Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

LUKA BAKAR
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB 2
Dosen pengampu : Rizka Hayyu Nafi’ah.,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Diyana Sari (P17170)
2. Dwi Nur Rahmawati (P17171)
3. Ellysa Puput Wahyu D.A (P17173)
4. Endah Puspito Sari (P17174)
5. Erika Zertanti (P17175)
6. Febrianty Kusumaningrum (P17176)
7. Frensiska Meilinda (P17177)
8. Hananing Nur Rahmadani (P17178)
9. Ika Oktavia Ayuningsih (P17179)
10. Ismi Farah Mutianingsih (P17180)

PRODI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019

0
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadiraat Allah yang maha ESA,
karena berkat kemurahanNYA makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang
diharapkan dalam makalah ini kami membahas.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman Masalah Luka
Bakar. Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan,
arahan, koreksi dan saran, untuk iturasa terimakasih yang dalam kami sampaikan
kepada ibu Rizka Hayyu Nafi’ah.,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen mata kuliah KMB,
dan rekan – rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah
ini.
Demikian makalah ini kamu buat semoga bermanfaat.

Surakarta, 02 Oktober 2019

Kelompok

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar ……………………………………………………………………i
Daftar Isi ………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………….…………..1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………….……………………1
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………...2
1.4 Manfaat...............................................................................................................2
BAB II KONSEP TEORI
2.1 Definisi...................................................…………………..……………….…3
2.2 Etiologi...................................................……………………………………...3
2.3 Patofisiologi dan Pathway........................………………….………………….4
2.4 Klasifikasi................…………………………………………………………...6
2.5 Manifestasi Klinik......... ………………..……………………………… ……..8
2.6 PemeriksaanPenunjang.........………….……………………………………….9
2.7 Penatalaksanaan Medis...………………………………………………….…..10
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan................................……………………….…...12
2.8.1 Pengkajian ................................................................................................ 12
2.8.2 Diagnosa................................................................................................... 14
2.8.3 Rencana Asuhan Keperawatan ................................................................. 15
2.8.4 Implementasi ........................................................................................... 24
2.8.5 Evaluasi.. .................................................................................................. 24
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ………………………………………………………………………..25
Saran ………………………………………………………………………………25
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik
dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan
mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok)
sampai fase lanjut.
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas
melebihi kerusakan fisik yang terlihat dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi
yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada
sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Di Amerika di laporkan sekitar 2 sampai 3 juta penderita setiap tahunnya
dengan jumlah kematian 5-6 ribu kematian pertahun, sedangkan di Indonesia belum
ada laporan tertulis.
Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta pada tahun 1998 di laporkan 107
kasus luka bakar yang dirawat, dengan angka kematian 37,38% sedangkan di
Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya pada tahun 2000 dirawat 106 kasus luka bakar,
kematian 26,41% (Rohmanazzam, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan combutsio?
1.2.2 Bagaimana etiologi dari combutsio?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari combutsio?
1.2.4 Bagaimana Klasifikasi Combutsio ?
1.2.5 Bagaimana manifestasi klinik dari combutsio?
1.2.6 Bagaimana pemeriksaan penunjang dari combutsio?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan medis dari combutsio?
1.2.8 Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari combutsio?

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk pemenuhan tugas Keperawatan Medical Bedah mengenai
Combutsio serta Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya
Combutsio
1.3.2 Tujuan Khusus
Dapat memperoleh gambaran tentang konsep dasar penyakit luka bakar
meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, menifestasi klinis,
pemeriksaaan diagnostik, penatalaksanaan dan komplikasi dan
memperoleh gambaran tentang konsep dasar keperawatan pada luka bakar
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat membuat analisa data, dapat merumuskan diagnosa
keperawatan, membuat rencana asuhan keperawatan tentang combutsio

1.4.1 Manfaat bagi Perawat


Makalah ini dapat menjadi tambahan bahan referensi bagi perawat. Dan
dapat di gunakan juga sebagai bahan acuan untuk konsep asuhan
keperawatan pada pasien combutsio.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Combutsio/Luka Bakar


Luka bakar adalah suatu trauma yang sdisebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam (Dr. Soetomo, 2009).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi (
Moenajat, 2009).
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api ditubuh (flame), jilatan api ketubuh
(flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat
sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn).

