1menit  1m3

m 2  menit  60 detik  10 3 dm3  0.8
 2500 Nm/detik
 2.5 kW

2.5.1 Pompa Roda Gigi (Gear Pump)


Pompa Roda Gigi dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu Pompa Roda Gigi Luar dan
Pompa Roda Gigi Dalam.
2.5.1.1 Pompa Roda Gigi Luar (External Gear Pump)
Pompa jenis terdiri dari satu pasang roda gigi, yang salah satunya berfungsi
sebagai penggeraknya (Gambar 2.8). Melalui putaran kedua roda gigi, fluida
hidraulik yang berada pada celah-celah diantara gigi-gigi sepanjang dinding
rumah (housing) akan ditekan dari sisi isap menuju sisi tekan. Dengan adanya
pertemuan gigi-gigi yang dari kedua roda gigi, maka tidak terjadi aliran balik.
Akan tetapi, gigi-gigi itu sudah menutup celah sebelum sisa fluida meninggalkan
celah dan menjadikannya suatu perapat, yang menimbulkan kebisingan yang
sangat besar.

Sisi Isap

Sisi Tekan

Gambar 2.8 Pompa Roda Gigi Luar

Hidraulik halaman - 16
Unit Pembangkit Tekanan

Perapat ini akan hilang oleh adanya celah yang terletak pada arah aksial dari
kedua roda gigi dan tutup rumah. Pompa Roda Gigi Luar sangat kotor, tidak
efisien pada perbandingan isap dan tekan, serta penurunan viskositas dari oli.
Kemampuan tekanan pompa ini dapat mencapai kira-kira 300 bar. Umur pompa
ini reelatif pendek. Contoh pemakaian, sistem hidraulik pada kendaraan.
2.5.1.2 Pompa Roda Gigi Dalam (Internal Gear Pump)
Pompa jenis ini relatif lebih tenang dibanding pompa roda gigi luar dan memiliki
banyak kelebihan, tetapi harganya mahal.
Gambar 2.9 menunjukkan roda gigi bagian dalam menggerakkan roda gigi
bagian luar yang memiliki lubang di sekelilingnya. Roda gigi luar ditahan oleh
adanya komponen pengisi dan bantalan. Fluida bertekanan mengalir melalui
celah di antara komponen pengisi dan roda gigi bagian dalam begitu juga antara
komponen pengisi dan roda gigi bagian luar. Dengan timbulnya tekanan
hidraulik, bantalan akan menekan roda gigi bagian luar. Dengan adanya kontak
yang besar kedua roda gigi dan berputar dengan tanpa celah pada kedua roda
gigi, maka timbulnya kebisingan dari pompa berkurang.

R oda Gigibagian Luar


Sisi Isap K omponenPengisi

B antalan

Sisi Tekan

Gambar 2.9 Pompa Roda Gigi Dalam

Hidraulik halaman - 17
Unit Pembangkit Tekanan

2.5.1.3 Pompa Rotor Ring (Ring Rotor Pump)


Pompa ini merupakan jenis dari Pompa Roda Gigi Dalam, yang terdiri dari
sebuah rumah pompa, sebuah rotor luar, dan sebuah rotor dalam yang bergeser
eksentris (gambar 2.10).
Kedua rotor mempunyai bentuk gigi cembung (throchoide gear) dengan jumlah
gigi yang berbeda. Apabila berputar, ruang di bagian kanan pompa akan menjadi
kosong, yang akan mengalirkan fluida hidraulik dari sisi isap. Pada bagian kiri
pompa, volume ruang kosong akan mengecil, sehingga akan memberi tekanan
pada sisi tekan. Akibat adanya perubahan volume yang sama, maka aliran
volume akan selalu konstan. Tekanan kerja dari pompa jenis ini adalah sekitar
160 bar dan kecepatan putar 1500 rpm.

Sisi Isap

Sisi Tekan

Gambar 2.10 Ring Rotor Pump

2.5.2 Pompa Sekrup (Screw Pump)


Pompa jeni ini pada umumnya digunakan pada tekanan rendah, tetapi debitnya
besar. Pompa ini mempunyai spindel yang berputar, mirip seperti roda gigi
miring, yang dapat memindahkan fluida melalui celah pada ulir-ulirnya sepanjang
dinding rumah pompa (gambar 2.11). Melalui pertemuan kedua gigi dari spindel

Hidraulik halaman - 18
Unit Pembangkit Tekanan

yang memiliki kerapatan yang baik, maka aliran balik fluida dapat terhindari.
Karena bentuk profil ulir dari spindel yang demikian itu, pompa jenis ini tidak
menimbulkan kebisingan dan debit yang dihasilkan bisa kontinyu.

Gambar 2.11 Screw Pump

2.5.3 Pompa Sudu (Vane Pump)


Pompa sudu dapat diklasifikasikan menjadi Pompa Sudu Tetap (fixed vane
pump) dan Pompa Sudu Variabel (variable vane pump).
Pompa Sudu Tetap (fixed vane pump). Pada rotor dari pompa ini terdapat
celah yang difrais secara radial yang berisi sudu-sudu, yang menekan dinding
rumah pompa saat berputar, akibat gaya sentrifugal (gambar 2.12). Sisi isap dan
sisi tekan terdapat pada bagian kiri dan kanan (2 sisi/double symetrie). Hal ini
bertujuan untuk meringankan beban poros dari rotor.

Sisi Tekan
(Sisi Isap)

Sudu

R otor

Sisi Isap
(Sisi Tekan)

Gambar 2.12 Pompa Sudu Tetap (Fixed Vane Pump)

Hidraulik halaman - 19
Unit Pembangkit Tekanan

Pompa Sudu Variabel (variable vane pump). Pompa jenis ini dapat
mengalirkan debit yang bisa diatur besarnya. Sudu-sudunya bergeser pada sisi
bagian dalam dari ring penyetel, yang dapat menggeser secara eksentris.
Dengan perbandingan pergeseran ring yang sama, maka konstanta volume dari
pompa juga akan berubah (gambar 2.13).

R ing yangbisa diatur

R otor

B aut Pengatur Tekanan

S P
Sisi Isap Sisi Tekan

Gambar 2.13 Pompa Sudu Variabel (Variable Vane Pump)

2.5.4 Pompa Piston (Piston Pump)


Ruang tempat penekanan dari Pompa Piston dibentuk melalui silinder dan piston,
yang dibuat dengan toleransi yang sangat kecil. Pada tekanan kerja yang tinggi
pun hanya terjadi kebocoran yang sangat kecil. Karena itu, pompa piston ini
banyak digunakan pada tekanan menengah hingga tekanan tinggi.
Menurut posisi dari piston pompa terhadap poros penggeraknya, pompa ini
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu Pompa Piston Aksial (Axial Piston Pump) dan
Pompa Piston Radial (Radial Piston Pump).
Pada Pompa Piston Aksial, piston bergerak paralel terhadap sumbu putar atau
membentuk sudut maksimum 40°.
Sedangkan piston dari Pompa Piston Radial posisinya tegak lurus terhadap
sumbu putar.
Pada Pompa Piston Aksial, dapat dibedakan menurut konstruksinya menjadi
Pompa Piston Aksial dengan Sumbu Miring dan Pompa Piston Aksial dengan
Pelat Miring.

Hidraulik halaman - 20
Unit Pembangkit Tekanan

Pompa Piston Aksial dengan Sumbu Miring, memiliki lubang silinder blok,
dimana piston bergerak. Lubang silinder blok ini dapat digerakkan (berayun)
hingga sudut 40° dengan sumbu putar. Saat poros pompa berputar, piston yang
berada di bagian kanan lubang silinder akan bergerak mundur dan menghisap
fluida hidraulik. Pada titik mati dari gerakannya, piston akan masuk ke daerah
mati (dead zone) dari pelat pengatur dan akhirnya memberi tekanan pada fluida
hidraulik yang berada di bagian kiri lubang silinder menuju sisi tekan.
Piston-piston menahan bantalan gelinding aksial dan memutar lubang silinder
secara radial dengan mudah. (gambar 2.14).

Piston Lubang Silinder Blok

Pelat Pengatur Tetap

Sisi Isap

Bantalan

Sisi Tekan

Gambar 2.14 Pompa Piston Aksial dengan Sumbu Miring


(Axial Piston Pump with Inclined Axes)

Keuntungan dari Pompa Piston Aksial dengan Sumbu Miring:


 Dapat menghisap sendiri dan dapat digerakkan dengan mudah
 Tidak mudah kotor
 Cocok untuk beban tekanan kerja yang berubah-ubah
 Sudut kemiringan tidak ada pengaruhnya terhadap umur pompa
Kerugian dari Pompa Piston Aksial dengan Sumbu Miring:
 Saat percepatan terjadi defleksi dan akan dapat memperbesar getaran
 Tidak dapat secara cepat untuk menyesuaikan diri
 Pembuatan komponen pendukung dari pompa sangat rumit

Hidraulik halaman - 21
Unit Pembangkit Tekanan

Pompa Piston Aksial dengan Pelat Miring, memiliki silinder dengan sumbu
yang paralel. Piston bergerak pada bantalan luncur yang bertumpu atau berputar
pada pelat miring (gambar 2.15). Posisi pelat miring dapat diatur. Sudut
pengaturan tidak boleh melebihi 20°, akibat gaya melintang pada piston, yang
secara keseluruhan akan berubah menjadi momen torsi.

Oli Bo co ran L u b an g Silin d er Blo k


Ko mp o n en Pen yetelan

Pisto n Aksial

Pelat Pen yetel


Pelat Mirin g

Po ro s Pen g g erak

Ban talan L u n cu r
Hid ro statis

F len s Peng ikat


Ru mah Po mp aSalu ran Pemb u an g an
Ru mah Po mp a

Gambar 2.15 Pompa Piston Aksial dengan Pelat Miring


(Axial Piston Pump with Inclined Plate)

Keuntungan dari Pompa Piston Aksial dengan Pelat Miring:


 Mempunyai konstruksi yang relatif kecil
 Cocok untuk beban tekanan kerja dalam waktu yang lama
 Mempunyai waktu pengaturan yang relatif singkat
 Komponen pendukung dapat membawa dengan mudah melalui poros tembus
Kerugian dari Pompa Piston Aksial dengan Pelat Miring:
 Mempunyai karakteristik penghisapan yang jelek
 Akibat gesekan luncur, menjadikan karakter gerakan piston tidak baik
 Rentan terhadap kotoran
 Mempunyai sudut kemiringan yang terlalu kecil

Hidraulik halaman - 22
Unit Pembangkit Tekanan

Pada Pompa Piston Aksial dengan Pelat Miring yang mempunyi pelat miring
putar, akan berputar, tetapi piston pompa tidak ikut berputar (gambar 2.16).
Pemisah antara daerah isap dan tekan dilakukan oleh katup. Konstruksi pompa
ini sederhana dan kokoh, tetapi akibat pengaruh tidak balance, maka pompa ini
haya cocok untuk putaran kerja yang rendah. Untuk dijadikan motor, pompa ini
tidak bisa digunakan, akibat adanya katup.

T itik Mati Atas (T MA)


Pisto n d en g an Katu p Isap

Pen g g erak

Salu ran T ekan

Pelat Mirin g

T itik Mati Bawah (T MB)


Salu ran Isap

Gambar 2.16 Pompa Piston Aksial dengan Pelat Miring Putar


(Axial Piston Pump with Rotated Inclined Plate)

Pompa Piston Aksial biasanya cocok untuk tekanan kerja menengah sampai
dengan tinggi, yaitu 150 bar hingga 500 bar. Pompa ini banyak sekali digunakan
pada berbagai macam kebutuhan, juga bisa digerakkan oleh motor hidraulik.

Pompa Piston Radial. Pada pompa jenis ini, piston bergerak dengan arah tegak
lurus terhadap sumbu putarnya. Karena piston mempunyai dudukan yang murah,
Pompa Piston Radial dapat menghasilkan tekanan yang tinggi. Pada pompa jenis
ini, dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu:
 Pompa dengan dudukan luar, dimana piston didukung oleh sebuah hub ring
dan melakukan penekanan ke arah dalam.
 Pompa dengan dudukan dalam, dimana piston bergerak kearah luar melalui
sebuah poros eksentris.

Hidraulik halaman - 23
Unit Pembangkit Tekanan

Pompa Piston Radial dengan Dudukan Luar adalah jenis pompa yang bisa
diatur panjang langkahnya (hub) melalui sebuah hub ring (gambar 2.17). Ring
silinder bagian dalam diputar melalui sumbu putar dari pompa dan
menggerakkan piston, yang ditumpu dengan bantalan luncur pada hub ring yang
ada di bagian luar. Komponen pengatur yang terletak pada titik pusat pompa
memisahkan sisi isap dari sisi tekan (penekanan ke arah dalam). Melalui
pengaturan pada hub ring, besar dan arah aliran dapat diubah.

Komponen Pengatur, tetap

Ring Sil inder,


Berputar

Sisi Isap

Pengaturan

Sisi Tekan

Piston dengan
Bantalan Luncur

Hub Ring

Gambar 2.17 Pompa Piston Radial dengan Dudukan Luar dan bisa diatur

Keuntungan dari Pompa Piston Radial dengan Dudukan Luar:


 Efisiensi tinggi
 Kebisingan yang ditimbulkan sangat kecil
 Kecepatan pengaturan besar
 Tekanan kerja yang diizinkan tinggi
Kerugian dari Pompa Piston Radial dengan Dudukan Luar adalah
konstruksinya relatif besar sedang aliran volumenya kecil.

Pompa Piston Radial dengan Dudukan Dalam adalah pompa piston, dimana
gerakan maju mundur dari piston ditentukan oleh sebuah poros eksentris
(gambar 2.18). Pengaturan isap dan tekan dari fluida diatur dengan sendirinya
melalui katup tekanan balik (penekanan ke arah luar) dan mempunyai
Hidraulik halaman - 24
Unit Pembangkit Tekanan

keuntungan, bahwa pompa yang berasal dari beberapa pompa yang bekerja
sendiri-sendiri secara terpisah dapat digabung. Dengan demikian, melalui
pengaturan nyala dan mati (on/off) dari pompa-pompa tersebut akan dapat diatur
untuk menghasilkan aliran volume yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan.
Susunan piston bisa berupa bintang atau paralel (gambar 2.19). Kedua bentuk
tersebut bisa dikombinasi.

Poros Eksentris

Saluran
Tekanan Rendah

Saluran
Tekanan Tinggi Saluran Isap

Gambar 2.18 Pompa Piston Radial dengan Dudukan Dalam

Sifat-sifat dari pompa piston jenis eksentris yang diatur melalui katup adalah:
 Efisiensi tinggi
 Fluida hidraulik tahan terhadap kotoran dan beban lebih
 Dapat dikombinasi dengan pompa lain
 Dengan penambahan katup tahan bocor, maka pompa jenis ini mampu
menghasilkan tekanan tinggi hingga 1200 bar

Gambar 2.19 Konstruksi Pompa Piston Radial yang paralel


2.6 Penyimpan Energi Hidraulik (Accumulator)
Hidraulik halaman - 25
Unit Pembangkit Tekanan

Energi hidraulik dapat disimpan melalui sebuah pegas yang ditekan atau melalui
pengangkatan sebuah beban, yang mana saat beban itu turun akan kembali
menjadi energi potensial yang diberikan kepada fluida hidraulik. Pada umumnya,
penekanan juga dilakukan dengan menggunakan volume sebuah gas. Adapun
gas yang digunakan adalah gas N2 yang tidak berbahaya.

