Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa sekarang ini, salah satu penyakit yang sering dijumpai pada
anak-anak yaitu penyakit asma. Kejadian asma meningkat di hampir seluruh
dunia, baik negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia.
Peningkatan ini diduga berhubungan dengan meningkatnya industri, selain itu
yang menjadi penyebab utama dewasa ini yaitu banyaknya kebakaran hutan
sehingga tingkat polusi cukup tinggi. Walaupun berdasarkan pengalaman klinis
dan berbagai penelitian asma merupakan penyakit yang sering ditemukan pada
anak, tetapi gambaran klinis asma pada anak sangat bervariasi, bahkan berat-
ringannya serangan dan sering-jarangnya serangan berubah-ubah dari waktu ke
waktu. Akibatnya kelainan ini kadang kala tidak terdiagnosis atau salah
diagnosis sehingga menyebabkan pengobatan tidak adekuat. Penyakit asma
merupakan kelainan yang sangat sering ditemukan dan diperkirakan 4–5%
populasi penduduk di Amerika Serikat terjangkit oleh penyakit ini. Asma
bronkial terjadi pada segala usia tetapi terutama dijumpai pada usia dini.
Sekitar separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga kasus lainnya
terjadi sebelum usia 40 tahun. Pada usia kanak-kanak terdapat predisposisi
laki-laki : perempuan = 2 : 1 yang kemudian menjadi sama pada usia 30 tahun.

Asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan kematian di


Indonesia, hal itu tergambar dari data studi Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. SKRT 1986 menunjukkan asma
menduduki urutan ke 5 dari 10 penyebab kesakitan bersama-sama dengan
bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan
emfisema sebagai penyebab kematian ke 4 di Indonesia atau sebesar 5,6%.
Tahun 1995, prevalensi asma di Indonesia sekitar 13 per 1.000 penduduk,
dibandingkan bronkitis kronik 11 per 1.000 penduduk dan obstruksi paru 2
per 1.000 penduduk. Oleh karena itu, penting bagi kita seorang perawat untuk
mampu memberdayakan masyarakat selain dengan mendorong program yang
digencarkan pemerintah juga dengan memenuhi kebutuhan kesehatan

1
masyarakat berdasarkan kondisi lingkungan sekitar.

1.2 Rumusan Masalah

1.Bagaimana alur perjalanan penyakit asma pada anak ?

2.Bagaimana peran perawat dalam menyelesaikan kasus asma pada anak ?

1.3 Tujuan

1.Mampu memahami bagaimana alur perjalanan penyakit asma

2.Mampu memahami peran perawat dalam menyelesaikan kasus asma pada


anak

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Definisi asma menurut Global Initiative for Asthma (GINA), asma adalah
gangguan inflamasi kronik pada saluran napas dengan berbagai sel yang
berperan, khususnya sel mast, eosinofil dan limfosit T. Pada individu yang
rentan inflamasi, mengakibatkan gejala episode mengi yang berulang, sesak
napas, dada terasa tertekan, dan batuk khususnya pada malam atau dini hari.
Gejala ini berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang luas dan
bervariasi dengan sifat sebagian reversibel baik secara spontan maupun dengan
pengobatan. Inflamasi ini juga berhubungan dengan hipereaktivitas jalan
napas terhadap berbagai rangsangan.

2.2 Klasifikasi

Penyakit asma dibagi menjadi dua menurut berat ringannya, yaitu:

 Klasifikasi Derajat Penyakit Asma

2
Konsensus Internasional Penanggulangan Asma Anak membagi asma
berdasarkan keadaan klinis dan keperluan obat menjadi 3 golongan, yaitu
asma episodik jarang, persisten sering, dan persisten berat.

 Klasifikasi Derajat Serangan Asma

Asma yang dinilai berdasarkan derajat serangan dan dibagi atas serangan
ringan, sedang, dan berat. Seorang penderita asma persisten sedang atau
berat dapat mengalami serangan ringan saja, sebaliknya seorang penderita
tergolong episodik jarang (asma ringan) dapat mengalami serangan berat,
bahkan ancaman henti napas, tetapi umumnya anak dengan asma persisten
sering akan mengalami serangan asma berat atau sebaliknya.

KLASIFIKASI DERAJAT PENYAKIT ASMA

KNAA membagi asma menurut perjalanan penyakitnya dan berdasarkan


parameter klinis, kebutuhan obat dan faal paru menjadi 3 derajat penyakit,
yaitu: (Tabel 22-2)

 Asma Episodik Jarang (Asma Ringan)


 Asma Episodik Sering (Asma Sedang)
 Asma Persisten (Asma Berat)

Pembagian Derajat Penyakit Asma Pada Anak

Parameter klinis, Asma episodik Asma episodik Asma persisten


kebutuhan obat dan jarang (Asma sering (Asma (Asma berat)
faal paru ringan) sedang)

3
Frekwensi serangan < 1 x / bulan > 1 x / bulan Sering

Lama serangan < 1 minggu ³ 1 minggu Hampir sepanjang


tahun (tanpa remisi)

biasanya berat
Intensitas serangan biasanya ringan biasanya sedang
gejala siang&malam
Di antara serangan tanpa gejala sering ada gejala
sangat terganggu
Tidur dan aktivitas tidak terganggu sering terganggu
tidak pernah normal
Pemeriksaan fisis di normal (tidak mungkin terganggu
luar serangan ditemukan (ditemukan
kelainan) kelainan)
Obat pengendali perlu, steroid
(anti inflamasi) tidak perlu perlu, non steroid

