ABSTRAK
Fraktur osteoporosis merupakan dampak klinis osteoporosis dan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Insidennya
sekitar 40-50% pada perempuan dan 13-22% pada laki-laki kelompok usia lebih dari 50 tahun. Penyebab fraktur osteoporosis bersifat
multifaktorial. Defisiensi vitamin B6 diperkirakan berhubungan dengan menurunnya kekuatan tulang melalui mekanisme gangguan pada
kolagen cross linking baik secara langsung maupun melalui jalur terkait homosistein. Namun, hasil penelitian belum konsisten, masih diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk membuktikan peran vitamin B6 pada fraktur osteoporosis.
ABSTRACT
Osteoporotic fractures are the clinical consequence of osteoporosis and become a major cause of morbidity and mortality worldwide.
The incidence is between 40–50% in women and 13–22% for men over 50 years of age. Causes of osteoporotic fractures are multifactorial.
Vitamin B6 deficiency is supposedly associated with reduced bone strength through impaired cross-link formation, either directly or through
homocysteine-related pathways. Further research is needed to prove the role of vitamin B6 in osteoporotic fractures. Farapti, Savitri Sayogo.
The Benefits of Vitamin B6 in Osteoporotic Fractures.
PENDAHULUAN menyebabkan tulang menjadi rapuh dan dan vitamin B12 tinggi, serta terjadi penurunan
Osteoporosis merupakan keadaan densitas mudah fraktur.9,10 struktur trabekular tulang pada subyek
massa tulang (DMT) menurun dan dengan kadar folat dan vitamin B6 rendah.5
mikroarsitektur tulang memburuk sehingga Nutrisi merupakan faktor yang sangat penting Penelitian Yazdanpanah dkk pada 5304 subyek
tulang menjadi rapuh dan mudah fraktur.1,2 karena defisiensi salah satu atau kombinasi sehat usia ≥ 55 tahun memperlihatkan diet
vitamin B6, vitamin B12 dan folat dapat tinggi vitamin B6 berhubungan dengan DMT
Fraktur osteoporosis dapat terjadi di setiap menyebabkan hiperhomosisteinemia.5-8 yang tinggi dan menurunnya risiko fraktur
tulang, tersering di panggul (hip), tulang Vitamin B6 merupakan kofaktor lebih dari 100 bahkan setelah adjustment terhadap kadar
belakang (vertebra), dan pergelangan tangan enzim yang mengkatalisis reaksi metabolisme homosistein. Hal tersebut menunjukkan efek
(wrist).2,3,4 Insiden fraktur osteoporosis cukup dalam tubuh.5 Defisiensi vitamin B6 telah independen vitamin B6 terhadap insiden
tinggi terutama pada kelompok usia lebih terbukti baik pada hewan coba maupun fraktur.6 Penelitian kohort pada 1002 subyek
dari 50 tahun yaitu sekitar 40-50% pada manusia berhubungan dengan menurunnya rata-rata usia 75 tahun memperlihatkan
perempuan dan 13-22% pada laki-laki.3,4 kekuatan tulang melalui mekanisme kadar vitamin B6 signifikan berhubungan
gangguan pada kolagen cross linking baik dengan kehilangan massa tulang.7 Namun
Penyebab fraktur osteoporosis bersifat secara langsung maupun melalui jalur terkait suplementasi folat 1 mg, B12 500 μg dan B6
multifaktorial, salah satunya adalah homosistein.5,6,7 Vitamin B6 berperan sebagai 10 mg (sekali sehari selama 2 tahun) pada
hiperhomosisteinemia; studi meta analisis kofaktor enzim lysyl oksidase yang merupakan subyek usia lanjut dengan kadar homosistein
memperlihatkan hiperhomosisteinemia enzim kunci tahap awal pembentukan > 15 μmol/L, menurunkan kadar homosistein
merupakan kondisi umum pada usia lanjut enzimatik cross linking di tulang.5,6,7 tapi tidak mempunyai efek pada biomarker
dan berhubungan dengan tingginya tulang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa
insiden fraktur osteoporosis.4 Homosistein Penelitian potong lintang Holstein pada 94 intervensi belum mengubah biomarker tulang
bersama vitamin B6 berperan sebagai faktor subyek usia 52-83 tahun yang menjalani hip untuk menandakan keberhasilan terapi
regulator pembentukan kolagen cross arthropasty tanpa riwayat trauma panggul osteoporosis.8
linking.10 Efek negatif hiperhomosisteinemia mendapatkan hasil marker formasi tulang yaitu
pada tulang melalui mekanisme gangguan osteokalsin secara signifikan lebih tinggi pada Makalah ini membahas manfaat vitamin B6
pembentukan collagen cross linking yang subyek dengan kadar serum folat, vitamin B6, pada fraktur osteoporosis.