Sisi Gas

Gas Nitrogen
Gas Nitrogen

Balon

Membran

Olie Piston

Sisi Olie
Jenis Me mbran Jenis Ba lon Jenis Pi ston
Gambar 2.20 Accumulator
Tugas utama dari penyimpan energi hidraulik adalah:
 Menyimpan energi
 Meredam getaran
 Melakukan keseimbangan saat terjadi perubahan aliran volume
 Sebagai cadangan tekanan saat terjadi penurunan tekanan
 Sebagai cadangan energi untuk keadaan darurat.
Menurut bentuk konstruksinya, dapat dibedakan menjadi: jenis membran, jenis
balon dan jenis piston (gambar 2.20)
Accumulator jenis Membran
Jenis ini memberikan kemapuan penyimpanan volume yang kecil antara 0.1 liter
hingga 0.4 liter, mempunyai bentuk membran setengah bola dan mempunyai
tempat pengisian pada sisi gas.

Accumulator jenis Balon

Hidraulik halaman - 26
Unit Pembangkit Tekanan

Pada jenis ini, gas nitrogen dipisahkan/disimpan pada balon plastik secara
tertutup dari fluida hidraulik. Untuk menghindari kerusakan dari balon saat
pengaliran, digunakan katup bentuk piring. Volume penyimpanan pada jenis ini
mencapai 200 liter.
Accumulator jenis Piston
Pada jenis ini, piston yang bergerak memisahkan ruang gas terhadap ruang
fluida hidraulik. Melalui gerakan piston, keadaan silinder yang sudah penuh,
dapat dideteksi melalui sensor limit switch, sehingga dapat digunakan untuk
mematikan pompa. Kerugiannya adalah gesekan dan momen inersia dari piston.
Untuk memperbesar kemampuan penyimpanan, dapat dilakukan dengan
menutup Botol Gas Nitrogen pada ruang gas dari jenis balon dan piston.
Contoh sebuah rangkaian Accumulator

Komponen
Penekan

Gambar2.21 Keseimbangan oli yang hilang dengan bantuan Accumulator


Perhitungan pada Accumulator
Besar pengambilan energi yang dilakukan oleh accumulator ditentukan oleh
besarnya volume gas, yang dihitung berdasarkan hukum-hukum fisika dari
perubahan bentuk dari gas. Tekanan gas, Temperatur dan Volume merupakan
besaran utama dari gas. Setiap accumulator mempunyai ruang gas tertentu V0
berdasarkan dimensi geometrinya (gambar 2.22). Ruang gas ini, sering disebut
sebagai volume penyimpanan, diisi dengan gas Nitrogen hingga sampai pada
tekanan awal p0. Besar tekanan awal ini sebaiknya maksimum sama dengan
90% dari tekanan kerja minimal p dari rangkaian itu. Hal ini bertujuan untuk
menghindari kerusakan balon yang terjadi saat pengosongan dari accumulator.
Saat tabung accumulator pelan-pelan terisi dengan fluida, gas yang ada di dalam
memungkin memindahkan panas yang timbul ke daerah sekitar, melalui perapat.

Hidraulik halaman - 27
Unit Pembangkit Tekanan

Dengan demikian temperatur dalam ruang gas relatif konstan (isotherm). Dan
berlaku Boyle-Mariotte:
p0  V0  p1  V1  p2  V2
Pada pengisian dan pengosongan yang cepat tanpa terjadi perpindahan panas
ke daerah sekitar (adiabatic). Gas akan bertambah panas atau dingin. Disini

berlaku: p0  V01.4  p1  V11.4  p2  V21.4

Ko so n g Gas Nitrog en

F lu id a Hid rau lik

Gambar 2.22 Besar Volume penyimpanan V0 dan Volume yang digunakan V


Kondisi Isotherm: Kondisi Adiabatic:
V V
V0  V0 
 p0 p0  1 1
    p 0  1.4  p  1.4
 p1 p 2      0 
 p1   p2 
p p 
V  V0   0  0  1 1
 p1 p 2   p  1.4  p  1.4
V  V0   0    0 
 p1   p2 
V dapat juga diperoleh dari diagram karakteristik pada gambar 2.23

Tekanan Awal
Volume yang digunakan

Tekanan Kerja

Gambar 2.23 Karakteristik Tekanan–Volume accumulator Kapasitas 10 liter


Hidraulik halaman - 28
Unit Pembangkit Tekanan

Contoh Kasus:
1. Diketahui : Tekanan kerja maksimum p2 = 100 bar
Tekanan kerja minimum p1 = 45 bar
Ukuran accumulator V0 = 10 dm3
Dicari : Volume yang digunakan V ?
Penyelesaian : 1. Menentukan tekanan awal p0
p0 = 90% dari p1;
p0 = 0.9 . 45 = 40.5 bar
p0 dipilih 40 bar
2. Menghitung V
Isotherm:
p p 
V  V0   0  0 
 p1 p 2 
 40 40 
 10 dm3    
 45 100 
 4.9 dm3
Adiabatic:
1 1
 p  1.4  p  1.4
V  V0   0    0 
 p1   p2 
1 1
 40  1.4  40  1.4
 10 dm3      
 45   100 
 4 dm3
3. Menentukan V dari diagram gambar 6.4
Hasil:
Visotherm = 5.9 dm3 - 1.0 dm3 = 4.9 dm3
Vadiabatic = 4.7 dm3 - 0.7 dm3 = 4.0 dm3
2. Diketahui : Tekanan kerja maksimum p2 = 300 bar
Tekanan kerja minimum p1 = 150 bar
Volume yang digunakan V = 3 dm3
Dicari : Ukuran accumulator V0 ?
Penyelesaian : 1. Menentukan tekanan awal p0
p0 = 90% dari p1; p0 = 0.9 . 150 = 135 bar
p0 dipilih 130 bar

Hidraulik halaman - 29
Unit Pembangkit Tekanan

2. Menghitung V0
Isotherm:
V
V0 
 p0 p0 
  
 p1 p 2 
3 dm3

 130 130 
  
 150 300 
 6.9 dm3
Adiabatic:
V
V0  1 1
 p0  .4
1 p  .4
1
    0 
 p1   p2 
10 dm3
 1 1
 130  1.4  130  1.4
   
 150   300 
 8.5 dm3
Hasil: Untuk kasus ini, akan dipilih volume accumulator sebesar 10 liter

2.7 Tangki (Reservoir)


Fungsi utama dari reservoir dalam sistem hidraulik adalah untuk menyimpan dan
memberikan fluida untuk digunakan oleh sistem.
Disamping mempunyai fungsi utama sebagai penampung fluida hidraulik,
reservoir dapat juga mempunyai beberapa fungsi tambahan, yaitu:
 sebagai pesawat penukar panas, yaitu dengan memindahkan panas lebih
dari sistem melalui dindingnya ke lingkungan sekitar.
 sebagai pelepas gelembung udara (deaerator). Reservoir dapat
memberikan kesempatan kepada gelembung udara untuk naik ke
permukaan dan keluar dan dapat mengendapkan kotoran padat ke
bagian bawah reservoir.
 sebagai ladasan untuk penempatan pompa, motor, dan kompenen sistem
hidraulik lainnya.

Hidraulik halaman - 30
Unit Pembangkit Tekanan

2.7.1 Komponen dari Reservoir


Konstruksi umum dari reservoir seperti ditunjukkan gambar 2.24. Reservoir
terbuat dari pelat baja yang dilas. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kondensasi yang akan menyebabkan terjadinya pengkaratan, bagian dalam dari
reservoir dicat dengan pelapis yang sesuai dengan fluida yang gunakan. Oleh
karena reservoir didesain untuk memberikan kemudahan dalam perawatan,
maka pada bagian bawahnya diberikan saluran untuk tujuan pengurasan.
a) Indikator Ketinggian Fluida
Untuk mengontrol ketinggian fluida dalam reservoir, dipasang gelas penduga
atau dua lubang pengira ketinggian. Perangkat ini memungkinkan untuk melihat
batas atas dan batas bawah dari ketinggian fluida tanpa mempengaruhi kondisi
fluida yang disimpan, seperti halnya kalau digunakan alat penduga ketinggian
yang berupa sight glass.
b) Ventilasi Udara (breather assembly)
Ventilasi udara dipasang pada reservoir untuk mengakomodasi perubahan
tekanan akibat perubahan temperatur dan tekanan dalam tangki. Umumnya,
ukuran ventilasi udara harus cukup besar untuk mampu memberikan kemudahan
mengalirnya udara masuk atau keluar dari tangki untuk menjamin tekanan di
dalam tangki sama dengan tekanan udara luar. Untuk jenis reservoir yang
bertekanan, ventilasi udara diganti dengan katup udara yang mengatur tekanan
udara di dalam tangki.

Gambar 2.24 Reservoir dan bagian-bagiannya

Hidraulik halaman - 31
Unit Pembangkit Tekanan

c) Tutup untuk Keperluan Pembersiahan


Tutup untuk keperluan pembersihan, biasanya dipasang pada kedua sisi tangki.
Ini umumnya benar untuk ukuran reservoir dengan volume fluida lebih dari 10
gallon. Tutup ini harus didesain sedemikian rupa, agar cukup mudah untuk
membukanya yang memberikan kemudahan untuk melakukan pembersihan
kotoran dalam tangki.

d) Pelat Baffle
Fluida yang kembali ke reservoir umumnya lebih panas dari pada fluida masuk,
maka dipasang baffle (penyekat) untuk menghalangi fluida balik langsung masuk
kembali untuk dihisap pompa. Pelat baffle dipasang memanjang di bagian tengah
tangki, memaksa fluida balik untuk melewati dinding tangki sehingga panasnya
dapat sepenuhnya dipindahkan ke lingkungan sekitar melalui dinding tangki.
Gerak lamban perpindahan fluida antar ruang tersebut memberikan kesempatan
kepada bahan-bahan kontaminan untuk mengendap di bagian bawah, dan
mengurangi udara yang terperangkap yang akan memberikan hasil aliran fluida
semakin tidak torbulen.

e) Penghubung Sambungan dan Pemasangan


Kebanyakan saluran penghubung yang menuju reservoir berakhir di bawah
permukaan fluida. Untuk menghindari pembusaan fluida dan menjadi bercampur
udara, saluran isap pompa harus berada di bawah permukaan fluida yaitu sekitar
dua inci di atas dasar tangki. Saluran yang berakhir dekat dengan bawah tangki
dan tidak dilengkapi dengan strainer, maka ujungnya harus dipotong dengan
sudut 45°. Hal ini akan membantu mengarahkan aliran fluida tidak langsung
mengenai bagian bawah tangki (gambar 2.25).

f) Pesawat Penukar Panas


Efesiensi sistem tidak mungkin mencapai 100% dalam pengontrolan temperatur,
panas dalam sistem hidraulik merupakan sumber masalah yang serius. Jika
temperatur fluida tidak terkontrol dengan baik maka sistem perlu dilengkapi
dengan pesawat penukar panas (pemanas/heater atau pendingin/cooler).

Hidraulik halaman - 32
Unit Pembangkit Tekanan

Gambar 2.25 Fungsi Baffle Plate dan Strainer

2.7.2 Ukuran dari Reservoir


Tangki yang besar selalu memberikan hasil yang baik oleh karena mampu
memberikan pendinginan dan pemisahan kontaminan. Pada ukuran yang
minimum, tangki harus mampu menampung semua fluida yang diperlukan oleh
sistem dan mampu memberikan ketinggian fluida yang cukup untuk menghindari
terjadinya pusaran oleh karena isapan pompa pada saluran isap. Jika ini terjadi,
maka udara akan ikut terbawa masuk yang akan mengakibatkan kavitasi.
Untuk menentukan ukuran reservoir, hal berikut perlu dipertimbangkan :
1. Pengembangan volume fluida oleh karena perubahan panas.
2. Perubahan ketinggian fluida oleh karena beroperasinya sistem.
3. Jumlah panas yang dibangkitkan oleh sistem.
4. Pengaruh pengkaratan dinding tangki oleh karena adanya kondensasi.

Untuk keperluan industri, cara umum untuk menentukan ukuran reservoir adalah:

Ukuran Tangki (dalam gallon) = 2 kali gpm Pompa atau 3 kali gpm Pompa

Latihan:
1. Sebutkan keuntungan dari penggunaan sistem hidraulik!
Hidraulik halaman - 33
Unit Pembangkit Tekanan

2. Bagaimana cara meningkatkan besar gaya yang dihasilakan oleh tenaga


hidraulik?
3. Bagaimana hubungan antara penampang aliran dan kecepatan aliran?
4. Jelaskan bagaimana sistem hidraulik dapat menghasilkan tekanan!
5. Jelaskan bagaimana dapat mengendalikan kecepatan silinder hidraulik
melalui pengecilan penampang atau katup pengontrol aliran!
6. Tugas apakah yang harus dimiliki oleh Fluida Hidraulik?
7. Berapa besar kenaikan yang terjadi pada ruang tertutup yang terisi penuh
oleh Fluida Hidraulik, jika temperatur mengalami kenaikan dari 18°C menjadi
27°C?
8. Apakah sifat negatif yang dimiliki oleh Fluida Hidraulik yang terlalu encer dan
terlalu kental?
9. Kapan digunakan Fluida Hidraulik yang mempunyai sifat tahan api?
10. Apa saja jenis dari Pompa Tekan yang ada?
11. Apakah keuntungan dari Pompa Roda Gigi?
12. Mengapa pada konstruksi Hidraulik yang stasioner umumnya digunakan
Pompa Roda Gigi dan Pompa Sudu?
13. Mengapa Pompa Piston dapat menghasilkan tekanan yang lebih tinggi dari
pada pompa-pompa lain?
14. Apakah yang membedakan Pompa Piston Aksial dengan Sumbu Miring
dengan Pompa Piston Aksial dengan Pelat Miring?
15. Apakah keuntungan dan kerugian yang dimiliki oleh Pompa Piston Radial
dengan Dudukan Luar?
16. Mengapa dengan Pompa Piston Radial yang dikontrol dengan katup dapat
menghasilkan tekanan tinggi hingga 1200 bar?
17. Apa saja jenis dari accumulator?
18. Apa jenis gas yang digunakan pada accumulator?
19. Kapan terjadi proses penekanan gas isotherm dan adiabatics?
20. Bagaimana cara mendapatkan ukuran accumulator yang sesuai?

Hidraulik halaman - 34
Elemen Penggerak

BAB III
ELEMEN PENGGERAK (ACTUATOR)

Jenis elemen penggerak (actuator) hidraulik adalah Silinder, Motor Hidraulik, dan
Motor Swing. Actuator mendapat tugas, mengubah energi hidraulik menjadi
energi gerak (energi mekanik), baik gerakan translasi maupun gerakan rotasi.

3.1 Silinder Hidraulik


Untuk mendapatkan gerakan translasi dengan 1 (satu) arah kerja maupun 2
(dua) arah kerja, digunakan silinder hidraulik.
Gaya dorong yang dihasilkan pada tekanan kerja p dan luas penampang piston A
adalah: F  p  A
Jika diameter piston diketahui dan kecepatan piston yang diinginkan diketahui,
dapat dihitung besar aliran volume/debit Q yang diperlukan: Q  A  v
Selain itu, jika panjang langkah yang diperlukan sudah ditentukan, maka perlu
dilakukan pemeriksaan kekuatan material terhadap batang piston atau silinder
terhadap beban buckling. Kerugian yang terjadi akibat gesekan tergantung pada
jumlah perapat yang digunakan pada piston.

Contoh Kasus:
Berapa besar diameter piston sebuah silinder hidraulik yang harus dipilih, jika
tekanan kerja p = 160 bar dan gaya dorong yang diinginkan F = 30 kN.
Penyelesaian:

4A F 30  103 N  mm 2
d ; A   18.75 cm2; d = 48.9 mm
 p 160  10 N5

Silinder Kerja Tunggal (Single Acting Cylinder/SAC)


Prinsip kerja dari silinder jenis ini, hanya satu arah gerakan yang dikontrol oleh
tekanan fluida, sedangkan arah gerakan sebaliknya menggunakan gaya pegas
atau beban (gambar 3.1) Guna meningkatkan kekuatan dari batang piston,
sepanjang batang piston diameternya dibuat sama dengan diameter piston.
Keuntungannya, konstruksi sederhana, mempunyai kemampuan perapat yang
baik, karena pembebanan dari fluida hanya satu arah.