2.2 Etiologi Combutsio/Luka Bakar


Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah:
2.2.1 Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas
(scald), jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan
akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya (logam
panas, dan lain-lain) (Moenadjat, 2009).
2.2.2 Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)a
Luka bakar bahan kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat
atau alkali yang biasa digunakan dalam bidang industry militer ataupun
bahan pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga
(Moenadjat, 2009).
2.2.3 Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)

3
Listrik menyebabkan kerusakan yang disebabkan karena arus,
api dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang
memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh
darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan
sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi
kontak,baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat,
2009).
2.2.4 Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif
untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industry. Akibat
terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka
bakar radiasi (Moenadjat, 2009).
2.3 Patofisiologi dan Pathway Combutsio / Luka Bakar
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke
tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor
penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan
sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami keruskan pada epidermis,
dermis, maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya.
Termal (panas) terjadi pada kerusakan kulit , penguapan meningkat,
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah kapiler, sehingga terjadi
ekstravasasi cairan tubuh , ekstravasasi cairan tubuh menyebabkan tekanan
onkotik menurun, hal tersebut menyebabkan cairan ekstravaskular menurun ,
sehingga terjadi hipovolemia dan hemokonsentrasi, karena volume cairan
menurun , volume cairan menurun menyebabkan gangguan sirkulasi makro
sehingga terjadi gangguan perfusi organ penting (otak). (Wim De Jong, 2010)

4
Pathway.
Etiologi(thermal, air panas, api, kimia, asam, alkali, radiasi, elektrik dll.)

luka bakar

vaskular

pembuluh kapiler rusak

permeabilitas kapiler meningkat

cairan merembes dari dr


ruang intravaskular ke intersisial vasodilatasi

volume intravaskular turun peningkatan tek. hidrostatik


kapiler

hipovolemia
pertukaran elektrolit abnormal

SYOK perb. tingkat kesadaran, gelisah pucat dingin.


ketidak seimbangan elektrolit

5
Hipokalemia, Hiponatremia, Hipokalsemi
Kompensasi

penurunan sirkulasi, takikardi, takipneu KOMPLIKASI

2.4 Klasifikasi Combutsio / Luka Bakar


2.4.1. Berdasarkan penyebab
a) Luka bakar suhu tinggi
b) Luka bakar bahan kimia.
c) Luka bakar sengatan listrik.
d) Luka bakar radiasi.
2.4.2 Berdasakan kedalaman luka bak
2.4.2.1 Luka bakar derajat 1 :
a) Kerusakan terbatas pada bagian superfisial epidermis.
b) Kulit kering, hiperemis memberikan berupa eritema.
c) Tidak dijumpai bula.
d) Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
e) Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5 – 10
hari.
f) Contohnya adalah luka bakar akibat sengatan matahari.
2.4.2.1 Luka bakar derajat II :
a) Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa
reaksi
b) inflamasi akut disertai proses eksudasi.
c) Dijumpai bula.
d) Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih
tinggi di

6
e) atas permukaan kulit normal.
f) Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
2.4.2.2 Luka Bakar derajat II
a) Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan
yang lebih dalam.
b) Apendises kulit, seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
c) Tidak dijumpai bula.
d) Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Kering,
letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar akibat
koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis
(eskar).
e) Tidak dijumpai rasa nyeri, bahkan hilang sensasi karena
ujung-ujung serabut saraf sensorik mengalami
kerusakan/kematian.
f) Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses
epitelisasi spontan baik dari dasar luka, tepi luka, maupun
apendises kulit.
2.4.2.3 Berdasarkan berat ringannya
2.4.2.3.1 Luka bakar ringan
a) Luka bakar derajat II <15%.
b) Luka bakar derajat II <10% pada anak-anak.
c) Luka bakar derajat III <2%.
2.4.2.3.2 Luka bakar sedang
a) Luka bakar derajat II, 15-25% pada orang
dewasa.
b) Luka bakar derajat II, 10-20% pada anak-anak.
c) Luka bakar derajat III <10%.
2.4.2.3.3 Luka bakar berat

