PENDAHULUAN
Pada masa sekarang ini, salah satu penyakit yang sering dijumpai pada
anak-anak yaitu penyakit asma. Kejadian asma meningkat di hampir seluruh
dunia, baik negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia.
Peningkatan ini diduga berhubungan dengan meningkatnya industri, selain itu
yang menjadi penyebab utama dewasa ini yaitu banyaknya kebakaran hutan
sehingga tingkat polusi cukup tinggi. Walaupun berdasarkan pengalaman klinis
dan berbagai penelitian asma merupakan penyakit yang sering ditemukan pada
anak, tetapi gambaran klinis asma pada anak sangat bervariasi, bahkan berat-
ringannya serangan dan sering-jarangnya serangan berubah-ubah dari waktu ke
waktu. Akibatnya kelainan ini kadang kala tidak terdiagnosis atau salah
diagnosis sehingga menyebabkan pengobatan tidak adekuat. Penyakit asma
merupakan kelainan yang sangat sering ditemukan dan diperkirakan 4–5%
populasi penduduk di Amerika Serikat terjangkit oleh penyakit ini. Asma
bronkial terjadi pada segala usia tetapi terutama dijumpai pada usia dini.
Sekitar separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga kasus lainnya
terjadi sebelum usia 40 tahun. Pada usia kanak-kanak terdapat predisposisi
laki-laki : perempuan = 2 : 1 yang kemudian menjadi sama pada usia 30 tahun.
1
masyarakat berdasarkan kondisi lingkungan sekitar.
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Definisi asma menurut Global Initiative for Asthma (GINA), asma adalah
gangguan inflamasi kronik pada saluran napas dengan berbagai sel yang
berperan, khususnya sel mast, eosinofil dan limfosit T. Pada individu yang
rentan inflamasi, mengakibatkan gejala episode mengi yang berulang, sesak
napas, dada terasa tertekan, dan batuk khususnya pada malam atau dini hari.
Gejala ini berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang luas dan
bervariasi dengan sifat sebagian reversibel baik secara spontan maupun dengan
pengobatan. Inflamasi ini juga berhubungan dengan hipereaktivitas jalan
napas terhadap berbagai rangsangan.
2.2 Klasifikasi
2
Konsensus Internasional Penanggulangan Asma Anak membagi asma
berdasarkan keadaan klinis dan keperluan obat menjadi 3 golongan, yaitu
asma episodik jarang, persisten sering, dan persisten berat.
Asma yang dinilai berdasarkan derajat serangan dan dibagi atas serangan
ringan, sedang, dan berat. Seorang penderita asma persisten sedang atau
berat dapat mengalami serangan ringan saja, sebaliknya seorang penderita
tergolong episodik jarang (asma ringan) dapat mengalami serangan berat,
bahkan ancaman henti napas, tetapi umumnya anak dengan asma persisten
sering akan mengalami serangan asma berat atau sebaliknya.
3
Frekwensi serangan < 1 x / bulan > 1 x / bulan Sering
biasanya berat
Intensitas serangan biasanya ringan biasanya sedang
gejala siang&malam
Di antara serangan tanpa gejala sering ada gejala
sangat terganggu
Tidur dan aktivitas tidak terganggu sering terganggu
tidak pernah normal
Pemeriksaan fisis di normal (tidak mungkin terganggu
luar serangan ditemukan (ditemukan
kelainan) kelainan)
Obat pengendali perlu, steroid
(anti inflamasi) tidak perlu perlu, non steroid
Uji faal paru (di PEF / FEV1 >80% PEF/ FEV1 60-80%
PEF / FEV1 < 60%
luar serangan)
Variabilitas faal
variabilitas < 20% variabilitas 20-30%
paru (bila ada variabilitas > 30%
serangan)
laboratorium
4
Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata
5
-pra bronkodilator >60% 40-60% <40%
Dilator
Butir-butir penilaian dalam tabel ini tidak harus lengkap ada pada setiap
pasien. Penilaian tingkat awal harus diberikan jika pasien kurang memberikan
respons terhadap terapi awal, atau serangan memburuk dengan cepat, atau
pasien berisiko tinggi.