Hidraulik halaman - 35
Elemen Penggerak

Silinder Teleskopis
Plunger

Silinder Gerak Simetri

Silinder Diferensial

Gambar 3.1 Jenis-jenis Silinder

Silinder Kerja Ganda (Double Acting Cylinder/DAC)

Gambar 3.2 Silinder Kerja Ganda (Double Acting Cylinder/DAC)


Prinsip kerja dari silinder jenis ini, pada kedua arah gerakan (maju dan mundur)
merupakan kerja dan dikontrol oleh tekanan fluida. Silinder ini mempunyai batang
piston pada satu sisi atau kedua sisi. Silinder yang mempunyai batang piston
hanya pada satu sisi disebut differential cylinder.

Hidraulik halaman - 36
Elemen Penggerak

Differential Cylinder. Pada silinder jenis ini mempunyai perbandingan luas


penampang piston dan ring piston 2 : 1. Akibatnya, pada tekanan kerja yang
sama, akan menghasilkan gaya dorong (gaya dorong maju dan mudur) yang
berbeda (gambar 3.3), begitu juga pada debit yang sama, akan menghasilkan
kecepatan piston maju dan mundur yang berbeda. Perbedaan gaya dari kedua
ruang silinder ini dapat juga digunakan untuk mengkompensasi fluida hidraulik
yang pada ruang batang piston, dengan membuat saluran by pass, sehingga
fluida bisa mengalir. Dengan demikian, pada perbandingan penampang 2 : 1,
piston akan bergerak maju dan mundur dengan kecepatan yang sama.

Silinder Gerak Simetri. Bentuk konstruksi bagian kiri dan kanan terdapat batang
piston yang sama (simetri). Pada tekanan kerja yang sama, akan menghasilkan
gaya dorong (gaya dorong maju dan mudur) yang sama, begitu juga pada debit
yang sama, akan menghasilkan kecepatan piston maju dan mundur yang sama.
Jenis ini mempunyai kerugian akibat konstruksi yang lebih besar.
Silinder Khusus. Jika diperlukan silinder pada tempat yang terbatas, tetapi
harus mempunyai panjang langkah yang besar, maka digunakan Silinder
Teleskopis. Jenis ini mempunyai kelemahan, yaitu pada debit yang sama
kecepatan gerakan maju dari setiap tingkat tidak sama, semakin kecil
diameternya semakin besar kecepatannya. Untuk mendapat kecepatan yang
sama, dapat digunakan tambahan sistem kontrol yang berfungsi mengatur debit
pada setiap tingkat silinder itu.

Servo Cylinder (silinder servo), yaitu jenis silinder hidraulik yang dilengkapi
dengan katup servo, yang dapat digunakan untuk mengatur gerakan maju dan
mundur dari silinder.

Hidraulik halaman - 37
Elemen Penggerak

Maju
Munu dur

Gambar 3.3 Rangkaian Differential Cylinder

3.2 Swing Motor


Digunakan untuk menghasilkan gerakan putar actuator dari 5° hingga 360°.
Dengan konstruksi yang kecil dapat menghasilkan momen torsi yang besar.
Berdasarkan bentuk konstruksinya, dpat dibedakan menjadi Vane Swing Motor,
Radial Piston Swing Motor, dan Axial Piston Swing Motor (). Untuk pengaturan
dari swing motor ini, diperlukan katup pengotrol. Kegunaannya biasanya untuk
gerakan translasi dan untuk keperluan pengekleman/pelepasan.

Hidraulik halaman - 38
Elemen Penggerak

a) Axial Piston

Ulir Pen g g erak

Po ro s Pu tar b) Radial Piston

Pisto n

c) Vane
Gambar 3.4 Swing Motor

3.3 Hydraulics Motor (Motor Hidraulik)


Dilihat dari perubahan energi yang terjadi, hidraulik motor ini merupakan
kebalikan dari pompa hidraulik (hydraulics pump). Motor ini merubah energi
tekanan dari fluida menjadi energi mekanik, berupa gerak rotasi. Besar debit
yang diterima akan dijadikan putaran, sedang dari tekanan yang diterima akan
dijadikan momen torsi. Besar Momen Torsi yang dihasilkan:
MT  F  rm  p  A  rm

Jika volume rata-rata V  2    rm  A , disebut juga konstanta volume dari motor,


yaitu besarnya volume yang dibutuhkan oleh motor untuk menghasilkan satu
putaran poros, maka besar radius rata-rata dapat dihitung:
V
rm 
2 A
pV
Sehingga momen torsi yang dihasilkan menjadi: MT 
2
Q
Putaran yang dihasilkan: n 
V
Hidraulik halaman - 39
Elemen Penggerak

Daya motor yang dihasilkan: P  p  Q  


Dimana:
 p = tekanan kerja dari sistem hidraulik (bar, 105 N/m2)
 n = putaran yang dihasilkan motor (rpm)
 Q = debit aliran (liter per menit)
 V = konstan volume dari motor (liter per putaran)
 P = Daya motor yang dihasilkan (watt)
  = efisiensi

Motor hidraulik dapat diklasifikasikan kecepatan tinggi antara 750min-1 hingga


3000min-1 dan kecepatan rendah 0.1min-1 hingga 750min-1.

Contoh Kasus:
Motor hidraulik bekerja pada debit Q = 312 lter/menit, tekanan p = 250 bar.
Efisiensi  = 0.7 dan putaran n = 780 min-1.
Berapa momen torsi dan daya yang dihasilkan motor tersebut?

Penyelesaian:

Q 312 dm3  min


V   0.4 dm3
n min  780

p  V 250  103 N  0.4 dm3


MT    15923 dm  1592 m
2 dm2  2  

250  105 N  312 dm3  1m  0.7


P  pQ   91[kW]
m2  60 s  103 dm3

Hidraulik halaman - 40
Elemen Penggerak

Motor Kecepatan Tinggi


Jenis motor hidraulik yang mempunyai kecepatan tinggi adalah motor roda gigi
(gear motor), motor sudu (vane motor), dan motor piston aksial (axial piston
motor). Berikut ini adalah gambar konstruksi dan prinsip kerja dari motor
hidraulik:

Motor Roda Gigi (gear motor)


Motor jenis ini digunakan untuk mendapatkan torsi yang besar dengan putaran
antara 500 sampai 1000 rpm, tekanan maksimum 300 bar dan dalam satu
putaran diperlukan 1 sampai 200 cc (cubic centimeter). Konstruksinya relatif
kecil, murah, perawatan mudah, tetapi efisiensi rendah, menimbulkan bising, dan
tidak dapat bekerja jika terdapat beban pada saat awal.

Gambar 3.5 Prinsip Kerja Gear Motor

Hidraulik halaman - 41
Elemen Penggerak

Motor Sudu (vane motor)

Gambar 3.6 Konstruksi Vane Motor

Gambar 3.7 Prinsip Kerja Vane Motor

Motor Pistos Aksial (axial piston motor)

Gambar 3.8 Konstruksi Axial Piston Motor

Hidraulik halaman - 42
Elemen Penggerak

Gambar 3.9 Prinsip Kerja Axial Piston Motor

Motor Kecepatan Rendah


Jenis motor hidraulik yang mempunyai kecepatan rendah (di bawah 1500 min-1)
memang dibuat untuk mendapatkan momen torsi yang tinggi. Motor jenis ini
adalah motor piston radial (radial piston motor).
Besar momen torsi yang dihasilkan tergantung dari tekanan kerja.
Momen Torsi

Tekanan

Putaran

Gambar 3.10 Hubungan Momen Torsi, Tekanan, dan Putaran

Hidraulik halaman - 43
Elemen Penggerak

Piston
Rumah Silinder

Saluran T ekanan

Pemutar

Saluran ke T angki

Nocken

Rol

Gambar 3.11 Motor Piston Radial (radial piston motor)

Rangkaian Motor–Pompa Hidraulik Terbuka dan Tertutup


Dalam rangkaian hidraulik dikenal rangkaian motor-pompa terbuka dan
rangkaian tertutup (gambar 3.12).

Rangkaian Motor–Pompa Hidraulik Terbuka.


Pada rangkaian ini pompa bekerja pada satu arah. Arah putaran motor diatur
oleh katup kontrol arah (directional control valve/DCV). Fluida akan mengalir
kembali ke tangki dan disitu akan terjadi proses pendinginan. Pada tangki akan
banyak terdapat endapan atau partikel-partikel kecil akibat gesekan.

Rangkaian Motor–Pompa Hidraulik Terbuka.


Pada rangkaian ini digunakan pompa variabel yang bekerja pada dua arah. Tidak
memerlukan katup kontrol arah (directional control valve/DCV). Fluida akan relatif
lebih panas diabanding pada rangkaian terbuka, sehingga harus lebih cepat
diganti. Jumlah fluida yang hilang akibat bocor dan lain-lain, akan disuplai melalui
katup check valve.

Hidraulik halaman - 44
Elemen Penggerak

a) Rangkaian Terbuka b) Rangkaian Tertutup


Gambar 3.12 Rangkaian Motor – Pompa Hidraulik Terbuka dan Tertutup

Latihan:
1. Jelaskan tentang aliran yang terjadi pada differential cylinder!
2. Apa yang dimaksud dengan telescopics cylinder?
3. Apa kegunaan dari swing motor?
4. Apa yang dimaksud dengan motor kecepatan tinggi?
5. Apa keuntungan dari motor kecepatan rendah?
6. Jelaskan perbedaan antara rangkaian motor-pompa terbuka dan tertutup!

Hidraulik halaman - 45
Katup

BAB IV
KATUP (VALVE)

Melalui katup akan dapat dilakukan pengaturan terhadap arah, besar tekanan
dan volume aliran, kecepatan dan gaya dorong dari silinder atau motor.
Berdasarkan konstruksinya katup dibedakan menjadi katup tetap (dengan bola)
dan katup geser (dengan piston).

Berb en tu k Bo la

Gambar 4.1 Katup Tetap

Sifat-sifat katup tetap:


 Penutupannya rapat dan tidak ada kebocoran
 Dapat digunakan lebih banya jenis fluida, tidak ada terpengaruh oleh
gesekan luncur
 Peka terhadap kotoran
 Pengoperasian memerlukan gaya yang besar

Langkah
Pengaturan

Sudut Pengaturan

Gambar 4.2 Katup Geser

Hidraulik halaman - 46
Katup

Sifat-sifat katup geser:


 Pengoperasian memerlukan gaya kecil
 Fleksibel, digunakan sebagai fungsi katup yang lain
 Akibat gesekan, akan mempermudah terjadi kebocoran
 Sudut pengaturan rawan terhadap erosi.

4.1 Katup Pengatur Tekanan


Digunakan untuk mengatur, membatasi, mengendalikan besarnya tekanan dalam
rangkaian hidraulik.

Katup Pembatas Tekanan (Pressure Relief Valve)


Berfungsi untuk membatasi tekanan kerja dalam rangkaian hidraulik sesuai
dengan keiinginan. Tujuannya adalah untuk melindungi komponen dalam
rangkaian hidraulik, khususnya pompa terhadap beban lebih.

Symbol

Bagian Tirus

Piston Peredam

Gambar 4.3 Katup Pembatas Tekanan

Gambar 4.4 Katup Pembatas Tekanan dalam Rangkain Hidraulik


Hidraulik halaman - 47
Katup

Pengaman terhadap Beban Kejut (gambar 4.5).


Pada beban yang berubah-ubah, akan menimbulkan tekanan balik dari silinder
(actuator) yang dapat memungkin rusaknya komponen lain dalam rangkaian
hidraulik. Hal ini dihindari dengan penambahan Pressure Relief Valve (PRV).

Beban yang
berubah-ubah

Gambar 4.5 Katup Pembatas Tekanan sebagai Penahan Beban

Penjepit Awal
Jika terdapat 2 buah silinder yang bekerja seperti pada mesin potong pelat,
silinder 1 berfungsi sebagai penjepit pelat, sedang silinder 2 berfungsi sebagai
pisau pemotongnya, maka rangkaiannya bisa menggunakan katup Pressure
Relief Valve (PRV) seperti pada gambar 4.6.

Penjepit Pemotongan

Gambar 4.6 Katup Pembatas Tekanan sebagai Penjepit Awal


Katup Pembatas Tekanan Terkontrol (Controlled Pressure Relief Valve)
Hidraulik halaman - 48
Katup

Berfungsi seperti Katup Pembatas Tekanan, tetapi untuk pengaturannya


tergantung pada tekanan sebelumnya.

Dudukan Katup
Pengatur

Piston

Throttle
Katup Utama

Gambar 4.7 Katup Pembatas Tekanan Terkontrol

Katup Pengatur Kerja Berurutan (sequence valve)


Jika diinginkan pengaturan kerja yang berurutan, dapat digunakan katup seperti
pada gambar 4.8 dengan rangkaian seperti gambar 4.9 dan gambar 4.10.

Gambar 4.8 Katup Pengatur Kerja Berurutan (squence valve)

Hidraulik halaman - 49
Katup

Penjepit Pemotongan

Squence Valve
untuk mengaktifkan

Gambar 4.9 Squence Valve untuk mengaktifkan

Silinder
Penggerak

Squence Valve
untuk mematikan

Pompa dengan Pompa dengan


Debit Besar Tekanan Tinggi

Gambar 4.10 Squence Valve untuk mematikan

Hidraulik halaman - 50
Katup

4.2 Katup Kontrol Arah (Directional Control Valve)


Berfungsi untuk mengontrol atau mengatur atau mengendalikan arah aliran. Jadi
katup ini digunakan untuk mengatur, apakah aliran itu diberhentikan, dibelokkan
ke kiri atau ke kanan, atau di teruskan. Untuk membedakan jenis katup kontrol
arah, harus diperhatikan simbolnya.
Pengenalan Simbol Katup Kontrol Arah
Posisi katup digambarkan segi empat

Jumlah posisi ditentukan banyaknya segi empat


dua posisi tiga posisi
Fungsi prinsip kerja digambarkan dengan simbol dalam segi empat:
- Bentuk anak panah (), untuk menunjukkan arah aliran

- Aliran (┬), untuk menunjukkan dalam segi empat

- Menunjukkan sambungan aliran masuk dan keluar digambar


garis yang terletak di luar kotak segi empat saat posisi normal
- Angka di atas garis pembilang adalah jumlah lubang saluran …/
- Angka di bawah garis pembilang adalah jumlah posisi /…
Contoh:
Katup Kontrol Arah 4/2 atau 4/2 Directional Control Valve atau 4/2 DCV artinya
katup ini mempunyai 4 buah lubang dan 2 buah posisi.
Katup Kontrol Arah 2/2
Berfungsi untuk mengatur arah aliran, apakah aliran diberhentikan atau
diteruskan (gambar 4.11). Aplikasinya pada pengontrolan ON atau OFF aliran.

Gambar 4.11 Katup Kontrol Arah 2/2 dan Simbol

Hidraulik halaman - 51
Katup

Katup Kontrol Arah 3/2


Berfungsi untuk mengatur arah aliran, apakah aliran diberhentikan atau
dibelokkan ke kiri atau ke kanan (gambar 4.12). Aplikasi jenis katup ini, pada
pengontrolan gerakan Single Acting Cylinder (SAC).

Gambar 4.12 Katup Kontrol Arah 3/2 dan Simbol

Katup Kontrol Arah 4/2

Gambar 4.13 Katup Kontrol Arah 4/2 dan Simbol

Gambar 4.14 Konstruksi Katup Kontrol Arah 4/2

Hidraulik halaman - 52
Katup

Katup Kontrol Arah 4/3

Gambar 4.15 Katup Kontrol Arah 4/3 dan Simbol

Berdasarkan bentuk posisi tengah dari katup kontrol arah 4/3, dapat dibedakan
menjadi:
 Posisi tengah tertutup (centre closed)
 Posisi tengah terbuka (centre opened)
 Posisi tengah mengambang (float)
 Posisi tengah regeneratif (regenerative)
Posisi Tengah Tertutup (centre closed)
Semua saluran pada posisi netral tertutup.

