Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/321316072

MISKONSEPSI MAHASISWA PADA KONSEP DASAR GAYA DAN GERAK UNTUK


SEKOLAH DASAR

Article · September 2017

CITATION READS

1 2,136

11 authors, including:

Gaguk Resbiantoro
STKIP PGRI Tulungagung
7 PUBLICATIONS   5 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Tes Diagnosis Miskonsepsi View project

All content following this page was uploaded by Gaguk Resbiantoro on 27 November 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 5 No 2 (2017)80-87

http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPKIMIA

MISKONSEPSI MAHASISWA PADA KONSEP DASAR GAYA DAN GERAK


UNTUK SEKOLAH DASAR

Oleh : Gaguk Resbiantoro1, Aldila Wanda Nugraha2


1,2
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, STKIP PGRI Tulungagung

Article history Abstract


Submission : 27.09.2017 Penelitian ini bertujuan untuk megidentifikasi miskonsepsi
Revised :- mahasiswa tentang konsep dasar gaya dan gerak untuk sekolah dasar.
Accepted : 30.09.2017 Instrumen yang digunakan adalah four-tier test terdiri dari sepuluh
poin pertanyaan pilihan ganda. Dengan instrumen ini, dapat ditentukan
Keyword: klasifikasi mahasiswa yang paham konsep, tidak paham konsep, dan
miskonsepsi, konsep yang mengalami miskonsepsi, serta juga dapat diidentifikasi
dasar IPA, four-tier test kemungkinan penyebab miskonsepsinya. Tes dilakukan pada
mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar yang menempuh mata
kuliah konsep dasar IPA SD di perguruan tinggi di Tulungagung. Hasil
penelitian ini mampu menentukan: (1) profil miskonsepsi konsep dasar
gaya dan gerak, yaitu pada konsep resultan gaya pada benda stasioner
adalah sebesar 26%; konsep kelembaman benda sebesar 44%; konsep
pengaruh resultan gaya yang searah gerak benda sebesar 38%; serta
konsep pengaruh resultan gaya yang berlawanan arah gerak benda
sebesar 33%; (2) rata-rata sumber pengetahuan mahasiswa yang
mengalami miskonsepsi adalah 19% dari guru, 4% dari buku, 38%
dari pengalaman sehari-hari, dan 39% dari hasil pemikiran sendiri.
Hasil ini memberikan implikasi perlunya dilakukan inovasi tentang
strategi pembelajaran, media pembelajaran, maupun substansi materi
pembelajaran konsep dasar IPA SD untuk remidiasi miskonsepsi.

Pendahuluan mahasiswa menjadi lebih fatal dampaknya


karena mereka adalah calon guru yang akan
Mahasiswa Program Studi Pendidikan
menjadi peletak pondasi keilmuan IPA bagi
Guru Sekolah Dasar adalah calon-calon guru
siswa sekolah dasar. Miskonsepsi pada guru
yang harus memahami konsep IPA dengan
dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi
baik dan benar. Artinya mahasiswa harus
pada siswa (Narjaikaew, 2013). Hal ini
terhindar dari miskonsepsi. Klammer
merupakan masalah besar dalam pembelajaran
mengatakan bahwa dengan adanya
IPA yang tidak bisa dibiarkan. Oleh karena itu,
miskonsepsi ini, sangat menghambat pada
upaya deteksi dini adanya miskonsepsi dalam
proses penerimaan dan asimilasi pengetahuan-
diri mahasiswa mutlak harus dilakukan.
pengetahuan baru dalam diri peserta didik,
sehingga akan menghalangi keberhasilan
peserta didik dalam proses belajar lebih lanjut
(Tayubi, 2005). Miskonsepsi yang terjadi pada

*Corresponding Author:
Nama : Gaguk Resbiantoro dan Aldila Wanda Nugraha
Lembaga : Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, STKIP PGRI Tulungagung
Email : gaguk.resbiantoro@gmail.com dan aldilawanda@gmail.com 80
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 5 No 2 (2017)80-87