Uji faal paru (di PEF / FEV1 >80% PEF/ FEV1 60-80%
PEF / FEV1 < 60%
luar serangan)

Variabilitas faal
variabilitas < 20% variabilitas 20-30%
paru (bila ada variabilitas > 30%

serangan)

Penilaian Derajat Serangan Asma

Parameter klinis, Ringan Sedang Berat Ancaman henti


fungsi paru, nafas

laboratorium

Aktivitas Berjalan Berbicara Istirahat

Bayi:mena Bayi: Bayi:


ngis keras
Tangis pendek berhenti
dan lemah makan

4
Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata

Kesadaran Mungkin Biasanya Biasanya Kebingungan


teragitasi teragitasi teragitasi

Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata

Mengi Sedang, Nyaring, Sangat Sulit/ tidak


hanya pada sepanjang ekspir nyaring, terdengar
akhir +inspirasi terdengar
ekspirasi tanpa
stetoskop

Otot bantu nafas Biasanya Biasanya ya Ya Gerakan paradoks


tidak torakoabdominal

Retraksi Dangkal, Sedang, Dalam, Dangkal/ hilang


retraksi ditambah ditambah nafas
interkostal retraksi cuping hidung
suprasternal

Laju napas Meningkat Meningkat Meningkat Menurun

Laju nadi Normal Takikardia Takikardia Bradikardia

Pulsus paradoks Tidak ada 10-20 mm Hg > 20 mm Hg Tidak ada


us (kelelahan otot
napas)

PEFR atau FEV1 (% nilai dugaan / % nilai terbaik)

5
-pra bronkodilator >60% 40-60% <40%

-pasca bronko >80% 60-80% <60%

Dilator

Sa O2 % >95% 91-95% < 90%

Pa O2 Normal >60 mmHg < 60 mmHg

Pa CO2 < 45 mm <45 mm Hg > 45 mm Hg


Hg

Butir-butir penilaian dalam tabel ini tidak harus lengkap ada pada setiap
pasien. Penilaian tingkat awal harus diberikan jika pasien kurang memberikan
respons terhadap terapi awal, atau serangan memburuk dengan cepat, atau
pasien berisiko tinggi.

Sistem Skoring Pernafasan

0 1 2

Sianosis (-) (+) pada udara kamar (+) pada 40%


O2

Aktifitas otot-otot pernafasan tambahan (-) Sedang Nyata

Pertukaran udara Baik Sedang Jelek

Keadaan mental Normal Depresi/gelisah Koma

Pulsus paradoksus (Torr) < 10 10-40 > 40

PaO2 (Torr) 70-100 ≤ 70 pada udara kamar ≤ 70 pada


40%O2

PaCO2 (Torr) < 40 40-65 > 65

6
Skor :

0-4 : tidak ada bahaya

5-6 : akan terjadi gagal nafas → siapkan ugd

≥7 : gagal nafas

2.3 Etiologi

Penyebab asma secara pasti masih belum diketahui. Meskipun begitu, ada
beberapa hal yang dapat memicu kemunculan gejala penyakit ini, di antaranya
ada beberapa hal yang merupakan faktor presdiposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma menurut Baratawidjaja (2000) yaitu :

a. Faktor presdiposisi
Berupa genetik dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunanya yang jelas. Penderita
denganpenyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga yang
menderita menyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit asma jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain
itu hipersensitifitas saluran pernafasan juga bisa di turunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

a) Inhalan yaitu yang masuk melalui salura pernafasan


misalnya debu, bulu binantang, serbuk bunga, spora
jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan yaitu yang masuk melalui mulut misalnya
makanan dan obat obatan.
c) Kontaktan yaitu yang masuk melalui kontak denga kulit
misalnya perhiasan, logam dan jam tangan.
2) Perubahan cuaca

7
Cuaca lembab dan hawa penggunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atsmosfir yang mendadk dingin merupakan faktor
pemicu terjadinya serangan asma. Kadang kadang serangan berhubungan
dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal
ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
3) Stress
Stress atau gangguan emosi menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang alami stress
perlu diberi nasehat untuk menyelesaiakan masalah pribadinya. Karena
juka stresnya belum diatasi maka gejala asma belum bisa diobati.
4) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes atau polisi
lalul intas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5) Olah raga atau aktivitas yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan asma jika
melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling
mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
Menurut NANDA (2013) Etiologi Asma adalah dari :
a) Lingkungan, yaitu berupa asap dan rokok
b) Jalan napas, yaitu berupa spasme inhalasi asap,
perokok,pasif, sekresi yang tertahan, dan sekresi di
bronkus.
c) Fisiologi, yaitu berupa inhalasi dan penyakit paru obstruksi
kronik.

2.4 Patofisiologi

Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah
spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan

8
eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi
menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume
ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara,
hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan
frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi
menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi
bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-
gas darah terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan
alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut,
histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus.
Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik.
Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan
permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan
ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif
berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah
mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan
tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan
obstruksi aliran udara.

2.5 Tanda dan Gejala

Sebagian besar manifestasi akan muncul sebelum usia 6 tahun dan


kebanyakan gejala awal sudah ditemukan pada masa bayi, berupa mengi
berulang atau tanpa batuk yang berhubungan dengan infeksi virus, batuk, rasa
sesak didada dan napas pendek .

