Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MUK III

MENYUSUN ANGGARAN PELAYANAN KESEHATAN

Di Susun Oleh Kelompok 2 :

1. Anggi N Magdalena (201702003)


2. Filicia Andriani S (201702008)
3. Garindo Bima N (201702009)
4. Novia Krismonita D (201702016)
5. Sulistiyo R (201702019)
6. Umi Kulsum (201702020)
7. Yulia Putri R (201702024)
8. Nivea Ayu Ardiani (201702025)
9. M. Eko Aji Samudra (201602016)

Dosen Pengampu :

Ike Sureni, S.KM., M.Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUANA HUSADA PONOROGO


PRODI DIII PEREKAM MEDIK DAN INFORMASI KESEHATAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan kenikmatan-


Nya kepada kita sehingga dapat dengan lancar menyelesaikan tugas MUK III
mengenai “MENYUSUN ANGGARAN PELAYANAN KESEHATAN” tanpa
ada halangan suatu apapun. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang talah membawa umatnya dari zaman
jahiliyah menuju zaman dimana umat manusia yang sempurna ini.

Tugas ini disusun untuk memberikan panduan di dalam kelas maupun bagi
pembacanya. Dengan mempelajari tugas ini diharapkan dapat memberi wawasan
tentang Analisa Jabatan.

Selanjutnya kami menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan,


untuk itu kritik dan saran perbaikan dari semua pihak sangatlah diharapkan untuk
perbaikan tugas selenjutnya.Kami berharap dengan adanya tugas ini semoga
bermanfaat bagi pembaca serta penulis untuk menambah wawasan.

Ponorogo, 17 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI. .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN. .............................................................................

1.1 Latar Belakang. ...................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 2
1.3 Tujuan. ...... . ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN. ...............................................................................
2.1 Penganggaran Kesehatan. ..................................................... 3
2.2 Konsep Penggaran Kesehatan. .............................................. 6
2.3 Penganggaran Nasional.......................................................... 7
2.4 Anggaran Pelayanan Kesehatan ........................................... 11
BAB III PENUTUP. .......................................................................................
3.1 Kesimpulan........................................................................15
3.2 Saran. ............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA. .................................................................................... 16

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kualitas
perencanaan dan penganggaran. Namun hingga saat ini proses penyusunan
perencanaan dan penganggaran belum sepenuhnya dapat terlaksana sesuai
harapan. Permasalahan yang sering dihadapi oleh para perencana setiap tahun
diantaranya adalah sulitnya sinkronisasi dan koordinasi antar unit serta waktu
perencanaan yang terkesan singkat atau tergesa-gesa. (Permnkes RI No. 7 Tahun
2014)
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka para perencana diharapkan
dapat memahami siklus dan jadwal serta kegiatan umum perencanaan dan
penganggaran. Hal ini untuk memudahkan penyusunan Rencana Kerja (Renja) di
tingkat Pusat (Kementerian/Lembaga) dan Daerah (provinsi dan kabupaten/kota)
yang bersumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), baik dari
rupiah murni, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan atau Pinjaman/Hibah
Luar Negeri (P/HLN). Perhatian ditekankan pada sinkronisasi antara Pusat dan
Daerah khususnya untuk Dana Dekonsentrasi (Dekon) dan Tugas Pembantuan
(TP). (Permnkes RI No. 7 Tahun 2014)
Dengan mengetahui dan memahami siklus dan jadwal penyusunan serta
kegiatan umum perencanaan APBN ini, diharapkan dapat menyusun perencanaan
dengan baik dan tepat waktu. (Permnkes RI No. 7 Tahun 2014)

1
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan makalah ini yaitu :
1. Pengertian Penganggaran Kesehatan.
2. Konsep Penganggaran Kesehatan.
3. Penganggaran Nasional.
4. Anggaran Pelayanan Kesehatan.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan Jurnal yang dibahas, rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan penganggaran kesehatan ?
2. Bagaimana konsep penganggaran kesehatan ?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam penganggaran kesehatan ?