Miskonsepsi merujuk pada suatu jumlah sampel yang besar. Identifikasi


konsep yang tidak sesuai dengan pengertian miskonsepsi harus dapat membedakan antara
ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar mahasiswa yang mengalami miskonsepsi
dalam bidang tersebut (Yuliani, 2008). Miskon- dengan yang tidak tahu konsep. Kesalahan
sepsi dapat berbentuk konsep awal (National, identifikasi miskonsepsi akan menyebabkan
Research, & Council, 2009), kesalahan kesalahan dalam penangulangannya, sebab pe-
hubungan yang tidak benar antara konsep- nanggulangan mahasiswa yang mengalami
konsep (Pellegrino, Wilson, Koenig, Beatty, & miskonsepsi akan berbeda penangulangannya
Sci, 2014), gagasan intuitif atau pandangan dengan mahasiswa yang tidak tahu konsep. Se-
yang salah. Miskonsepsi merupakan suatu bagai salah satu alternatif yang digunakan
interpretasi konsep-konsep dalam suatu untuk mengidentifikasi miskonsepsi adalah
pernyataan yang tidak dapat diterima (Novak & teknik Four-Tier Test. Teknik ini adalah peng-
B.Gowin, 1984). Sementara itu, Brown gabungan Two-Tier Test dengan Certainty of
menyatakan bahwa miskonsepsi merupakan Response Index (CRI) yang dikembangkan oleh
penjelasan yang salah dan suatu gagasan yang Saleem Hasan dan Keith Adams (2002)
tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang (Peşman & Eryılmaz, 2010). Two-tier test
diterima para ahli (Suparno, 2013). adalah tes pilihan ganda tentang suatu konsep
Miskonsepsi masih menjadi sesuatu dan penjelasan alasan atas jawabannya.
yang menakutkan dan selalu membayangi Sedangkan CRI yang digunakan sebagai third-
dalam setiap proses pembelajaran, terutama tier merupakan tingkat keyakinan jawaban dari
dalam pembelajaran konsep-konsep dasar IPA two-tier test. Tahap keempat (fouth-tier) dari tes
(National, Research, & Council, 2007). Fowler ini adalah diagnosis sumber pengetahuan
memiliki pandangan terhadap miskonsepsi mahasiswa terhadap konsep tersebut. Hasil tes
sebagai pengertian yang tidak akurat terhadap ini dapat ditindaklanjuti melalui wawancara
konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifi- dengan beberapa sampel penelitian. Wawancara
kasi contoh-contoh yang salah, kekacauan diharapkan mampu mengkonfirmasi secara
konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan jelas jawaban serta mampu menggali dan
hirarkis konsep-konsep yang tidak benar memahami miskonsepsi mahasiswa secara lebih
(Ramalis, 2010). Sehingga miskonsepsi dapat jelas. Four-tier test mampu membedakan
disimpulkan sebagai kesalahan konsep yang mahasiswa yang paham konsep, miskonsepsi,
meliputi kesalahan pamaknaan, kesalahan dan tidak tahu konsep, serta dapat mendiagnosis
contoh penerapan, dan struktur hubungan penyebab terjadinya miskonsepsi melalui data
konsep. tahap keempat dan wawancara.
Miskonsepsi tidak hanya terjadi pada Berdasarkan uraian di atas, peneliti
siswa tetapi juga terjadi pada guru maupun bermaksud untuk menindak lanjutinya dalam
calon guru (mahasiswa). Hal ini menyebabkan bentuk penelitian. Penelitian ini dilakukan
dampak berantai miskonsepsi pada siswa yang untuk mengidentifikasi miskonsepsi mahasiswa
dapat semakin besar. Miskonsepsi juga dapat tentang konsep-konsep dasar IPA dan faktor-
terjadi pada buku-buku yang dijual di pasaran. faktor penyebabnya, khususnya pada topik gaya
Jika buku tersebut digunakan guru dan siswa dan gerak. Melalui penelitian ini diharapkan
sebagai sumber belajar maka guru dan siswa miskonsepsi mahasiswa dapat diketahui dan
tersebut akan mengalami konsepsi dan bahkan selanjutnya dapat dilakukan inovasi tentang
makin memperkuat miskonsepsi yang sebelum- strategi pembelajaran, media pembelajaran,
nya sudah terjadi. Oleh karena itu, memang maupun substansi materi pembelajaran konsep
tidak mudah memperbaiki miskonsepsi namun dasar IPA SD, sehingga menjadi calon guru
guru dan calon guru hendaknya selalu berusaha dengan penguasaan konsep-konsep dasar IPA
untuk memperbaiki penguasaan konsep yang yang baik dan benar.
dipelajarinya sehingga dapat mengenali yang
terjadi pada siswa. Metode Penelitian
Analisis miskonsepsi mahasiswa dalam
materi tertentu yang dilakukan melalui Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
wawacancara, merupakan cara yang kurang megidentifikasi miskonsepsi mahasiswa tentang
efektif karena memerlukan waktu relatif lama, konsep dasar gaya dan gerak untuk sekolah da-
serta tidak bisa dilakukan generalisasi untuk sar. Instrumen yang digunakan adalah four-tier
test terdiri dari sepuluh poin pertanyaan pilihan
81
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 5 No 2 (2017)80-87

