Anda di halaman 1dari 11

HEPATITIS

Hepatitis adalah istilah umum penyakit yang merujuk pada peradangan yang
terjadi di hati. Hepatitis umumnya disebabkan oleh infeksi virus, meskipun
juga dapat disebabkan oleh kondisi lain.

Beberapa penyebab hepatitis selain infeksi virus adalah kebiasaan minum


alkohol, penyakit autoimun, serta zat racun atau obat-obatan tertentu.

Hepatitis dapat mengganggu berbagai fungsi tubuh terutama yang berkaitan


dengan metabolisme, karena hati memiliki banyak sekali peranan dalam
metabolisme tubuh, seperti:
1. Menghasilkan empedu untuk pencernaan lemak.
2. Menguraikan karbohidrat, lemak, dan protein.
3. Menetralisir racun yang masuk ke dalam tubuh.
4. Mengaktifkan berbagai enzim.
5. Membuang bilirubin (zat yang dapat membuat tubuh menjadi kuning),
kolesterol, hormon, dan obat-obatan.
6. Membentuk protein seperti albumin dan faktor pembekuan darah.
7. Menyimpan karbohidrat (dalam bentuk glikogen), vitamin, dan mineral.

Hepatitis yang terjadi dapat bersifat akut maupun kronis. Seseorang yang
mengalami hepatitis akut dapat memberikan beragam manifestasi dan
perjalanan penyakit. Mulai dari tidak bergejala, bergejala dan sembuh
sendiri, menjadi kronis, dan yang paling berbahaya adalah berkembang
menjadi gagal hati. Bila berkembang menjadi hepatitis kronis, dapat
menyebabkan sirosis dan kanker hati (hepatocellular carcinoma) dalam
kurun waktu tahunan. Pengobatan hepatitis sendiri bermacam-macam
sesuai dengan jenis hepatitis yang diderita dan gejala yang muncul.

Penyebab Hepatitis
Hepatitis dapat disebabkan karena infeksi maupun bukan karena infeksi.
Pembagian jenis hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus adalah sebagai
berikut:
1. Hepatitis A. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV).
Hepatitis A biasanya ditularkan melalui makanan atau air minum yang
terkontaminasi feses dari penderita hepatitis A yang mengandung virus
hepatitis A.
2. Hepatitis B. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B
(HBV). Hepatitis B dapat ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi
virus hepatitis B. Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana penularan
hepatitis B adalah darah, cairan vagina, dan air mani. Karena itu, berbagi
pakai jarum suntik serta berhubungan seksual tanpa kondom dengan
penderita hepatitis B dapat menyebabkan seseorang tertular penyakit ini.
3. Hepatitis C. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C
(HCV). Hepatitis C dapat ditularkan melalui cairan tubuh, terutama
melalui berbagi pakai jarum suntik dan hubungan seksual tanpa kondom.
4. Hepatitis D. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV).
Hepatitis D merupakan penyakit yang jarang terjadi, namun bersifat
serius. Virus hepatitis D tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh
manusia tanpa adanya hepatitis B. Hepatitis Dditularkan melalui darah
dan cairan tubuh lainnya.
5. Hepatitis E. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Hepatitis
E mudah terjadi pada lingkungan yang tidak memiliki sanitasi yang baik,
akibat kontaminasi virus hepatitis E pada sumber air.

Ibu yang menderita hepatitis B dan C juga dapat menularkan kepada


bayinya melalui jalan lahir.
Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat terjadi akibat kerusakan
pada hati oleh senyawa kimia, terutama alkohol. Konsumsi alkohol
berlebihan akan merusak sel-sel hati secara permanen dan dapat
berkembang menjadi gagal hati atau sirosis. Penggunaan obat-obatan
melebihi dosis atau paparan racun juga dapat menyebabkan hepatitis.
Pada beberapa kasus, hepatitis terjadi karena kondisi autoimun pada tubuh.
Pada hepatitis yang disebabkan oleh autoimun, sistem imun tubuh justru
menyerang dan merusak sel dan jaringan tubuh sendiri, dalam hal ini adalah
sel-sel hati, sehingga menyebabkan peradangan. Peradangan yang terjadi
dapat bervariasi mulai dari yang ringan hingga berat. Hepatitis autoimun
lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria.