0 1 2
6
Skor :
≥7 : gagal nafas
2.3 Etiologi
Penyebab asma secara pasti masih belum diketahui. Meskipun begitu, ada
beberapa hal yang dapat memicu kemunculan gejala penyakit ini, di antaranya
ada beberapa hal yang merupakan faktor presdiposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma menurut Baratawidjaja (2000) yaitu :
a. Faktor presdiposisi
Berupa genetik dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunanya yang jelas. Penderita
denganpenyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga yang
menderita menyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit asma jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain
itu hipersensitifitas saluran pernafasan juga bisa di turunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
7
Cuaca lembab dan hawa penggunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atsmosfir yang mendadk dingin merupakan faktor
pemicu terjadinya serangan asma. Kadang kadang serangan berhubungan
dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal
ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
3) Stress
Stress atau gangguan emosi menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang alami stress
perlu diberi nasehat untuk menyelesaiakan masalah pribadinya. Karena
juka stresnya belum diatasi maka gejala asma belum bisa diobati.
4) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes atau polisi
lalul intas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5) Olah raga atau aktivitas yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan asma jika
melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling
mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
Menurut NANDA (2013) Etiologi Asma adalah dari :
a) Lingkungan, yaitu berupa asap dan rokok
b) Jalan napas, yaitu berupa spasme inhalasi asap,
perokok,pasif, sekresi yang tertahan, dan sekresi di
bronkus.
c) Fisiologi, yaitu berupa inhalasi dan penyakit paru obstruksi
kronik.
2.4 Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah
spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan
8
eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi
menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume
ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara,
hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan
frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi
menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi
bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-
gas darah terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan
alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut,
histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus.
Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik.
Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan
permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan
ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif
berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah
mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan
tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan
obstruksi aliran udara.
2.6 WOC
9
2.7 Komplikasi
10
1. Status Asmatikus
Status asmatikus adalah setiaop serangan asma berat atau yang
kemudian
menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan
aminoilin
suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita
harus dirawat
dengan terapi intensif.
2. Atelektasis
Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru
akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau
akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia
Hipoksima adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat kekurangan
oksigen
secara sistemik akibat inadekuat intake oksigen ke paru oleh
serangan asma.
4. Pneumotoraks
Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisema
Emisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah
penyempitan
(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru
menggelembung secara
berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas
11
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
- Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan
degranulasi dari
- Kristal eosinophil
- Spiral curshmann yang merupakan cast cell (sel cetakan)
dari cabang
- bronkus
- Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
- Netrofil dan eosinophil yang terdapat pada sputum
umumnya
- bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan
kadang terdapat
- mucus plug
b. Pemeriksaan Darah
- Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi
dapat pula
- terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis
- Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan
LDH
- Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3
- dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi
- Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan
dari Ig E
- pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari
serangan
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.Pada
waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-
paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun.Akan tetapi bila
12
terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut:
- Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di
hilus akan bertambah
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka
gambaran radiolusen akan semakin bertambah
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran
infiltrate pada paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis local
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru
b. Pemeriksaan Tes Kulit
Dilakukan untuk mencari factor alergi dengan berbagai allergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan
dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan
gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu:
- Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi
right axis deviasi dan clock wise rotation
- Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni
terdapatnya RBB (Right bundle branch block)
- Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus
tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi
segmen ST negative
d. Scanning Paru
Scanning paru dengan inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru
e. Spiometri
13
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible,
cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah
melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah
pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer)
golongan adrenergik.Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak
lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.Tidak adanya
respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan
spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis
tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi
pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi
2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan
a. Memberikan penyuluhan
c. Pemberian cairan
14
d. Fisioterapi
2) Pengobatan farmakologik
b. Santin (teofilin)
c. Kromalin
d. Ketolifen
15
seseorang terhadap kedudukan dalam suatu sistem. Jika seorang perawat,
peran yang dijalankan harus sesuai dengan lingkup kewenangan perawat.
Peran menggambarkan otoritas seseorang yang diatur dalam sebuah aturan
yang jelas, peran perawat yang utama adalah sebagai pelaksana, pengelola,
pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008).
1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang
sederhana sampai dengan kompleks.
2. Sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien
dan keluarga dalam menginterprestasikan berbagai informasi
dari pemeberi pelayanan khususnya dalam pengambilan
persetujuan
atas tindakan keperawatan . Perawat juga berperan dalam
mempertahankan dan melindungi hak – hak pasien meliputi
:
a. Hak atas pelayanan sebaik – baiknya
b. Hak atas informasi tentang penyakit
c. Hak atas privacy
d. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
e. Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian
16
perencanaan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari
tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat
terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
5. Sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawata bekerja melalui
tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fioterapi, ahli gizi, dan
lain – lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan.
6. Sebagai konsultan
Perawat berperan sebagai tempat konsultasi dengan
mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang
sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.
7. Sebagai pembantu
Perawat mengadakan perencanaan, kerja sama
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.
17
yang ketiga bahwa asma merupakan penyakit yang harus segera
ditangani, hal ini sesuai dengan penelitian Rengganis (2008) bahwa
gejala asma yang timbul harus segera diobati.
18
memanjang, tachicardia, tachypnea, orthopnea, berkeringat, cyanosis,
hipoxia.
19
gangguan suplai oksigen dan gangguan rasa nyaman yaitu pola
tidur yang berhubungan dengan penyakit asma.
d. Peran perawat sebagai kolaborator dalam intervensi keperawatan
Hasil penelitian diperoleh hasil bahwa peran perawat sebagai
kolaborator dalam intervensi keperawatan penyakit asma pada anak
adalah perawat melakukan konsultasi dengan dokter dan diberikan
oksigen. Peran perawat sebagai kolaborator dalam intervensi
keperawatan penyakit asma pada anak adalah berkonsultasi dengan
dokter. Hal ini sesuai dengan peran perawat sebagai kolaborator.
Menurut Asmadi (2008) bahwa sebagai kolaborator maka peran ini
dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
dari dokter, fioterapi, ahli gizi, dan lain–lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan. Hal ini
termasuk dalam pemberian obat pada kasus asma yang diderita anak
karena dengan kolaborasi dokter maka perawat dapat menentukan
jenis dan dosis obat yang digunakan untuk penanganan kasus asma
yang terjadi pada anak.
Dalam pemberian oksigen tersebut berarti perawat berfungsi
sebagai pemberi asuhan keperawatan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Asmadi (2008) bahwa salah satu fungsi perawat
adalah pemberi asuhan keperawatan, peran ini dapat dilakukan
perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia
yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana
sampai dengan kompleks.
20
Hasil penelitian peran perawat sebagai caregiver dalam
implementasi keperawatan dihasilkan dua kategori yaitu
memberikan oksigen dan pemberian nebulizer. Implementasi
keperawatan dengan memberikan oksigen sesuai dengan hasil
penelitian Yuliana (2013) bahwa untuk mengetahui apakah
pernafasan dalam batas normal atau tidak, apabila mengalami
gangguan pernafasan seperti sesak nafas harus segera dilakukan
tindakan keperawatan seperti pemasangan oksigen.
Implementasi keperawatan dengan pemberian nebulizer
sesuai dengan hasil penelitian Yuliana (2013) bahwa untuk dalam
implementasi keperawatan adalah dengan memberikan nebulizer di
mana hal tersebut dilakukan untuk membantu mengubah obat asma
yang berupa larutan menjadi uap yang dapat dihirup ke dalam
paru-paru, sehingga membantu mengencerkan sekresi dan
melancarkan jalan nafas.
21
g. Peran perawat sebagai edukator dalam implementasi keperawatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran perawat sebagai
edukator dalam implementasi keperawatan dihasilkan satu kategori
yaitu pemberian edukasi. Hal ini sesuai pernyataan dari Kusnanto
(2011) bahwa salah satu diantaranya adalah sebagai educator
(pendidik), di mana ketika di rumah sakit, pasien maupun anggota
keluaraga pasien sering terlihat belum begitu mengerti tentang
pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan, dalam hal ini adalah
penyakit asma dan hal ini perawat harus menjalankan perannya sebagai
edukator Perawat juga harus bisa mendidik keluarga pasien, sehingga
pasien maupun keluarga yang belum tahu tentang suatu hal menjadi
lebih tahu. Misal, perawat menjelaskan tentang cara minum obat, efek
minum obat, cara mengatasi penyakit yang diderita pasien dan cara
pencegahan penyakit. Harapannya setelah pasien dipulangkan dari
rumah sakit, keluarga dapat membina pasien dalam merawat dirinya
secara mandiri tanpa bantuan seorang perawat.
