ABSTRAK
Masyarakat Minahasa menempati rumah dalam berbagai bentuk dan jenis. Seiring
perjalanan waktu, dan dengan semakin majunya teknologi terutama dalam teknologi informatika
telah merembet jauh dalam pemikiran manusia sampai pada cara-cara membangun rumah baik
model, penggunaan material dan cara membangun. Sesungguhnya Masyarakat Minahasa
memiliki kearifan dalam membangun rumah tinggal. Kearifan lokal ini pernah penurunan dijaman
kolonial karena kesalah persepsi terhadap budaya Eropa, tetapi sekarang telah mulai menguat
kembali serta tumbuh dan berkembang. Hal ini dibuktikan dengan kembali semakin digemarinya
Rumah Kayu Minahasa dan produksinya meningkat pesat dalam 5 tahun terakhir ini. Rumah kayu
saat ini tidak lagi dianggap bangunan nomor 2 sesudah rumah beton tetapi rumah ini dilihat sangat
seksi dan eksotik bila dirancang dan dilaksanakan dengan baik.
Kata kunci: kearifan lokal, minahasa, tradisional, rumah kayu, kenyamanan
Secara teoritis kisaran tersebut 250 C akan memiliki persepsi yang berbeda
dapat diterima, tetapi kenyamanan thermal dengan Masyarakat Minahasa yang tinggal
tersebut sifatnya universal dan akan berbeda di Bitung yang suhu rata-rata harian 290 C.
di suatu tempat dengan tempat lain. Bagi orang Modoinding Suhu 270 C sudah
Masyarakat Minahasa yang bermukim di merasa gerah dan berkeringat, sebaliknya
Modoinding dengan suhu rata-rata harian bagi orang Amurang, Suhu 270 C malah
terasa mendekati sejuk. Sehingga disini jelas Pencahayaan yang nyaman dalam
persepsi kenyamanan thermal bergantung rumah adalah pencahayaan yang dapat
lebih pada persepsi masyarakat dimana memenuhi syarat penglihatan pada obyek
bangunan itu dibangun. Sangkertadi dalam tertentu. Hal ini akan memberikan
laporan makalah berjudul Thermal Comfort perbedaan pencahayaan dalam setiap sudut
Comparison of Traditional Architecture and atau bagian ruang didalam rumah atau diatas
Modern Style Housing in North Sulawesi – bidang kerja misalnya meja belajar, mesin
Indonesia berkesimpulan bahwa suhu jahit, meja gambar, meja dapur. Contoh
0
nyaman masyarakat di Manado adalah 29 C standard kuat terang menurut Handoko Putra
dengan RH (kelembaban) 60 %. Hasil ini 2011, dalam materi Standar Pencahayaan
0
2,3 C lebih tinggi dibanding teori yang adalah sebagai berkut:
bersumber dari ASHRAE.
Tabel 1
Standar Iluminasi Ruangan dan permukaan Bidang kerja
Tabel 2
Standar Suara dan kebsisingan
The Building Environment: Passive And Actve Control System Vaughn Bradshaw, 2006
Gambar 2
Typologi Denah Rumah dan Fasade Depan
Batu Alam
Gambar 3
Material Penyusun Rumah Tradisional Minahasa
Material utama Rumah Tradisional menurun. Sampai saat ini masih banyak para
Minahasa adalah kayu. Kayu adalah satu- orang tua yang bila ditanya mana yang lebih
satunya “renewable material” sehingga ini baik, rumah beton atau rumah kayu? Maka
merupakan faktor utama mengapa Rumah jawabnya akan jatuh pada rumah beton.