7
a) Luka bakar derajat II, 25% atau lebih pada orang
dewasa.
b) Luka bakar derajat II, 20% atau lebih pada anak-
anak.
c) Luka bakar derajat III, 10% atau lebih.
2.5 Manifestasi Klinik Combutsio / Luka Bakar
2.5.1 Cedera
Jika luka bakar disebabkan oleh nyala api atau korban terbakar pada
tempat yang terkurung atau kedua-duanya, maka perlu diperhatikan
tanda-tanda sebagai berikut:
a. Keracunan korban monoksida
Klien terperangkap dan menghirup karbon monoksida dalam
jumlah yang
Signifikan.
b. Distress Pernapasan
Penurunan oksigenasi arteri sering terjadi setelah luka bakar. Hal
ini
menunjukkan penurunan PO2 terjadi obstruksi jalan udara atau
penurunan curah jantung kiri.
2.5.2 Sepsis
Syok sejak terjadi pada klien luka bakar luas dengan ketebalan penuh,
hal ini disebabkan oleh bakteri yang menyerang luka masuk ke dalam
aliran darah, gejalanya :
a. Suhu tubuh berfariasi
b. Nadi (140-170x/mnt), sinus takikardi
c. Penurunan TD
d. Paralitik ileus
e. Perdarahan jelas dan luka
2.5.3 Pada ginjal meningkat haluaran urine dan terjadi mioglobinuria

8
2.5.4 Metabolik
Terjadi peningkatan energi dan kenaikan kebutuhan nutrisi,
hipermetabolisme,meningkat aliran glukosa dan pengeluaran banyak
protein dan lemak adalah bciri-ciri respon terhadap trauma dan infeksi.
Klien dengan luka bakar menunjukkan adanya penurunan BB 25% dari
berat badan sebelum dirawat di RS sampai 3 minggu setelah luka bakar.

2.6 Pemeriksaan Penunjang Combutsio / Luka Bakar


2.6.1 Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat
terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas
terhadap pembuluh darah.
2.6.2 Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi
atau inflamasi.
2.6.3 GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan
karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon
monoksida.
2.6.4 Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal
mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi
saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
2.6.5 Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan
cairan, kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
2.6.6 Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.

9
2.6.7 Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon
stress.
2.6.8 Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada
edema cairan.
2.6.9 BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau
fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
2.6.10 Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek
atau luasnya cedera.
2.6.11 EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia.
2.6.12 Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar.

2.7 Penatalaksanaan Medis Combutsio / Luka Bakar


Penatalaksaan luka bakar dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
2.7.1 Penanganan luka bakar ringan
Perawatan dibagian emergensi terdapat luka bakar minor meliputi :
managemen nyeri, profilaksis tetanus dan perawatan luka tahap awal.
a. Managemen nyeri
Managemen nyeri sering kali dilakukan dengan pemberian dpsis
ringan, seperti morphine atau mepedifine, dibagian emergensi.
Sedangkan analgetik oral diberikan untuk digunakan oleh pesien
rawat jalan.
b. Profilaksis tetanus
Petunjuk untuk pemberian profilaksis tetanus adalah sama pada
penderita LB baik yang ringan maupun yang injuri lainnya. Pada
klien yang pernah mendapat imunisasi tetanus tetapi tidak dalam
waktu lima tahun terakhir dapat diberikan boster tetanus toxoid.
Untuk klien yang tidak diimiunisasi dengan tetanus human immune