ganda. Dengan instrumen ini, dapat ditentukan untuk responden secara individu (Tayubi,
klasifikasi mahasiswa yang paham konsep, ti- 2005)
dak paham konsep, dan yang mengalami mis-
konsepsi, serta juga dapat diidentifikasi Kriteria CRI rendah CRI tinggi
kemungkinan penyebab miskonsepsinya. Tes jawaban (<2,5) (>2,5)
dilakukan pada mahasiswa pendidikan guru Jawaban Jawaban benar Jawaban benar
sekolah dasar yang menempuh mata kuliah benar tapi CRI rendahdan CRI
konsep dasar IPA SD di perguruan tinggi di berarti tidak Tinggi berarti
Tulungagung. Untuk mengidentifikasi tahu konsep menguasai
miskonsepsi, wawancara dan tes pilihan ganda (lucky guess) konsep
adalah dua pilihan yang bisa digunakan. dengan baik
Wawancara bisa digunakan untuk menyelidiki Jawaban Jawaban salah Jawaban salah
konsepsi siswa secara mendalam. Namun, salah dan CRI rendah tapi CRI
mereka tidak dapat diberikan kepada sejumlah berarti tidak tinggi berarti
besar siswa untuk digeneralisasi, tidak dapat tahu konsep terjadi
dianalisis dengan mudah, dan membutuhkan miskonsepsi
waktu lama.
Beberapa tes pilihan ganda sejauh ini Selama penyusunan poin pertanyaan,
sering digunakan dalam identifikasi studi literatur ekstensif dilakukan pada topik
miskonsepsi. Karena, jenis tes ini dapat dengan gaya dan gerak, serta pertanyaan disusun sesuai
mudah diberikan kepada obyek dalam jumlah dengan kriteria yang disebutkan dalam literatur.
besar, penilaian lebih obyektif, dan dapat Beberapa sumber literatur yang digunakan
dengan mudah dianalisis. Tetapi, kelemahannya adalah dari Force and Motion Concept
tidak bisa menyelidiki jawaban siswa secara Inventory dan American Association for the
mendalam. Penelitian ini menggunakan four- Advancement Science (AAAS) Assessment.
tier test untuk identifikasi miskonsepsi. Untuk menentukan validitas isi dari pertanyaan
Instrumen tes pada tahap pertama, adalah tes, tabel disiapkan sesuai dengan pertanyaan
pertanyaan yang berkaitan dengan fenomena dan distribusi topik yang berkaitan dengan
fisika; pada tahap kedua, adalah pertanyaan pertanyaan yang dipersiapkan. Kemudian,
tentang alasan jawaban yang diberikan pada instrumen ini dinilai oleh dua orang ahli untuk
tahap pertama; dan pada tahap ketiga, adalah ditentukan validitas isinya. Butir soal yang telah
pertanyaan yang berkaitan dengan seberapa diterima berdasarkan validasi kemudian
yakin dia tentang jawaban yang diberikan pada diujikan terbatas kepada 36 mahasiswa PGSD
dua tahap sebelumnya, dengan rentang nilai 0- yang menempuh mata kuliah Konsep Dasar
5. Tahap keempat dari tes ini adalah diagnosis IPA SD untuk mengetahui nilai realibilitasnya.
sumber pengetahuan mahasiswa terhadap Soal yang diujikan berjumlah 10 soal dengan
konsep tersebut. Hasil tes ini dapat waktu mengerjakan 40 menit. Perhitungan
ditindaklanjuti melalui wawancara dengan realibilitas dilakukan dengan memberi skor
beberapa sampel penelitian. terlebih dahulu pada setiap butir soal. Skor 1
Tabel 1 menunjukkan empat diberikan untuk siswa yang menjawab tahap
kemungkinan kombinasi dari jawaban (benar pertama dan tahap kedua dengan benar.
atau salah) dan CRI (tinggi atau rendah) untuk Sedangkan jika salah satunya salah, maka skor
tiap obyek secara individu. Untuk seorang adalah 0. Data uji realibilitas kemuadian
obyek dan untuk suatu pertanyaan yang dihitung dengan menggunakan persamaan
diberikan, jawaban benar dengan CRI rendah realibilitas:
menandakan tidak tahu konsep, dan jawaban
benar dengan CRI tinggi menunjukkan
penguasaan konsep yang tinggi. Jawaban salah
dengan CRI rendah menandakan tidak tahu
dengan nilai
konsep, sementara jawaban salah dengan CRI
tinggi menandakan terjadinya miskonsepsi.