2.6 WOC

9
2.7 Komplikasi

Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:

10
1. Status Asmatikus
Status asmatikus adalah setiaop serangan asma berat atau yang
kemudian
menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan
aminoilin
suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita
harus dirawat
dengan terapi intensif.
2. Atelektasis
Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru
akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau
akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia
Hipoksima adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat kekurangan
oksigen
secara sistemik akibat inadekuat intake oksigen ke paru oleh
serangan asma.
4. Pneumotoraks
Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisema
Emisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah
penyempitan
(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru
menggelembung secara
berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas

2.8 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Sputum

11
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
- Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan
degranulasi dari
- Kristal eosinophil
- Spiral curshmann yang merupakan cast cell (sel cetakan)
dari cabang
- bronkus
- Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
- Netrofil dan eosinophil yang terdapat pada sputum
umumnya
- bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan
kadang terdapat
- mucus plug
b. Pemeriksaan Darah
- Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi
dapat pula
- terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis
- Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan
LDH
- Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3
- dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi
- Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan
dari Ig E
- pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari
serangan
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.Pada
waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-
paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun.Akan tetapi bila

12
terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut:
- Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di
hilus akan bertambah
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka
gambaran radiolusen akan semakin bertambah
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran
infiltrate pada paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis local
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru
b. Pemeriksaan Tes Kulit
Dilakukan untuk mencari factor alergi dengan berbagai allergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan
dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan
gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu:
- Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi
right axis deviasi dan clock wise rotation
- Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni
terdapatnya RBB (Right bundle branch block)
- Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus
tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi
segmen ST negative
d. Scanning Paru
Scanning paru dengan inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru
e. Spiometri

13
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible,
cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah
melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah
pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer)
golongan adrenergik.Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak
lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.Tidak adanya
respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan
spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis
tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi
pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi

2.9 Penatalaksanaan

Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera

2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan


serangan asma

3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai


penyakit asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya
sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan
bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.

 Pengobatan

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:

1) Pengobatan non farmakologik

a. Memberikan penyuluhan

b. Menghindari faktor pencetus

c. Pemberian cairan

14
d. Fisioterapi

e. Beri O₂ bila perlu

2) Pengobatan farmakologik

Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam


2 golongan:

a. Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)

Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec),


terbutalin (bricasma).

b. Santin (teofilin)

Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin


Retard), Teofilin (Amilex)

Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila


minum obat ini.

c. Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi


merupakan obat pencegah serangan asma. Kromalin biasanya
diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya
baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.

d. Ketolifen

Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti


kromalin.Biasanya diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari.Keuntungan
obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

2.10 Peran Perawat


A. Pengertian peran perawat
Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

15
seseorang terhadap kedudukan dalam suatu sistem. Jika seorang perawat,
peran yang dijalankan harus sesuai dengan lingkup kewenangan perawat.
Peran menggambarkan otoritas seseorang yang diatur dalam sebuah aturan
yang jelas, peran perawat yang utama adalah sebagai pelaksana, pengelola,
pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008).
1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang
sederhana sampai dengan kompleks.
2. Sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien
dan keluarga dalam menginterprestasikan berbagai informasi
dari pemeberi pelayanan khususnya dalam pengambilan
persetujuan
atas tindakan keperawatan . Perawat juga berperan dalam
mempertahankan dan melindungi hak – hak pasien meliputi
:
a. Hak atas pelayanan sebaik – baiknya
b. Hak atas informasi tentang penyakit
c. Hak atas privacy
d. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
e. Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian

3. Sebagai edukator ( pendidik )


Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan pengetahuan kesehatan, gejala penyakit
bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan
perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4. Sebagai koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan,

16
perencanaan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari
tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat
terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
5. Sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawata bekerja melalui
tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fioterapi, ahli gizi, dan
lain – lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan.

6. Sebagai konsultan
Perawat berperan sebagai tempat konsultasi dengan
mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang
sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.
7. Sebagai pembantu
Perawat mengadakan perencanaan, kerja sama
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.

B. Peran perawat dalam kasus asma pada anak

a. Persepsi perawat terhadap penyakit asma


Hasil penelitian tentang persepsi penyakit asma dihasilkan tiga
kategori yaitu bahwa penyakit asma disebabkan oleh alergi, hal ini
sesuai dengan pernyataan dari Mumpuni (2013) bahwa asma pada anak
ini umumnya terjadi karena alergi. Persepsi yang kedua bahwa asma
termasuk penyakit keturunan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Ngastiyah (2005) bahwa asma merupakan penyakit keturunan yang
penyebabnya masih belum jelas. Rengganis (2008) dalam penelitiannya
pada penyakit asma hal yang diturunkan adalah bakat alerginya,
meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya. Penderita
dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga
alergi. Dengan adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit asma bronkial jika terpajan dengan faktor pencetus. Persepsi

17
yang ketiga bahwa asma merupakan penyakit yang harus segera
ditangani, hal ini sesuai dengan penelitian Rengganis (2008) bahwa
gejala asma yang timbul harus segera diobati.

