Oleh:
Mahardhika Adhi Pratama
18708251002
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu amanat Undang- Undang Dasar 1945, hal ini
jelas tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “…untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia…”. Untuk mewujudkan amanat tersebut kemudian
disusun UUD 1945 pasal 31 yang mengarahkan pada pengusahaan dan
penyelenggaraan pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional harus berprinsip
demokrasi, desentralisasi dan otonomi dan memperhatikan hak asasi manusia (UU RI
No 20 Tahun 2003). Melalui sistem pendidikan nasional, warga negara diharapkan
mampu berdaya guna dan aktif dalam menghadapi kemajuan zaman. (Kemendikbud,
2012).
Guna mencapai tujuan pendidikan, maka dibutuhkan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran, dan pedoman penyelenggaraan
pembelajaran yang sering disebut dengan kurikulum (UU RI No 20 Tahun 2003).
Kurikulum bersifat dinamis, dan disesuaikan dengan tuntutan pendidikan dan
kemajuan zaman. Di indonesia perubahan kurikulum dimulai dari kurikulum 1947,
kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004
(KBK) (Abdullah, 2007), kurikulum 2006 (KTSP) dan sekarang kurikulum 2013.
Menteri Pendidikan menyatakan bahwa kurikulum 2013 merupakan pengembangan
dari kurikulum KBK dan KTSP yang mengalami penataan pola pikir dan tata kelola,
pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses dan penyesuaian beban.
Penguatan proses yang dimaksud dalam kurikulum 2013, menekankan bahwa
dalam pembelajaran kurikulum 2013 menggunakan pendekatan keterampilan proses
atau pendekatan saintifik yang meliputi proses mengamati, menanya, mencoba atau
melakukan eksperimen, menalar, mengkomunikasikan dan mencipta (Kemendikbud,
2014). Peserta didik disuguhi dengan pembelajaran student centered learning,
collaborative learning, dan discovery learning / belajar penemuan, yang erat kaitanya
dengan eksperimen.
Kegiatan ekperimen merupakan salah satu basis dari pembelajaran kurikulum
2013. Melalui kegiatan eksperimen, peserta didik akan mendapatkan pembelajaran
yang authentic yang mengarah pada discovery learning, Hosnan (2014) menyatakan
bahwa eksperimen merupakan suatu metode yang didasarkan pada pendekatan saintifik
untuk memecahkan masalah secara detail, dengan harapan peserta didik mendapatkan
informasi lebih dari apa yang disampaikan guru. Melalui kegiatan eksperimen yang
dilakukan oleh peserta didik, terbukti dapat meningkatkan hasil belajar kognitif.(El-
rabadi, 2013; Odutuyi, 2016; Tatli & Ayas, 2013; Ural, 2016). Penelitian ini didukung
dengan teori Edgar Dale bahwa pembelajaran dengan membaca saja akan
membangkitkan kemampuan mendiskribsikan dan memahami dan membekas di
ingatan peserta didik sebanyak 10%, sedangkan pembelajaran by doing akan
membangkitkan kemampuan menganalisa, mendefinisikan, mengevaluasi dan
mencipta, dan membekas di ingatan peserta didik sebanyak 90% (Davis & Summers,
2015).
Melihat peran sentral kegiatan eksperimen dalam pelaksanaan kurikulum 2013,
maka dibutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan eksperimen. Adapun
dari sekian banyak sarana dan prasaran pendidikan, laboratorium merupakan sarana
penunjang utama dalam pelaksanaan eksperimen. Laboratorium merupakan tempat
yang dilengkapi dengan peralatan untuk melakukan eksperimen (KBBI), laboratorium
identik dengan suatu ruangan yang memiliki letak dan bentuk spesifik, di dalamnya
terdapat alat dan bahan penelitian yang diatur secara teliti (Kancono & I Nyoman;
2010), sehingga dapat digunakan untuk penelitian dengan aman dan nyaman.
Laboratorium merupakan sarana pembelajaran yang terstandard (Permendiknas No 24
Tahun 2007) yang disediakan oleh penyelenggara sekolah guna menunjang kegiatan
belajar. Labolatorium dibedakan menjadi dua berdasarkan kegunaanya, yaitu
laboratorium riset yang digunakan untuk riset ilmiah, dan labolatorium pendidikan
yang digunakan untuk sarana pendidikan (Damayanti dan Kurniatanty; 2008).
Laboratorium pen didikan merupakan sarana penting dalam pembelajaran.
Laboratorium pendidikan dikelola dengan memperhatikan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi terkini agar relevan dengan perkembangan zaman dan
disertai dengan manual yang jelas untuk menghindari kekeliruan yang dapat
menimbulkan kerusakan (Permendiknas No 19 Tahun 2007). Laboratorium
menyediakan suatu tempat bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan langsung
dalam menemukan suatu konsep atau discovery learning. Dengan menggunakan
laboratorium sebagai sarana pembelajaran eksperimen untuk memahami suatu konsep,
dapat meningkatkan potensi intelektual, membangkitkan motivasi intrinsik, belajar
menyelidiki secara mandiri dan meningkatkan proses pemahaman.(Bruner, 1961).
Laboratorium juga mendukung guru untuk menyampaikan suatu pembelajaran, dan
proses diskusi peserta didik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar (Forcino, 2013).
Laboratorium disertai dengan aturan dan tata cara penggunaan yang sudah
ditetapkan, akan membantu proses pembelajaran yang ada, namun kenyataan di
lapangan menunjukan data yang tidak sesuai dengan harapan.
Terdapat berbagai materi Ilmu Pengetahuan Alam yang sangat cocok
disampaikan dengan menggunakan pembelajaran berbasis laboratorium atau dengan
metode eksperimen. Tujuan pembelajaran berbasis laboratorium ini tidak lain adalah
untuk memberikan pengalaman nyata, keterampilan proses sains dan kemampuan-
kemampuan literasi abad 21.
Salah satu materi yang memiliki karakteristik yang sesuai untuk
dieksperimenkan adalah materi getaran dan gelombang karena materi ini memiliki
dimensi pengetahuan prosedural yang luas misalnya bagaimana membuat sebuah
gelombang transversal, bagaimana cara menghitung panjang gelombang pada tali yang
bergerak bagaimana menentukan kecepatan gelombang dan sebagainya. materi ini
terdapat pada kelas 8 bab 10, dimana terdiri dari 3 bagian, yaitu: Pada bagian pertama
peserta didik mempelajari konsep getaran; gelombang; jenis gelombang; hubungan
antara panjang gelombang, frekuensi, cepat rambat, dan periode gelombang;
pemantulan gelombang; gelombang bunyi; serta karakteristik bunyi. Pada bagian
kedua, peserta didik akan mempelajari tentang struktur telinga dan mekanisme
mendengar pada manusia. Pada bagian ketiga peserta didik akan mempelajari tentang
aplikasi getaran dan gelombang dalam teknologi misalnya sistem sonar pada kelelawar,
USG, dan alat pengukur kedalaman laut.
Untuk itu pada makalah ini akan dikaji mengenai permasalahan kurikulum dalam
pelaksanaan proses pembelajaran laboratorium pada materi getaran dan gelombang
B. Rumusan Masalah
1. Apa masalah yang muncul dalam pembelajaran berbasis laboratorium pada
materi getaran dan gelombang?
2. Apa alternatif penyelesaian masalah yang muncul dalam pembelajaran berbasis
laboratorium pada materi getaran dan gelombang?
C. Tujuan
1. Mengidentifikasi masalah yang muncul dalam pembelajaran berbasis
laboratorium pada materi getaran dan gelombang
2. Mengidentifikasi alternatif penyelesaian masalah yang muncul dalam
pembelajaran berbasis laboratorium pada materi getaran dan gelombang
BAB II
ISI
Virtual laboratori
lebih mudah
Tidak adanya
digunakan sehingga
pelatihan dan proses pelatihanya
6 kurangnya akan lebih mudah.
kompetensi guru Namun begitu tetap
dibutuhkan pelatihan
softskill yang nyata
BAB III
KESIMPULAN
.
DAFTAR PUSTAKA
Davis, B., & Summers, M. (2015). Engineering Leaders Conference 2014 Applying
Dale ’ s Cone of Experience to increase learning and retention : A study of student
learning in a foundational leadership course.
Handayani, m. (2018). Pemanfaatan sarana laboratorium di sma yang telah dan belum
melaksanakan kurikulum 2013 the utilization of laboratory in the senior secondary
school that have and have not implemented the 2013 curriculum, 3, 152–166.
Kimia, j., & surabaya, u. N. (2014). Penerapan media laboratorium virtual ( phet ) pada
materi laju reaksi dengan model pengajaran langsung eko sumargo dan leny
yuanita, 3(1), 119–133.
Liu, D., Valdiviezo-díaz, P., Riofrio, G., & Sun, Y. (2015). Integration of Virtual Labs
into Science E-learning. Procedia - Procedia Computer Science, 75(Vare), 95–
102. https://doi.org/10.1016/j.procs.2015.12.224
Tatli, Z., & Ayas, A. (2013). International Forum of Educational Technology & Society
Effect of a Virtual Chemistry Laboratory on Students ’ Achievement
Technologies for the Seamless Integration of Formal and Informal Learning (
January Published by : International Forum of Educational Technology & Society
Linked references are available on JSTOR for this article : Effect of a Virtual
Chemistry Laboratory on Students ’ Achievement, 16(1).
Tololliu, S. 2018. Laboratorium Maya Solusi Bereksperimen Karena Keterbatasan Alat
Praktikum. Retrieved from:
http://pena.belajar.kemdikbud.go.id/2018/08/laboratorium-maya-solusi-
bereksperimen-karena-keterbatasan-alat-praktikum/. Diunduh pada tanggal 08
Meri 2019.
Anti Damayanti dan Isma Kurniatanty, (2008) Manajemen & Teknik Laboratorium,
(Yogyakarta: Prodi Biologi, Fakultas Saintek, UIN SUKA,2008
Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21:
Kunci
E. Harry , and B. Edward. Making Real Virtual Lab. The Science Education Review.
2005
E.J. Al-Zharani. The virtual labs. Journal of Curricula and Educational Supervision,
2008, 3, P.29-35.
Katili, N. S., Sadia, I.W., Suma, K. (2013). Analisis Sarana dan Intensitas
Penggunaan Laboratorium Fisika Serta Kontribusinya Terhadap Hasil Belajar
Siswa SMA Negeri di Kabupaten Jembrana. e-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA. Volume 3