10
globulin dan karenanya harus diberikan tetanus toxoid yang pertama
dari sertangkaian pemberian imunisasi aktif dengan tetanus toxoid.
c. Perawatan luka
Perawatan luka untuk LB ringan terdiri dari membersihkan luka,
yaitu debridemen jaringan yang mati : membuang zat yang merusak
(zat kimia, dll) dan pemberian atau penggunaan krim atau salep
antimikroba topikal dan balutan secara steril. Selain itu perawat juga
bertanggung jawab memberikan pendidikan tentang perawatan luka
dirumah dan manifestasi klinis dari infeksi agar klien dapat segera
mencari pertolongan. Pendidikan lain yang diperlukan adalah tentang
pentingnya melakukan ROM (Range OF Mation) secara aktif untuk
mempertahankan fungsi sendi agar tetap normal dan untuk
menurunkan pembentukan edema.
2.7.2 Penanganan Luka Bakar Berat
Untuk klien dengan luka yang luas maka penanganan pada bagian
emergensi akan meliputi reevaluasi ABC (jalan nafas, kondisi
pernafasan, sirkulasi) dan trauma lain yang mungkin terjadi : resusitasi
cairan (penggantian cairan yang hilang), pemasangan kateter urin,
pemasangan NGT.
2.7.3 Reevaluasi jalan napas, kondisi pernapasan, sirkulasi dan trauma lain
yang mungkin terjadi. Menilai kembali keadaan jalan napas, kondisi
pernapasan dan sirkulasi untuk lebih memastikan ada tidaknya
kegawatan dan untuk memastikan penanganan secara dini.
2.7.4 Resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang).
Bagi klien dewasa dengan LB lebih dari 15%, maka resusitasi cairan
intravena umumnya diperlukan. Pemberian intravena perifer dapat
diberikan melalui kulit yang tidak terbakar pada bagian proksimal dari
ekstremitas yang terbakar. Sedangakan untuk klien yang mengalami LB
yang cukup luas atau pada klien dimana tempat-tempat untuk

11
pemberian IV yang terbatas, maka dengan pemassangan kanul pada
vena sentral (seperti subklavia, jugularis internal/eksternal, atau
femoral) oleh dokter mungkin diperliukan. Luas atau persentasi luka
bakar harus ditentukan dan kemudian dilanjutkan dengan resusitasi
cairan. adapun cara perhitungan resusitasi cairan adalah sbb : % BSA x
BB x 4.
2.7.5 Pemsangan kateter urine
Pemasangan kateter harus dilakukan untuk mengukur produksi urine
setiap jam. Output urine merupakan indikator yang reliable untuk
menentukan keadekuatan dari resusitasi cairan.
2.7.6 Pemasangan NGT
Pemasangan NGT bagi klien LB 20%-25% atau lebih perlu dilakukan
untuk mencegah emesis dan mengurangi resiko untuk mencegah
terjadinya aspirasi. Disfungsi gastro intestinal akibat dari ileus dapat
terjadi umumnya pada klien tahap dini setelah LB. Oleh karena itu
semua pemberian cairan melalui oral harus dibatasi pada waktu itu.

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Combutsio / Luka Bakar


2.8.1 Pengkajian
2.8.2 Aktifitas/istirahat :
Tanda : penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang
gerak pada area yang sakit, gangguan massa otot, perubahan
tonus.
2.8.3 Sirkulasi :
Tanda (dengan cedera LB lebih dari 20%): Hipotensi (syok),
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cidera,
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih
dan dingin (syok listrik ), takikardia (syok/ansietas/nyeri),