b. Peran perawat sebagai caregiver dalam pengkajian kasus

Hasil penelitian mengenai peran perawat sebagai caregiver


dalam pengkajian kasus diperoleh dua kategori yaitu pengkajian
identitas diri pasien dan pengkajian keluhan yang dialami pasien.
Hal ini sesuai dengan. penyataan dari Asmadi (2008) bahwa sebagai
pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan
pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada
klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi:
melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan informasi
yang benar.
Peran perawat dalam melakukan pengkajian klien dengan asma
sesuai dengan hasil penelitian Triyoga, dkk (2012) bahwa pengkajian
klien dengan asma antara lain dalah pengkajian data dasar : asma dapat
menyerang semua jenis kelamin, sebagian besar menyerang pada anak-
anak, dan dapat juga menyerang usia dewasa awal dan dewasa akhir.
keluhan utama adalah sesak napas, mengi, batuk-batuk. Asma
merupakan penyakit keturunan, ada riwayat keluarga yang mengalami
penyakit yang sama. Asma dapat kambuh sesuai dengan alergen yang
mempengaruhi. Pengkajian Primer yaitu keluhan yang dialami pasien
antara lain adalah suara wheezing, sesak napas, takipnea, batuk-batuk
dengan sputum, penggunaan otot aksesoris pernapasan, dan irama
pernapasan yang tidak teratur, serta sianosis. Pengkajian sekunder
didapatkan adanya alergi, pemakaian obat asma, asma yang sering
kambuh, dan terjadi kecemasan.
Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian dari Wulang
(2013) bahwa dalam melakukan pengkajian ditemukan bahwa tanda
dan gejala yang ditemukan pada pasien : batuk produktif, sesak kadang-
kadang, pusing, suhu subfibris, : mengi, wheezing, ekspirasi

18
memanjang, tachicardia, tachypnea, orthopnea, berkeringat, cyanosis,
hipoxia.

c. Peran perawat sebagai caregiver dalam merumuskan


diagnosa keperawatan
Hasil penelitian mengenai peran perawat sebagai caregiver dalam
merumuskan diagnosa keperawatan. Hasil penelitian ini sesuai
dengan pernyataan dari Asmadi (2008) bahwa perawat menegakkan
diagnosis keperawatan berdasarkan hasil analisis data. Hasil
penelitian Wulang (2013) menyatakan bahwa diagnosa keperawat
ditentukan setelah pengkajian dilakukan, data awal dan pengkajian
tersebut kemudian digunakan untuk membuat suatu diganosa dengan
memprioritaskan masalah terlebih dahulu.
Hasil penelitian peran perawat sebagai caregiver dihasilkan satu
kategori yaitu diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit asma
pada anak yaitu gangguan nafas yang berhubungan dengan
menyempitnya jalan nafas yang disebabkan oleh alergen yang masuk.
Hal ini sesuai dengan penelitian Triyoga, dkk (2012) bahwa diagnosa
keperawatan pada pasien dengan asma bronchiale antara lain jalan
nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme, pola nafas
tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi.
Diagnosa keperawatan lain yang muncul adalah adanya apneu
yang berhubungan dengan suplai oksigen ke otak, kemudian juga
gangguan rasa nyaman atau nyeri karena yang berhubungan dengan
asma. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Muttaqin (2008) bahwa
diagnosa keperawatan pada penyakit asma terdiri dari gangguan
pertukaran gas yang berhubungan dengan

19
gangguan suplai oksigen dan gangguan rasa nyaman yaitu pola
tidur yang berhubungan dengan penyakit asma.
d. Peran perawat sebagai kolaborator dalam intervensi keperawatan
Hasil penelitian diperoleh hasil bahwa peran perawat sebagai
kolaborator dalam intervensi keperawatan penyakit asma pada anak
adalah perawat melakukan konsultasi dengan dokter dan diberikan
oksigen. Peran perawat sebagai kolaborator dalam intervensi
keperawatan penyakit asma pada anak adalah berkonsultasi dengan
dokter. Hal ini sesuai dengan peran perawat sebagai kolaborator.
Menurut Asmadi (2008) bahwa sebagai kolaborator maka peran ini
dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
dari dokter, fioterapi, ahli gizi, dan lain–lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan. Hal ini
termasuk dalam pemberian obat pada kasus asma yang diderita anak
karena dengan kolaborasi dokter maka perawat dapat menentukan
jenis dan dosis obat yang digunakan untuk penanganan kasus asma
yang terjadi pada anak.
Dalam pemberian oksigen tersebut berarti perawat berfungsi
sebagai pemberi asuhan keperawatan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Asmadi (2008) bahwa salah satu fungsi perawat
adalah pemberi asuhan keperawatan, peran ini dapat dilakukan
perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia
yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana
sampai dengan kompleks.

e. Peran perawat sebagai caregiver dalam implementasi


keperawatan

20
Hasil penelitian peran perawat sebagai caregiver dalam
implementasi keperawatan dihasilkan dua kategori yaitu
memberikan oksigen dan pemberian nebulizer. Implementasi
keperawatan dengan memberikan oksigen sesuai dengan hasil
penelitian Yuliana (2013) bahwa untuk mengetahui apakah
pernafasan dalam batas normal atau tidak, apabila mengalami
gangguan pernafasan seperti sesak nafas harus segera dilakukan
tindakan keperawatan seperti pemasangan oksigen.
Implementasi keperawatan dengan pemberian nebulizer
sesuai dengan hasil penelitian Yuliana (2013) bahwa untuk dalam
implementasi keperawatan adalah dengan memberikan nebulizer di
mana hal tersebut dilakukan untuk membantu mengubah obat asma
yang berupa larutan menjadi uap yang dapat dihirup ke dalam
paru-paru, sehingga membantu mengencerkan sekresi dan
melancarkan jalan nafas.