D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penganggaran kesehatan.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep penganggaran kesehatan.
3. Untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah dalam penganggaran kesehatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penganggaran Kesehatan
1. Pengertian Anggaran
Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematik yang meliputi
seluruh kegiatan lembaga, yang dinyatakan dalam unit moneter dan berlaku untuk
jangka waktu tertentu yang akan datang. Anggaran juga dimaksudkan sebagai
pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu
tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Anggaran adalah suatu
pendekatan yang formal dan sistematis dari pelaksanaan tanggung jawab
manajemen didalam perencanaan koordinasi dan pengawasan. (Winarno, 2013)
Anggaran dapat diinterprestasikan sebagai paket pernyataan perkiraan
penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau
beberapa periode mendatang. Anggaran ini merupakan cerminan dari apa yang
akan dilakukan oleh pemerintah, termasuk didalamnya adalah kebijakan. Karena
didalam anggaran terdiri dari pos penerimaan dan pengeluaran yang berpengaruh
terhadap masyarakat. (Trisugiarto, 2016)
Dalam pengelolaan perusahaan, terlebih dahulu manajemen menetapkan tujuan
dan sasaran, dan kemudian membuat rencana kegiatan untuk mencapai tujuan dan
sasaran tersebut. Dampak keuangan yang diperkirakan akan terjadi sebagai akibat
dari rencana kerja tersebut, kemudian disusun dan dievaluasi melalui proses
penyusunan anggaran. (Widodo, 2012)
Pada dasarnya anggaran yang bermanfaat dan realistis tidak hanya dapat
membantu mempererat kerja sama karyawan, memperjelas kebijakan dan
merealisasikan rencana saja, tetapi juga dapat menciptakan keselarasan yang lebih
baik dalam perusahaan dan keserasian tujuan diantara diantara para manajer dan
bawahannya. (Widodo, 2012)

3
Menurut Mulyadi, anggaran disusun oleh manajemen dalam jangka waktu satu
tahun untuk membawa perusahaan ke kondisi tertentu yang diperhitungkan.
Dengan anggaran, manajemen mengarahkan jalannya kondisi perusahaan. Tanpa
anggaran, dalam jangka pendek perusahaan akan berjalan tanpa arah, dengan
pengorbanan sumber daya yang tidak terkendali.
Munandar, mengungkapkan pengertian anggaran adalah sebagai berikut :
“Suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan
perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk
jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.” (Widodo, 2012)

2. Fungsi Anggaran
Secara lebih detail anggaran mempunyai beberapa, antara lain : (Trisugiarto,
2016)
a. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.
b. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa
mendatang.
c. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit
kerja dan mekanisme kerja antar atasan dan bawahan.
d. Anggaran sebagai pengendali unit kerja.
e. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien dalam
pencapain visi organisasi.
f. Anggaran merupakan intrumen politik.
g. Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.

3. Tujuan Penganggaran
Tujuan penganggaran adalah penyusunan rencana keuangan untuk operasi
pemerintahan atau organisasi di masa depan. Selain itu, penganggaran merupakan
indikasi kebijakan fiskal organisasi untuk mencapai berbagai tujuan meliputi
ekonomi, sosial dan politik. Kita dapat mempertimbangkan berbagai empat
dimensi untuk setiap program anggaran, yaitu: (Nasab, 2016)
a. Prakiraan Laba dan sumber ekonomi lainnya.

4
b. Kumpulan kebijakan dan tujuan organisasi.
c. Rangkaian kegiatan dan tujuan pelaksanaan kebijakan untuk mencapai tujuan.
d. Mengantisipasi biaya dari aktivitas di masa depan.

4. Pendekatan Sistem Penganggaran


Dalam sistem perencanaan dan penganggaran terdapat tiga (3) pendekatan
yaitu penganggaran terpadu, penganggaran berbasis kinerja, dan kerangka
pengeluaran jangka menengah (KPJM). (Permnkes RI No. 7 Tahun 2014)
a. Pendekatan Penganggaran Terpadu
Merupakan penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara
terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan
yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana. Penganggaran
terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan
penganggaran di lingkungan Kementerian/Lembaga (K/L) untuk menghasilkan
Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) dengan klasifikasi
anggaran menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Integrasi atau keterpaduan
proses perencanaan dan penganggaran dimaksudkan agar tidak terjadi duplikasi
dalam penyediaan dana untuk K/L baik yang bersifat investasi maupun untuk
keperluan biaya operasional. Perencanaan dan penganggaran disusun secara
terpadu dan menyeluruh dengan memperhatikan berbagai sumber dana yaitu
APBN, termasuk PNBP dan P/HLN, serta APBD. (Permnkes RI No. 7 Tahun
2014)

b. Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja


Merupakan suatu pendekatan dalam sistem perencanaan dan penganggaran yang
menunjukkan secara jelas keterkaitan antara alokasi anggaran dengan kinerja yang
dihasilkan, serta memperhatikan efisiensi dalam pencapaian kinerja. Kinerja yang
dimaksud adalah prestasi kerja yang berupa keluaran dari kegiatan atau hasil dari
program dengan kualitas dan kuantitas yang terukur. (Permnkes RI No. 7 Tahun
2014)

5
c. KPJM
KPJM adalah pendekatan penyusunan anggaran berdasarkan kebijakan dengan
pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran dalam kurun
waktu lebih dari satu tahun anggaran. Pendekatan tersebut sangat bermanfaat
dalam mengelola keuangan negara dalam rangka pelaksanaan pembangunan
nasional. Adapun manfaat dari KPJM tersebut antara lain: (Permnkes RI No. 7
Tahun 2014)
1) Memelihara kelanjutan fiskal dan meningkatkan disiplin fiskal.
2) Meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran.
3) Mengarahkan alokasi sumber daya agar lebih rasional dan strategis.
4) Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan pemberian
pelayanan yang optimal.

B. Konsep Penggaran Kesehatan


1. Sistem Anggaran Negara
Sistem anggaran negara, meliputi :
a. Penganggaran Tradisional
Penganggaran tradisional yaitu sistem anggaran tradisional (line-item budgeting
system) adalah sistem anggaran yang berdasarkan obyek pengeluaran, dengan titik
berat pada segi pelaksanaan dan pengawasan anggaran. (Winarno, 2013)
Konsep penganggaran tradisional ini telah diterapkan pada paruh kedua Abad 20
dan di anggap sebagai alat utama pencapaian tujuan perusahaan. (Luecke, 2017)
b. Penganggaran Kinerja
Penganggaran kinerja disebut juga dengan performance budgeting system,
merupakan penyempurnaan dari sistem anggaran tradisional, yang menekankan
pada manajemen anggaran yaitu dengan memperhatikan baik segi ekonomi dan
keuangan pelaksanaan anggaran. (Winarno, 2013)

6
c. Penganggaran Program
Penganggaran program merupakan gabungan dari kedua sistem di atas, lebih
menekankan pada segi perencanaan anggaran dan bukan pada pengendalian
anggaran. (Winarno, 2013)

2. Alokasi Dana Kesehatan


Besarnya alokasi dana untuk kesehatan tergantung pada beberapa kondisi, yaitu
sebagai berikut : (Winarno, 2013)
a. Besarnya pendapatan daerah yaitu Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
Khusus (DAK) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
b. Kemampuan dinas kesehatan menyusun program dan anggaran yang realistis.
c. Visi Pemda dan DPRD tentang kedudukan sektor kesehatan dalam konteks
pembangunan daerah relatif terhadap kesehatan.
d. Kemampuan Dinas Kesehatan untuk melakukan advokasi kepada pemda dan
DPRD.
3. Langkah-Langkah Penganggaran
Langkah-langkah yang harus diikuti dalam penganggaran adalah sebagai berikut :
(Winarno, 2013)
a. Penetapan tujuan
b. Pengevaluasian sumber-sumber daya yang tersedia
c. Negoisasi antara pihak-pihak yang terlibat mengenai angka anggaran
d. Persetujuan akhir
e. Pendistribusian anggaran yang disetujui.

C. Penganggaran Nasional
1. Peran Pemerintah dalam Penganggaran
Seiring dengan berjalannya reformasi di Indonesia, Pemerintah mengeluarkan
paket Undang-Undang di bidang keuangan negara yang meliputi Undang-undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-undang Nomor 15

7
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara. (Trisugiarto, 2016)
Ketiga paket undang-undang ini menjadi tonggak reformasi pengelolaan
keuangan negara. Undang-undang Keuangan Negara Pasal 3 ayat 1 menyatakan
bahwa Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Hal ini mendorong Pemerintah agar
lebih profesional dalam pengelolaan keuangan. Banyak perubahan yang terjadi
dalam pengelolaan keuangan negara, mulai dari perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, sampai dengan pertanggungjawaban dan pemeriksaan oleh
pengawas. (Trisugiarto, 2016)
Sebelum reformasi di bidang keuangan, sistem perencanaan dan penggaran
yang berlaku menggunakan pendekatan line item dan incremental, dimana dalam
pendekatan line item lebih berorientasi pada input sedangkan pada pendekatan
incremental lebih pada perspektif tahunan. Setelah munculnya Undang-Undang
Keuangan Negara, sistem perencanaan dan penganggaran mengalami perubahan.
Ada 3 (tiga) jenis pendekatan yang dilakukan, yaitu Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah (KPJM), Penganggaran Terpadu, dan Penganggaran Berbasis Kinerja
(PBK) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang
merupakan amanat dari Undang-undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun
2003. (Trisugiarto, 2016)

2. Penganggaran dan Otonomi Daerah


Faktor-faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan otonomi daerah dimana
faktor-faktor tersebut sekaligus sebagai faktor yang sangat menentukan prospek
otonomi daerah untuk masa mendatang. Faktor pertama yang menentukan prospek
otonomi daerah adalah manusia sebagai subyek penggerak dalam penyelengaraan
otonomi daerah. Faktor manusia ini haruslah baik dalam pengertian moral maupun
kapasitasnya. Faktor ini mencakup unsur pemerintah daerah yang terdiri dari
kepala daerah dan DPRD, aparatur daerah maupun masyarakat daerah yang

8
merupakan lingkungan tempat aktivitas pemerintah daerah dilaksanakan.
Kemampuan aparatur pemerintah daerah merupakan suatu faktor yang
menentukan apakah suatu daerah dapat atau mampu menyelenggarakan urusan
rumah tangganya sendiri dengan baik atau tidak. (Winarno, 2013)
Kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan
dan tidak dilakukan, kebijakan publik adalah apa yang dibuat dan dilakukan oleh
pemerintah, bukan swasta. Kebijakan sebagai sebuah ”rationale” sebuah
manifestasi dari pilihan yang penuh pertimbangan. Sebuah kebijakan adalah usaha
untuk mendefinisikan dan menyusun basis rasional untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu tindakan. (Winarno, 2013)
Proses kebijakan publik meliputi beberapa hal yaitu: identifikasi masalah
kebijakan, dilakukan melalui : (Winarno, 2013)
a. Identifikasi yang menjadi tuntutan (demands) atas tindakan pemerintah.
b. Penyusunan agenda (agenda setting) adalah memfokuskan perhatian atas
keputusan apa yang akan diputuskan terhadap masalah publik tertentu
c. Perumusan kebijakan (policy formulation) merupakan tahapan pengusulan
rumusan kebijakan melalui inisiasi dan penyusunan usulan kebijakan.
d. Pengesahan kebijakan (legitimating of policies) adalah pengesahan kebijakan
melalui tindakan politik oleh partai politik, kelompok penekan, presiden dan
kongres.
e. Implementasi kebijakan (policy implementation) adalah implementasi kebijakan
melelui birokrasi dan alat atau fasilitas lain. Pemikiran ini dapat dijadikan sebagai
dasar untuk melihat potensi yang merupakan input dari suatu kebijakan.

3. Analisis Program Penganggaran


Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui program-program yang
dijadikan prioritas pemerintah daerah sesuai urutan berdasarkan indikator
pencapaian visi misi kepala daerah dan program prioritas arahan pemerintah
pusat. Melalui teknik ini diketahui bagaimana program kesehatan berkontribusi
terhadap tujuan pembangunan daerah beserta penganggarannya. Analisis ini
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu : (Prabowo, 2016)

9
a. Tahap Pertama. Pada tahap ini akan di analisis program-program berdasarkan
kriteria pencapaian output visi misi pemerintah daeran. Pada matriks prioritas ini
akan dihasilkan pengurutan prioritas program sesuai dengan total hasil
penjumlahan mulai dari nilai tertinggi hingga terendah. Selanjutnya akan dipilih
program-program dengan nilai total di atas rata-rata jumlah total. (Prabowo, 2016)
b. Tahap Kedua. Pada tahap selanjutnya, akan di analisis kembali urutan program-
program yang memiliki nilai di atas rata-rata sebagaimana dihasilkan pada tahap
pertama. Analisis tahap kedua ini merupakan penentuan prioritas utama program
yang akan menghasilkan urutan program terpenting dari program yang terpilih.
(Prabowo, 2016)
c. Tahap Ketiga. Sedangkan tahap ketiga ini akan dibandingkan secara bersama,
bagaimana setiap program yang terpilih dari proses pertama dan kedua di atas
memiliki kesesuaian. Kesesuaian sebagaimana dimaksud adalah perbandingan
antara ururtan kebujakan alokasi anggaran setiap program dengan urutan prioritas
program berdasarkan pencapaian visi misi kepala daerah (RPJMD). (Prabowo,
2016)

Kriteria yang digunakan untuk memberi bobot pada program SKPD (Satuan
Kerja Perangkat Daerah) di bidang kesehatan adalah sebagai berikut : (Prabowo,
2016)
a. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
b. Efisiensi biaya
c. Efektivitas pencapaian visi misi daerah

Alokasi belanja langsung pada tiap SKPD merupakan salah satu cermin
komitmen and good will Pemerintah daerah dalam implementasi kebijakan
keuangan daerah. Secara umum memang besarnya alokasi anggaran bukan
merupakan indikator bahwa SKPD terkait memiliki program prioritas daerah.
Akan tetapi hal ini dapat memberikan petunjuk mengenai SKPD mana saja yang
memiliki tanggung jawab besar untuk mengalokasikan belanja langsung tersebut.
(Prabowo, 2016)

10
D. Anggaran Pelayanan Kesehatan
1. Kebutuhan Anggaran Kesehatan
Kebutuhan layanan kesehatan penduduk secara regional spesifik di
kebanyakan negara. Sistem kesehatan nasional dihadapkan pada dilema
mengalokasikan sumber daya ke wilayah ini untuk memperhitungkan kebutuhan.
Meskipun sistem historis dan inkremental merupakan norma di masa lalu, negara-
negara semakin memanfaatkan informasi mengenai kebutuhan lokal untuk
mempengaruhi alokasi ini. (Firdaus, 2012)
Di Indonesia, ketidaksetaraan pola pendanaan bersejarah diperburuk oleh
dampak undang-undang desentralisasi yang diberlakukan pada tahun 1999 dan
direvisi pada tahun 2001 yang menempatkan sebagian besar layanan kesehatan di
bawah tanggung jawab pemerintah kabupaten. (Firdaus, 2012)
Dinas Kesehatan Kabupaten sekarang harus bersaing dengan sektor lain untuk
pendanaan. Tinjauan pengeluaran publik baru-baru ini menunjukkan bahwa
pengeluaran kesehatan lokal sebagian besar terkait dengan pendapatan kabupaten
daripada kebutuhan populasi. Ketidakadilan di tingkat kabupaten cenderung
berkontribusi terhadap ketidakadilan di tingkat individu : studi penelitian
menunjukkan bahwa Indonesia memiliki salah satu distribusi sumber daya
kesehatan masyarakat paling miskin di wilayah ini.
(Firdaus, 2012)

2. Alokasi Dana Kesehatan


Dinas Kesehatan memiliki pengaruh terhadap sistem kesehatan dengan
mewajibkan pemerintah daerah untuk menyediakannya paket layanan minimal
(Standar Pelayanan Minimal atau SPM) untuk populasi mereka. SPM terdiri dari
perawatan ibu dan bayi, keluarga berencana, bayi dan kesehatan anak (termasuk
pemeriksaan kesehatan rutin dan merawat anak-anak yang menderita kekurangan
gizi, diare dan infeksi pernafasan) dan prioritasnya menular penyakit
(tuberkulosis, malaria dan demam berdarah). Itu SPM menetapkan target tingkat

11
cakupan yang relevan kelompok penduduk mulai dari sekitar 75% (cakupan kasus
malaria) sampai 95% (asuhan antenatal). Paket mencakup perawatan kesehatan
pribadi dan kesehatan masyarakat tindakan (misalnya penyemprotan demam
berdarah). Paketnya juga mendefinisikan dukungan untuk perawatan kesehatan
pribadi yang lebih luas untuk orang miskin termasuk perawatan dasar dan rujukan.
Layanan ini tidak didefinisikan dengan baik dan dalam tulisan ini kita membatasi
perhatikan biaya layanan universal yang ada ditentukan untuk diberikan kepada
seluruh populasi. (Firdaus, 2012)
Pembiayaan untuk mencapai target SPM berasal dari beberapa sumber. Sejak
tahun 2004 telah ada skema asuransi untuk orang miskin berdasarkan karakteristik
rumah tangga dan individu pertama dikelola oleh asuransi kesehatan negara
agensi (PT Askes) dan, sejak 2008, sebagai program khusus dari Kementerian
Kesehatan (Jamkesmas). Kabupaten adalah diperlukan untuk menyediakan dana
untuk layanan prioritas ke sisa populasi tapi sedikit yang diketahui tentang biaya
komitmen tersebut dan bagaimana hal itu bervariasi melintasi negara. Variasi
biaya yang luas sangat mungkin terjadi karena negara ini terdiri dari lebih dari
17.000 pulau yang memiliki status ekonomi dan sosial yang sangat berbeda.
Fokus penelitian ini adalah pada estimasi dana yang dibutuhkan untuk mencapai
minimum. (Firdaus, 2012)
Tingkat cakupan SPM yang ditetapkan secara politis untuk setiap layanan
memiliki potensi untuk menghasilkan pergeseran sumber daya yang penting
menuju daerah dengan penggunaan rendah relatif terhadap kebutuhan. Analisis
statistik Faktor kebutuhan untuk menentukan pembobotan terhambat oleh
kurangnya kumpulan data berskala besar yang representatif di daerah di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Demografis dan Survei Kesehatan
disediakan apa yang mungkin paling konsisten dan dapat diandalkan untuk
pemodelan kebutuhan kesehatan tapi biasanya tidak representatif di bawah tingkat
provinsi dan sebagian besar terbatas pada serangkaian indikator proses utama
untuk ibu dan pemanfaatan kesehatan anak. (Firdaus, 2012)

12
3. Alokasi Sumber Daya
Tahap kedua dari proses alokasi sumber daya adalah sebuah keputusan tentang
tingkat sumber daya untuk mengalokasikan untuk diukur kebutuhan masing-
masing sub kelompok dan populasi. Di sistem kesehatan yang mapan adalah
metode yang biasa asumsikan satuan sumber daya adalah total anggaran yang
tersedia dan mengalokasikannya berdasarkan kebutuhan pembobotan. Dimana
disana tidak ada anggaran yang mapan alternatifnya adalah membangun sumber
daya persyaratan dengan melihat layanan individual berdasarkan data
epidemiologi dan biaya normatif pengobatan. (Firdaus, 2012)
Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis kebutuhan untuk layanan angina
dan infark miokard menggunakan data pasien di Wales. Kompleksitas yang
universal kebutuhan paket di sebagian besar negara OECD membatasi sejauh
mana metodologi ini dapat diterapkan paling banyak jasa. Sebaliknya, rendahnya
tingkat sumber daya dan niat untuk mengarahkan mereka ke kebutuhan prioritas
berarti banyak yang rendah dan Middle Income Countries (LMICs) bertujuan
untuk fokus kepada publik pendanaan untuk perawatan kesehatan pada rentang
intervensi yang terbatas yang terbukti efektivitas biaya. Paket manfaat dasar
pendekatan, dengan fokus pada jangkauan sempit yang sebagian besar menular
penyakit dan kesehatan ibu dan anak menjadi ciri umum strategi sektoral di
Indonesia banyak LMICs. Pendekatannya sangat penting bagi internasional
inisiatif advokasi lebih banyak tapi lebih tepat sasaran belanja untuk perawatan
kesehatan. Pendekatan bottom up, pendekatan untuk kebutuhan alokasi sumber
daya mungkin praktis untuk terbatasnya layanan yang dibiayai oleh negara seperti
itu negara dan lebih spesifik terhadap kebutuhan daripada rumus umum. (Firdaus,
2012)

E. Solusi Pemecahan Masalah


Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penganggaran kesehatan, maka
kita terlebih dahulu harus mengetahui apa yang dimaksud dengan anggaran dan
penganganggaran kesehatan. Anggaran merupakan estimasi kinerja yang hendak
dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial.

13
Anggaran adalah suatu pendekatan yang formal dan sistematis dari pelaksanaan
tanggung jawab manajemen didalam perencanaan koordinasi dan pengawasan.
(Winarno, 2013)
Penganggaran kesehatan adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis
yang meliputi seluruh kegiatan kesehatan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan)
moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.
Konsep penganggaran kesehatan terdiri dari Penganggaran Tradisional,
Penganggaran Kinerja dan Penganggaran Program. Konsep penganggaran tersebut
termasuk dalam Sistem Anggaran Negara. (Winarno, 2013)
Penganggaran tradisional merupakan sistem anggaran yang berdasarkan
obyek pengeluaran, dengan titik berat pada segi pelaksanaan dan pengawasan
anggaran. Kemudian penganggaran tradisional disempurnakan menjadi
penganggaran kinerja, yang menekankan pada manajemen anggaran yaitu dengan
memperhatikan baik segi ekonomi dan keuangan pelaksanaan anggaran.
Sedangkan penganggaran program merupakan gabungan dari penganggaran
tradisional dan penganggaran kinerja, yang lebih menekankan pada segi
perencanaan anggaran dan bukan pada pengendalian anggaran. (Winarno, 2013)
Peran pemerintah dalam penganggaran kesehatan yaitu mengalokasikan dana
kesehatan melalui APBN dan APBD untuk diteruskan ke instansi-instansi
kesehatan yang telah ditentukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan
mempermudah dalam melakukan kegiatan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Pemerintah juga bertugas mengawasi agar dana yang sudah
diberikan dapat digunakan sesuai dengan tujuannya. (Trisugiarto, 2016)

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak
dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial.
Anggaran adalah suatu pendekatan yang formal dan sistematis dari pelaksanaan
tanggung jawab manajemen didalam perencanaan koordinasi dan pengawasan.
Penganggaran kesehatan adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang
meliputi seluruh kegiatan kesehatan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan)
moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.
Konsep penganggaran kesehatan terdiri dari Penganggaran Tradisional,
Penganggaran Kinerja dan Penganggaran Program. Konsep penganggaran tersebut
termasuk dalam Sistem Anggaran Negara.
Sebelum reformasi di bidang keuangan, sistem perencanaan dan penggaran
yang berlaku menggunakan pendekatan line item dan incremental, dimana dalam
pendekatan line item lebih berorientasi pada input sedangkan pada pendekatan
incremental lebih pada perspektif tahunan. Setelah munculnya Undang-Undang
Keuangan Negara, sistem perencanaan dan penganggaran mengalami perubahan.
Jenis pendekatan yang dilakukan, yaitu Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
(KPJM), Penganggaran Terpadu, dan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK)
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan
amanat dari Undang-undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003.

B. Saran
Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan
sumber yang kami peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih bersifat umum,
oleh karena itu saya harapkan agar pembaca bisa mencari sumber yang lain guna
membandingkan dengan pembahasan yang saya buat, guna mengoreksi bila
terjadi kesalahan dalam pembuatan mkalh ini

15
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, Hafidz. 2012. Budgeting based on need: a model to determine sub-national


allocation of resources for health services in Indonesia. Cost Effectiveness and
Resource Allocation 10:11. Halaman 1-13. https://resource-
allocation.biomedcentral.com/articles/10.1186/1478-7547-10-11. Diakses pada
tanggal 14 Oktober 2019.
Luecke, Matthias and Claas Schneiderheinze. 2017. More financial burden-sharing for
developing countries that host refugees. Economics: The Open-Access, Open-
Assessment E-Journal 11 (2017-24). Halaman 1-12.
http://www.economics-ejournal.org/@@ej-search?SearchableText=health+budget
. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2019.
Nasab and Motezakery. 2016. Design Budgeting Model with Approach of Soft
Systems Methodology in the Manufacturer of Spare Parts for Cars. International
Journal of Accounting Research. Volume 1. Halaman 1-6.
https://www.omicsonline.org/open-access/design-budgeting-model-with-
approach-of-soft-systems-methodology-in-the-manufacturer-of-spare-parts-for-
cars-2472-114X-1000144.pdf . Diakses pada 16 Oktober 2019.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 Tentang


Perencanaan Dan Penganggaran Bidang Kesehatan.
http://www.lshk.or.id/uu/PMK%20No.%207%20ttg%20Perencanaan%20dan%20
Penganggaran%20Bidang%20Kesehatan.pdf . Diakses pada tanggal 16 Oktober
2019.

Prabowo, Tripitono Adi. 2016. Evaluasi Penganggaran Bidang Pendidikan dan


Kesehatan di Kabupaten Madiun. Media Trend Vol 11 No. 1. Halaman 85-98.
http://mediatrend.trunojoyo.ac.id/mediatrend/article/view/1357 . Diakses pada 16
Oktober 2019.
Trisugiarto, Teguh. 2016. Efektivitas Sistem Informasi Penganggaran

16
Terhadap Pencapaian Kinerja. JEAM Vol XV. Halaman 16-24. http://www.e-
jurnal.com/2017/01/efektivitas-sistem-informasi.html. Diakses pada tanggal 14
Oktober 2019.
Widodo, Edwin Rahmat. Dkk. 2012. Sistem Informasi Anggaran Kesehatan Swakelola
Pegawai Dan Keluarga PDAM Tirta Moedal Kota Semarang. Dinamika
Informatika Vol.4 No.2. Halaman 89-97.
http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fti2/article/viewFile/3771/1035 . Diakses
pada tanggal 15 Oktober 2019.

Winarno, Kus. Dkk. 2013. Evaluasi Kebijakan Pembangunan Puskesmas


Pembantu
Di Propinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol. 02
No. 02. Halaman 86-94. http://www.e-jurnal.com/2014/11/evaluasi-kebijakan-
pembangunan.html . Diakses pada tanggal 16 Oktober 2019.

17

Anda mungkin juga menyukai