12
distritmia (syok listrik ), pembentukan odema jaringan (semua
LB ).
2.8.4 Integritas ego :
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan,
kecacatan.
Tanda : ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal,
menarik diri, marah.
2.8.5 Eliminasi :
Tanda : haluaran urine/tak ada selama fase darurat, warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin,
mengidentifikasi kerusakan otot dalam.
Diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan
kedalam sirkulasi); penurunan bising usus/ tak ada, khususnya
pada LB kutaneus lebih besar dari 20 % sebagai stress
penurunan mortilitas/peristaltik gastrik.
2.8.6 Makanan/cairan :
Tanda : edema jaringan umum, anoreksia.mual/muntah.
2.8.7 Neuromuskular :
Gejala : area batas, kesumatan.
Tanda : perbahan oreantasi, efek, prilaku, penurunan reflek
tendon dalam (RTD) pada cedera ekstermitas, aktivitas kajang
(syok listrik), laserasi korneal, kerusakan retina, penurunan
ketajaman penglihatan (syok listrik), ruptur membran timpany
(syok listrik), paralisis (cidera listrik pada aliran saraf ).
2.8.8 Nyeri/kenyamanan :
Gejala : berbagai nyeri, contoh LB derajat pertama secara
eksteren sensitf untuk disentuh, ditekan, gerakan udara dan
perubahan suhu, LB ketebalan sedang derajat kedua sangat
nyeri, semantara respon pada LB ketebalan derajat kedua

13
tergantung pada keutuhan ujung saraf, LBderajat tiga tidak
nyeri.
2.8.9 Pernapasan :
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup,terpajan
lama(kemungkinan cidera inhalasi)
Tanda : serak, batuk mengii (obstuksi sehubungan dengan
laringospasme, edema laringeal), bunyi nafas, gemercik (edema
paru), stridor (edema laringeal), sekret jalan nafas dalam
(rongkhi).
2.8.10 Keamanan :
Tanda : kulit umur,destruksi jaringan dalam mungkin tidak
terbukti selama 3 - 5 hari sehubungan dengan proses tombus
mikrovaskuler pada beberapa luka.area kulit tak terbakar
mungkin dingin atau lembab, pucat dengan pengisian kapiler
lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan
dengan kehilanagn cairan/status syok.

2.8.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut Doengus (2000) diagnosa keperawatan yang bisa
ditegakkan pada klien dengan luka baker adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi trakeobronkial, edema
mukosa dan hilangnya kerja silia (inhalasi asap).
2. Defisit volume cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler dan
perpindahan cairan dari ruang intravaskular keruang intertitial.
3. Resiko tinggi infeksi b.d perubahan primer tidak adekuat : kerusakan
perlindungan kulit, jaringan traumatik.
4. Nyeri b.d kerusakan kulit/jaringan, pembentukan edema, manipulasi
jaringan cidera.

14
5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d status
hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi
normal pada cedera berat) atau metabolisme protein.
6. Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular, nyeri/tak
nyaman, penurunan kekuatan, tahanan.
7. Kerusakan integritas kulit b.d trauma : kerusakan permukaan kulit
karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam)
8. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) b.d krisis situasi : kejadian
traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.

2.8.3 Rencana Asuhan Keperawatan


Adapun perencanaan keperawatan pada klien dengan luka bakar
dijelaskan oleh Doengus (2000) dibawah ini :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi trakeobronkial, edema
mukosa dan hilangnya kerja silia (inhalasi asap).
Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif.
Kriteria Hasil : Menunjukkan bunyi napas jelas, frekuensi
pernapasan dalam rentang normal, tidak sianosis.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri:
1. Kaji reflek menelan 1. Dugaan cedera inhalasi
2. Awasi frekuensi,irama sianosis, 2. Menunjukkan ditres pernafsan/
kedalaman pernafasan. edema.
3. Tinggikan kepala tempat tidur. 3. Meningkatkan ekspansi paru
Hindari penggunaan bantal optimal/fungsi pernapasan.
dibawah kepala sesuai dengan
indikasi.