OSTEOPOROSIS seperti kelainan neuromuskular / penurunan piridin. Vitamin B6 terdiri dari beberapa
Osteoporosis merupakan penyakit tulang kekuatan otot, gangguan penglihatan, vitamer yang berbeda pada posisi C-4
sistemik yang ditandai oleh penurunan gangguan keseimbangan juga berperan cincin piridin. Bentuk non fosforilasi terdiri
DMT dan perburukan mikroarsitektur tulang penting meningkatkan risiko terjatuh yang dari piridoksin (PN), piridoksamin (PM),
sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah memudahkan terjadinya fraktur.14,17 dan piridoksal (PL). Disebut PN bila posisi
fraktur (WHO).1,2 National Institute of Health C-4 berikatan dengan alkohol (CH2OH), PL
(NIH) mengajukan definisi baru : osteoporosis Klasifikasi dan dampak fraktur bila C-4 berbentuk aldehid (CHO), dan PM
didefinisikan sebagai penyakit tulang sistemik osteoporosis dengan bentuk amine (CH2NH2). Bentuk
yang ditandai oleh compromised bone strength Jenis fraktur osteoporosis dibedakan vitamer lain yaitu bentuk fosforilasi terdiri
sehingga tulang mudah patah.14,15 berdasarkan lokasi tulang yang mengalami dari piridoksin fosfat (PNP), piridoksal
fraktur, tersering pada panggul (hip), tulang fosfat (PLP), dan piridoksamin fosfat (PMP),
Diagnosis dan evaluasi klinis belakang (vertebra), dan pergelangan tangan merupakan derivat fosfat dari PN, PL,dan PM
Osteoporosis tidak memberikan gejala klinik (wrist).2,3,4 Fraktur panggul merupakan fraktur yang C-5 cincin piridinnya berikatan dengan
khas dengan penyebab multifaktorial.16,17 osteoporosis paling serius dengan angka fosfat.24,25,26
Penegakan diagnosis osteoporosis morbiditas dan mortalitas cukup tinggi.2,3,11
memerlukan pendekatan cermat dan Fraktur vertebra biasanya baru terdiagnosis Penggunaan istilah vitamin B6 lebih dianjurkan
sistematik. Evaluasi klinis dilakukan dengan setelah terjadi penurunan tinggi vertebra daripada piridoksin, untuk menghindari
anamnesis, pemeriksaan fisik, densitometri, sebesar 21%. Selain itu kompresi vertebra kesalahpahaman nomenklatur vitamin B6.24,25
pemeriksaan turnover tulang baik petanda dapat meningkatkan DMT sehingga mungkin
formasi maupun petanda resorpsi tulang, salah diagnosis.2,3,14,15 Bahan makanan sumber
pemeriksaan radiologi, serta biopsi tulang Seluruh vitamer B6 terdistribusi luas
dan histomorfometri untuk menilai kelainan Insiden fraktur pergelangan tangan pada dalam bahan makanan sumber nabati
metabolik tulang 1,5,11,14,17,20 perempuan meningkat setelah menopause dan hewani.25,28 Piridoksin (PN) merupakan
dan konstan setelah usia 65 tahun, mungkin vitamer utama dalam bahan makanan
FRAKTUR OSTEOPOROSIS disebabkan penurunan ketrampilan tangan nabati, sedangkan PL dan PM terutama
Fraktur osteoporosis merupakan osteoporosis untuk melindungi bagian tubuh lain ketika terdapat pada bahan makanan hewani.25
tingkat lanjut yang memberikan keluhan dan jatuh.2,3 Bahan makanan tinggi vitamin B6 antara
gejala klinis. lain daging, produk whole-grain khususnya
Diagnosis tepung, sayuran, kacang, dan sereal yang
Insiden Diagnosis fraktur ditegakkan berdasarkan difortifikasi.24,26,27,29
Fraktur osteoporosis dapat terjadi di setiap diagnosis dan evaluasi klinis osteoporosis,
tulang dalam tubuh dan berdampak pada dihubungkan dengan lokasi fraktur.14,17 Pada beberapa tanaman, PN ditemukan
penurunan kualitas hidup, mortalitas dan dalam bentuk konjugasi/glikosilat yaitu
tingginya biaya perawatan. USA, Swiss, dan WHO merekomendasikan metode fracture risk piridoksin glukosida (PNG); yang menurunkan
Switzerland merupakan negara dengan assesment/ FRAX tool, yang mengintegrasikan bioavailabilitas vitamin B6. PNG terdapat
