THYPOID
Oleh:
Fakultas Kedokteran
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
osteomielitis atau abses. Manifestasi klinis demam tifoid dimulai dari yang
ringan (demam tinggi, denyut jantung lemah, sakit kepala) hingga berat
(perut tidak nyaman, komplikasi pada hati dan limfa (Rahmasari, 2018).
2
yang justru memperburuk kondisi penderita demam tifoid.Terapi non
farmakologis untuk demam tifoid yaitu tirah baring, diet lunak rendah serat
berikatan pada subunit ribosom 50S. Efek samping yang ditimbulkan adalah
supresi sumsum tulang, grey baby syndrome, neuritis optik pada anak,
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Typoid
1. DEFINISI
Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut
lingkungan yang kotor dan tidak sehat. Tidak seperti virus yang dapat
minggu terpapar mulai dari tingkat sedang hingga parah. Gejala klasik
yang muncul mulai dari demam tinggi, malas, sakit kepala, konstipasi
4
adalah suatu ruam makulopapular yang berwarna merah dengan ukuran
ekstremitas dan punggung pada orang kulit putih, tetapi tidak pernah di
laporkan di temukan pada anak Indonesia. Ruam ini muncul pada hari
2010 ).
Anak mengalami demam tinggi pada sore hingga malam hari dan turun
penyakit ini tidak menular ke orang lain. Penderita harus istirahat total
minimal 7 hari bebas panas. Istirahat total ini untuk mencegah terjadinya
dan tidak banyak berserat. Sayuran dengan serat kasar seperti daun
5
2. ETIOLOGI
Penyakit ini mudah berpindah dari satu orang ke orang lain yang kurang
langsung jika bakteri ini terdapat pada feses, urine atau muntahan
penderita dapat menularkan kepada orang lain dan secara tidak langsung
dan merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada
laki-laki lebih sering bekerja dan makan di luar rumah yang tidak
wanita lebih berpeluang untuk terkena dampak yang lebih berat atau
6
menunjukkan hal tersebut adalah ketika Salmonella typhi masuk ke
dalam sel-sel hati, maka hormon estrogen pada wanita akan bekerja
3. PATOGENESIS
Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus, melekat pada sel
ileum dan jejunum. Sel M, sel epitel yang melapisi Peyer’s patch
7
Endothelial System (RES) di organ hati dan limpa. Setelah periode
sel hati dan secara sistemik menyebabkan gejala klinis pada demam
tifoid. Penularan Salmonella typhi sebagian besar jalur fekal oral, yaitu
(Ardiaria., 2019).
4. DIAGNOSIS
8
dari dalam darah pasien lebih besar dari pada minggu berikutnya.
sensitivitas tertinggi, hasil positif di dapat pada 90% kasus. Akan tetapi
sehari-hari.
yang di ambil dari duodenum dan memberikan hasil yang cukup baik.
Typhi dalam darah, serum, urin dan DNA ( Salmonella Typhi ) dalam
pasien dan hasil dapat di peroleh hanya dalam beberapa jam. Metode ini
S.dkk 2008 ).
5. PENATALAKSANAAN
9
a. Istirahat dan Perawatan
berupa:
penyembuhan .
10
c. Pemberian Antimikroba
11
intravena pada dewasa pada dosis 160 mg TMP ditambah 800
siprofloksasin).
12
grey syndrome pada neonatus. Tiamfenikol tidak dianjurkan
(Santoso, 2009).
B. Chloramphenicol
1. Definisi
2. Farmakodinamik
Obat ini terikat pada ribosom sub unit 50s dan menghambat enzim
13
Chlamidya, Mycoplasma, Rickettsia, Treponema, dan kebanyakan
3. Farmakokinetik
diserap dengan cepat. Kadar puncak dalam darah tercapai hingga 2 jam
dewasa kurang lebih 3 jam, pada bayi berumur kurang dari 2 minggu
14
terutama melalui filtrat glomerulus sedangkan metaboltnya dengan
4. Toksisitas
Efek samping yang dapat terjadi Rasa pedih dan terbakar mungkin
2002).
15
BAB III
PENELITIAN
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nuraini, Fuzna Avisha dkk (2015)
Pada penelitian ini pengambilan sampel menggunakan data rekam medik pasien
dmeam tifoid di RSUD Al-ihsan periode 2014. Dari analisis data dimulai dengan
turun dmeam tifoid yang diolah dengan metose uji analitik Mann Whitney
versi 17.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan lama hari
turun demam antara pasien demam tifoid anak yang diberikan kloramfenikol dan
Hasil pengujian pada penelitian ini menunjukan bahwa lama hari turun
lama hari turun demam kelompok seftriakson lebih cepat daripada kelompok
kloramfenikol dalam mempengaruhi lama hari turun demam anak demam tifoid.