Tabel 1.Ketentuan untuk membedakan antara


tahu konsep, miskonsepsi dan tidak tahu konsep

82
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 5 No 2 (2017)80-87

Berdasarkan nilai yang diperoleh, dapat IPA. Instrumen yang digunakan adalah
ditentukan kategori realibilitas dari keseluruhan instrumen four-tier test miskonsepsi gaya dan
butir soal yang dikembangkan. Nilai R hitung gerak yang telah divalidasi dan diuji
adalah sebesar 0,5677 yang lebih besar dari R reliabilitasnya. Kejujuran sampel dalam
tabel yaitu 0,3246. Sehingga instrumen tes mengisi CRI sangat dibutuhkan, karena pada
miskonsepsi dapat dikatakan reliabel. hakekatnya penentuan seorang mahasiswa
Selanjutnya instrumen tes diberika pada 161 mengalami miskonsepsi atau tidak tahu konsep
mahasiswa PGSD di salah satu perguruan tinggi didasarkan pada jawaban soal dan nilai CRI
dalam Kabupaten Tulungagung dengan metode yang diberikannya. Untuk menghindari
survei cross-sectional. Metode ini sesuai terjadinya kesalahan dalam pengisian CRI
digunakan karena menurut Creswell metode sekaligus mengontrol konsistensi jawaban dan
survei cross-sectional dapat mengumpulkan CRI nya, maka beberapa upaya telah dilakukan
data secara efisien dan efektif untuk jumlah penulis antara lain; pertama, memberikan
obyek yang besar (Creswell, 2013). penjelasan sedetil mungkin disertai contoh agar
para siswa mengerti betul tentang CRI dan
Hasil Penelitian dan Pembahasan paham bagaimana cara memberikan nilai CRI
Berdasarkan studi literatur ekstensif yang benar untuk setiap jawaban pada setiap
dilakukan pada topik gaya dan gerak, soal; kedua, jumlah soal untuk suatu konsep
ditentukan empat konsep dasar yang akan diberikan sepuluh buah soal, sehingga apabila
digunakan dalam instrumen tes. Konsep-konsep terdapat ketidakkonsistenan pada diri siswa
dasar tersebut, selanjutnya dikembangkan dalam memilih jawaban yang benar dan nilai
menjaadi 10 nomor soal tes. Konsep-konsep CRI yang diberikannya dapat terdeteksi; dan
tersebut adalah: ketiga, untuk memudahkan siswa dalam
1. Gaya yang sama besar dan berlawanan menentukan skala CRI yang akan diberikannya,
arah, bekerja pada objek yang stasioner. maka dalam penelitian tersebut diberikan
2. Benda yang bergerak akan memper- petunjuk operasional dari setiap kriteria skala
tahankan kecepatan dan arah gerak yang CRI.
sama kecuali jika ada gaya yang bekerja Berikut ini adalah hasil analisis data
padanya. yang telah diperoleh. Gambar 1 adalah diagram
3. Kecepatan objek akan terus bertambah, yang menunjukkan kategori miskonsepsi, tidak
selama ada resultan gaya yang sama tahu konsep, dan paham konsep setiap nomor
arahnya dengan arah gerakan objek. soal tes, dari soal nomor 1 (S1) sampai nomor
4. Kecepatan objek akan terus berkurang, 10 (S10). Miskonsepsi terbesar adalah terjadi
selama ada resultan gaya yang pad nomor soal 6 dan 7 yang mencapai 53,70%
berlawanan arahnya dengan arah gerakan dan 52,47%. Soal ini adalah tentang pengaruh
objek. gaya terhadap gerak benda. Sedangkan secara
keseluruhan klasifikasi mahasiswa yang
Sampel penelitian adalah 161 maha- mengalami miskonsepsi adalah sebanyak 36%,
siswa program pendidikan guru sekolah dasar mahasiswa yang paham konsep sebanyak
yang menempuh mata kuliah Konsep Dasar 20,2%, dan mahasiswa yang tidak paham
konsep sebanyak 43,8%.