Tradisional disebut memenuhi kriteria Pengaruh kolonial yang mulai
bangunan hijau. Material kayu tidak memperkenalkan porlant cement dan
merusak alam ketika diambil dari hutan. membangun rumah beton sejak Awal abad
Tradisi tata-cara pengambilan kayu dihutan ke-18 telah mempengaruhi kearifan lokal
secara tidak langsung telah merupakan Masyarakat Minahasa. Orang Eropa
konservasi dan pelestarian hutan. dianggap lebih tinggi derajatnya dari
Pengambilan kayu di hutan dipimpin oleh Masayarakat lokal dan inipun diaplikasikan
Tonaas (pemuka masyarakat) setelah pada rumah tinggal. Masih banyak orang tua
diarahkan oleh Wailan. Agama suku menganggab bahwa rumah beton lebih
mempercayai bahwa pohon-pohon besar tinggi gengsinya dari rumah kayu dan rumah
merupakan rumah para opo-opo, serta kayu hanya untuk orang miskin. Perubahan
tempat burung manguni dikenal dengan dari waktu-kewaktu ini memang harus
nama burung hantu (mediator antara Wailan terjadi sesuai dengan dengan uraian
dan Opo-opo) sehingga pemilihan kayu Antariksa dalam makalahnya berjudul
dilakukan secara sangat hati-hati. Pengaruh Kebudayaan dan Adat Istiadat
Rumah Tradisional sangat efisien dalam Permukiman Tradisional mengatakan
dalam penggunaan energi karena semua bahwa dalam perjalanannya tradisi tersebut
material utama diperoleh secara lokal mengalami perubahan dalam proses
sehingga embodied energi relatif jauh lebih akulturasi dalam bermukim dari satu
kecil dibandingkan dengan rumah beton individu ke individu yang lain dan juga dari
maupun metal. Pemanfaatan air dalam satu generasi ke generasi yang lain. Hal ini
proses pembangunan nyaris tidak ada. menjadikan tautan budaya bermukim tadi
Rumah tradisional yang moduler dan standar menjadi sebuah elemen bagian dari elemen
dimana ukuran-ukuran kayu serta jenis permukiman yang dijadikan prinsip-prinsip
konstruksi bangunan yang sama, konstruksi dasar pembentukan suatu kawasan
sambungan kayu yang sama cenderung terbangun dengan lansekap budaya.
memberi efek efisiensi karena dalam Pada masa kini, secara berangsur-
pengaturan material semuanya dapat angsur kearifan lokal Masyarakat Minahasa
diprediksi dan terukur. Rumah tradisional dalam membangun rumah mulai meningkat
tidak menggunakan beton atau semen, kembali. Hal ini karena pendidikan yang
meskipun material ini telah diperkenalkan semakin baik dan kesadaran terhadap
sejak Abad Ke-18 di Minahasa. Tetapi tidak pelestarian lingkungan yang semakin tinggi.
dapat disangkal bahwa dijaman kolonial, Sebagai contoh Kota Manado yang
pengaruh Eropa telah merubah tatanan mayoritas Masyarakat Minahasa, pada tahun
kemasyarakatan dan kearifan ini cenderung 2010 memperoleh peringkat II setelah
Yogyakarta sebagai The Most Liveable City lingkungan. Ketika ditambang akan merusak
di Indonesia oleh Ikatan Ahli Perencanaan top-soil di wilayah pertambangan, ketika di
(IAP) Indonesia. Meskipun Pada tahun 2011 proses menjadi clinker, akan memproduksi
turun pada peringkat IV tetapi disini emisi Carbon yang luar biasa ke udara.
memperlihatkan bahwa berkaitan dengan Menurut Wikipedia, setiap produksi 1 ton
“green”, masyarakat Minahasa sudah lebih semen, akan mengemisi 1 ton Carbon
baik karena salah satu kriteria penilaian Dioxide. Jadi beton, selain merusak
adalah aspek-aspek yang berkaitan dengan permukaan bumi juga merusak atmosfir
“green”. Bukti lain dari semakin sebagai gas rumah kaca dan menjadi
meningkatnya kearifan lokal dalam hal kontributor utama dalam pemanasan global.