16
2. “Perbandingan Efektifitas Klinis antara Kloramfenikol dan Perbandingan
merupakan pilihan utama untuk pengobatan demam tifoid. Dari beberapa penelitian
siprofloksasin dapat memberikan hasil yang lebih baik tetapi belum dapat dipakai
Penelitian uji acak tersamar ganda dilakukan pada anak dengan demam tifoid yang
Maret – Nopember 1999. Lima puluh orang anak memenuhi kriteria penelitian,
terdiri dari 27 anak laki-laki dan 23 anak perempuan, 41 (82%) anak usia 5 tahun
atau lebih, hanya 9 (18%) usia di bawah 5 tahun. Dua puluh lima anak mendapat
demam kembali normal dalam waktu 3,04 + 2,11 hari sedangkan dengan
17
Secara statistik tidak ditemukan perbedaan bermakna dalam hal lamanya
turun demam, membaiknya nafsu makan, hilangnya nyeri perut serta pulihnya
ditemukan pasien yang kambuh dan pengidap kuman setelah pengobatan. Kejadian
anemia selama pengobatan sama pada kedua kelompok. Walaupun tidak berbeda
secara bermakna, kelompok tiamfenikol dapat keluar rumah sakit 1 hari lebih cepat
tetapi tiamfenikol mempunyai beberapa kelebihan antara lain demam lebih cepat
turun, nafsu makan lebih cepat membaik serta sakit perut lebih cepat menghilang.
Satu pasien secara klinis dianggap resisten terhadap kloramfenikol tetapi dapat
dibuktikan secara in-vitro karena biakan tidak tumbuh. Semua isolat S. typhi yang
tumbuh masih sensitif terhadap kloramfenikol maupun obat standar lain yaitu
ampisilin dan kotrimoksazol. Pada kedua kelompok tidak ditemukan kasus yang
kambuh ataupun pengidap kuman setelah pengobatan. Biaya perawatan pasien yang
penelitian lebih lanjut oleh karena belum dapat dilihat angka kekambuhan dan
18
3. “Cost-Effectiveness Analysis Kloramfenikol Dan Seftriakson Untuk
Denpasar”
Penelitian yang dilakukan oleh Lorensia, Amelia dkk (2018) Penelitian ini
yang ada dengan menggunakan perspektif rumah sakit dan pengambilan data yang
dilakukan secara retrospektif pada bulan Januari 2017 sampai dengan Juli 2018.
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah CEA dengan outcome klinis
yaitu lama rawat inap dan waktu bebas demam. Data dianalisis menggunakan
didiagnosis demam tifoid di Rumah Sakit Sanglah Denpasar. Pada penelitian ini
dari rekam medis pasien, yang didiagnosis dan dirawat inap di Rumah Sakit
efektivitas yang lebih tinggi berdasarkan lama tinggal dan waktu mencapai suhu
19
normal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa seftriakson lebih cost-
20
BAB IV
DISKUSI
kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama untuk demam tifoid. Obat ini
bekerja menghambat sintesis protein kuman dengan cara berikatan pada ribosom
2009).
Pengobatan Demam Tifoid pada Anak.” Demam tifoid masih merupakan masalah
kloramenikol masih sangat baik. Efektifitas tiamfenikol juga sangat baik, sebanding
lain demam lebih cepat turun, nafsu makan lebih cepat membaik serta sakit perut
lebih cepat menghilang. Satu pasien secara klinis dianggap resisten terhadap
kloramfenikol tetapi dapat dibuktikan secara in-vitro karena biakan tidak tumbuh.
21
Semua isolat S. typhi yang tumbuh masih sensitif terhadap kloramfenikol maupun
obat standar lain yaitu ampisilin dan kotrimoksazol. Pada kedua kelompok tidak
ditemukan kasus yang kambuh ataupun pengidap kuman setelah pengobatan. Biaya
dibandingkan kloramfenikol.
22
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
merupakan obat pilihan utama untuk demam tifoid. Obat ini bekerja
kuman tertentu.
dibandingkan kloramfenikol.
B. Saran
23
SUMMARY & CONCLUSIONS
Conclusion :
choice for typhoid fever. This drug works by inhibiting the synthesis of germ
mm³.
advantages. From the results of the study found in the two groups found no
chloramphenicol.
Suggestion :
24
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah
System Pharmcists.
Terhadap Lama Hari Turun Demam Pada Anak Demam Tifoid. Fakultas
Rahmasari, Vani dkk. 2018. Review : Managemen Terapi Demam Tifoid: Kajian
Padjajaran. Bandung
25
Rismarini dkk. 2001. Perbandingan Efektifitas Klinis antara Kloramfenikol dan
Santoso, Singgih. 2009. Panduan lengkap mengenai statistic dengan SPSS .Jakarta
Soedarmo, Sumarmo dkk 2010. Buku Ajar infeksi & pediatri Tropis. Jakarta.
Press, Surabaya.
Komputindo
26