22
Asmadi (2008) bahwa peran perawat sebagai edukator dilakukan
dengan membantu klien dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan,
gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi
perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan
sehingga pasien cepat sembuh dan tidak mengalami kekambuhan
kembali, selain itu ke depannya keluarga pasien dapat melakukan
deteksi dini.
j. Harapan perawat terhadap institusi kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa harapan perawat terhadap
institusi kesehatan antara lain adalah ketersediaan tim medis, adanya
pelatihan dan adanya bimbingan dari dokter spesialis. Hal ini tidak
terlepas dari peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien sehingga perawat harus terus meningkatkan
kemampuannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Asmadi (2008)
bahwa peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
melalui pemberian pelayanan keperawatan pemberian asuhan
keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan
kompleks, berdasarkan hal tersebut maka keterampilan perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan pada penyakit asma diperlukan
ketersediaan tim medis, adanya pelatihan dan bimbingan dari dokter
spesialis.
2.11 Advokasi
Menurut Etty Nurul Afidah Madya Sulisno Tahun 2013 Pelaksanaan
tindakan peran advokasi meliputi member informasi ,Menjadi mediator dan
melindungi pasien. Faktor yang mempengaruhi Pelaksanaannya terdiri dari factor
penghambat dan factor pendukung. Faktor yang Menjadi penghambat antara lain:
Kepemimpinan dokter, Lemahnya Dukungan organisasi, Kurangnya perhatian
terhadap advokasi,kurangnya jumlah Tenaga perawat, kondisi Emosional
23
keluarga,terbatasnya fasilitas kesehatandan lemahnya kode etik. Sementara itu
factor yang Mendukung meliputi: kondisi pasien, Pengetahuan tentang kondisi
pasien, pendidikan keperawatan yang semakin tinggi, kewajiban perawat dan
dukungan instansi rumah sakit.
24
penelitian, yang disebut sebagai Rule of Sevens, membagi kehidupan anak
menjadi tiga bagian, yaitu:
Namun, sekali lagi, batasan usia anak tidaklah menjadi pedoman yang
pasti. Pada akhirnya, dokterlah yang dapat memutuskan kompetensi seorang
anak untuk memutuskan hal-hal yang lebih kompleks.
BAB III
ROLEPLAY
3.1 Skenario
Pemeran :
Jumardi (Kakek) : Safitri
Juminten (nenek) : arta
Junaedi (Bapak) : dinda
Juleha (Ibu) : fadhilla
Jumila (anak) : lusy
Jems (dokter) : bella
Julia (perawat 1) : adven
Jaenap (perawat 2) : Farah
3.2 Naskah
25
Pagi hari di rumah kakek Jumardi, kakek nenek dan Jumila sedang
membersihkan rumah. Jumila membantu nenek membersihkan kamar, sedangkan
kakek sedang membersihkan langit-langit di dapur.
26
Astagfirullahalazim cu…
Ayo jum turokno disek, ben istirahat.
Kakek : Dibopong neng kasur..
Iya mbah..
Mbah.. minta tolong belikan obat di warung
mbok darmi yam bah bilang aja buat sesak..
(sambil mengoleskan minyak kayu putih)
Hari itu akhirnya kakek dan nenek memutuskan untuk membiarkan Jumila
istirahat dan berharap kondisinya akan membaik. Namun kondisi Jumila justru
semakin memburuk, dan semakin lemas. Keesokan harinya kakek dan nenek
memutuskan untuk membawa cucunya ke rumah sakit terdekat…
27
(perawat langsung menghampiri jumila dan
membaringkannya di tempat tidur. Kemudian
perawat langsung memberikan oksigen nasal
kanul. Setelah itu dokter segera memeriksa
keadaan Jumila, dari hasil pemeriksaan dokter
Dokter : memberikan instruksi kepada perawat untuk
mengganti oksigen nasal kanul dengan
Kakek : menggunakan oksigen masker 8 lpm)
28
Sebelumnya belum pernah terjadi sesak seperti
Kakek : ini toh nek kek?