Membangun Rumah Tinggal adalah Dalam aspek kenyamanan, Rumah
produksi rumah kayu (non-tradisonal) di Tradisional Minahasa memenuhi syarat
beberapa sentra yaitu Woloan, Mokobang, sebagai rumah tinggal. Dari aspek
dan Sekitar Motoling meningkat dengan temperature, dalam rumah sangat
sangat pesat. bergantung pada lokasi dan suhu rata-rata
Rumah Tradisional Minahasa dimana lokasi rumah ini. Bila lokasi rumah
memiliki sistem ventilasi yang baik. Dari ini berada di daerah dataran tinggi (sebagian
manapun angin bertiup akan memberikan besar Tanah Minahasa di Dataran Tinggi)
udara segar didalam ruangan karena maka temperatur buklanlah hal yang perlu
bentuknya yang simetris dengan bukaan dipertimbangkan. Sebagai contoh Kota
pada semua sisi bangunan. Rumah ini juga Tomohon memiliki suhu rata-rata 260
sangat ramah lingkungan karena semua Celcius, Kota Tondano 27,50 Celcius,
materialnya adalah material organik dan Didaerah Motoling-Tompaso Baru s/d
tidak meninggalkan limbah cair, gas, atau Modoinding Suhu Rata-Rata hariannya
0
padat yang membahayakan kesehatan dibawah 25 Celcius. Bila lokasi rumah ini
manusia. Ketika rumah ini harus dibongkar, ada di Manado, Bitung atau Amurang yang
semua materialnya kalau tidak di reuse mana kota-kota ini ada di pesisir pantai yang
maka akan hancur dan mebusuk dan tidak Suhu Rata-Rata Hariannya diatas 270
meninggalkan sampah dalam bentuk apapun. Celcius mungkin akan meninbulkan sedikit
Dalam proses pembangunan rumah, limbah permasalahan berkaitan dengan ambang
kayu digunakan kembali sebagai bahan kenyamanan terhadap suhhu. Tetapi mudah
bangunan untuk rumah yang lain atau diduga bahwa Rumah Tradisional akan lebih
menjadi kayu bakar (reuse) dan hal ini justru nyaman dibandingkan dengan Rumah
mendukung nilai “green”. Modern yang berdinding bata dan
Rumah tradisional mereduksi beratapkan seng, karena:
kerusakan lingkungan. Dengan tidak adanya - Rumah tradisional memiliki dinding
beton dan logam, maka rumah ini tidak yang tidak air-tight sehingga masih
menggunakan bahan-bahan tambang. Beton membolehkan terjadinya infiltrasi udara
merupakan material yang paling merusak dan hal ini akan menghapus secara
signifikan panas ruang (cooling load) - Atap rumbia yang memberikan peluang
dalam ruangan selain aliran udara yang udara berhembus melalui celah-celah
mengalir melalui sirkulasi dan jendela. daun rumbia juga membantu pendinginan
- Rumah tradisional yang berlantai papan ruang loteng sehing transmisi panas dari
dan memiliki kolong akan memperkecil loteng melalui platfond dapat
panas karea transmisi panas dari lantai diminimalkan.
dapat diminimalis.
Gambar 4
Pola Sirkulasi Udara Pada Rumah Tradisional Minahasa
Pola sirkulasi udara seperti pada sirkulasi udara hanya terjadi pada bukaan
Gambar 4 tentu tidak akan terjadi pada pintu-jendela serta lubang ventilasi. Hal ini
rumah modern yang berdiri diatas tanah dan memberikan kesimpulan bahwa rumah
memiliki penutup atap seng. Penutup atap tradisional lebih nyaman. Dugaan ini lebih
logam cenderung lebih panas dan diyakinkan lagi oleh Sangkertadi (2010)
mentransmisikan panas kedalam loteng dan yang mengukur fluktuasi suhu ruangan
selanjutnya kedalam ruangan melalui rumah tradisional dan rumah modern dimana
platfond. Dinding yang dibangun dari bata sangat jelas terlhat bahwa rumah tadisional
menjadikan dinding sebagai air-barier dan (T) cenderung lebih rendah suhunya.
Tabel 3.
Hasil Pengkuran Suhu Ruangan pada lokasi yang sama dan rumah yang bberbeda type
(T=Tradisional dan M=Modern)
Gambar 5
Pohon Palma Sagu Yang Daunnya Dijadikan Atap Rumbia
Gambar 6
Sebuah Rumah Yang Baru Selesai Di Rekonstruksi dan Asal Rumahnya di Woloan