f. Peran perawat sebagai kolaborator dalam implementasi


keperawatan
Hasil penelitian mengenai peran perawat sebagai kolaborator
dalam implementasi keperawatan dihasilkan satu kategori yaitu
intervensi kolaborasi yaitu dengan konsultasi dengan dokter dalam
pemberian obat- obatan. Hasil ini mendukung penelitian dari
Kuntarti (2005) bahwa peran perawat juga tampak pada penerapan
ketepatan obat dan cara atau rute pemberian obat. Tindakan untuk
meyakinkan bahwa perawat memberikan obat yang tepat kepada
pasien, perawat harus mampu menginterpretasikan progrm sesuai
dengan advis dokter secara tepat.

21
g. Peran perawat sebagai edukator dalam implementasi keperawatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran perawat sebagai
edukator dalam implementasi keperawatan dihasilkan satu kategori
yaitu pemberian edukasi. Hal ini sesuai pernyataan dari Kusnanto
(2011) bahwa salah satu diantaranya adalah sebagai educator
(pendidik), di mana ketika di rumah sakit, pasien maupun anggota
keluaraga pasien sering terlihat belum begitu mengerti tentang
pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan, dalam hal ini adalah
penyakit asma dan hal ini perawat harus menjalankan perannya sebagai
edukator Perawat juga harus bisa mendidik keluarga pasien, sehingga
pasien maupun keluarga yang belum tahu tentang suatu hal menjadi
lebih tahu. Misal, perawat menjelaskan tentang cara minum obat, efek
minum obat, cara mengatasi penyakit yang diderita pasien dan cara
pencegahan penyakit. Harapannya setelah pasien dipulangkan dari
rumah sakit, keluarga dapat membina pasien dalam merawat dirinya
secara mandiri tanpa bantuan seorang perawat.

h. Peran perawat sebagai evaluator dalam evaluasi keperawatan


Hasil penelitian diketahui bahwa peran perawat sebagai
evaluator dalam evaluasi keperawatan ini dihasilkan 4 kategori yaitu
mengevaluasi sesak nafas, wheezing, pernafasan pasien dan respiration
rate pasien. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Yuliana
(2013) bahwa dalam pelaksanaan evaluasi keperawatan maka perawat
melakukan evaluasi pada batuk dan sesak nafas, wheezing pasien dan
intervensi observasi vital sign.
i. Harapan perawat terhadap pasien
Hasil penelitian mengenai harapan perawat terhadap pasien
diperoleh tiga kategori yaitu yaitu deteksi dini, cepat sembuh dan pasien
tidak mengalami kekambuhan lagi. Hal ini sesuai pernyataan dari

22
Asmadi (2008) bahwa peran perawat sebagai edukator dilakukan
dengan membantu klien dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan,
gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi
perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan
sehingga pasien cepat sembuh dan tidak mengalami kekambuhan
kembali, selain itu ke depannya keluarga pasien dapat melakukan
deteksi dini.
j. Harapan perawat terhadap institusi kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa harapan perawat terhadap
institusi kesehatan antara lain adalah ketersediaan tim medis, adanya
pelatihan dan adanya bimbingan dari dokter spesialis. Hal ini tidak
terlepas dari peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien sehingga perawat harus terus meningkatkan
kemampuannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Asmadi (2008)
bahwa peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
melalui pemberian pelayanan keperawatan pemberian asuhan
keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan
kompleks, berdasarkan hal tersebut maka keterampilan perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan pada penyakit asma diperlukan
ketersediaan tim medis, adanya pelatihan dan bimbingan dari dokter
spesialis.

2.11 Advokasi
Menurut Etty Nurul Afidah Madya Sulisno Tahun 2013 Pelaksanaan
tindakan peran advokasi meliputi member informasi ,Menjadi mediator dan
melindungi pasien. Faktor yang mempengaruhi Pelaksanaannya terdiri dari factor
penghambat dan factor pendukung. Faktor yang Menjadi penghambat antara lain:
Kepemimpinan dokter, Lemahnya Dukungan organisasi, Kurangnya perhatian
terhadap advokasi,kurangnya jumlah Tenaga perawat, kondisi Emosional

23
keluarga,terbatasnya fasilitas kesehatandan lemahnya kode etik. Sementara itu
factor yang Mendukung meliputi: kondisi pasien, Pengetahuan tentang kondisi
pasien, pendidikan keperawatan yang semakin tinggi, kewajiban perawat dan
dukungan instansi rumah sakit.