15
4. Dorongan nafas dalam/batuk 4. Meningkatkan ekspansi paru,
dan perubahan posisi sering. memobilisasi, dan drainase sekret.
5. Hisapan lendir pada perawatan 5. Membantu mempertahankan jalan
ekstrim. nafas bersih.
6. Awasi 24 jam keluaran cairan. 6. Meningkatkan resiko edema paru.
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan O2 sesuai indikasi. 1. O2 memperbaiki hipoksemia.
2. Awasi/gambaran seri GDA. 2. Data dasar penting untuk
3. Kaji ulang isi ronsen. pengkajian lanjut status pernafasan.
4. Berikan fisioterapi dada. 3. Menunjukkan atelektasis/endema
paru.
4. Mengalirkan aliran area dependen
paru

2. Defisit volume cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler dan


perpindahan cairan dari ruang intravaskular keruang intertitial.
Tujuan : Perbaikan keseimbangan cairan.
Kriteria hasil : Haluaran urine adekuat, tanda vital stabil (suhu, TD,
RR, N), membran mukosa lembab.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Awasi TTV. 1. Pedoman penggantian cairan.
2. Awasi haluaran urine. 2. Untuk menyakinkan rata- rata
haluaran urine 30 – 50 ml/jam.
3. Timbang BB setiap hari. 3. Penggantian cairan tergantung BB
pertama dan perubahan selanjutnya.
4. Ukur lingkaran ekstremitas yang 4. Memperkirakan luas odema/
terbakar tiap hari. perpindahan cairan.

16
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Pasang kateter urine. 1. Memungkinkan ketat fungsi ginjal.
2. Berikan penggantian cairan IV 2. Menggantikan cairan/elektrolit yang
yang dihitung. hilang.
3. Awasi pemeriksaan laborator 3. Mengidentifikasi kehilangan darah.
4. Berrikan obat sesuai indikasi 4. Mungkin diindikasikan untuk
Mis : Diuretik, contoh manitol meningkatkan haluaran urine dan
(Osmitrol). mencegah nekrosis.

3. Resiko tinggi infeksi b.d perubahan primer tidak adekuat : kerusakan


perlindungan kulit, jaringan traumatik.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil:Mencapai penyembuhan luka tepat waktu, bebas eksudat,
purulen dan tidak demam.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Isolasi yang tepat 1. Untuk menurunkan proses infeksi
2. Tekankan teknik cuci tangan 2. Mencegah kontaminasi silang
yang baik untuk semua individu
3. Gunakan skort,sarung tangan, 3. Mencegah terpejan pada organisme
masker dan teknik aseptik ketat. infeksius.
4. Batasi pengunjung. 4. Mencegah kontaminasi silang dari
pengunjung.
5. Berikan perawatan khusus pada 5. Mata membengkak karena infeksi
mata.
6. Ganti balutan dan bersihkan 6. Air melembutkan dan membantu
area terbakar. Cuci area membuang balutan dan jaringan
degngan agen pembersih ringan. parut

17
7. Bersihkan jaringan nekrotik. 7. Meningkatkan penyembuhan.
8. Periksa luka tiap hari. 8. Identifikasi adanya penyembuhan .
9. Awasi TTV untuk demam. 9. Indikator sepsis.
Kolaborasi : Kolaborasi :
1 Berikan agen topikal sesuai 1. Membantu untuk mencegah/
indikasi, mengontrol infeksi luka.
Mis :
Mafedin asetat (sulfaminol). Antibiotik pilihan pada infeksi luka
bakar invasif.
2. Berikan obat denbgan tepat, 2. Kerusakan jaringan/ perubahan
contoh : Tetanus toksoid / mekanisme pertahanan
antitoksin klostridial dengan meningkatkan risiko terjadinya
tepat. tetanus atau gangren.

