014
MODUL PEMBELAJARAN
MODUL PEMBELAJARAN
OLEH
UNTUK
MENDUKUNG PEMBELAJARAN KEJURUAN
BIDAK PRAKTIK PRODUKTIF
Puji Syukur kehadirat Allah SWT. Penulis berhasil menyusun Modul Pembelajaran
Mengoperasikan Peralatan Pneumatik, dengan harapan Modul ini bisa digunakan
untuk memfasilitasi Proses Belajar Mengajar Praktik bagi Guru-Siswa program Studi
Keahlian Teknik Elekronika Kompetensi
Kompetensi Keahlian Teknik Mekatronika.
Pneumatik adalah salah satu peralatan yang banyak di operasikan sebagai sistem
otomasi di berbagai industri manufaktur, sehingga dalam perjalannya dibutuhkan
teknisi bidang operator, perawat maupun desain pengembangan.
Demikian kata pengantar semoga Modul ini menjadi sumber belajar dan memenuhi
harapan guru beserta peserta didik, khususnya dalam mengoperasikan peralatan
pneumatik.
Penyusun
Jakarta
Juli 2013.
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN DEPAN i
HALAMAN DALAM ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Pendahuluan 1
1. Katup (Valve) 1
2. Katup Searah (Non Return Valve) 2
3. Katup Penyalur Aliran (Flow Control Valve) 2
4. Katup Penyalur Tekanan (Pressure Valve) 2
5. Katup Kombinasi (Combinational Valve) 2
6. Aktuator (Actuator) 3
7. Indikator Optik (Optic Indicator) 3
B. Simbol Komponen 6
1. Elemen Pencatu (Supply Elemens ) 6
2. Aktuator (Actuator) 7
3. Silinder Yang Sering Dipergunakan (Frequently Used Cylinder) 8
4. Katup Pengarah (Directional Valve) 9
5. Pengoperasian Mekanik (Mechanically Operated) 10
6. Pengoperasian Pneumatik(Pneumatica Operated) 12
7. Pengoperasian Kumparan (Solenoid Operated) 13
8. Katup Aliran Dan Pemutus (Shut Off Valve And Flow) 14
9. Katup Pengatur Tekanan (Pressure Control Valve) 16
10.Grup Katup (Valve Group) 18
11.Sensor dan Instrumen Ukur (Measuring Instrumen And Sensor) 19
12.Pengontrol Elektronik (Electronic Controls) 20
BAB II. PROSEDUR PENGOPERASIAN 32
A. Prosedur Pengoperasian Peralatan Pneumatik 32
1. Hidro-Pneumatik 58
2. Pengubah Tekanan (Pressure Converter) 58
3. Penguat Tekanan (Pressure Amplifier) 59
4. Unit Pengumpan Hidro-Pneumatik (Hydro-Pneumatic Feed Unit) 59
5. Unit Pengumpan dengan Penggerak Putar (Mechanic Drive Feed Unit) 60
6. Penyambung Termo Plastics (Welding Machine for Thermoplastics) 61
7. Alat Pemadat Sampah (waste condenser Tool) 63
DAFTAR PUSTAKA 90
No Nama Komponen Gambar Simbol Komponen
2 Aktuator (Actuator)
Cylinder Without
4
Piston Rod
Multiple Position
6
Cylinder Double Acting
7 Air Motor
Vacuum Suchtion
9
Nozzle
10 Sucker
Pengoperasian
Mekanik
5
(Mechanically
Operated)
Pneumatic proximitty
8 Switch, Solenoid
Operated
8. Latihan Praktik Mandiri 1
Gambar 2.7
9. Latihan Praktik Mandiri 2 :
Gambar 2.8
10. Latihan Praktik Mandiri 3 :
Gambar 2.9
BAB III
PENGECEKAN PERALATAN
Oleh sebab itu langkah yang sebaiknya ditempuh antara lain sebagai berikut :
a. Perhatikan atau buat gambar sket sederhana dari rangkaian komponen
sistem pneumatic.( bila perlu ). Lihat gambar 1.a .
b. Buat diagram step pemindahan ( displacement step diagram ) lengkap
dengan nomor-nomor aktuator, nomo katup dan nomor langkah nya.