2.12 Informed Konsen


1. Informed consent Anak (lembar persetujuan)
Berdasarkan Undang-Undang nomor 35 tahun 2014, yang dimaksud
dengan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun.
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pasal 330, seseorang yang
berumur 21 tahun, atau lebih, atau telah menikah dianggap sebagai orang
dewasa sehingga dapat memberikan persetujuan. Anak yang masih kecil
dapat mengerti proses prosedur medis yang simpel beserta potensial
konsekuensinya, seperti misalnya perawatan luka. Namun, untuk suatu tindak
medis yang lebih kompleks, seperti kemoterapi, pungsi lumbal, anak kecil ini
belum dapat mengkonseptualkan prosedur medis ini, Karenanya, anak kecil
dianggap tidak dapat memberikan suatu Informed Consent untuk hal medis
yang lebih kompleks, Maka, orangtua, atau wali yang berlegalitas, memiliki
otoritas untuk memberikan persetujuan ini

Dalam melakukan uji coba penelitian kepada anak-anak, umumnya


diminta persetujuan bukan hanya dari orangtua, tapi juga dari subyek
penelitian, yaitu anak tersebut. Seorang anak tetap memiliki hak untuk
menentukan dan memutuskan apa yang hendak dilakukan terhadap
dirinya.Hal ini tertuang dalam suatu keputusan, yang disebut
sebagai Informed Assent

Di negara Amerika Serikat, terdapat rekomendasi suatu peraturan usia


anak menurut perkembangan kognitifnya, dalam kompetensi anak tersebut
memutuskan apakah mau turut serta berpartisipasi sebagai subyek dalam suatu

24
penelitian, yang disebut sebagai Rule of Sevens, membagi kehidupan anak
menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Lahir – usia 7 tahun: perkembangan kognitif yang kurang matang pada


anak kisaran usia ini, untuk dapat mengambil keputusan secara otonom
2) Usia 7 – 14 tahun: kisaran usia ini, anak dianggap dapat untuk membedakan
mana yang benar, atau tidak
3) Usia 14 – 21 tahun: pada kisaran usia ini, anak secara legal, memiliki
tanggungjawab sosial akan sikap perilakunya di masyarakat, dan keluarga

Namun, sekali lagi, batasan usia anak tidaklah menjadi pedoman yang
pasti. Pada akhirnya, dokterlah yang dapat memutuskan kompetensi seorang
anak untuk memutuskan hal-hal yang lebih kompleks.

BAB III

ROLEPLAY

3.1 Skenario

Pemeran :
Jumardi (Kakek) : Safitri
Juminten (nenek) : arta
Junaedi (Bapak) : dinda
Juleha (Ibu) : fadhilla
Jumila (anak) : lusy
Jems (dokter) : bella
Julia (perawat 1) : adven
Jaenap (perawat 2) : Farah

3.2 Naskah

25
Pagi hari di rumah kakek Jumardi, kakek nenek dan Jumila sedang
membersihkan rumah. Jumila membantu nenek membersihkan kamar, sedangkan
kakek sedang membersihkan langit-langit di dapur.

Jumila : Mbah,. Mila bantu nyapu kamar nggeh mbah,.

Nenek : Nggeh sayang, cucu mbak memang pinter..


(sambil membersihkan kasur di dekat Jumila)
Beberapa menit setelah membersihkan rumah,
Jumila tampak sesak
Jumila :
Mbah..
Mbah.. tolong mila tidak bisa nafas mbah..
Nenek :
YaAllah cu… kok bisa begini.. (mbah
Juminten memanggil kakek)
Kakek : Kek ini looh cucumu..

Ono opo toh jum jum..


Nenek : Sek toh, aku sek ngeresi’I plapon iki loh..

Kakek : Rene loh mbah, iki lho cucumu

Walaaah juuum juuum iya sek sek (sambil


Nenek : menghampiri)
Ono opo toh? Kowe kangen toh karo aku, kok
Kakek : celok cekol kaet mau

Kengen- kengen!!! Iki loh mbah cucumu


Nenek : sesek, yo opo iki.

26
Astagfirullahalazim cu…
Ayo jum turokno disek, ben istirahat.
Kakek : Dibopong neng kasur..

Iya mbah..
Mbah.. minta tolong belikan obat di warung
mbok darmi yam bah bilang aja buat sesak..
(sambil mengoleskan minyak kayu putih)

Iya sek jum (kakek pergi membeli obat)


Beberapa menit kemudian…

Kakek : Ini jum obatnya dan airnya

Nenek : Makasi mbah..


Mila ayo nak diminum dulu yah obatnya, nanti
baru istirahat
Jumila :
(mengangguk dan meminum obat)

Hari itu akhirnya kakek dan nenek memutuskan untuk membiarkan Jumila
istirahat dan berharap kondisinya akan membaik. Namun kondisi Jumila justru
semakin memburuk, dan semakin lemas. Keesokan harinya kakek dan nenek
memutuskan untuk membawa cucunya ke rumah sakit terdekat…

Kakek : Suster dokter tolong cucu saya sus (sambil


memapah Jumila)

27
(perawat langsung menghampiri jumila dan
membaringkannya di tempat tidur. Kemudian
perawat langsung memberikan oksigen nasal
kanul. Setelah itu dokter segera memeriksa
keadaan Jumila, dari hasil pemeriksaan dokter
Dokter : memberikan instruksi kepada perawat untuk
mengganti oksigen nasal kanul dengan
Kakek : menggunakan oksigen masker 8 lpm)

Nenek : Kok bisa sampai begini nek, ini bagaimana


ceritanya?

Gimana itu loh jum ditanya dokternya


Dokter :
Iya dokter..
Nenek : Jadi kemarin dia bantu saya nyapu-nyapu
kamar, terus kok tiba-tiba tidak bisa nafas
begitu dok,.

Kakek : Terus kenapa baru dibawa ke rumah sakit hari


ini nek?

Dokter : Iya dok, saya kira nanti bisa berkurang sendiri.