Gejala Umum
Sebelum virus hepatitis menimbulkan gejala pada penderita, terlebih dahulu
virus ini akan melewati masa inkubasi. Waktu inkubasi tiap jenis virus
hepatitis berbeda-beda. HAV membutuhkan waktu inkubasi sekitar 15-45
hari, HBV sekitar 45-160 hari, dan HCV sekitar 2 minggu hingga 6 bulan.
Beberapa gejala yang umumnya muncul pada penderita hepatitis, antara
lain adalah:
1. Mengalami gejala seperti flu, misalnya mual, muntah, demam, dan
lemas.
2. Feses berwarna pucat.
3. Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan (jaundice).
4. Nyeri perut.
5. Berat badan turun.
6. Urine menjadi gelap seperti teh.
7. Kehilangan nafsu makan.
Bila Anda mengalami hepatitis virus yang dapat berubah menjadi kronik,
seperti hepatitis B dan C, mungkin Anda tidak mengalami gejala tersebut
pada awalnya, sampai kerusakan yang dihasilkan oleh virus berefek
terhadap fungsi hati. Sehingga diagnosisnya menjadi terlambat.

Faktor Risiko
Faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang untuk lebih mudah
terkena hepatitis tergantung dari penyebab hepatitis itu sendiri. Hepatitis
yang dapat menular lewat makanan atau minuman seperti hepatitis A dan
hepatitis E, lebih berisiko pada pekerja pengolahan air atau pengolahan
limbah. Sementara hepatitis non infeksi, lebih berisiko pada seseorang
yang kecanduan alkohol.
Untuk hepatitis yang penularannya melalui cairan tubuh seperti hepatitis
B,C, dan D lebih berisiko pada:
1. Petugas medis.
2. Pengguna NAPZA dengan jarum suntik.
3. Berganti-ganti pasangan seksual.
4. Orang yang sering menerima transfusi darah.
Namun saat ini sudah jarang orang yang tertular hepatitis melalui transfusi
darah, karena setiap darah yang didonorkan terlebih dulu melewati
pemeriksaan untuk penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui darah.

Diagnosis
Langkah diagnosis hepatitis pertama adalah dengan menanyakan riwayat
timbulnya gejala dan mencari faktor risiko dari penderita. Lalu dilakukan
pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda atau kelainan fisik yang muncul
pada pasien, seperti dengan menekan perut untuk mencari pembesaran hati
sebagai tanda hepatitis, dan memeriksa kulit serta mata untuk melihat
perubahan warna menjadi kuning.
Setelah itu, pasien akan disarankan untuk menjalani beberapa pemeriksaan
tambahan, seperti:
1. Tes fungsi hati. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari
pasien untuk mengecek kinerja hati. Pada tes fungsi hati, kandungan
enzim hati dalam darah, yaitu enzim aspartat aminotransferase dan
alanin aminotransferase (AST/SGOT dan ALT/SGPT), akan diukur. Dalam
kondisi normal, kedua enzim tersebut terdapat di dalam hati. Jika hati
mengalami kerusakan akibat peradangan, kedua enzim tersebut akan
tersebar dalam darah sehingga naik kadarnya. Meski demikian, perlu
diingat bahwa tes fungsi hati tidak spesifik untuk menentukan penyebab
hepatitis.
2. Tes antibodi virus hepatitis. Tes ini berfungsi untuk menentukan
keberadaan antibodi yang spesifik untuk virus HAV, HBV, dan HCV. Pada
saat seseorang terkena hepatitis akut, tubuh akan membentuk antibodi
spesifik guna memusnahkan virus yang menyerang tubuh. Antibodi dapat
terbentuk beberapa minggu setelah seseorang terkena infeksi virus
hepatitis. Antibodi yang dapat terdeteksi pada penderita hepatitis akut,
antara lain adalah:
a. Antibodi terhadap hepatitis A (anti HAV).
b. Antibodi terhadap material inti dari virus hepatitis B (anti HBc).
c. Antibodi terhadap material permukaan dari virus hepatitis B (anti
HBs).
d. Antibodi terhadap material genetik virus hepatitis B (anti HBe).
e. Antibodi terhadap virus hepatitis C (anti HCV).
3. Tes protein dan materi genetik virus. Pada penderita hepatitis kronis,
antibodi dan sistem imun tubuh tidak dapat memusnahkan virus sehingga
virus terus berkembang dan lepas dari sel hati ke dalam darah.
Keberadaan virus dalam darah dapat terdeteksi dengan tes antigen
spesifik dan material genetik virus, antara lain:
a. Antigen material permukaan virus hepatitis B (HBsAg).
b. Antigen material genetik virus hepatitis B (HBeAg).
c. DNA virus hepatitis B (HBV DNA).
d. RNA virus hepatitis C (HCV RNA).
4. USG perut.
Dengan bantuan gelombang suara, USG perut dapat mendeteksi kelainan
pada organ hati dan sekitarnya, seperti adanya kerusakan hati,
pembesaran hati, maupun tumor hati. Selain itu, melalui USG perut dapat
juga terdeteksi adanya cairan dalam rongga perut serta kelainan pada
kandung empedu.
5. Biopsi hati.
Dalam metode ini, sampel jaringan hati akan diambil untuk kemudian
diamati menggunakan mikroskop. Melalui biopsi hati, dokter dapat
menentukan penyebab kerusakan yang terjadi di dalam hati.