29
asma/ nama lain dari sesak dan jika tidak
kunjung ditangani yah seperti adek mila ini.
tubuhnya kekurangan udara sehingga membiru
dan lemas. Sementara ini kita rawat dulu yah
nek, nanti saya berikan resep untuk diuap, dan
untuk tindakan selanjutnya akan dijelaskan
lagi nanti.
Malam harinya..
30
Ya sudah, nanti biar kakek dibantu suster. Saya
Kakek : harus pergi ke ruang sebelah dulu, ada pasien
yang harus saya periksa dulu nanti saya tunggu
keputusannya ya kek.
Oh iya dok
(kakek segera menghubungi anaknya)
Beberapa jam kemudian orang tua Jumila datang dan langsung menemui
suster
(duduk)
31
Oh iya, saya jelaskan dulu ya pak kondisi
anaknya. dek Jumila menderita asma/ nama
Bapak : lain dari sesak dan jika tidak kunjung ditangani
yah seperti adek mila ini. tubuhnya
kekurangan udara sehingga membiru dan
lemas.
Perawat :
1 Gitu ya sust?
Tapi ndak apa-apa, saya tetap minta pulang
Ibu : saja. Nanti dirumah pasti tetap saya jaga, biar
ibunya saya suruh dirumah ngerawat anaknya.
32
Saya juga saying sekali sama anak saya, tapi
mau gimana lagi, sudah saya pokoknya tetep
mau bawa pulang.
33
Perawat menemui dokter
Perawat : Dokter, ini orangtua dari anak Jumila minta
1 pulang paksa dan dilakukan rawat jalan saja.
Bagaimana ya dok?
Dokter :
Yaa nggak bisa dong suster Julia!!! (nada
tinggi)
Suster tahu sendiri kan bagaimana kondisi
Perawat : anak Jumila, mana mungkin saya ijinkan
1 pulang. Kasihan itu anak.
Sabar-sabar.
Bagaimana kalau begini saja mbak, gimana
keluarga diberikan penjelasan lagi sementara
orang tua mengurus BPJS dilakukan rawat
inapnya hanya sampai 1-2 hari untuk observasi
Dokter : kita nanti kalau sesaknya lumayan berkurang,
bias diijinkan untuk rawat jalan dengan
bantuan pengawasan puskesmas terdekat,
Perawat : kalau BPJS sudah bias aktif nanti diannjurkan
1 control ulang kesini karena bagaimanapun
BPJS itu kan sangat penting untuk dia mbak,
34
memngingat asma itu mudah berulang dan lagi
kalau sekarang memang tidak mungkin
dipulangkan.
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asma adalah gangguan inflamasi kronik pada saluran napas dengan berbagai
sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil dan limfosit T (Global Initiative
for Asthma (GINA)). Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon
IgE yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu
mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon
peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus,
edema dan obstruksi aliran udara.
4.2 Saran
Dengan mengetahui arti dari advokasi, peran dan lainnya diharapkan kepada
seluruh advocator yang baik dan handal, yang bekerja secara professional, yang
tidak hanya menjadi advocator yang baik dan handal, yang bekerja secara
professional, yang tidak hanya menjadi advocator pasien maupun klien, tpi juga
menadi pembela kelayakan untuk keluarga pasien, baik itu dari segi kenyamanan,
kelayakan dan juga pelayanan-pelayanan keperawatan lainnya.
36
DAFTAR PUSTAKA
Destriana Nugraheni .(2015). Peran Perawat Tentang Penanganan Asma Pada Anak di
IGD Puskesmas Sibela Mojosongo. Stikes Khusuma Husada. Surakarta
Tuesday 15/10/19
20:29 http://eprints.undip.ac.id/43716/6/BAB_2_-burn.pdf
20:50 https://www.academia.edu/19066629/ASMA_PADA_ANAK
Thursday 17/10/19
08:54
http://repository.ump.ac.id/648/3/BAB%20II_DODI%20ROHMAN_KEPERAWAT
AN%20S1%2715.pdf
37