Kemarin sudah saya pijetin, saya olesin
Kakek : minyak kayu putih, terus saya minumkan obat
yang kakeknya beli di warung

Kira-kira kene opo yah dok, kok sampai begini


Dokter : bibirnya sampai biru nguno?

28
Sebelumnya belum pernah terjadi sesak seperti
Kakek : ini toh nek kek?

Walah dok, kita mana tau. Ini cucu saya baru


Nenek : dititipkan ibunya dirumah saya karena ibu
bapaknya kerja satu minggu keluar kota jadi
kuli katean rewang dook
Kakek :
Oooh.. kalau keluarga yang lain apa ada yang
Dokter : sesak juga seperti ini yah kek?

Kakek : Waaah dok sepertinya mantu saya deh, saya


dan anak saya sih tidak. Laah kuwe tau sesek
Dokter : ta jum?

Ya ndak toh kek, gimana toh, kan kakek tau


sendiri aku ndak pernah sesak

Ya bekne toh jum, ajo nesu nesu toh jum..

Ini jadi anaknya belum datang dari luar kota


yah nek?
Kakek :
nenek Iya dok,. Leres..

Iya sudah,. Saya jelaskan ke nenek dan kakek


dulu yaah, sebagai orang terdekat dek Jumila
Begini, sementara berdasarkan hasil
pemeriksaan saya dan gejala yang dialami dek
Jumila. Kemungkinan dek Jumila menderita

29
asma/ nama lain dari sesak dan jika tidak
kunjung ditangani yah seperti adek mila ini.
tubuhnya kekurangan udara sehingga membiru
dan lemas. Sementara ini kita rawat dulu yah
nek, nanti saya berikan resep untuk diuap, dan
untuk tindakan selanjutnya akan dijelaskan
lagi nanti.

Oh iya dok, terimakasih

Malam harinya..

Perawat : Nenek / kakek monggo ikut saya salah satu,


1 dokter mau memberi penjelasan

Kakek : Oh iya sus, biar saya saja

Dokter : Jadi begini kek, berdasarkan hasil pemeriksaan


yang telah dilakukan cucu kakek menderita
asma dan kerena setelah dipantau ternyata
sesaknya tidak kunjung membaik ditambah
lagi kondisi dek Jumila yang semakin
melemah, saya minta agar dek mila dirawat
inap. Gimana kek? Saya sarankan agar kakek
Kakek : segera mengurus adaministrasinya.

Walah dok saya mana berani memutuskan.


Dokter : Coba saya hubungi orang tuanya saya dulu ya
dok

30
Ya sudah, nanti biar kakek dibantu suster. Saya
Kakek : harus pergi ke ruang sebelah dulu, ada pasien
yang harus saya periksa dulu nanti saya tunggu
keputusannya ya kek.

Oh iya dok
(kakek segera menghubungi anaknya)

Beberapa jam kemudian orang tua Jumila datang dan langsung menemui
suster

Bapak : Permisi suster, saya mau membawa pulang


anak saya,.
Perawat :
1 Oh iya pak bu monggo duduk dulu

(duduk)

Siapa nama anaknya pak?


Bapak :
Jumila Putri Junaedi sus
Perawat :
1 Oh iya, maaf sebelumnya apa bapak sudah tau
bagaimana sebenarnya kondisi anak bapak,
Bapak : apa sakitnya dan mengapa harus dirawat?

Saya baru datang sus, tadi cuman diberi tau


Perawat : mertua saya, kalau Jumila harus rawat inap.
1 Sudah sus saya minta dirawat jalan saja

31
Oh iya, saya jelaskan dulu ya pak kondisi
anaknya. dek Jumila menderita asma/ nama
Bapak : lain dari sesak dan jika tidak kunjung ditangani
yah seperti adek mila ini. tubuhnya
kekurangan udara sehingga membiru dan
lemas.
Perawat :
1 Gitu ya sust?
Tapi ndak apa-apa, saya tetap minta pulang
Ibu : saja. Nanti dirumah pasti tetap saya jaga, biar
ibunya saya suruh dirumah ngerawat anaknya.

Memang kenapa pak? Apakah alasannya kalau


Perawat : berkenan monggo diceritakan, mungkin saya
1 bisa bantu.

Kami ndak ada uang sus untuk bayar RS, dan


Ibu : lagi ini mila juga dan saya belum punya BPJS,
dapat dari mana saya ini uang, orang saya ini
cuma kuli dan istri saya pembantu.

Begini saja bapak ibu, sementara bapak dan


ibu mengurus BPJS, adek mila tetap dirawat
Bapak : dulu ya pak. Cuman sementara kok jadi pasien
umum. Kasian loh pak dek mila
Ibu :
Suster ini bagaimana sih kok memaksa, saya
Perawat : kan sudah bilang kalau saya ini ndak ada uang
1 buat bayar. Lagian mila itu anak saya sus,
kalau masalah kasian pastilah saya kasihan.

32
Saya juga saying sekali sama anak saya, tapi
mau gimana lagi, sudah saya pokoknya tetep
mau bawa pulang.

Ibu : Sabra dulu bu..

Ini lho pak susternya nggak nggak ngerti


keadaan kita

Sabar bu bukan maksud saya untuk memaksa,


Perawat : saya hanya berusaha memberi pertimbangan
1 dan mencarikan solusi yang terbaik untuk dek
Jumila dan juga terbaik untuk keluarga. Begini
saja biar nanti saya diskusikan dengan
dokternya dulu. Nanti saya temui bapak dan
ibu lagi. Ibu bapak dan keluarga moggo
didiskusikan dulu, apa memang benar tetap
mau pulang paksa dengan kondisi dek mila
sekarang.