Gambar 4.16 Katup Kontrol Arah 4/3 Posisi Tengah Tertutup dan Simbol

Jika dihubungkan dengan sebuah Double Acting Cylinder, silinder akan terkunci,
diam pada posisinya. Dalam beberapa lama piston sedikit demi sedikit akan
turun oleh karena adanya kebocoran dalam.

Hidraulik halaman - 53
Katup

Pada kondisi ini, fluida dari pompa akan mengalir ke tangki melalui katup relief
pada tekanan kerja maksimum, sehingga akan menimbukan panas, dan
membutuhkan penggunaan tenaga pompa yang tinggi (tidak efisien), kelebihan
tenaga akan berubah menjadi panas.

Gambar 4.17 Aplikasi centre closed dalam Rangkaian Hidraulik

Posisi Tengah Terbuka (centre opened)


Semua saluran terhubungkan pada posisi netral.

T A P B
Gambar 4.18 Katup Kontrol Arah 4/3 Posisi Tengah Terbuka dan Simbol

Jika dihubungkan dengan sebuah Double Acting Cylinder dalam rangkaian


hidraulik, piston, pada posisi netral akan turun sampai pada posisi minimumnya.
Jika silinder dipasang horisontal dan piston mempunyai cukup besar inersia,
memungkinkan piston akan diam di tempat.

Hidraulik halaman - 54
Katup

Aliran fluida dari pompa akan mengalir ke tangki melewati katup kontrol arah
tanpa hambatan yang berarti. Tekanan yang terjadi minimum, tidak timbul panas
yang berlebih, dan pompa tidak memerlukan tenaga yang besar.

Gambar 4.19 Aplikasi centre opened Rangkaian Hidraulik

Posisi Tengah Tandem


Dua buah saluran tertutup, sedang dua saluran lain terhubung satu sama lain.

T P
Gambar 4.20 Katup Kontrol Arah 4/3 Posisi Tengah Tandem dan Simbol

Jika dihubungkan dengan sebuah Double Acting Cylinder dalam rangkaian


hidraulik, saluran menuju silinder tertutup dan aliran fluida dari pompa alirkan
kembali ke tangki.

Hidraulik halaman - 55
Katup

Pada jenis ini, akan dihasilkan penguncian hidraulik untuk menahan silinder diam
pada posisinya, namun memberikan jalan aliran fluida dari pompa ke tangki,
sehingga tenaga yang dibutuhkan pompa rendah dan tidak menimbulkan panas
yang berlebihan.

Gambar 4.21 Aplikasi tandem type dalam Rangkaian Hidraulik

Posisi Tengah Mengambang


Dua buah saluran (A dan B) terhubung ke tangki, dan satu saluran tertutup.

T A P B
Gambar 4.22 Katup Kontrol Arah 4/3 Posisi Tengah Mengambang dan Simbol

Jika dihubungkan dengan sebuah hydraulics motor dalam rangkaian hidraulik


untuk aplikasi penggerak konveyor, saat motor hidraulik dimatikan, konveyor
akan berhenti.

Hidraulik halaman - 56
Katup

Saat motor diperlambat menuju berhenti, fluida akan mengalir dari motor dan
kembali lagi masuk ke motor.
Untuk tujuan perawatan, konveyor dapat digerakkan secara manual tanpa harus
memutuskan motor hidraulik dengan konveyor.

Hydrauli c Motor

Gambar 4.23 Aplikasi float type dalam Rangkaian Hidraulik

Posisi Regeneratif
Dua buah saluran (A dan B) terhubung ke pompa, dan satu saluran tertutup.

Gambar4.24 Katup Kontrol Arah 4/3 Posisi Regeneratif dan Simbol

Jika dihubungkan dengan sebuah Double Acting Cylinder dalam rangkaian


hidraulik, akan memberikan gerak maju piston yang cepat, karena fluida yang
keluar dari piston akan ditambahkan untuk ikut masuk ke piston lagi.

Hidraulik halaman - 57
Katup

Gambar 4.25 Aplikasi regeneratif type dalam Rangkaian Hidraulik

Hidraulik halaman - 58
Katup

Gerakan mundur yang cepat Penggunaan katup dengan ukuran kecil

Menahan beban yang besarnya bervariasi Kecepatan dua arah yang bervariasi

Motor berputar pada satu arah

Gambar 4.26 Aplikasi lain dari katup kontrol arah

Hidraulik halaman - 59
Katup

4.3 Sistem High-Low


Beberapa instalasi mesin pres memerlukan langkah piston yang panjang dan
harus bergerak dengan cepat, kemudian menekan benda yang dipres beberapa
menit. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan sistem high-low.

Uraian dari mesin pres adalah sebagai berikut:


Mesin pres mempunyai waktu perjalanan T detik (misal 30 detik), kemudian
diikuti dengan berhenti sejenak selama t detik (misal 4 menit). Pengaliran fluida
sebesar 25 gpm akan memberikan kecepatan piston sesuai yang diinginkan. Jika
digunakan satu pompa dengan kapasitas yang tetap, maka saat pres dalam
kondisi penjepitan (selama 4 menit), maka pompa akan melawan tekanan dari
pengaturan katup reliefnya. Hal ini akan memboroskan energi pompa.
Sistem yang demikian ini dapat dicapai dengan lebih efisien yaitu dengan
menggunakan sistem high-low.

Alternatif 1:
Pada langkah maju, kedua pompa akan memberikan fluida ke sistem sampai
dengan piston menghasilkan tekanan sistem sebesar 500 psi. Pada kondisi ini,
katup relief yang diatur 500 psi akan membuka dan memberikan jalan untuk
fluida sebesar 20 gpm mengalir ke tangki, meninggalkan motor dengan
kemampuan 5 gpm terus memberikan aliran ke sistem untuk menghasilkan
tekanan pengepresan yang terakhir selama 4 menit. Jika tekanan sistem terus
meningkat sampai dengan 1200 psi, maka katup relief yang diatur 1200 psi akan
membuka dan mengalirkan 5 gpm ke tangki.
Dengan cara ini pemborosan energi yang disertai dengan peningkatan
temperatur sistem dapat dihindarkan. Untuk menghindari kembalinya aliran 5
gpm ke tangki saat katup relief 500 psi terbuka maka dipasang check valve.

Hidraulik halaman - 60
Katup

500 psi 1200 psi

M 20 gpm 5 gpm M

Gambar4.27 Sistem High Low Alternatif 1

Alternatif 2:

500 psi

1200 psi

M 20 gpm 5 gpm M

Gambar 4.28 Sistem High Low Alternatif 2

Hidraulik halaman - 61
Katup

Sistem high-low dapat juga dicapai dengan memasang dua unit pompa yang
dilengkapi dengan saklar kontrol start/stop dari motor penggerak pompa yang
besar. Saat tekanan sistem mencapai 500 psi, saklar stop dari motor penggerak
pompa besar akan bekerja mematikan motor, meninggalkan motor yang kecil
untuk melanjutkan proses akhir pengepresan.

Alternatif 3:
Cara lain untuk mendapatkan sistem high-low adalah dengan menggunakan
pompa jenis pressure-compensated variable volume. Saat piston berhenti
bergerak dan tekanan sistem semakin meningkat sampai dengan seting tekanan
pompa, maka pompa akan mengatur pada posisi tidak memberikan fluida.

1200 psi

25 gpm

Gambar 4.29 Sistem High Low Alternatif 3

Hidraulik halaman - 62
Katup

4.4 Katup Pengontrol Aliran (Throttle Valve)


Kegunaannya adalah untuk mengatur besar aliran fluida. Cara pengaturannya
dengan memperkecil penampang aliran.

Throttle Valve Adjustable


Simbol: Konstruksi: Keterangan:
1. Rumah
2. Sekrup Pengatur
3. Seal

Gambar 4.27 Throttle Valve dan Simbol

One Way Throttle Adjustable


Berfungsi untuk mengatur besar aliran pada salah satu arah aliran, sedangkan
arah aliran yang lain bebas.
Simbol: Konstruksi : Keterangan :
1. Rumah Katup
2. Sekrup Pengatur
3. Katup Piston
4. Pegas
5. Seal (O-Ring)

Gambar 4.28 One Way Throttle Valve dan Simbol

Two Way Flow Control Valve


Digunakan untuk mengatur kecepatan gerak actuator supaya sama, walaupun
tekanan balik yang terjadi berubah-ubah.
Simbol: Konstruksi:

Hidraulik halaman - 63
Katup

Gambar 4.29 Two Way Flow Control Valve dan Simbol

4.5 Non Return Valve


Kegunaannya adalah untuk mengatur arah aliran hanya pada satu arah saja.
Simbol : Konstruksi : Keterangan :
1. Rumah
2. Seal bentuk tirus
3. Pegas Tekan

Gambar 4.30 Non Return Valve

Check Valve with Pilot Operation


Berfungsi untuk mengatur aliran fluida pada satu arah saja dengan dikontrol oleh
aliran fluida.
Simbol: Konstruksi: Keterangan:
1. Rumah
2. Plunger Pilot
3. Katup Piston
4. Pegas
5. Penutup
6. Seal

Gambar 4.31 Check Valve dan Simbol

Hidraulik halaman - 64
Katup

Latihan:
1. Jelaskan mengapa pada semua sistem hidraulik harus dilengkapi dengan
katup relief?
2. Gambarkan simbol dari katup kontrol arah 4/2 (empat saluran, dua posisi)!
3. Gambarkan simbol dari katup kontrol arah 2/2 (dua saluran, dua posisi)!
4. Gambarkan simbol dari katup kontrol arah 4/3 (empat saluran, tiga posisi)
dengan posisi tengah tandem, penengahan posisi dengan pegas, dan
dikontrol dengan solenoid?
5. Sebutkan tujuan penggunaan dari sistem high-low pada sistem hidraulik?

Hidraulik halaman - 65
Filtrasi dan Fluida

BAB V
FILTRASI DAN FLUIDA

Kotoran di dalam sistem hidraulik dapat menjadi penyebab awal timbulnya


semua masalah. Dari pengalaman menunjukkan bahwa semua sistem yang
memiliki perawatan yang baik terhadap saringan dan merupakan bagian dari
program perawatan preventif, selalu menunjukkan bahwa komponen sistem
hidraulik memiliki umur yang panjang. Hal ini tidak terlalu ditekankan bahwa
diperlukan program perawatan terhadap penyaringan yang baik.
Penyebab terbesar dari kegagalan sistem hidraulik adalah adanya kotoran di
dalam sistem. Untuk menyatakan bahwa sistem hidraulik bersih dari kotoran
maka fluida yang diterima juga harus bersih, saat dimasukkan kedalam reservoir
dan saat dipompa kedalam rangkaian juga harus bersih.
Terdapatnya suatu kotoran yang dapat dilihat di dalam sistem berarti sistem tidak
bersih, kotoran tersebut dapat dilihat bila berukuran 40 m atau lebih. Sebagian
besar ruang main (clearence) pada komponen hidraulik adalah kurang dari
0,0015 inch, sehingga dengan adanya kotoran yang sangat kecil maka dapat
menggangu kerja sistem hidraulik.

Gambar 5.1 Filter dan Komponen-komponennya


5.1 Fungsi Saringan
Partikel padat sering dihasilkan oleh tegangan mekanik yang tinggi dan bila
partikel tersebut bersirkulasi di dalam rangkaian hidraulik dapat menyebabkan
keausan yang berat pada komponen hidraulik. Dengan adanya keausan
komponen tersebut, maka jumlah partikel padat yang bersirkulasi semakin
bertambah. Kontaminasi dari luar yang masuk ke dalam sistem dapat memulai
atau mempercepat kondisi ini. Reaksi berantai dari terbentuknya dan

Hidraulik halaman - 66
Filtrasi dan Fluida

terakumulasinya partikel padat dapat dikurangi dengan menggunakan saringan


yang baik.
a) Katup Kontrol dan Pompa
Partikel padat yang berukuran lebih kecil dari clearence antara dua permukaan,
contohnya pada spool tidak menyebabkan kerusakan, karena partikel dapat
dengan mudah lewat celah tersebut. Bila gerakan relatif hanya terjadi kadang-
kadang, maka ini berbahaya karena kotoran akan mengendap dan dapat
menyebabkan katup tidak berfungsi.
Partikel yang berukuran kira-kira sama dengan ukuran celah sangat berbahaya
karena partikel tersebut dapat menyebabkan goresan sehingga dapat membuat
komponen mengalami keausan yang berat.
b) Katup Poppet
Partikel dapat terjebak antara katup dan dudukan katup, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya kebocoran.
c) Throttel dan Orifice
Kotoran di dalam fluida hidraulik dapat menyumbat lubang orifice sehingga dapat
menghambat aliran dan akhirnya mengurangi ketepatan dari pengatur aliran.
d) Bantalan
Bila menggunakan bantalan jenis powder, kotoran dapat masuk ke dalam pori-
pori sehingga dapat menggores poros. Dan hal ini dapat menyebabkan poros
menjadi panas.
e) Erosi oleh partikel padat
Dengan adanya perbedaan tekanan pada celah, maka partikel padat akan
terdorong lewat celah dengan kecepatan kira-kira sama dengan kecepatan fluida
saat lewat celah. Dengan adanya massa partikel maka partikel tersebut akan
memiliki energi dan bila menumbuk pada permukaan, akan berakibat lepasnya
partikel dari permukaan tersebut, sehingga akan menambah jumlah partikel yang
mengalir di dalam sistem.
Akibat dari partikel padat di dalam sistem adalah :
 dapat memperbesar kebocoran.
 dapat menyebabkan gangguan pada piston atau spool.
 dapat menyebabkan kerusakan komponen hidraulik.
 dapat menyebabkan perubahan karakteristik pengatur.
5.2 Jenis Kontaminasi
Hidraulik halaman - 67
Filtrasi dan Fluida

Kontaminasi dapat dikelompokkan seperti berikut:


a) Partikel padat dan tajam
Kontaminasi jenis ini yang bertanggung jawab terhadap keausan komponen,
partikel padat dan tajam dapat menyebabkan goresan yang dalam dan sangat
berbahaya dibandingkan dengan yang lunak atau partikel yang bulat. Partikel ini
harus disaring.
b) Partikel lunak dan berbentuk seperti agar-agar
Kotoran ini dapat menyumbat celah-celah, sehingga dapat merusakkan
komponen. Sistem penyaringan yang baik dapat mengambil kotoran ini, tetapi
sering menyumbat saringan sehingga akan mengurangi efektivitas saringan.
c) Zat yang larut di dalam Fluida
Kotoran ini tidak menyebabkan keausan pada komponen, akan tetapi dapat
merubah karakteristik pelumas.
Bahan Efek
Carborundum, kerak, karat Menimbulkan kerusakan sangat parah
Baja, besi, kuningan, perunggu, aluminium Menimbulkan kerusakan parah
Fibre, karet dari selang, sisa seal, partikel cat, Menimbulkan kerusakan yang ringan.
hasil oksidasi fluida

5.3 Pengaruh Kontaminasi terhadap keausan komponen


Umumnya partikel padat dapat menyebabkan keausan pada komponen hidraulik,
akan tetapi besarnya keausan yang terjadi tergantung juga pada beberapa
parameter di bawah ini:
 bahan partikel padat
 ukuran partikel padat
 perbandingan antara ukuran partikel dengan celah kerja
 bentuk partikel
 tekanan kerja
 kecepatan aliran
5.4 Sumber Kotoran
a) Kotoran berasal dari Konstruksi
Kotoran dapat masuk ke dalam sistem hidraulik dalam bentuk benda-benda yang
khusus yang dihasilkan dari proses pemasangan komponen pada sistem
hidraulik. Sebagai contoh pada proses pengeboran atau pembuatan ulir di pipa