4. Nyeri b.d kerusakan kulit/jaringan, pembentukan edema, manipulasi


jaringan cidera.
Tujuan : nyeri berkurang / hilang
Kriteria hasil : melaporkan nyeri berkurang / terkontrol,menunjukan
ekspresi wajah / postur tubuh rileks,berpartisipasi
dalam aktivitas dan istirahat dengan tepat.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. tutup luka sesegera mungkin 1. suhu tubuh berubah dan
kecuali perewatan luka bakar gerakan udara dapat
metode pemajanan pada udara menyebabkan nyeri hebat pada
terbuka pemajanan ujung saraf
2. tinggikan ekstremitas luka 2. peninggian mungkin di
bakar secara periodik perlukan pada awal untuk

18
3. kaji keluhan nyeri, perhatikan menurunkan pembentukan
lokasi/ karakter dan intensitas edema
(skala 0-10) 3. mengidentifikasi terjadinya
4. dorong ekpresi perasaan tentang komplikasi
nyeri 4. pernyataan memungkinkan
5. tingkatkan periode tanpa pengungkapan emosi dan dapat
gangguan menigkatkan mekanisme
koping
5. kekurangan tidur dapat
meningkatkan persepsi
nyeri/kemampuan koping
menurun

Kolaborasi : kolaborasi :
1. berikan analgesik 1. metode IV sering di gunakan
(nerkotik dan non pada awal untuk
nerkotik) sesuai memaksimalkan efek obat
indikasi

5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d status hipermetabolik


(sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat)
atau metabolisme protein.
Tujuan : nutrisi adekuat
Kriteria hasil : BB stabil,regenerasi jaringan
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. auskultasi bising usus

19
2. pertahankan jumlah kalori 1. ileus sering berhubungan
ketat,timbang tiap hari,kaji dengan periode pasca luka
ulang persen area bakar,tetapi biasanya dalam
permukakn tubuh 46-48 jam dimana makanan
terbuka/luka tiap minggu oral dapat di mulai
3. berikan makanan dalam 2. pedoman tetap untuk
porsi kecil sedikit tapi memasuki kalori
sering 3. membantu mencegah distensi
4. berikan kebersihan oral gaster/ketidaknyamanan dan
sebelum makan meningkatkan pemasukan
4. mulut bersih mengkatkan rasa
dan membantu nafsu makan
Kolaborasi : yang baik
1. rujuk ke ahli diet kolaborasi :
2. berikan makanan sedikit 1. berguna dalam membuat
melalui selang enterik bila kebutuhan nutrisi individu dan
di butuhkan mengidentifikasi rute yang
tepat
2. memberikan makanan bila
pasien tidak mampu untuk
mengkonsumsi kebutuhan
kalori total harian

6. Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular, nyeri/tak nyaman,


penurunan kekuatan,
Tujuan : kerusakan mobilitas fisik tidak terjadi
Kriteria hasil : menyatakan dan menunjukan keinginan berpartisipasi dalam
aktivitas,nyeri berkurang / hilang

20
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Perhatikan 1. Meningkatkan posisi
sirkulasi,gerakan dan fungsional pada ekstremitas
sensasi jari secara sering 2. Mencegah secara progresif
2. Lakukan latihan rentang mengencangkan jaringan parut
gerak secara konsisten dan kontraktur
3. Beri obat sebelum aktivitas 3. Menurunkan kekakuan otot
4. Jadwalkan pengobatan dan 4. Meningkatkan kekuatan dan
aktivitas perawatan tolerasi pasien terhadap
5. Bantu dalam mobilitas aktivitas
5. Meningkatkan keamanan
ambulasi
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan tempat tidur yang 1. Mencengah tekanan lama pada
nyaman jaringan
2. Bersihkan dan tutup luka 2. Untuk menurunkan jaringan
bakar dengan cepat parut dan infeksi

7. Kerusakan integritas kulit b.d trauma : kerusakan permukaan kulit karena


destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam)
Tujuan : integritas kulit normal / baik
Kriteria hasil : adanya regenerasi jaringan,mencapai penyembuhan
luka tempat waktu pada area luka