Iya sus, astagfirullah saya juga minta maaf.


Saya terbawa emosi sus. Saya bingunng harus
bagaimana, sedangkan saat ini memang
kondisi saya ndak ada uang. ini kemarin saya
pinjam uang majikan buat ongkos kesini.
Terimakasi ya suster. Saya tunggu informasi
selanjutnya, saya ke anak saya dulu ya sust.

Iya bu pak monggo

33
Perawat menemui dokter
Perawat : Dokter, ini orangtua dari anak Jumila minta
1 pulang paksa dan dilakukan rawat jalan saja.
Bagaimana ya dok?
Dokter :
Yaa nggak bisa dong suster Julia!!! (nada
tinggi)
Suster tahu sendiri kan bagaimana kondisi
Perawat : anak Jumila, mana mungkin saya ijinkan
1 pulang. Kasihan itu anak.

Maaf yah dok, kita tidak bias memaksa pasien,


karena keputusan akhir tetap hak pasien dan
keluarga. Kita hanya berusaha menjelaskan
Perawat : dan jadi konselor. Lagian memangkan kondisi
2 ekonomi keluarga tidak memungkinkan,
kelarga juga tidak memiliki BPJS atau jaminan
asuransi lainnya

Sabar-sabar.
Bagaimana kalau begini saja mbak, gimana
keluarga diberikan penjelasan lagi sementara
orang tua mengurus BPJS dilakukan rawat
inapnya hanya sampai 1-2 hari untuk observasi
Dokter : kita nanti kalau sesaknya lumayan berkurang,
bias diijinkan untuk rawat jalan dengan
bantuan pengawasan puskesmas terdekat,
Perawat : kalau BPJS sudah bias aktif nanti diannjurkan
1 control ulang kesini karena bagaimanapun
BPJS itu kan sangat penting untuk dia mbak,

34
memngingat asma itu mudah berulang dan lagi
kalau sekarang memang tidak mungkin
dipulangkan.

Ooo iya dek, kamu benar. Coba nanti ibu julia


diskusikan dengan keluarga pasien
Dokter :
Oo iya dok, mungkin ini tadi ayah dan ibunya
masih dalam kondisi tegang hingga terbawa
Perawat : emosi, semoga nanti mau.
1
Oo iya dok, saya minta bantuan kerjasamanya
ya, tolong untuk jenis obat jangan diberikan
obat paten dan lebih baik yang generic kalau
ada agar biaya tidak membengkak, kasihan
pasien dan keluarga kalau nanti ada tindakan
pemeriksaan lab atau foto yang bias di tunda
mohon dilakukan setelah pasien punya BPJS.

Ooh iya sus siap, nanti saya usahakan berikan


pengobatan dan tindakan yang urgen saja dulu,
bisa di atur nanti

Baik dok, trimakasih. Saya coba jelaskan ke


keluarga pasien lagi.
Dan pada akhirnya saat perawat menjelaskan lagi mengenai berbagai
alternative beserta konsekuensinya, maka keluarga klien menyetujui untuk
tetap dilakukan rawat inap pada anaknya selama 1-2 hari hingga kondisi
membaik, sementara ayah klien mengurus BPJS.

35
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Asma adalah gangguan inflamasi kronik pada saluran napas dengan berbagai
sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil dan limfosit T (Global Initiative
for Asthma (GINA)). Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon
IgE yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu
mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon
peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus,
edema dan obstruksi aliran udara.

Perawat dalam menangani kasus penyakit asma mempunyai beberapa peran


seperti sebagai caregiver dalam pengkajian kasus, merumuskan diagnosa
keperawatan, implementasi, sebagai kolaborator dalam intervensi dan
implementasi keperawatan, sebagai edukator dalam implementasi keperawatan,
dan peran perawat sebagai evaluator dalam evaluasi keperawatan. Dalam
melakukan uji coba penelitian pada anak umumnya diminta persetujuan bukan
hanya dari orangtua, tapi juga dari subyek penelitian yaitu anak itu sendiri.

4.2 Saran
Dengan mengetahui arti dari advokasi, peran dan lainnya diharapkan kepada
seluruh advocator yang baik dan handal, yang bekerja secara professional, yang
tidak hanya menjadi advocator yang baik dan handal, yang bekerja secara
professional, yang tidak hanya menjadi advocator pasien maupun klien, tpi juga
menadi pembela kelayakan untuk keluarga pasien, baik itu dari segi kenyamanan,
kelayakan dan juga pelayanan-pelayanan keperawatan lainnya.

36
DAFTAR PUSTAKA

Destriana Nugraheni .(2015). Peran Perawat Tentang Penanganan Asma Pada Anak di
IGD Puskesmas Sibela Mojosongo. Stikes Khusuma Husada. Surakarta

Tuesday 15/10/19

20:29 http://eprints.undip.ac.id/43716/6/BAB_2_-burn.pdf

20:50 https://www.academia.edu/19066629/ASMA_PADA_ANAK

Thursday 17/10/19

08:54
http://repository.ump.ac.id/648/3/BAB%20II_DODI%20ROHMAN_KEPERAWAT
AN%20S1%2715.pdf

37

Anda mungkin juga menyukai