(lihat gambar 1.b)
c. Gambarlah komponen-komponen Rangkaian secara simbolis menurut tata
letak yang telah dipelajari pada Modul basic pneumatik. (lihat gambar 1.c)
d. Hubungkanlah komponen-komponen dengan garis-garis sesuai dengan
fungsinya yaitu garis pemandu untuk fungsi kontrol dan garis kerja untuk
fungsi penggerak.
e. Cantumkan nomor-nomor komponen sesuai dengan kaidah, maka diagram
Rangkaian telah selesai kita gambar ( lihat gambar 1.d )
f. Analisis cara kerja Rangkaian dengan membaca diagram Rangkaian
tersebut.
g. Periksa di mana pemutusan isyarat harusnya terjadi, dengan
menggunakan diagram fungsi.(lihat gambar 1.e)
h. Coba atau test Rangkaian tersebut dengan menginstal Rangkaian pada
profile plate kemudian dioperasika, apakah cara kerjanya telah sesuai
dengan yang diharapkan.
Demikianlah langkah-langkah untuk membuat diagram Rangkaian (
pneumatic circuit diagram ).
2. Rangkaian Pneumatik Dengan Dua Aktuator
Untuk membahas Rangkaian pneumatik multi actuator kita mulai dari
pembahasan Rangkaian dengan dua actuator. Berikut ini akan dibahas
Rangkaian dengan satu siklus dan Rangkaian yang bekerja secara otomatis
dan kontinyu.
Contoh :
Pemindahan paket secara pneumatis dilaksanakan sebagai berikut: Paket
datang dari sebuah ban berjalan, diangkat oleh silinder A, setelah sampai di
atas kemudian didorong ke conveyor atau ban berjalan yang lain oleh silinder
B. Silinder B kembali mundur setelah silinder A mencapai titik mati belakang
secara penuh. Isyarat (signal) untuk start menggunakan push button manual
dan hanya untuk satu siklus. Jadi setiap siklus, push button harus ditekan.
(1.d)
Gambar
3.1a
Gambar
3.1b
Gerakan torak adalah: A maju disusul B maju kemudian A mundur disusul B mundur,
atau dapat dituliskan sebagai : A+ . B+ , A- , B-
Gambar.3.1c
Gambar. 3.1d
Gambar 3.1e
Rangkaian yang tertera pada gambar 3.1d tadi apabila tombol start terus ditekan
maka akan terjadi blok yaitu over-lapping isyarat pada katup 1.2 sehingga katup
tersebut tidak bekerja dan Rangkaian berhenti pada langkah ke tiga .Supaya
Rangkaian dapat berjalan, tombol katup 1.2 harus dilepas. Maka step ke tiga dapat
dilanjutkan ke step ke empat dan Rangkaian telah sempurna menempuh satu
siklus . Untuk mengoperasikan kembali push button 1.2 harus ditekan lagi.
Pada waktu katup 1.2 dioperasikan ( di on kan ) udara akan melalui katup 1.4 yang
sudah terbuka ( on ) menuju ke katup 1.1 ( final control element ) dan mengubah
posisi katup sehingga udara dari working line disalurkan ke silinder A dan
mendorong torak maju ( posisi + ). Sesampai di titik mati depan, torak akan
menyentuh sensor katup 2.2. Katup tersebut akan mengalirkan udara pemandu ke
katup 2.1 sehingga posisinya berubah dan melalui katup 2.1 udara dari working line
disalurkan ke silinder B untuk mendorong torak maju. Torak akan menyentuh sensor
katup 1.3 yang akan menyalurkan isyarat udara pemandu ke katup 1.1 dari sebelah
kanan.
Posisi katup berubah dan menyalurkan udara kempa ke silinder A untuk mendorong
torak mundur. Katup sensor 2.3 tersentuh oleh torak hingga membuka saluran udara
pemandu yang akan memberikan isyarat ke katup 2.1. Posisi katup 2.1 berubah,
5. Penyusunan Diagram Rangkaian Dengan Sistem Cascade
Sistem cacade ini digunakan untuk mengatasi adanya isyarat yang overlap pada satu
katup pengarah ( final control element ). Hal ini akan terjadi bila ,misalnya
dikehendaki gerakan seperti pada diagram fungsi berikut ini ( gambar 3.5)
Bila kita perhatikan pada diagram Rangkaian gambar 3.6,isyarat dari katup 1.4
ovverlap dengan isyarat dari katup 1.3 ,sehingga katup 1.1 tidak berubah posisi.Oleh
karena itu isyarat dari katup 1.3 ini harus dihentikan (Cut-out ) agar posisi katup 1.1
dapat berubah sehingga Rangkaian dapat bekerja.Demikian juga antara isyarat dari
katup 2.2 dan 2.3,yang mana isyarat dari katup 2.3 juga harus dihentikan atau
dialihkan
Untuk pengalihan atau pemutusan isyarat ini digunakan tambahan katup lagi yaitu
katup 4/2 DCV atau katup 5/2 DCV pemandu pneumatik,kemudian dibuat
kelompok-kelompok atau grup-grup isyarat dengan menggunakan bus-bar.
Kelompok 1 melyani isyarat untuk gerak torak maju misalnya dan kelompok 2
untuk melayani gerak torak mundur.
Gambar 3.7
Gambar 3.8 berikut ini menunjukkan diagram Rangkaian yang disusun dengan
sistem cascade.
Gambar 3.8
Gambar 3.9 di atas menunjukkan suatu Rangkaian diagram yang disusun dengan
sistem cascade dengan menambahkan katup AND .Katup ini berfungsi untuk
mengontrol bahwa isyarat pada satu katup pemandu benar-benar selesai bertugas ,
baru isyarat yang lain bekerja pada katup pemandu yang lain pula. Pelajarilah cara
kerja Rangkaian ini dengan sebaik-baiknya.
Gambar 3.10a
Bila Rangkaian dikontrol (dikendalikan) dengan menggunakan idle return roller maka
urutan kerjanya seperti grafik berikut :
Bila pengaturan dengan sistem cascade , urutan kerjanya seperti grafik berikut :
Diagram Rangkaian dengan pengendali idle return roller
Gambar 3.10c
Drilling machine
pneumatis
Gambar 4.7a
Katup 1V mendapat isyarat dari katup AND ( 3V2 ) untuk menggerakkan torak
silinder 1A maju dan mendapat isyarat dari katup AND ( 3V4) untuk mundur.
Katup 2V berubah empat kali yang digerakkan dengan isyarat dari katup OR
(3V5) dan (3V6)
Gambar 4.8a
Gambar 4.8b
Udara kempa masuk dari P menuju R. Pada venturi kecepatan udara terpacu
menjadi sangat tinggi tetapi tekanan menjadi turun sangat rendah.Hal ini sesuai
dengan Hukum Bernauli bahwa tekanan berbanding terbalik dengan kecepatan.
Dengan demikian terjadilah sedotan pada corong pemegang yang mampu
memegang benda kerja. Perhatikan gambar 4.9 berikut ini.
Collet ini dapat dipakai pada mesin drilling, milling.atau pada alat-alat
asembling.(gambar 4.10)
Gambar 4.10
Gambar 4.11
Cara kerja :
Udara kempa yang bertekanan kira-kira 0,6 bar ( 60 kPa ) dihembuskan pada bagian
bawah pelat meja dari lubang-lubang yang sangat banyak sehingga pelat meja
terangkat kira-kira 0,05 s.d 0,1 mm. Dengan demikian meja dapat digeser dengan
mudah. Tekanan udara kempa dapat ditingkatkan sampai 100 kPa atau 1 bar atau
14,5 psi .
-
Tugas Praktik Mandiri 16
Diagram berikut ini juga untuk mengontrol gerakan berangkai dua silinder seperti
tugas No.6 hanya perbedaannya disini menggunakan katup logic “AND “.Perhatikan
diagram berikut !