21
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
Pra operasi 1. Memberikan informasi dasar
1. Kaji /catat tentang kebutuhan penanaman
ukuran,warna,kedalaman kulit dan kemungkinan petunjuk
luka,perhatikan jaringan tentang sirkulasi pada area graft.
nekrotik dan kondisi di sekitar 2. Menyiapkan jaringan untuk
luka. penanaman dan menurunkan
2. Berikan perawatan luka bakar resiko infeksi/ kegagalan draft
yang tepat dan terkontrol
infeksi
Pasca operasi Pasca operasi
3. Tinggikan area draft bila 3. Menurunkan
mungkin/tepat pembengkakan/pembatasan
4. Pertahankan balutan diatas resiko pemisahan draft
area draft baru dan atau sisi 4. Area mungkin di tutupi oleh
donor sesuai indikasi con : bahan dengan permukaan tembus
berlubang,petroleum,tak pandang tak reatif untuk
berekat mmenghilangkan robekan dari
epitel baru /melindungi jaringan
sembuh

Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Siapkan /bantu prosedur 1. Graf kulit diambil dari kulit
bedah balutan biologis.con orang itu sendiri atau orang
: hemograft (alograft) meninggal (donor mati)
2. Heterograft digunakan untuk penutupan
sementara pada luka bakar luas

22
sampai kulit orang itu siap di
tanam.tes graft
2. Kulit graft mungkin dari
binatang dengan penggunaan
yang sama untuk heterograft
yang berlubang

8. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) b.d krisis situasi : kejadian


traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri
Tujuan : untuk menyatakan penerimaan situasi diri
kriteria hasil : memasukan perubahan konsep diri tanpa harga diri negatif

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Kaji makna 1. Episode traumatik mengakibatkan
kehilangan/perubahan pada perubahan tiba-tiba,membuat
pasien/orang terdekat perasaan kehilangan pada
2. Terima dan akui ekspresi kehilangan aktual /yang di
frustasi,ketergantungan rasakan
marah,perhatiakn perilaku 2. Penerimaan perasaan sebagai
menarik diri respon normal terhadap apa yang
3. Persikap realitis dan positif terjadi perbaikan
selama pengobatan,pada 3. Meningkatkan kepercayaan dan
penyuluhan kesehatan,dan mengadakan hubungan antara
menyusun tujuan dalam pasien dan perawat
keterbatasan 4. Kata – kata penguatan dapat
4. Berikan penguatan positif mendukung terjadinya koping
terhadap kemajuan dan positif

23
dorong usaha untuk mengikuti
tujuan rehabilitasi

Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Rujuk terapi fisik,konsul 1. Membantu dalam identifikasi
pskiatrik,con : layanan cara untuk meningkatkan
sosial ,psikologis sesuai /mempertahankan kemandirian
kebutuhan

2.8.4 Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah diterapkan, meliputi data, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan (Rohmah dan Walid, 2014).

2.8.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan menurut Rohmah dan Walid, 2014 adalah penilaian
dengancara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati)
dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
menggunakan SOAP :
a. S (Subjective) : Pernyataan atau keluhan dari pasien
b. O (Objective) : Data yang diobsevasi oleh perawat/keluarga
c. A (Analisys) : Kesimpulan dari objektif dan subjektif
d. P (Planning) : Rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil
penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan
penanganan secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka
bakar didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab
timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam akan
memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar yang dialami
penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien
dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka makin berkembang pula teknik/cara penanganan luka bakar
sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka
bakar.
3.2 Saran
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril
dan sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi
waktu kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak
diharapkan selalu waspada dan berhati-hati setiap kali melakukan
kegiatan/aktivitas terutama pada hal-hal yang dapat memicu luka bakar.

25
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Burnner & Suddarth


editor, Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung Waluyo, dkk;
editor edisi bahasa indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC, 2009
R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku
Kedokteran. EGC
Black & Hawk. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Buku 2. Singapore: Elsevier
Brunner & Suddarth. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol. 3.
Jakarta: EGC
Doengoes, Marilyn E. 2009. Rencana asuhan Keperawatan: pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian

26

Anda mungkin juga menyukai