83
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 5 No 2 (2017)80-87

Gambar 1. Persentase miskonsepsi untuk setiap nomor soal (S1-S10)

Data hasil tes juga dianalisis sebaran gaya sudah tidak bekerja pada obyek, maka
miskonsepsi pada empat konsep dasar topik kecepatan geraknya akan berkurang kemudian
gaya dan gerak. Tabel 2 menunjukkan sebaran berhenti, serta gaya konstan dianggap menjadi
miskonsepsi yang terjadi pada mahasiswa syarat untuk menjaga obyek bergerak dengan
berdasarkan masing-masing konsep dasar pada kecepatan konstan.
topik materi gaya dan gerak. Pada tabel tersebut Profil miskonsepsi yang telah berhasil
juga disajikan hasil identifikasi miskonsepsi apa diidentifikasi pada materi gaya dan gerak, yaitu
saja yang terjadi pada setiap konsep tersebut. pada konsep resultan gaya pada benda stasioner
Hal ini mengacu pada alasan yang disampaikan adalah sebesar 26%; konsep kelembaman benda
pada pertanyaan tahap kedua. Mahasiswa sebesar 44%; konsep pengaruh resultan gaya
menganggap tidak ada gaya yang bekerja pada yang searah gerak benda sebesar 38%; serta
obyek stasioner, hanya ada gaya gravitasi pada konsep pengaruh resultan gaya yang
obyek yang stasioner, dan gravitasi tidak berlawanan arah gerak benda sebesar 33%.
bekerja pada obyek stasioner. Selain itu jika

Tabel 2. Analisis Miskonsepsi Pada Tiap Konsep Dasar Gaya dan Gerak
Persentase
Konsep Jenis Miskonsepsi
Miskonsepsi
Tidak ada gaya yang bekerja pada obyek
stasioner.
Gaya yang sama besar dan
Hanya gaya gravitasi yang bekerja pada
berlawanan arah, bekerja pada 26%
obyek stasioner.
obyek yang stasioner.
Gaya gravitasi tidak bekerja pada obyek
yang stasioner.
Jika sebuah gaya hilang pada obyek
Benda yang bergerak akan
bergerak, maka gerakannya akan semakin
mempertahankan kecepatan dan
lambat dan berhenti.
arah gerak yang sama kecuali jika 44%
Gaya konstan diperlukan untuk menjaga
ada gaya yang bekerja padanya.
obyek agar bergerak dengan kecepatan
(kelembaman benda)
konstan.

84
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 5 No 2 (2017)80-87

Kecepatan obyek akan terus Jika resultan gaya yang bekerja pada suatu
bertambah, selama ada resultan obyek adalah konstan, maka obyek
38%
gaya yang sama arahnya dengan tersebut bergerak dengan kecepatan
arah gerakan obyek. konstan.

Kecepatan obyek akan terus


Sebuah obyek yang bergerak selalu
berkurang, selama ada resultan
33% memiliki arah gerak yang sama dengan
gaya yang berlawanan arahnya
arah resultan gaya yang bekerja padanya.
dengan arah gerakan obyek.