Pengobatan
Pengobatan yang diberikan kepada penderita hepatitis bergantung kepada
penyebabnya. Pemantauan kondisi fisik pasien selama masa penyembuhan
hepatitis sangat diperlukan agar proses pemulihan bisa berjalan dengan
baik. Aktivitas fisik yang melelahkan harus dihindari selama masa
penyembuhan hingga gejala mereda.
Pengobatan hepatitis A, B, dan E akut umumnya tidak membutuhkan
pengobatan spesifik, pengobatan difokuskan untuk meredakan gejala-gejala
yang muncul, seperti mual muntah dan sakit perut. Perlu diingat pada kasus
hepatitis akut, pemberian obat-obatan harus dipertimbangkan dengan hati-
hati karena fungsi hati pasien sedang terganggu. Pasien hepatitis akut harus
menjaga asupan cairan tubuh, baik dengan minum air maupun dengan
pemberian cairan lewat infus, untuk menghindari dehidrasi akibat sering
muntah. Khusus untuk hepatitis C akut, akan diberikan obat interferon.

Pengobatan hepatitis kronis memiliki tujuan untuk menghambat


perkembangbiakan virus, serta mencegah kerusakan hati lebih lanjut dan
berkembang menjadi sirosis, kanker hati, atau gagal hati.
Beda dengan hepatitis B kronis, pengobatan hepatitis C kronis juga
bertujuan untuk memusnahkan virus dari dalam tubuh. Pengobatan
terhadap hepatitis kronis melibatkan obat-obatan antivirus seperti ribavirin,
simeprevir, lamivudine, dan entecavir, serta suntikan interferon. Pasien
hepatitis kronis diharuskan untuk berhenti minum alkohol dan merokok
untuk mencegah kerusakan hati bertambah parah.
Infeksi hepatitis D dapat terjadi bersamaan atau setelah terdapat infeksi
hepatitis B. Pengobatan infeksi hepatitis D sampai saat ini belum diteliti lebih
lanjut.
Pengobatan hepatitis autoimun umumnya melibatkan obat imunosupresan,
terutama golongan kortikosteroid seperti prednisone dan budesonide. Selain
itu, pasien penderita hepatitis autoimun juga dapat diberikan azathioprine,
mycophenolate, tacrolimus, dan cyclosporin.

Komplikasi
Penderita hepatitis akut dapat mengalami hepatitis fulminan yang berujung
kepada gagal hati akibat peradangan hebat pada hati. Gejala penderita
hepatitis fulminan mencakup bicara kacau dan penurunan kesadaran hingga
koma. Pasien juga dapat mengalami lebam dan perdarahan akibat
kurangnya protein faktor pembekuan darah yang diproduksi hati. Penderita
hepatitis fulminan dapat meninggal dunia dalam beberapa minggu jika tidak
dirawat dengan segera.
Selain hepatitis fulminan, penderita hepatitis B dan C juga dapat mengalami
hepatitis kronis. Hepatitis kronis adalah hepatitis yang terjadi pada
seseorang selama lebih dari 6 bulan. Pada hepatitis kronis, virus akan
berkembang biak di dalam sel-sel hati dan tidak dapat dimusnahkan oleh
sistem imun. Virus yang berkembang biak secara kronis dalam hati
penderita akan menyebabkan peradangan kronis dan dapat menyebabkan
sirosis, kanker hati, atau gagal hati.