Hidraulik halaman - 68
Filtrasi dan Fluida

dapat menghasilkan kotoran yang tinggal di dalam sistem. Kotoran ini tidak selalu
dibersihkan oleh pekerja.
Komponen biasanya bersih sesuai dengan yang ditentukan oleh pemakai
komponen tersebut, tetapi waktu antara komponen meninggalkan pabrik dan
waktu komponen dipasang pada instalasi akan terdapat kotoran jika tidak
dikontrol dengan baik selama pengangkutan dan penyimpanannya.
Kotoran juga dapat berada di dalam pipa atau reservoir, ini dihasilkan saat
fabrikasi. Untuk mengurangi terjadinya kotoran saat instalasi, maka sebaiknya
ujung-ujung pipa ditutup dan tetap tertutup sampai pipa, selang siap untuk dirakit.
b) Kotoran dari Tempat Fluida
Fluida yang diterima dalam tangki tidak selalu bersih, walaupun telah dilakukan
tindakan pencegahan dengan baik oleh penjual fluida hidraulik. Sebagian besar
fluida saat diisikan kedalam tangki dilewatkan saringan, tetapi sayangnya tangki
sendiri tidak bersih seperti yang diinginkan oleh pemakai. Kotoran ini harus
dibuang dari fluida dengan menggunakan saringan yang baik sebelum
dimasukan kedalam reservoir. Secara praktis kotoran tersebut disaring dengan
ukuran 10 sampai dengan 20 m.
c) Kotoran dari Udara
Kotoran dapat masuk ke dalam sistem lewat saluran pernapasan (breathing) di
reservoir, hal ini terjadi saat aktuator bergerak, maka ketinggian fluida di dalam
reservoir berubah dan ini yang disebut dengan “Reservoir Breathing”, yaitu udara
akan masuk dan keluar dari reservoir.
Saat udara masuk kedalam reservoir tersebut akan membawa kotoran dan akan
tertinggal di dalam reservoir. Hal ini tidak akan terjadi bila reservoir bertekanan.
d) Kotoran yang masuk (pull-in)
Silinder yang beroperasi pada kondisi kotor, cenderung menarik kotoran ke
dalam silinder setiap kali batang piston bergerak masuk. Meskipun pada ujung
silinder telah dilengkapi dengan seal yang mencegah kotoran masuk terbawa
batang piston kedalam silinder, tetapi masih ada kotoran yang terbawa masuk.
Penggunaan “rod boot” dan “rod scraper” dapat mengurangi jumlah kotoran yang
masuk, tetapi ini bukan penyelesaian akhir masalah yang timbul. Sebaiknya
dipasang saringan pada saluran balik.
e) Kotoran hasil perawatan

Hidraulik halaman - 69
Filtrasi dan Fluida

Setiap kali komponen dilepaskan dari rangkaian atau diperbaiki kotoran dapat
masuk ke dalam sistem.Bila komponen akan dilepas dari rangkaian diperlukan
pembersihan pipa yang masuk kedalam komponen dan juga pembersihan
komponen. Ujung pipa sebaiknya ditutup untuk mencegah masuknya kotoran.
Penggantian komponen sebaiknya dicuci dan dikeringkan dengan udara dan
selanjutnya ditutup. sampai komponen akan dirakit.
f) Kotoran yang dihasilkan
Kotoran ini berasal dari ausnya komponen yang saling bergesekan. Kotoran hasil
proses ini lebih banyak timbul pada sistem yang baru. Kotoran ini dapat diambil
dengan menggunakan saringan pada saluran balik.

5.5 Instruksi Pengoperasian dan Perawatan


a) Batas temperatur untuk saringan hidraulik
Sebagian besar saringan hidraulik secara normal digunakan pada temperatur
operasi antara -10 dan 100o C meskipun temperatur sampai 120o C untuk periode
yang pendek tidak menyebabkan kerusakan. Temperatur operasi yang tinggi
dapat menyebabkan kerusakan elemen saringan dan seal.
b) Interval penggantian elemen yang disarankan
Pada kasus tertentu harus diingat bahwa elemen saringan dapat tersumbat lebih
cepat karena adanya kotoran dalam rangkaian. Sehinggga harus diantisipasi
bagi elemen saringan yang halus, karena waktu perawatannya akan lebih
pendek.
Elemen yang digunakan pada saringan hidraulik sebaiknya diganti dengan
mengikuti interval-interval sebagai berikut:
 bila ada tanda penyumbatan saringan
 sesudah 1000 jam kerja atau 1 tahun
 bila fluida seluruh sistem di ganti.

5.6 Perawatan Saringan Hidraulik


Untuk mencegah kontaminasi selama penyimpanan elemen saringan dilindungi
dengan plastik dan tutup plastik tidak boleh dibuka sampai komponen tersebut
siap dipasang pada rumahnya. Hanya elemen yang terbuat dari kawat atau
logam dapat dibersihkan. Elemen saringan yang terbuat dari “non-woven paper”
atau “non-woven glass fibre” tidak dapat dibersihkan.

Hidraulik halaman - 70
Filtrasi dan Fluida

Prosedur penggantian elemen saringan :


 Bila terdapat tanda penyumbatan saringan, hilangkan tekanan pada
saringan.
 Lepaskan sekrup rumah saringan atau lepaskan tutup, jaga jangan sampai
ulir membuat kotoran. Putar tutup saringan aliran balik sekitar 45o, sehingga
memudahkan untuk mengangkat.
 Lepaskan elemen yang buntu dan periksa kotoran yang berada di
permukaan.
 Sisa fluida di dalam rumah saringan harus dibuang.
 Bersihkan rumah saringan dan periksa seal-nya, ganti bila perlu.
 Olesi ulir dan perapat saringan dengan fluida hidraulik yang bersih.
 Masukkan elemen yang baru, sebelumnya periksa kemampuan filtrasinya.
 Tutup rumah saringan dan jalankan sistem untuk memeriksa kebocoran.

5.7 Throubleshooting pada Fluida Hidraulik


Kondisi fluida hidraulik akan menunjukkan kondisi sistem hidraulik dan kondisi
fluida yang digunakan. Buka reservoir dan lihat bagian dalamnya, rasakan, cium
dan lihat ada busa atau zat yang terapung. Bandingkan kondisi fluida tersebut
dengan fluida yang masih baru. Bila terdapat perbedaan, maka diperlukan
perhatian untuk mencari masalahnya di dalam sistem.
a) Fluida kelihatan seperti susu (milky)
Warna fluida seperti susu dapat disebabkan karena gelembung udara atau
adanya emulsi dari air. Darimana timbulnya air? Masuknya air ke dalam sistem
biasanya karena terjadinya kebocoran pada penukar panas dan dari uap air yang
berasal dari udara yang masuk ke dalam reservoir. Penyebab lainnya adalah
terjebaknya udara dalam fluida. Masuknya udara dapat berasal dari bocornya
saluran pompa atau masuk lewat saluran pernafasan di reservoir.
b) Fluida berbau terbakar
Penyebab terbakarnya fluida hidraulik, biasanya akibat panas dari elemen
pemanas yang berada di dalam reservoir atau adanya kebocoran pada katup
relief, dan keausan pada pompa juga dapat menimbulkan pemanasan pada
fluida.

Hidraulik halaman - 71
Filtrasi dan Fluida

Pemeriksaan secara visual hanya dapat mengestimasi secara kasar kondisi


fluida, seperti warna lebih gelap dibandingkan dengan fluida yang baru,
pengendapan dalam tangki. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan kebersihan
fluida. Penggantian fluida hidraulik sebaiknya dilakukan segera setelah terjadi
perubahan sifat kimia seperti terbentuknya hasil oksidasi, hilangnya bahan
aditive, perubahan viskositas dan sebagainya.
Fluida hidraulik sebaiknya diganti bila kandungan kontaminasi yang halus
bertambah (mengandung partikel padat yang berukuran lebih kecil dari pada
ukuran saringan).

Hidraulik halaman - 72
Teknik Penyelesaian Masalah

BAB VI
TEKNIK PENYELESAIAN MASALAH (TROUBLESHOOTING)

6.1 Gangguan pada Sistem Hidraulik Baru Terpasang


Dalam proses men-start-up sistem hidraulik, mungkin akan timbul beberapa
gangguan diantaranya:

6.1.1 Penyebab Pompa Bising


Pompa bising yang berlebih, atau yang umum diistilahkan dengan kavitasi
utamanya disebabkan oleh jumlah fluida yang tidak cukup untuk mengisi ruang-
ruang pada pompa. Apa yang menjadi penyebab kavitasi dan bagaimana
menghindarinya diterangkan seperti berikut:
a) Katrid filter atau rumah seal
Jika pada saluran isap terpasang filter, dan katrid filter dipasang dengan salah,
atau seal untuk rumah dipasang dengan salah, akan ada saluran udara yang
memungkinkan udara masuk ke pompa sehingga menyebabkan kavitasi. Jika
filter mempunyai indikator luar, akan memberikan kemungkinan saat
pemasangan terjadi kelupaan untuk memasang O-ring pada poros indikatornya.
Jika O-ring hilang atau bocor, udara masuk ke filter kemudian akan masuk
saluran isap menuju pompa. Jika rumah filter dipasang dengan ulir dan saat
pemasangan terjadi kerusakan pada tersebut maka akan memberikan
kemungkinan juga, udara masuk ke filter.
Periksa filter dan yakinkan bahwa tidak ada kerusakan ulir, periksa O-ring
mempunyai ukuran yang tepat dan dipasang dengan benar.
b) Kebocoran pada pipa
Kebocoran pada pipa saluran isap pompa harus selalu dipertimbangkan. Setiap
sambungan pada pipa, dari saluran isap dari pompa ke reservoir, mempunyai
kelakuan untuk mudah bocor walaupun filternya dipasang dengan baik. Setiap
sambungan pipa akan mungkin terjadi kebocoran sehingga udara akan dapat
masuk ke saluran isap pompa yang akan menyebabkan kavitasi. Merupakan
langkah yang baik untuk memeriksa secara rutin kepada sambungan pipa pada
saluran isap, dan mengencangkannya jika terjadi kelonggaran yang mungkin
disebabkan oleh timbulnya getaran.
c) Viskositas fluida terlalu tinggi

Hidraulik halaman - 73
Teknik Penyelesaian Masalah

Jika viskositas fluida yang dispesifikasikan untuk sistem terlalu tinggi, mungkin
akan menyebabkan terjadinya kavitasi pada pompa oleh karena karasteristik
aliran dari viskositas fluida yang tinggi. Fluida tidak dapat masuk ke ruang pompa
dengan cukup cepat.
d) Temperatur fluida yang terlalu rendah
Jika temperatur fluida terlalu rendah akan terjadi kavitasi pada pompa sampai
dengan fluida cukup panas sehingga viskositasnya turun sampai dengan nilai
viskositas yang tepat. Umumnya pembuat pompa tidak menginginkan pompa
produksinya dijalankan saat viskositas fluida melebihi 4000 SUS pada temperatur
saat menjalankan pompa. Oleh karena itu harus diyakinkan bahwa viskositas
fluida pada reservoir mempunyai nilai yang tepat. Viskositas fluida yang tinggi
akan tidak memungkinkan fluida mengalir kepompa dengan cepat untuk mengisi
ruang-ruang pompa sehingga timbul kavitasi.
Langkah yang baik adalah untuk mencek lembar-lembar data setiap komponen
untuk mengetahui viskositas minimum yang disyaratkan, dan yakinkan bahwa
fluida yang digunakan pada sistem akan mempunyai viskositas yang berada
range viskositas yang disyaratkan dari perubahan temperatur yang terjadi.
e) Kecepatan motor yang salah
Pompa yang berputar melebihi dari kecepatan desain tidak dapat mendapatkan
fluida yang cukup untuk mengisi ruang-ruang pompa sehingga timbul kavitasi,
sehingga harus diyakinkan bahwa kecepatan motor bersesuaian dengan
kecepatan desain pompa. Produsen pompa akan menunjukkan informasi pada
lembaran data komponen range kecepatan setiap pompa yang
direkomendasikan. Jika range kecepatan tersebut dilampaui, maka akan
memperpendek umur pompa.
f) Baut-baut pengencang rumah pompa longgar
Suara bising pada pompa mungkin disebabkan terjadinya kelonggaran baut
pengencang pada rumah pompa akibat terjadinya getaran yang mengakibatkan
mengalirnya udara ke ruang pompa, sehingga terjadi kavitasi. Baut-baut
pengencang rumah pompa harus diikat (dibaut) cukup keras sesuai dengan yang
dianjurkan oleh pembuat pompa pada spesifikasi pompa.

g) Kesalahan saat priming pompa

Hidraulik halaman - 74
Teknik Penyelesaian Masalah

Beberapa pompa, oleh karena desainnya tidak dapat priming sendiri oleh karena
itu diperlukan pengisian pada rumah pompa dengan fluida hidraulik sebelum
sistem hidraulik dijalankan untuk pertama kalinya. Pertama yang perlu dilakukan
setelah mengencangkan baut rumah pompa yaitu mengisikan rumah pompa
dengan fluida hidraulik secukupnya. Dengan cara ini pompa akan diprime secara
sempurna.
h) Mulut saluran isap terlalu tinggi
Pompa mempunyai kemampuan tinggi isap yang tertentu. Jika pompa dipasang
dengan mulut saluran isap yang terlalu tinggi, maka fluida hidraulik tidak dapat
masuk ke pompa sehingga timbul kavitasi. Jika ini terjadi maka pemasangan
pompa perlu disesuaikan dengan data teknik tentang ketinggian mulut saluran
isap sesuai dengan lembar data kemampuan pompa.
i) Saluran isap pompa terlalu kecil
Jika saluran isap pompa terlalu kecil untuk kemampuan pompa yang ada, maka
akan terjadi tidak cukup fluida yang masuk ke pompa, sehingga akan timbul
kavitasi. Saluran isap sebaiknya tidak boleh terlalu kecil dari lubang masuk
pompa. Umumnya, sebaiknya diameter pipa isapnya lebih besar satu ukuran dari
diameter lubang masuk pompa. Sebagai contoh jika diameter lubang pompa
0.5”, maka diameter saluran isapnya 0.75”. Jika diameter lubang masuk pompa
1”, maka diameter saluran isapnya 1.25”.
j) Kesalahan pemasangan seal pada poros
Seal pada poros dipasang untuk menghindari kebocoran luar dari fluida hidraulik
pada pompa. Dalam pemasangannya sering terjadi terbalik. Jika ini terjadi maka
akan memungkinkan udara masuk ke pompa melalui sisi singgung antara seal
dengan poros yang akan menyebabkan kavitasi.
k) Pipa isap terlalu pendek pada reservoir
Sumber lain penyebab kavitasi adalah terjadi pada reservoir. Jika saluran isap ke
pompa tidak tercelup di bawah permukaan fluida hidraulik pada reservoir, maka
akan memungkinkan udara masuk ke pompa yang menyebabkan kavitasi.
Saluran isap harus tercelup cukup dalam walaupun dalam kondisi ketinggian
fluida hidraulik minimum, saluran isap masih cukup tercelup untuk menghidari
terjadinya pusaran yang dapat membawa udara ke sistem. Sebagai perkiraan
umum jarak ujung saluran isap dengan dasar reservoir sebaiknya sebesar 6” dan

Hidraulik halaman - 75
Teknik Penyelesaian Masalah

ujung saluran isap sebaiknya tercelup minimum 6” di bawah permukaaan fluida


saat kondisi minimum.
l) Saluran balik fluida terlalu tinggi
Sumber lain penyebab kavitasi yang terdapat pada reservoir, yaitu saluran balik
fluida dipasang terlalu tinggi. Jika hal ini terjadi, fluida yang kembali akan
menyebabkan penganginan pada reservoir, oleh karena fluida balik akan
melewati udara di atas reservoir membawa udara yang dilaluinya masuk ke
reservoir. Jika reservoir tidak didesain dengan baik, tidak terdapat cukup
penahan (baffle) untuk memberikan kesempatan udara keluar dari fluida, maka
udara ini akan terisap masuk ke pompa sehingga terjadi kavitasi.
Umumnya reservoir yang baik mempunyai total volume 6 sampai dengan 10 kali
kapasitas pompa dalam galon per menit. Jika kapasitas pompa 10 gpm maka
volume total reservoir sebaiknya 60 sampai dengan 100 gallon untuk
memberikan cukup waktu bagi udara yang terbawa aliran balik untuk keluar dari
fluida.
m) Sudu (vane) lengket dalam pompa sudu
Sistem hidraulik yang menggunakan pompa sudu sering mengalami masalah
kavitasi saat start-up jika fluida hidrauliknya tidak cukup bersih. Kotoran dapat
menyebabkan sudu lengket dengan alurnya. Jika sudu-sudu tidak dapat keluar
maksimum hingga menyentuh ring, maka akan terdapat ruang pompa yang lebih
besar dari seharusnya, hal ini akan menyebabkan kavitasi. Cara yang baik
dilakukan untuk menghidari adanya kotoran yang masuk ke pompa yaitu dengan
memasang filter pada reservoir. Sistem tidak boleh dijalankan sebelum yakin
bahwa reservoir dan pemipaannya bersih. Penjadwalan pergantian filter yang
teratur akan mampu membantu mengatasi hal ini.
n) Poros pompa tidak lurus
Sumber penyebab kavitasi yang lain adalah poros pompa dengan poros motor
penggerak tidak lurus (missalignment). Defleksi pompa yang sedikit saja
memungkinkan terganggunya fungsi seal, sehingga memungkinkan udara luar
masuk ke pompa.