Pada konsep kelembaman benda yang padanya. Artinya menurut miskonsepsi


bergerak, seharusnya benda tersebut akan tetap mahasiswa, tidak mungkin obyek dalam
mempertahankan kecepatan dan arah geraknya keadaan bergerak jika ada gaya yang
(gerak lurus beraturan) selama tidak ada gaya berlawanan arah gerakannya.
luar yang bekerja padanya (resultan gaya nol), Konsep resultan gaya pada benda
sesuai HukumNewton I. Mahasiswa memiliki stasioner menghasilkan prosentase miskonsepsi
miskonsepsi yang menganggap bahwa jika paling kecil. Menurut konsep yang benar, gaya
sebuah gaya hilang pada obyek bergerak, maka yang sama besar dan berlawanan arah, bekerja
gerakannya akan semakin lambat dan berhenti. pada obyek yang stasioner (resultan gaya nol).
Selain itu, diperlukan gaya konstan untuk Tetapi mahasiswa memiliki anggapan bahwa
menjaga obyek agar bergerak dengan kecepatan tidak ada gaya yang bekerja pada obyek
konstan. stasioner. Selain itu, hanya gaya gravitasi yang
Konsep pengaruh resultan gaya yang bekerja pada obyek stasioner, dan ada yang
searah gerak benda juga masih dipahami secara mengganggap bahwa gaya gravitasi tidak
berbeda oleh mahasiswa (miskonsepsi). Seha- bekerja pada obyek yang stasioner.
rusnya kecepatan obyek akan terus bertambah, Miskonsepsi mahasiswa juga diklasifi-
selama ada resultan gaya yang sama arahnya kasikan berdasarkan beberapa variabel
dengan arah gerakan obyek, sesuai Hukum peninjau. Tabel 3 menunjukkan deskripsi
Newton II. Sedangkan mahasiswa menganggap miskonsepsi mahasiswa dari empat variabel
jika resultan gaya yang bekerja pada suatu peninjau yaitu indeks prestasi, latar belakang
obyek adalah konstan, maka obyek tersebut sekolah menengah, latar belakang bidang
bergerak dengan kecepatan konstan. keilmuan sekolah menengah, dan minat bidang
Konsep pengaruh resultan gaya yang kependidikan dasar. Mahasiswa dengan indeks
berlawanan arah gerak benda juga masih prestasi kategori rendah memiliki miskonsepsi
dipahami secara berbeda oleh mahasiswa terbesar dengan 46,47%. Berdasarkan latar
(miskonsepsi). Seharusnya kecepatan obyek belakang sekolah menengah, mahasiswa yang
akan terus berkurang, selama ada resultan gaya berasal dari SMA dan SMK memiliki
yang berlawanan arahnya dengan arah gerakan miskonsepsi terbesar yaitu 36,99% dan 35,26%.
obyek, sesuai Hukum Newton II. Sedangkan Sedangkan mahasiswa dengan latar belakang
mahasiswa menganggap bahwa sebuah obyek keilmuan seni dan minat studi IPA, memiliki
yang bergerak selalu memiliki arah gerak yang miskonsepsi terbesar dengan 43,75% dan
sama dengan arah resultan gaya yang bekerja 58,89%.

Tabel 3. Analisis Miskonsepsi Pada Tiap Variable (Indeks Prestasi Mahasiswa, Latar Belakang
Sekolah Menengah, Latar Belakang Bidang Ilmu Sekolah Menengah,
dan Minat Bidang Pendidikan Dasar
Persentase
Variabel Kategori
Miskonsepsi
Rendah 46.47%
Indeks Prestasi Mahasiswa Sedang 34.72%
Tinggi 30.73%

85
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 5 No 2 (2017)80-87

Madrasah Aliyah 29.09%


Latar Belakang Sekolah Menengah Sekolah Menengah Atas 36.99%
Sekolah Menengah Kejuruan 35.26%
Seni Budaya 43.75%
Latar Belakang Bidang Ilmu di Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 38.57%
Sekolah Mengengah Ilmu Sosial 31.67%
Teknik 41.58%
Seni Budaya 34.79%
Ilmu Sosial 35.38%
Minat Bidang Pendidikan Dasar Ilmu Pengetahuan Alam 58.89%
Bahasa 33.82%
Matematika 33.16%

Tabel 4. Sumber pengetahuan yang dominan pada mahasiswa yang mengalami miskonsepsi