Pencegahan
Agar terhindar dari hepatitis, seseorang perlu menerapkan pola hidup bersih
dan sehat. Misalnya dengan:
1. Menjaga kebersihan sumber air agar tidak terkontaminasi virus
hepatitis.
2. Mencuci bahan makanan yang akan dikonsumsi, terutama kerang dan
tiram, sayuran, serta buah-buahan.
3. Tidak berbagi pakai sikat gigi, pisau cukur, atau jarum suntik dengan
orang lain.
4. Tidak menyentuh tumpahan darah tanpa sarung tangan pelindung.
5. Melakukan hubungan seksual yang aman, misalnya dengan
menggunakan kondom, atau tidak berganti-ganti pasangan.
6. Kurangi konsumsi alkohol.
Selain melalui pola hidup bersih dan sehat, hepatitis (terutama A dan B) bisa
dicegah secara efektif melalui vaksinasi. Untuk vaksin hepatitis C, D, dan E
hingga saat ini masih dalam tahap pengembangan. Namun di beberapa
negara, vaksin hepatitis C sudah tersedia dan bisa digunakan
Diagnosis Keperawatan dan Perencanaan:

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,


perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk
memenuhikebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24


jam nutrisi pasien terpennuhi.
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan
dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal
nutrisi.
Intervensi :
a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
R: keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit
tapisering dan tawarkan pagi paling sering
R: adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro
intestinaldan menurunkan kapasitasnya.
c. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan
sesudahmakan
R: akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru
danrasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R: menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat
meningkatkan pemasukan.
e. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
R: glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan
energi,sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme
sehingga akan membebani hepar.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan


heparyang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam
nyeri pasien berkurang atau teratasi.
Kriteria hasil : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku
dalamnyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan
lokasinya)
Intervensi :
a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang
dapatdigunakan untuk intensitas nyeri
R: nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak
nyaman,oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati,
melalui pendekatan kepada individu yang mengalami
perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif
mengurangi nyeri.
b. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap
nyeri
c. Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentangnyerinya
R: klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan
kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
d. Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
R: klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui
penjelasannyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung
lebih tenangdibanding klien yang penjelasan kurang/tidak
terdapat penjelasan)
e. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak
mengandungefek hepatotoksi
R: kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik
untukmengurangi

3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi


darahsekunder terhadap inflamasi hepar.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam suhu
badan pasien normal
Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu
Intervensi :
a. Monitor tanda vital : suhu badan
R: sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat
(sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya
sari buah 2,5-3 liter/hari.
R: dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang
memicu timbulnya dehidrasi
c. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
R: menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk
mengurangi panas tubuh melalui penguapan
d. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R: kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya
pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien,
mencegah timbulnya ruam kulit.

4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder


terhadap hepatitis
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam
keletihan pasien berkurang
Kriteria hasil : tidak terjadi keletihan
Intervensi :
a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
R: dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan
kliencenderung lebih tenang.
b. Sarankan klien untuk tirah baring
R: tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan
sehinggametabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan
penyakit.
c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan,
kemampuan-kemampuan dan minat-minat
R: memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan
yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi
untukkegiatan yang kurang penting
d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi
waktu puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan
dengan keletihan
R: keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi
kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan.
e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif
(bersikap asertif, teknik relaksasi)
R: untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis.

5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan


dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam
garam empedu.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak
terjadi kerusakan intergritas kulit dan jaringan.
Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
Intervensi :
a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering. Sering
mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril,
lanolin) Keringkan kulit.
R: kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang
ujung syaraf.
b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan
suhuruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu
tebal
R: penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan
meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi
c. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk
memberikantekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan
menggaruk
R: penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan
lebih banyak pruritus.
d. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
R: pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban
kekeringan

6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan


intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam pasien
tidak mengalami gangguan pola nafas.
Kriteria hasil : Pola nafas adekuat
Intervensi :
a. Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
R: pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia
atauakumulasi cairan dalam abdomen.
b. Auskultasi bunyi nafas tambahan
R: kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan.
c. Berikan posisi semi fowler
R: memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada
diafragma dan meminimalkan ukuran sekret.
d. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
R: membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak.
e. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
R: mungkin perlu untuk mencegah hipoksia.

7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat


menulardari agent virus
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak
terjadiinfeksi pada pasien.
Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
a. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang
tepatuntuk menangani semua cairan tubuh
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klienatau
spesimen
c. Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan
tubuh
d. Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah
yang tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum
dengan cara apapun
R: pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus
hepatitis.
e. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan
tubuh dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan
dan permukaan yang terkontaminasi
R: teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak
denganmateri infeksius dan mencegah transmisi penyakit.
f. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien,
keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
R: mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai
transmisi infeksi
g. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi
departemenkesehatan yang tepat
R: rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber
pemajanan dan kemungkinan orang lain terinfeksi

Anda mungkin juga menyukai