6.1.2 Penyebab Tekanan Sistem Rendah


Terjadinya tekanan sistem yang rendah mungkin disebabkan oleh hal-hal berikut:
Hidraulik halaman - 76
Teknik Penyelesaian Masalah

a) Pengaturan katup relief terlalu rendah


Jika pengaturan tekanan pada katup reliefnya terlalu rendah maka tekanan
sistem akan rendah.
Dalam desain sistem hidraulik yang baik, yaitu bila ukuran katup reliefnya tepat,
tekanan sistem sebaiknya tidak boleh melebihi tekanan pengaturan maksimum
katup reliefnya. Jika katup reliefnya terlalu kecil tidak sesuai dengan kapasitas
pompa (gpm), memungkinkan tekanan sistem meningkat melebihi tekanan
pengaturan pada katup reliefnya sehingga akan menyebabkan kerusakan pada
komponen-komponen katup yang terlemah. Jika ini terjadi pada komponen katup
reliefnya maka fluida dari pompa akan beputar-putar melewati katup relief ke
reservoir tanpa meningkatkan tekanan pada sistem sesuai dengan yang
diharapkan.
b) Kesalahan pengaturan kompensator
Jika sistem menggunakan pompa dengan kompensator dan katup relief, serta
pengaturan tekanan pada kompensator terlalu rendah, maka tekanan sistem
akan ditentukan oleh pengaturan kompensatornya (jika katup reliefnya diatur
lebih tinggi dari kompensatornya). Sebaliknya jika katup relief diatur lebih rendah
dari pengaturan kompensatornya, maka pengaturan katup relief akan
menentukan tekanan sistem. Biasanya, katup relief merupakan katup pengaman
untuk melindungi komponen saat terjadi kegagalan fungsi dari kompensator
pompa. Dalam kondisi katup relief diatur lebih rendah dari pengaturan
kompensator, pompa tidak akan pernah bekerja pada mode kompensasi. Jika
tidak terdapat katup relief pada sistem, maka kompensator akan menentukan
tekanan sistem. Kesalahan pengaturan pada kompensator akan menyebabkan
kesalahan pada tekanan sistem. Perlu dicatat bahwa kebanyakan pompa dengan
kompensator tidak diatur sesuai dengan kebutuhan, maka kompensator harus
diatur sesuai dengan kebutuhan.
c) Ketinggian fluida pada reservoir terlalu rendah
Ketinggian fluida yang terlalu rendah akan menyebabkan tekanan sistem rendah.
Pompa tidak selalu mendapatkan cukup fluida untuk mengisi ruang-ruang
pompa, menyebabkan hanya sedikit fluida yang dikeluarkan pompa ke sistem
yang akan menyebabkan penurunan tekananan pada sistem (udara akan ikut
terbawa masuk ke sistem). Pemeriksaan rutin ketinggian fluida pada reservoir

Hidraulik halaman - 77
Teknik Penyelesaian Masalah

akan membantu mengatasi hal ini. Isi reservoir dengan ketinggian normal dengan
fluida hidraulik yang bersih.
d) Kesalahan pemasangan seal poros
Jika terjadi kesalahan pemasangan seal pada poros akan memungkinkan udara
masuk ke pompa yang akan mengakibatkan tekanan sistem turun.
e) Putaran pompa terbalik
Jika pompa berputar dengan arah terbalik, pompa tidak dapat menghasilkan
aliran yang cukup. Pompa harus berputar sesuai dengan desainnya.

6.1.3 Penyebab Aktuator Bergerak Tak Menentu


Sistem hidraulik yang bekerja dengan baik, maka aktuator harus bergerak pada
kecepatan dan tekanan yang tepat untuk mendapatkan gaya dorong atau gaya
putar dan arah gerakan sesuai dengan yang diinginkan. Penyebab-penyebab
terjadinya gerakan aktuator tidak sesuai yang diinginkan diantaranya adalah:
a) Terdapat udara dalam fluida
Udara yang terdapat dalam fluida pada aktuator akan menyebabkan gerakan
aktuator tidak menentu (spongy), hal ini disebabkan fluida berubah
karakteristiknya dari inkompresibel menjadi kompresibel. Semakin banyak udara
dalam fluida maka gerakan aktuator akan semakin tidak menentu.
b) Kesalahan viskositas fluida
Viskositas fluida hidraulik yang dimasukkan ke reservoir harus sesuai dengan
spesifikasi pembuat pompa. Jika viskositas terlalu tinggi, maka kecepatan aliran
fluida akan sangat terpengaruh, dan akan terjadi perlambatan kecepatan
aktuator. Keadaan yang sama akan terjadi saat strat-up, jika temperatur fluida
terlalu rendah akan menyebabkan kenaikan viskositas fluida jauh di atas yang
diperlukan yang akan menimbulkan kavitasi.
c) Kebocoran dalam pada aktuator
Kebocoran dalam pada aktuator, terlepas dari apa penyebabnya, akan
menyebabkan fluida mengalir langsung lewat kebocoran pada aktuator, yang
akan memperlambat gerakan aktuator.
d) Penyumbatan pada filter
Penyumbatan pada filter saluran isap, akan mengakibatkan pengurangan fluida
yang masuk ke pompa, sehingga akan mengakibatkan juga pengurangan fluida
yang masuk ke aktuator sehingga aktuator akan bergerak lambat.
Hidraulik halaman - 78
Teknik Penyelesaian Masalah

e) Kebocoran luar
Kebocoran luar pada salah satu bagian sistem akan menyebabkan kelambanan
gerak dari aktuator, hal ini karena kebutuhan fluida dorong tidak terpenuhi dari
akibat terjadi pengurangan karena terjadinya kebocoran. Pengontrolan secara
rutin terhadap kebocoran luar akan sangat membantu mengatasi gangguan ini.

6.1.4 Penyebab Panas Berlebih pada Sistem


Umumnya setiap sistem hidraulik jika menggunakan resevoir dengan total
volume yang terlalu sedikit, akan mengakibatkan kenaikan temperatur pada
sistem. Hal ini disebakan oleh karena reservoir tidak cukup memberikan waktu
kepada fluida hidraulik unuk melepaskan panas ke udara sekitar. Jika reservoir
didesain dengan ukuran yang kecil, maka harus dilengkapi dengan perangkat
penukar panas, untuk menjaga temperatur dan viskositas fluida dalam range
harga sesuai dengan spesifikasi. Pesawat penukar panas ini dapat berupa
penukar panas dari udara (dari hembusan kipas) ke fluida hidraulik atau dari air
ke fluida hidraulik. Berikut ini kemungkinan penyebab-penyebab panas berlebih
pada sistem.
a) Air pendingin terlalu panas
Air pendingin yang masuk ke pesawat penukar panas harus berada dalam range
temperatur desainnya. Jika temperatur air pendinginnya lebih tinggi dari
temperatur desainnya, maka kemampuan pendinginannya akan berkurang.
Pemeriksaan rutin temperatur masuk pesawat penukar panas akan membantu
mengatasi permasalahan ini.
b) Pesawat penukar panas kotor
Pesawat penukar panas yang kotor atau tersumbat tidak akan mungkin
menghasilkan kapasitas pendinginan yang sama dengan kondisi pesawat
penukar panas yang bersih. Pemasangan pesawat penukar panas bekas pada
sistem hidraulik yang baru sebaiknya tidak dilakukan, atau boleh dilakukan jika
pesawat penukar panas tersebut sudah dibersihkan dengan benar dan sudah
diuji sebelum pemasangan.
c) Kompensator lengket
Pompa yang dilengkapi dengan kompensator, jika kompensatornya lengket pada
posisi tekanan tinggi akan mengakibatkan kenaikan temperatur pada sistem.
d) Perpindahan spool yang tidak sempurna

Hidraulik halaman - 79
Teknik Penyelesaian Masalah

Jika sistem hidraulik menggunakan katup kontrol arah sebagai komponen untuk
proses unloading, dan jika perpindahan spool tidak sempurna, tanpa melihat
penyebabnya, akan meningkatkan temperatur sistem. Hal ini oleh karena
penurunan tekanan pada spool yang terbuka sebagian akan mengalirkan fluida
seakan terjadi kebocoran yang akan meningkatkan temperatur sistem.
e) Katup relief tidak menempati kedudukannya dengan baik
Jika katup relief tidak menempati dudukannya dengan baik, akan timbul
kebocoran dalam yang akan menyebabkan timbulnya kenaikan temperatur
sistem oleh karena adanya aliran kebocoran dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah.
f) Kesalahan disain sistem
Jika dalam desain sistem memungkinkan terjadinya piston untuk menggerakkan
ke posisi maksimum apakah dalam gerak maju ataupun mundur, dan diam pada
posisi maksimumnya, sementara fluida terus menerus melewati katup relief,
maka akan terjadi peningkatan temperatur sistem. Desain sistem harus
sedemikian rupa, sehingga pompa pada kondisi aktuator seperti di atas, harus
dalam kondisi tanpa pembebanan.
g) Kebocoran dalam
Jika komponen-komponen sistem telah aus sehingga menimbulkan kebocoran
dalam apakah pada pompa, motor atau aktuator lain maka akan meningkatkan
temperatur sistem. Semakin besar tingkat kebocorannya, maka semakin tinggi
kenaikan temperaturnya.

6.2 Prosedur Mengatasi Gangguan


Seperti telah diterangkan sebelumnya, cukup banyak hal-hal yang menyebabkan
timbulnya gangguan. Berikut ini diterangkan prosedur untuk mengatasi
gangguan-gangguan yang mungkin timbul pada sistem hidraulik yang baru.

Hidraulik halaman - 80
Teknik Penyelesaian Masalah

Prosedur sebelum Start-Up


Ada beberapa hal penting yang perlu dilakukan segera setelah semua komponen
dan pemipaan sistem telah selesai dilakukan.
Hal tersebut adalah:
Langkah 1:
Bersihkan sistem sebelum memasukkan fluida dalam sistem.
Seluruh sistem harus dibersihkan, dibilas, dan disiapkan untuk start-up.
Langkah 2:
Periksa seluruh komponen apakah telah dipasang dengan baik.
Harus diperiksa kebenaran urutan instalasi sistem untuk meyakinkan seluruh
komponen telah terpasang sesuai dengan diagram rangkaiannya, dengan semua
aliran sesuai dengan arah yang benar, dan setiap saluran disambungkan dengan
benar. Tidak boleh dilakukan asumsi bahwa setiap rangkaian yang dilakukan
oleh orang lain selalu benar. Periksa simbul komponen yang dipasang sesuai
dengan diagram. Jika terjadi kesalahan, lakukan pembetulan sebelum melakukan
start-up.
Langkah 3:
Isikan reservoir dengan fluida yang benar.
Segera setelah selesai melakukan langkah 1 dan 2, isi reservoir dengan tinggi
permukaan 1“ di atas permukaan maksimumnya dengan fluida hidraulik yang
benar. Volume fluida 1“ di atas permukaan maksimumnya ditujukan untuk
mengisi pipa dan komponen-komponen sistem hidraulik lainnya. Berikan
perhatian khusus bahwa fluida hidraulik yang dimasukkan adalah benar. Jika
dalam sistem terdapat cupup banyak akumulator, harus diyakinkan bahwa
terdapat cukup ruangan pada reservoir yang diperuntukkan menampung fluida
kembali dari akumulator saat unloading. Saat mengisikan fluida ke reservoir,
sebaiknya disaring melalui filter dengan ukuran 10 micron. Hal ini akan
meyakinkan bahwa fluida yang masuk ke reservoir betul-betul bersih.
Langkah 4:
Lakukan pemeriksaan komponen filter.
Periksa seluruh komponen filter dan terpasang dengan benar. Ini berarti
membuka rumah filter dan periksa komponen filter. Yakinkan terdapat cukup
suku cadang tersedia di tangan untuk komponen-komponen filter. Untuk sistem
yang baru di start-up, filter perlu diganti setelah beroperasi selama 24 jam
Hidraulik halaman - 81
Teknik Penyelesaian Masalah

pertama. Ini untuk meyakinkan fluida akan terbebas dari kontaminan dan kotoran
yang tersisa saat penyaringan dalam pengisian resevoir. Selanjutnya
penggantian filter sesuai dengan kebutuhan.
Langkah 5:
Atur alat pengatur tekanan.
Atur pengaturan tekanan pada katup relief utama, kompensator pompa, dan
semua komponen dengan pengotoran tekanan pada nilai minimumnya. Ini
termasuk squence valve, counter balance valve dan lain-lain. Dengan
pengaturan ini, diyakinkan laju aliran fluida yang maksimum dengan tekan
seminimum mungkin. Ini diasumsikan bahwa semua beban berada langkah
terbawah, jika tidak maka diperlukan untuk mengatur counter balance pada
tekanan maksimumnya untuk menjaga beban tidak jatuh. Setelah tidak terjadi
gangguan, maka dapat dilakukan penyetelan tekanan sesuai dengan nilai
sesungguhnya.
Langkah 6:
Atur pengaturan kecepatan dan katup-katup cushion.
Buka setiap katup cushion pada silinder pada langkah tengahnya, dan atur
pengontrol kecepatan pada langkah tengahnya pula. Dengan melakukan hal ini,
dapat diyakinkan kemampuan aliran sebagiannya. Kemudian semua pengaturan
tersebut diatur sesuai dengan nilai sebenarnya.

6.3 Langkah Mengatasi Gangguan pada Sistem Hidraulik Lama


Untuk menjadi seorang teknisi dalam bidang hidraulik yang berhasil maka teknisi
tersebut harus menguasai beberapa hal antara lain:
 menguasai simbol-simbol standar hidraulik
 konfigurasi komponen
 fungsi komponen
 mengevaluasi informasi
 dapat menganalisa rangkaian kontrol

Hidraulik halaman - 82
Teknik Penyelesaian Masalah

6.3.1 Gangguan pada Sistem


Untuk menyiapkan dalam mencari gangguan pada sistem hidraulik yang lama,
diperlukan beberapa prosedur antara lain:
 mempelajari gambar
 membawa gambar selama bekerja
 bertanya kepada operator
 pengujian sistem

6.3.2 Pemecahan Suatu Kasus


Sistem hidraulik dengan menggunakan katup kontrol secara manual mengalami
gangguan yaitu silinder tidak bekerja (tidak bergerak).
Langkah pemeriksaannya sebagai berikut:
Langkah 1:
Periksalah katup isolasi (2a dan 2b) untuk menyakinkan bahwa kedua katup
pada posisi terbuka penuh. Bila salah satu katup tertutup, maka piston tidak akan
bergerak, karena saluran fluida tertutup. Bila kedua katup telah terbuka penuh,
maka dapat diteruskan pada langkah yang kedua.
Langkah 2:
Periksalah kerja dari katup kontrol.
Operasikan katup kontrol (2c) secara manual, apakah gerakannya telah benar ?
Bila tidak maka mungkin masalahnya ada pada katup ini. Bila katup kontrol dapat
beroperasi dengan baik, maka langkah pemeriksaan dilanjutkan pada langkah
yang ke 3.
Langkah 3:
Periksalah Katup pengontrol aliran (2e dan 2f).
Periksalah apakah katup pengatur aliran posisinya telah benar, mungkin
seseorang telah merubah posisi katup sehingga sistem tidak berfungsi. Beri
tanda posisi salah satu katup pada posisi saat itu, putarlah katup secara penuh
searah jarum jam, hitunglah jumlah putaran.
Bagilah jumlah putaran tersebut dengan dua dan sekarang putarlah katup
dengan arah berlawanan dengan jarum jam sebanyak hasil bagi tersebut. Aturlah
katup yang lainya seperti pada katup yang pertama. Jalankan sistem dan
operasikan katup kontrol pada dua arah, bila piston mau bergerak pada salah
satu arah, sedangkan pada arah yang lain tidak mau bergerak, maka gangguan
Hidraulik halaman - 83
Teknik Penyelesaian Masalah

terdapat pada katup kontrol aliran. Bila setelah katup kontrol aliran diatur dan
ternyata tidak ada pengaruhnya (piston tetap tidak mau bergerak). Maka
pemeriksaan dapat dilanjutkan pada langkah yang ke 4.

2g

2h

2e 2f

2d

2c
DOWN UP
2a 2b

Gambar 6.1 Contoh Sistem Hidraulik Lama

Langkah 4:
Periksa dinding silinder.
Bila terjadi kebocoran pada seal di dalam silinder, maka ini dapat diperiksa
dengan cara merasakan dinding silinder. Periksa seluruh dinding silinder dengan
jari, bila terdapat kebocoran seal maka pada tempat yang bocor permukan
silinder akan panas. Bila tidak terdapat bagian yang panas, maka seal pada
piston kondisinya baik, dan pemeriksaan dapat dilanjutkan pada langkah 5.
Langkah 5:

Hidraulik halaman - 84
Teknik Penyelesaian Masalah

Naikkan tekanan Sistem hidraulik.


Kembali kepada pompa dan reservoir, yakinlah bahwa katup shutt-off dalam
posisi terbuka dan jalankan sistem dan posisi katup kontrol pada posisi netral.
Hal ini menyebabkan seluruh out put pompa akan lewat katup relief. Periksalah
tekanan yang ditunjukan oleh manometer dan catat besarnya tekanan tersebut.
Periksalah pada katalog atau buku petunjuk tentang daerah tekanan kerja
peralatan tersebut. Naikkan tekanan secara perlahan sampai tekanan
maksimumnya, operasikan katup kontrol, bila gangguan gerakan piston karena
kotoran, maka kenaikan tekanan fluida akan mampu untuk menggerakkan piston,
sehingga gangguan tersebut berasal dari kotoran., bersihkan silinder dari
kotoran. Bila langkah ini masih belum menyelesaikan masalah, maka perlu untuk
melakukan pemeriksaan pada langkah yang ke 6.
Langkah 6:
Periksalah kemungkinan penyumbatan aliran
Pada langkah ini diperlukan perhatian yang lebih, khususnya bila ada beban
pada piston. Matikan sistem, gerakkan katup kontrol pada posisi naik dan turun
bergantian beberapa kali tindakan ini akan menghilangkan tekanan pada saluran.
Kendorkan sedikit sambungan selang ke silinder, tampung fluida yang bocor. Bila
fluida yang bocor telah habis, lepaskan selang dari silinder dan pasanglah
sambungan “T” dan lengkapi dengan manometer. Jalankan sistem, gerakan
katup kontrol pada posisi turun, maka fluida akan mengalir dari pompa ke
silinder, bila tidak terdapat penyumbatan di dalam saluran, maka tekanan yang
terbaca pada manometer di dekat silinder besarnya mendekati tekanan di katup
relief. Bila ternyata tekanan yang terbaca nilainya tidak mendekati tekanan pada
katup relief, maka ini menunjukkan tanda adanya penyumbatan di dalam saluran
maupun di dalam katup-katup.
Langkah 7:
Periksalah Kebocoran Silinder.
Matikan sistem, pasanglah manometer ke posisi (2h), letakkan posisi katup
kontrol pada posisi naik, kemudian jalankan sistem, bila seal pada piston bocor
tutuplah katup dan bila piston ada bebannya, maka pada manometer akan
terbaca tekanan. Besarnya tekanan yang terbaca tergantung pada besarnya
beban dan tingkat kebocorannya. Sekarang peganglah ujung selang yang ada di
silinder dan bukalah katup perlahan-lahan, bila seal pada piston jelek, maka
Hidraulik halaman - 85
Teknik Penyelesaian Masalah

fluida akan mengalir lewat katup dengan suatu kecepatan. Bila memang ini
masalahnya gantilah silinder dan atur kembali seluruh katup pada posisi semula.

6.4 Ringkasan Pelacakan Gangguan Pompa dan Perbaikannya


Jenis Gangguan Kemungkinan Penyebab Perbaikan
Kebocoran luar Seal poros sudah aus Jika tidak terdapat tanda kerusakan pada
pada sekitar poros bearing poros pompa, ganti seal poros
pompa pompa sesuai petunjuk pembuat pompa
Pompa tidak Saluran pembuangan tertutup Buka saluran pembuangan
menghasilkan ke-
luaran fluida
Shut-Off Valve pada saluran Periksa valve dan buka sepenuhnya
isap tertutup
Pompa tidak dalam kondisi Keluarkan udara dari pompa melalui
prime pengisian ruang pompa dengan fluida
hidraulik.
Poros pompa berputar pada Harus dibalik secepatnya, untuk
arah yang salah menghindari kerusakan komponen akibat
tidak cukup pelumasan
Ketinggian fluida dalam reservoir Tambahkan fluida hidraulik sesuai dengan
terlalu rendah yang dianjurkan dan periksa pada kedua
sisi tangki yang diberi buffle sehingga
cukup yakin bahwa saluran isap cukup
tercelup
Pipa saluran isap atau filter pada Filter harus dibersihkan atau diganti,
saluran isap tersumbat Kapasitas filter harus paling tidak dua kali
kapasitas maksimum pompa
Kebocoran udara pada saluran Hal ini akan menghalangi priming, atau
isap menyebabkan pompa bising Kencangkan
semua baut pengencang pada saluran
isap
Viskositas fluida terlalu tinggi, Fluida yang lebih encer perlu digunakan
menyulitkan pompa untuk sesuai dengan spesifikasi untuk kondisi
priming temperatur yang ada dan kondisi kerjanya
Panaskan fluida saat start-up dalam cuaca
dingin
Poros atau rotor pompa rusak Ganti dengan spare part yang sesuai
dengan spesifikasi
Pompa tidak Pengaturan tekanan pada katup Atur pengatur tekanan pada katup relief
menghasilkan relief tidak cukup tinggi sesuai dengan tekanan yang diharapkan
cukup tekanan
Katup relief lengket pada posisi Kemungkinan terdapat kotoran pada bola
terbuka pengatur tekanan. Harus dibersihkan dan
diujicoba.
Sirkulasi bebas dari fluida ke Katup kontrol arah mungkin pada posisi
tangki melewati sistem terbuka atau posisi tengah terbuka atau
posisi netral atau mungkin katup pada
saluran baliknya terbuka. Lakukan
pembetulan.
Pompa bersuara Terjadi kebocoran udara pada Tuangkan oli secukupnya pada
bising saluran isap sambungan saluran isap, dengan pada
saat yang sama mendengarkan perubahan
suara pada pompa. Jika terjadi perubahan
suara maka pada sambungan tersebut
terjadi kebocoran udara. Kencangkan
sambungan tersebut secukupnya.
Terjadi kebocoran udara pada Tuangkan oli secukupnya pada poros

Hidraulik halaman - 86
Teknik Penyelesaian Masalah

poros pompa pompa sambil mendengarkan apakah ter-


jadi perubahan suara pada pompa. Jika
terjadi perubahan suara, ganti seal poros
sesuai yang dianjurkan.
Terjadi ketidak lurusan antara Lakukan pelurusan ulang dan ganti seal
poros penggerak dan poros porosnya
pompa
Saluran isap atau filter Pompa harus mendapatkan aliran fluida
tersumbat sebagian masuk dengan bebas, kalau tidak akan
timbul kavitasi. Bersihkan saluran isap dan
filternya
Benda-benda luar (kotoran yang Lepas saluran isap dan pompanya.
tidak diinginkan) masuk ke Lakukan pembersihan.
saluran isap sistem
Terdapat gelembung udara Periksa dengan teliti dan yakinkan bahwa
pada reservoir. mulut saluran kembali ke tangki berada di
bawah permukaan fluida pada reservoir
Ventilasi udara pada tangki Harus dibuka
tersumbat
Pumpa berputar terlalu kencang Periksa putaran maksimum pompa sesuai
dengan spesifikasi
Ukuran filter terlalu kecil Kapasitas filter mungkin hanya cukup saja
jika kondisi filter bersih. Pada kondisi
normal kapasitas filter harus dua kali
kapasitas pompa.

6.5 Ringkasan Gangguan Motor Sudu dan Perbaikannya


Jenis Gangguan Kemungkinan Penyebab Perbaikan
Kebocoran luar Kerusakan seal Ganti seal sesuai dengan spesifikasi.
pada sambungan
Pengencangan baut tidak cukup Kencangkan baut sesuai dengan
spesifikasi
Permukaan rumah yang kasar. Gosok permukaan rumah motor yang
berpasangan hingga rata dan halus, atau
ganti rumah motornya.
Kebocoran di Seal pada poros sudah aus Jika tidak terdapat tanda kerusakan pada
sekitar poros motor. bearing poros pompa, ganti seal poros
motor sesuai petunjuk
Kebocoran luar Kerusakan pada ulir sambungan Bersihkan ulir
pada
sambungan Kerusakan pada O-ring. Ganti.
Terdapat benjolan pada sisi Hilangkan benjolan dengan menggunakan
yang berpasangan. kikir atau peralatan lain
Kehilangan Tekanan masuk rendah Periksa tekanan masuk
kecepatan saat
pembebanan Penyetelan tekanan balik pada Periksa pengaturan tekanan baliknya
saluran keluar terlalu berlebih.
Nok dan ring sudah aus. Ganti.
Temperatur fluida tinggi Gunakan pendingin, peralatan penukar
panas.
Motor gagal mulai Tidak ada cukup torsi Periksa pengaturan tekanan pada katup
berputar relief. Periksa beban lebih yang mungkin
terjadi pada peralatan yang digerakkan
Kebocoran pada motor yang Periksa aliran pada sisi keluar pompa.
berlebih.
Tidak cukup fluida yang Pompa aus, rusak, atau ukuran pompa
diberikan oleh pompa terlalu kecil. Ganti pompa.
Motor terlalu kecil Ganti dengan motor yang lebih besar

Hidraulik halaman - 87
Teknik Penyelesaian Masalah

Poros motor ber Bearing aus Ganti


goyang Beban poros motor terlalu tinggi Problem desain. Konsultasi dengan
perancang.
Kopling terlalu menekan poros Sambungan kopling harus baik dan benar
motor
Bsing yang berlebih Motor aur atau rusak Ganti
Bagian-bagian dalam motor Periksa sudu-sudu, nok ring, jika terjadi
keausan yang berlebih, ganti

Latihan
1. Sebutkan beberapa sumber penyebab yang mengakibatkan pompa bising!
2. Sebutkan beberapa sumber penyebab yang mengakibatkan tekanan sistem
rendah!
3. Sebutkan beberapa sumber penyebab yang mengakibatkan aktuator bergerak
tidak menentu!
4. Sebutkan beberapa sumber penyebab yang mengakibatkan panas berlebih
pada sistem!

Hidraulik halaman - 88
Praktek Rangkaian

BAB VII
PRAKTEK RANGKAIAN
Rangkaian 1
Judul : Kenaikan Tekanan dan Kurva Pompa
Tujuan
a. Pemahaman fungsi dan cara kerja pressure relief valve
b. Pemahaman sistem rangkaian hidraulik yang dirangkai
c. Pemahaman karakteristik pompa hidraulik

Kegunaan:
Pressure relief valve merupakan komponen yang berfungsi sebagai pengaman
dalam rangkaian hidraulik. Melalui katup ini, jika terjadi tekanan yang
berlebihan dalam rangkaian hidraulik, akan dialirkan menuju tangki.

Dasar Teori
Dalam rangkaian hidraulik, pompa hidraulik menerima energi mekanik dari
motor penggerak dan diubah menjadi energi hidraulik. Energi hidraulik ini
tekanan (p) dan laju aliran (Q). Apabila tekanan dari pompa hidraulik ini diberi
tahanan berupa pressure relief valve (maksudnya untuk diatur sesuai
keinginan), maka sebagian dari aliran fluida akan mengalir ke tangki. Besarnya
tekanan (p) dan laju aliran (Q) yang terjadi dapat digambarkan barupa grafik
p(Q) seperti gambar di bawah ini. Grafik ini dapat disebut sebagai karakteristik
pompa.
Tekanan Kerja (p)

Laju Aliran (Q)

Peralatan yang Dibutuhkan


No Nama Alat Jumlah
1 Power Unit 1
2 Pressure Relief Valve 1
3 Flow Meter 1
4 Pressure Gauge 1
5 Hose with Plug-in Connector 5

Hidraulik halaman - 89
Praktek Rangkaian

Langkah Kerja
1. Siapkan peralatan yang akan digunakan
2. Lakukan perangkaian sesuai dengan gambar rangkaian
3. Kendurkan baut pengatur pada pressure relief valve
4. Mintalah kepada pembimbing untuk memeriksa rangkaian
5. Hidupkan power unit
6. Lakukan pengaturan tekanan sesuai dengan data
7. Lakukan pembacaan skala pada flowmeter
8. Catat semua data yang terbaca
9. Gambarkan grafik karakteristik pompa p (Q)

Keselamatan Kerja
a. Kencangkan baut/mur pengencang dengan hati-hati, tanpa menggunakan
gaya pengencangan yang berlebih.
b. Hidupkan motor listrik, hanya jika sudah mendapatkan perintah instruktur
c. Jangan pernah bekerja dengan tangan berlumuran oli, hal ini sangat
berbahaya.
d. Yakinkan bahwa lantai tidak licin
e. Lepas rangkaian hidraulik hanya jika tidak ada tekanan pada rangkaian

Gambar Rangkaian

Pe1

Relief Valve

Flowmeter

Tank
Pump 1 Pump 2
Leakage Oil

M
Power Unit

P2

P1

Pelaksanaan Pengamatan

Hidraulik halaman - 90
Praktek Rangkaian

1. Atur Relief Valve sehingga pressure gauge menunjukkan tekanan 5 [bar]


2. Catat laju aliran pada Flow Meter - nya
3. Ulangi langkah 1 dan 2 untuk melengkapi tabel pengamatan
4. Gambarkan hubungan antara laju aliran Q dan tekanan P dari data yang
diperoleh

Data:
Tekanan p (bar) 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

Debit Q (l/min)

Analisis/Pembahasan:

1. Jelaskan fungsi dari pada pressure relief valve?

2. Gambarkan simbol pressure relief valve!

3. Jelaskan cara kerja pressure relief valve?

4. Buatlah grafik dengan data yang didapat


Tekanan Kerja (p)

Laju Aliran (Q)

5. Mengapa pressure relief valve harus selalu dipasang pada rangkaian


sistem hidraulik?