Sumber Pengetahuan Persentase Mahasiswa Miskonsepsi


Guru 19%
Buku 4%
Pengalaman fenomena sehari-hari 38%
Hasil pemikiran sendiri 39%

Tabel 4 menyajikan data sumber Simpulan dan Saran


pengetahuan yang dominan pada mahasiswa
Sebagai hasil dari penelitian ini, dapat
yang mangalami miskonsepsi. Berdasarkan
disimpulkan: (1) profil miskonsepsi konsep
tabel tersebut, kesalahan interpretasi mahasiswa
dasar gaya dan gerak, yaitu pada konsep
terhadap konsep yang disampaikan oleh guru
resultan gaya pada benda stasioner adalah
ketika menempuh jenjang sekolah dasar dan
sebesar 26%; konsep kelembaman benda
menengah menyebabkan 19% mahasiswa
sebesar 44%; konsep pengaruh resultan gaya
mengalami miskonsepsi. Kesalahan pemaham-
yang searah gerak benda sebesar 38%; serta
an terhadap isi buku teks menyebabkan 4%
konsep pengaruh resultan gaya yang
mahasiswa mengalami miskonsepsi. Sedangkan
berlawanan arah gerak benda sebesar 33%; (2)
penyebab miskonsepsi terbesar adalah berasal
rata-rata sumber pengetahuan mahasiswa yang
dari pengalaman mahasiswa terhadap fenomena
mengalami miskonsepsi adalah 19% dari guru,
segari-hari dan hasil pemikiran sendiri dari
4% dari buku, 38% dari pengalaman sehari-
mahasiswa, masing-masing sebesar 38% dan
hari, dan 39% dari hasil pemikiran sendiri.
39%. Hal ini membawa implikasi bahwa perlu
Hasil penelitian ini memberikan
dikembangkan inovasi strategi pembelajaran,
implikasi perlunya dilakukan inovasi tentang
media pembelajaran, maupun substansi materi
strategi pembelajaran, media pembelajaran,
yang bersifat kontekstual dan mampu
maupun substansi materi pembelajaran konsep
mengarahkan mahasiswa untuk mengkonstruksi
dasar IPA SD untuk remidiasi miskonsepsi.
pemahaman yang benar tentang konsep dasar
Variabel peninjau miskonsepsi yang meliputi
gaya dan gerak. Contoh fenomena gaya dan
indeks prestasi, latar belakang sekolah
gerak dalam kehidupan sehari-hari perlu
menengah, latar belakang bidang keilmuan
dimasukkan dalam substansi materi dan
sekolah menengah, dan minat bidang
dihubungkan dengan kajian teoritis sehingga
kependidikan dasar, perlu dipertimbangkan
mahasiswa mampu mengkonstruksi ulang
untuk proses remidiasi miskonsepsi mahasiswa.
pemahamannya untuk menghilangkan miskon-
sepsi yang terjadi.

86
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 5 No 2 (2017)80-87

Ucapan Terima Kasih Suparno, P. (2013). Miskonsepsi dan


Perubahan Konsep dalam Pendidikan
Terima kasih disampaikan kepada
Fisika. Jakarta: Grasindo.
DRPM Kemenristekdikti yang telah
memberikan dana penelitian dosen pemula Tayubi, Y. R. (2005). Identifikasi Miskonsepsi
melalui DIPA-024.06.1.401516/2017. Pada Konsep-Konsep Fisika
Menggunakan Certainty of Response
Daftar Pustaka
Index (CRI). Mimbar Pendidikan, 24(3),
Creswell, J. W. (2013). Research Design: 4–9.
Qualitative, Quantitative, and Mixed Yuliani, L. (2008). Pengembangan
Methods Approaches (4th ed.). Pembelajaran IPA SD. Jakarta: UT Press.
Washington, D.C.: SAGE Publications.

Narjaikaew, P. (2013). Alternative Conceptions


of Primary School Teachers of Science
about Force and Motion. Procedia - Social
and Behavioral Sciences, 88, 250–257.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.08.5
03
National, Research, & Council. (2007). Taking
Science to School: Learning and Teaching
Science in Grades K-8. Washington, D.C.:
National Academies Press.
https://doi.org/10.17226/11625
National, Research, & Council. (2009). Science
and Decisions: Advancing Risk
Assessment. Washington, D.C.: National
Academies Press.
https://doi.org/10.17226/12209
Novak, J., & B.Gowin. (1984). Learning How
to Learn. Cambridge: University Press.
Pellegrino, J. W., Wilson, M. R., Koenig, J. A.,
Beatty, A. S., & Sci, S. (2014).
Developing Assessments for the Next
Generation Science Standards.
Washington, D.C.: National Academies
Press. https://doi.org/10.17226/18409
Peşman, H., & Eryılmaz, A. (2010).
Development of a Three-Tier Test to
Assess Misconceptions About Simple
Electric Circuits. The Journal of
Educational Research, 103(3), 208–222.
https://doi.org/10.1080/002206709033830
02
Ramalis, T. (2010). Identifikasi Miskonsepsi
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa
Menggunakan Certainly Response Index,
dalam Teori, Paradigma, Prinsip, dan
Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam
Konteks Indonesia. Bandung: FMIPA
UPI.

87

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai