Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama

sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh

dunia, di mana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi di negara yang sedang

berkembang. Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang

diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% ( 44 juta kematian) dengan

rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat

perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat

terutama pada negara-negara berkembang (Ambarwati, A, & Ferianto, F.

2019).
Di Indonesia data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi Penyakit

Tidak Menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas

2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan

hipertensi. Prevalensi kanker naik dari 1,4% (Riskesdas 2013) menjadi 1,8%;

prevalensi stroke naik dari 7% menjadi 10,9%; dan penyakit ginjal kronik

naik dari 2% menjadi 3,8% (Ambarwati, A., & Ferianto, F. 2019).


Di Indonesia stroke semakin meningkat dan merupakan beban bagi

negara akibat disabilitas yang ditimbulkannya. Definisi stroke menurut WHO

2014, adalah terputusnya aliran darah ke otak, umumnya akibat pecahnya

pembuluh darah ke otak atau karena tersumbatnya pembuluh darah ke otak

sehingga pasokan nutrisi dan oksigen ke otak berkurang. (World Health

Organization, 2014).

1
2

Stroke menyebabkan gangguan fisik atau disabilitas (American Stroke

Association, 2014). Mukherjee (2011) melaporkan bahwa dalam 20 tahun

terakhir terlihat peningkatan beban stroke terjadi secara global. WHO

mengestimasi peningkatan jumlah pasien stroke di beberapa negara Eropa

sebesar 1,1 juta pertahun pada tahun 2000 menjadi 1,5 juta pertahun pada

tahun 2025.
World Health Organization (WHO) tahun 2012 bahwa prevalensi

stroke di seluruh dunia pada tahun 2010 adalah 33 juta orang mengalami

serangan stroke pertama dan sisa nya untuk stroke berulang. Stroke penyebab

utama kecacatan di dunia dan kecacatan akibat stroke diperkirakan sekitar 33-

460 per 100.000 jiwa (Powers, W. J., dkk 2015).


Stroke merupakan penyebab kecacatan dan kematian dini dalam 15

tahun ke depan pada tahun 2035, stroke menyebabkan sekitar 6,2 juta

kematian setiap tahun. Hampir dari 12% kematian di seluruh dunia

disebabkan oleh stroke (Powers, W. J., dkk 2015).


Prevalensi stroke nasional berdasarkan Riskesdas 2018 sebesar

10,9‰, tertinggi di provinsi Kalimantan Timur (14,7‰) dan terendah

provinsi Papua (4,1‰). Adapun prevalensi stroke adalah sebagai berikut

berdasarkan kelompok umur : >75 tahun sebesar 50,2‰; 65-74 tahun sebesar

45,3‰; 55-64 tahun sebesar 32,4‰; 45-54 tahun sebesar 14,2‰; 35-44 tahun

sebesar 3,7‰; 25-34 tahun sebesar 1,4‰; dan 15-24 tahun sebesar 0,6‰ dan

berdasarkan jenis kelamin : Laki-laki sebesar 11,0‰, dan perempuan sebesar

10,9‰.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Kalimantan Selatan 2018,

penyakit stroke di Kalimantan Selatan menduduki peringkat ke 6. Daerah


3

yang paling tinggi terdapat di Kota Banjarmasin sebanyak 805 kasus,

kemudian daerah yang paling rendah di Kabupaten Hulu Sungai Selatan

sebanyak 15 kasus.
Dari data yang didapatkan peneliti di RSUD dr. H. Moch. Ansari

Saleh, pada tahun 2017 kejadian stroke hemoragik sebanyak 120 kasus, tahun

2018 kejadian stroke hemoragik sebanyak 120, dan tahun 2019 (Januari-

September) sebanyak 65 kasus stroke hemoragik.


Pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke secara

komprehensif dapat membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

dan menaikkan kualitas hidup pasien seperti kebutuhan dasar manusia

diantaranya makan, berpakaian, mandi, toileting, berhias, eleminasi, dan

mobilisasi.
Apabila perawat tidak melakukan asuhan keperawatan kepada pasien

stroke dengan optimal, dapat berdampak dalam pemenuhan kebutuhan dasar

pasien, seperti kemunduran kemandirian pasien. Dampak lain adalah

terjadinya depresi pada pasien stroke karena merasa tidak bisa melakukan

apa-apa serta depresi pada orang yang membantu merawat pasien (Latifah, L.

N., dkk 2018).


Respon pasien stroke jika tidak dilakukan asuhan keperawatan akan

berdampak terhadap pasien berupa dampak fisik, psikologis, sosial dan

ekonomi. Salah satunya dampak fisik menyebabkan kecacatan, baik ringan

maupun berat yang dimulai dari menurunnya kualitas hidup seseorang

terhadap pasca stroke karena aktivitas terganggu sehingga membutuhkan

bantuan orang lain.


Perawatan ditujukan untuk mengurangi dampak kecacatan dan

meningkatkan kemampuan penyandang cacat untuk mengatasi masalah


4

disabilitas dengan suatu rangkaian proses terapi atas kerjasama tenaga

kesehatan profesional di unit stroke yang tersedia dan keluarga guna

meringankan gangguan kognitif yang dialami serta meningkatkan

kemampuan hidup sehari-hari sampai interaksi sosial (Kementrian Kesehatan

RI, 2013). Pemulihan juga bertujuan mengembalikan fungsi fisik dan kognitif

karena kerusakan susunan saraf pusat yang bersifat irreversible (Tarwoto,

2013).
Berdasarkan permasalahan dari data diatas peneliti tertarik untuk

melakukan suatu penelitian dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien

dengan gangguan sistem saraf dengan penyakit stroke hemoragik di RSUD

dr. H. Moch. Ansari Saleh Kota Banjarmasin.

B. Rumusan masalah
Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke

hemoragik di RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh Kota Banjarmasin.

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengeksplorasi asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke

hemoragik di RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh Kota Banjarmasin.


2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi Pengkajian pada Asuhan Keperawatan Medikal

Bedah pada pasien stroke hemoragik di RSUD dr. H. Moch. Ansari

Saleh Kota Banjarmasin.


b. Merumuskan Masalah Keperawatan pada Asuhan Keperawatan

Medikal Bedah pada pasien stroke hemoragik di RSUD dr. H. Moch.

Ansari Saleh Kota Banjarmasin.


5

c. Menentukan Intervensi Keperawatan pada Asuhan Keperawatan

Medikal Bedah pada pasien stroke hemoragik di RSUD dr. H. Moch.

Ansari Saleh Kota Banjarmasin.


d. Melaksanakan Implementasi Keperawatan pada Asuhan Keperawatan

Medikal Bedah pada pasien stroke hemoragik di RSUD dr. H. Moch.

Ansari Saleh Kota Banjarmasin.


e. Melakukan Evaluasi Keperawatan pada Asuhan Keperawatan Medikal

Bedah pada pasien stroke hemoragik di RSUD dr. H. Moch. Ansari

Saleh Kota Banjarmasin.

D. Manfaat penelitian
1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan

sumber informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan

khususnya tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa

stroke hemoragik dan menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan

bidang keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar secara praktis.

a. Bagi Peneliti
Manfaat hasil penelitian ini dapat menambahkan

pengetahuan, wawasan, dan pengalaman mengenai asuhan

keperawatan pada pasien stroke hemoragik atau memperoleh

pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,

khususnya LTA tentang pelaksanaan asuhan keperawatan secara

komprehensif pada pasien stroke hemoragik.


b. Bagi Pasien dan Keluarga
Manfaat penelitian ini bagi pasien yaitu dapat meningkatkan

pengetahuan pasien dan keluarga tentang bagaimana merawat pasien


6

dengan gangguan sistem saraf khususnya penyakit stroke hemoragik

dala memenuhi kebutuhan dasarnya.


c. Bagi Rumah Sakit Umum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

bagi pihak RSUD atau perawat dalam rangka mengambil kebijakan

untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan pemberian

asuhan keperawatan pada pasien stroke hemoragik secara

komprehensif.

Anda mungkin juga menyukai