Kesimpulan:

Hidraulik halaman - 91
Praktek Rangkaian

Rangkaian 2
Judul : Directional Control Valve
Tujuan
a. Pengenalan dan pemahaman sistim rangkaian hidraulik yang dirangkai.
b. Pemahaman cara kerja dan fungsi Katup Kontrol 2/2, 3/2 dan 4/2

Kegunaan
1. Katup kontrol arah ini sebagai pengaturan dan pengarahan aliran fluida
dari suatu rangkaian hidraulik
2. Katup kontrol 2/2 untuk kondisi ON/OFF
3. Katup kontrol 3/2 untuk mengontrol Single Acting Cylinder
4. Katup kontrol 4/2 untuk mengontrol Double Acting Cylinder

Peralatan yang Dibutuhkan


No Nama Alat/Bahan Jumlah
1. Power Unit : 1 buah
2. Manometer : 1 buah
3. Flowmeter : 1 buah
4. Pressure Relief Valve : 1 buah
5. Katup kontrol 2/2 : 1 buah
6. Katup kontrol 3/2 : 1 buah
7. Katup kontrol 4/2 : 1 buah
8. Selang besar : 8 buah
9. Selang kecil : 3 buah

Langkah Kerja
1. Siapkan peralatan yang akan digunakan
2. Lakukan perangkaian sesuai dengan gambar rangkaian
3. Hidupkan power unit
4. Lakukan pengontrolan masing-masing katup kontrol sesuai diagram step
5. Lakukan pembacaan skala pada flowmeter dan manometer
6. Catat semua data pada table yang tersedia

Keselamatan Kerja
a. Kencangkan baut/mur pengencang dengan hati-hati, tanpa menggunakan
gaya pengencangan yang berlebih.
b. Hidupkan motor listrik, hanya jika sudah mendapatkan perintah instruktur
c. Jangan pernah bekerja dengan tangan berlumuran oli, hal ini sangat
berbahaya.
d. Yakinkan bahwa lantai tidak licin
e. Lepas rangkaian hidraulik hanya jika tidak ada tekanan pada rangkaian

Hidraulik halaman - 92
Praktek Rangkaian

Gambar Rangkaian

0 1
Pe1

P A
2/2 DCV

1 0

3/2 DCV T P

Pe3 Pe2

A B

0 1

P T
3/2 DCV
Relief Valv e Flow meter

Tank
Pump 1 Pump 2
Leakage Oil

M
Pow er Unit

P2

P1

Data:
I II III IV V VI VII VIII
4/2-DCV Position 0 0 0 0 1 1 1 1
Flow Paths P A P A
B T B T
2/2-DCV Position 0 1 0 1 0 1 0 1
Flow Paths P 0 P A
3/2-DCV Position 0 0 1 1 0 0 1 1
Flow Paths P 0 P 0
P1 in bar 60
p2 in bar 0
p3 in bar 60
Flow at T 1 T2 T1 T2

Yes/No No No No Yes

Hidraulik halaman - 93
Praktek Rangkaian

Diagram Step:
Hydraulic Equipment Condition Step
No. Equipment Action Function Position
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Pump Convertion of on
Energy
off
2. PRV Relief of Pressure 60 bar

0
3. 4/2 DCV Control 1

0
4. 2/2 DCV Control 1

0
5. 3/2 DCV Control 1

Analisa dan Pembahasan:


1. Apa fungsi dari pada Directional Control Valve?

2. Uraikan arah aliran fluida, apabila semua katup terkontrol?

3. Jelaskan kegunaan dari pada katup 3/2 NC dan katup 4/2?

Kesimpulan:

Hidraulik halaman - 94
Praktek Rangkaian

Rangkaian 3
Judul : Silinder Kerja Tunggal (Single Acting Cylinder-SAC)
Tujuan:
1. Pengenalan dan pemahaman sistem rangkaian hidraulik yang dirangkai
2. Pemahaman cara kerja dan fungsi silinder kerja tunggal yang dikontrol
dengan katup kontrol 3/2 normal tertutup
3. Melengkapi diagram step
4. Menghitung besarnya beban pada single acting cylinder

Kegunaan:
Silinder kerja tunggal untuk mengkonversikan energi tekanan fluida hidraulik
menjadi gaya linier (energi mekanik)
Teori Dasar:
Gaya linier dan kecepatan gerak dari silinder kerja tunggal, sesuai dengan
rumus sebagai berikut:
Gaya = Tekanan x Luas penampang F = p x A

Debit Q
Kecepatan =  v=
Luas Penampang A

Peralatan yang Dibutuhkan


No Nama Alat Jumlah
1. Power Unit 1
2. Single Acting Cylinder 1
3. Pressure Relief Valve 1
4. Shutt-off 1
5. Pressure Gauge 1
6. Hose with Plug-in Connector 9

Langkah Kerja
1. Siapkan peralatan yang akan digunakan
2. Lakukan perangkaian sesuai dengan gambar rangkaian
3. Hidupkan power unit
4. Lakukan pengontrolan masing-masing katup kontrol sesuai dengan perintah
yang ada pada diagram step.
5. Lakukan pembacaan sesuai dengan kolom data yang harus diisikan
6. Lengkapi diagram step

Keselamatan Kerja
a. Kencangkan baut/mur pengencang dengan hati-hati, tanpa menggunakan
gaya pengencangan yang berlebih.
b. Hidupkan motor listrik, hanya jika sudah mendapatkan perintah instruktur
c. Jangan pernah bekerja dengan tangan berlumuran oli, hal ini sangat
berbahaya.
d. Yakinkan bahwa lantai tidak licin
e. Lepas rangkaian hidraulik hanya jika tidak ada tekanan pada rangkaian

Gambar Rangkaian
Hidraulik halaman - 95
Praktek Rangkaian

Pe1 Pe2
SAC

Flow Control Valv e

0 1
Beban

P T
3/2 DCV
Relief Valv e

Tank
Pump 1 Pump 2
Leakage Oil

M
Pow er Unit

P2

P1

No. Beban (SAC) Katup 3/2 Shutt-off Pe1 Pe2

1 Diam

2 Naik

3 Turun

4 Ditahan

Analisa dan Pembahasan:


1. Berapa besarnya beban yang ada ?

2. Apa fungsi SAC dan pada kondisi yang bagaimana dipakai ?

3. Berapa besarnya gaya yang timbul pada data saat SAC naik ?

Kesimpulan:

Hidraulik halaman - 96
Praktek Rangkaian

Rangkaian 4
Judul : Silinder Kerja Ganda (Double Acting Cylinder-SAC)
Tujuan:
1. Pengenalan dan pemahaman sistem rangkaian hidraulik yang dirangkai
2. Pemahaman cara kerja dan fungsi silinder kerja ganda yang dikontrol
dengan katup kontrol 4/2 normal.
3. Melengkapi diagram lintasan tangga.
4. Menghitung besarnya beban pada double acting cylinder

Kegunaan:
Silinder kerja ganda untuk mengkonversikan energi tekanan dari fluida
hidraulik menjadi gaya linier (energi mekanik) dengan arah keluar dan masuk
tergantung dari aliran fluida.

Teori Dasar :
Gaya linier dan kecepatan gerak dari silinder dua gerakan, sesuai dengan
rumus sebagai berikut:
Gaya = Tekanan x Luas penampang F = p x A

Debit Q
Kecepatan =  v=
Luas Penampang A

Peralatan:
1. Power Unit : 1 buah
2. Manometer : 3 buah
3. Pressure Relief Valve : 1 buah
4. Shutt-off : 1 buah
5. Selang besar : 10 buah
6. Double acting cylinder : 1 buah
7. Flowmeter : 1 buah

Langkah Kerja:
1. Siapkan peralatan yang akan digunakan
2. Lakukan perangkaian sesuai dengan gambar rangkaian
3. Hidupkan power unit
4. Lakukan pengontrolan masing-masing katup kontrol sesuai diagram step
5. Lakukan pembacaan sesuai dengan kolom data yang harus diisikan
6. Lengkapi diagram step

Keselamatan Kerja
a. Kencangkan baut/mur pengencang dengan hati-hati, tanpa menggunakan
gaya pengencangan yang berlebih.
b. Hidupkan motor listrik, hanya jika sudah mendapatkan perintah instruktur
c. Jangan pernah bekerja dengan tangan berlumuran oli, hal ini sangat
berbahaya.
d. Yakinkan bahwa lantai tidak licin
e. Lepas rangkaian hidraulik hanya jika tidak ada tekanan pada rangkaian

Gambar Rangkaian:
Hidraulik halaman - 97
Praktek Rangkaian

Pe1

DAC

A B

0 1

P T 4/2 DCV

Flow Control Valv e

Relief Valv e

Tank
Pump 1 Pump 2
Leakage Oil

M
Pow er Unit

P2

P1

No. DAC Katup 4/2 Shutt-off Pe1 Pe2 Pe3 Q

1 Maju awal

2 Maju akhir

3 Mundur awal

4 Mundur akhir

Hidraulik halaman - 98
Praktek Rangkaian

Diagram Step :
Hydraulic Equipment Condition Step
No. Designation Action Function Position 0 1 2 3 4
1. Hydraulic Pump Convertion of on
Energy
off
2. PRV Relief of Pressure 20

0
3. DAC Forward Front

Backward Back
4. 4/2 Way Valve Control 1

Analisa dan Pembahasan:


1. Apa fungsi DAC dan pada kondisi yang bagaimana dipakai?

2. Berapa besarnya kecepatan gerak maju maupun mundur?

3. Bagaimana untuk membuat kecepatan maju dan mundur sama ?

4. Berapa besarnya gaya yang timbul ?

Kesimpulan:

Hidraulik halaman - 99
Praktek Rangkaian

Rangkaian 5
Judul : Motor Hidraulik (Hydraulics Motor)
Tujuan:
1. Pengenalan dan pemahaman sistim rangkaian hidraulik yang dirangkai.
2. Pemahaman cara kerja dan fungsi Motor Hidraulik dikontrol dengan katup
kontrol 4/3 normal tertutup
3. Melengkapi diagram step
4. Menghitung rpm pada Motor Hidraulik

Kegunaan:
Motor Hidraulik untuk mengkonversikan energi tekanan dari fluida hidraulik
menjadi gerak putar (energi mekanik) dengan arah putar kanan dan kiri,
tergantung dari arah aliran fluida.

Teori Dasar :

Gerak putar dan rpm dari Motor Hidraulik, sesuai dengan rumus berikut:
Debit Q
Putaran/me nit =  n = (RPM)
Konstanta C

Peralatan:
1. Power Unit : 1 buah
2. Manometer : 3 buah
3. Relief Valve : 1 buah
4. Selang besar : 19 buah
5. Motor Hidraulik : 1 buah
6. Flowmeter : 1 buah
7. Katup 4/3-DCV NO : 1 buah
8. Stop Watch : 1 buah
9. One Way Flow Control Valve : 2 buah

Langkah Kerja :
1. Siapkan peralatan yang akan digunakan
2. Lakukan perangkaian sesuai dengan gambar rangkaian
3. Hidupkan power unit
4. Lakukan pengontrolan katup kontrol 4/3 sesuai diagram step
5. Lakukan pembacaan sesuai dengan kolom data yang harus diisikan
6. Lengkapi diagram lintasan tangga.

Keselamatan Kerja
a. Kencangkan baut/mur pengencang dengan hati-hati, tanpa menggunakan
gaya pengencangan yang berlebih.
b. Hidupkan motor listrik, hanya jika sudah mendapatkan perintah instruktur
c. Jangan pernah bekerja dengan tangan berlumuran oli, hal ini sangat
berbahaya.
d. Yakinkan bahwa lantai tidak licin
e. Lepas rangkaian hidraulik hanya jika tidak ada tekanan pada rangkaian

Gambar Rangkaian:

Hidraulik halaman - 100


Praktek Rangkaian

Pe3
Pe2

Hy draulic Motor

One Way Flow


One Way Flow Control Valve
Control Valve

Pe1
4/3 DCV A B

2 0 1

P T

Relief Valve

Tank
Pump 1 Pump 2
Leakage Oil

M
Power Unit

P2

P1

Data:
No. Motor Hidraulik 4/3-DCV RPM Pe1 Pe2 Pe3 Q

1 Diam

2 Putar Kanan

3 Putar Kiri

Hidraulik halaman - 101


Praktek Rangkaian

Analisa dan Pembahasan:

1. Apa fungsi Motor Hidraulik?

2. Berapa besarnya kecepatan putar kanan dan kiri?

3. Dengan alat apa untuk pengaturan kecepatan putarnya?

Kesimpulan:

Hidraulik halaman - 102


Praktek Rangkaian

Rangkaian 6
Judul : Akumulator (Accumulator)
Tujuan:
1. Pengenalan dan pemahaman sistim rangkaian hidraulik yang dirangkai
2. Pemahaman cara kerja dan fungsi Accumulator

Kegunaan:
1. Untuk meredam frekwensi tekanan
2. Untuk menyimpan energi
3. Sebagai kompensasi kebocoran yang terjadi

Teori Dasar :

Volume yang tersimpan dalam accumulator tergantung besarnya tekanan


fluida yang masuk pada accumulator, dalam hal ini adalah selisih antara
tekanan gas yang ada didalam accumulator dengan tekanan fluida yang
masuk pada accumulator.

P

Peralatan:
1. Power Unit : 1 buah
2. Manometer : 2 buah
3. Relief Valve : 2 buah
4. Selang besar : 20 buah
5. Check Valve : 2 buah
6. Double Acting Cylinder : 1 buah
7. Flowmeter : 1 buah
8. Shutt-off : 2 buah

Langkah Kerja :
1. Siapkan peralatan yang akan digunakan
2. Lakukan perangkaian sesuai dengan gambar rangkaian
3. Hidupkan power unit
4. Atur tekanan kerja
5. Buka shutt-off pertama dan atur relief valve yang berhubungan dengan
accumulator, sesuai dengan tekanan yang ada pada data.
6. Matikan power unit
7. Shutt-off pertama dibuka, gerakkan DAC dan baca panjang langkahnya
8. Ulangi proses seperti perintah di atas

Keselamatan Kerja

Hidraulik halaman - 103


Praktek Rangkaian

a. Kencangkan baut/mur pengencang dengan hati-hati, tanpa menggunakan


gaya pengencangan yang berlebih.
b. Hidupkan motor listrik, hanya jika sudah mendapatkan perintah instruktur
c. Jangan pernah bekerja dengan tangan berlumuran oli, hal ini sangat
berbahaya.
d. Yakinkan bahwa lantai tidak licin
e. Lepas rangkaian hidraulik hanya jika tidak ada tekanan pada rangkaian

Gambar Rangkaian:

Pe2
Accumulator

DAC
Flow Control Valv e

One Way Flow


Control Valv e

Pe1

A B

Flow Control Valv e 0 1

P T 4/2 DCV

Relief Valv e
Check Valv e

Tank
Pump 1 Pump 2
Leakage Oil

M
Pow er Unit

P2

P1

Data:
Tekanan Kerja Langkah Piston(mm) Volume
Pe (Bar) Maju Mundur (liter)
10
20
30
40
50
60

Analisa dan Pembahasan:

Hidraulik halaman - 104


Praktek Rangkaian

1. Terangkan aliran fluida saat mengisi Accumulator dan saat pengeluaran fluida
yang berasal dari Accumulator?

2. Apa fungsi dari pada Accumulator ?

3. Bagaimana bentuk grafik dari data di atas?

Pe

Kesimpulan:

Hidraulik halaman - 105

Anda mungkin juga menyukai