insiden fraktur osteoporosis sangat tinggi.19 informasi faktor risiko fraktur dengan pada produk nabati dan tidak ditemukan
Data epidemiologi fraktur osteoporosis di pengukuran DMT untuk identifikasi individu pada produk hewan, sehingga bioavaliabiltas
Indonesia belum diketahui pasti, hasil analisis risiko tinggi.18 vitamin B6 bahan makanan sumber hewani
data risiko osteoporosis 2005 menunjukkan lebih baik daripada nabati.24
prevalensi osteoporosis 10,3%, diperkirakan Patofisiologi
meningkat seiring dengan meningkatnya usia Faktor kekuatan tulang memegang peranan Bentuk vitamer B6 yang paling stabil dalam
harapan hidup.16 penting, salah satunya adalah kolagen cross bahan makanan adalah PN, oleh karena itu PN
linking tulang.10,12,21 Kualitas kolagen cross hidroklorida (PN-HCL) dipilih sebagai bentuk
Faktor risiko linking menentukan kekuatan regangan dan yang digunakan pada suplemen maupun
Berdasarkan data WHO collaborating centre for viskoelastisitas tulang, dan kualitas abnormal pada bahan makanan yang difortifikasi.24,25
metabolic bone disease,18 yang termasuk faktor diperkirakan menyebabkan kerapuhan/
risiko fraktur osteoporosis adalah usia, jenis fragilitas tulang.22,24 Gangguan kualitas Peran dan fungsi
kelamin, indeks massa tubuh (IMT) rendah, kolagen tulang dapat disebabkan oleh Bentuk metabolit aktif vitamin B6 dalam
riwayat fraktur sebelumnya, riwayat keluarga gangguan proses enzimatik cross linking dan tubuh terutama bentuk PLP, berfungsi
dengan fraktur panggul, pengobatan hiperhomosisteinemia.24 sebagai kofaktor lebih dari 100 enzim yang
glukokortikoid (>5 mg prednisolon perhari mengkatalisasi reaksi metabolisme terutama
selama ≥ 3 bulan), merokok, konsumsi alkohol VITAMIN B6 metabolisme asam amino.5,26 Selain itu
(≥ 3 gelas perhari).18 Struktur Kimia vitamin B6 juga berperan pada metabolisme
Istilah vitamin B6 digunakan sebagai karbohidrat (sebagai koenzim glikogen
Pada usia lanjut, selain faktor usia dan DMT penjelasan bentuk struktur dasarnya, yaitu fosforilase) dan metabolisme lipid pada
rendah, adanya penurunan respon protektif derivat 2-metil, 3-hidroksi, 5-hidroksimetil- biosintesis sfingolipid dan karnitin.24,27,30
No Penelitian Desain Subyek penelitian Lama Variabel independen Variabel dependen Efek (hasil signifikan)
Ref penelitian penelitian (Dosis) (Parameter)
Stabilitas dan bioavailabilitas hati hampir semua bentuk vitamer diubah tahun pria sama dengan perempuan sebesar
Vitamin B6 dalam bahan makanan stabil menjadi PLP, sehingga PLP merupakan 1,3 mg/ hari; pada usia ≥ 50 tahun, untuk pria
dalam kondisi asam, tidak stabil pada keadaan bentuk vitamer utama yang ditemukan dalam 1,7 mg/ hari , sedangkan untuk perempuan
netral dan alkali, terutama jika terpajan panas sirkulasi sistemik dan bentuk utama metabolik 1,5 mg/hari.32
dan sinar. Proses memasak dan pemanasan aktif vitamin B6. 24,26,27
menurunkan kadar vitamin B6 (bisa sampai Defisiensi vitamin B6
70%), sedangkan penyimpanan menurunkan Hasil metabolisme vitamin B6 terutama Vitamin B6 tersebar luas dalam bahan makanan,
kadar B6 dengan lebih lambat. PN jauh lebih diekskresikan melalui urin, dalam bentuk sehingga jarang terjadi defisiensi akibat
stabil daripada PL dan PM.25,27 4-pyridoxic acid (4-PA). Diperkirakan sekitar kurangnya asupan sehari-hari.28,29 Populasi
40-60% vitamin B6 yang dikonsumsi akan yang berisiko status vitamin B6 suboptimal
Beberapa penelitian memperlihatkan diubah menjadi 4-PA26,27,29. adalah usia lanjut, kehamilan, menyusui,
hubungan terbalik antara kandungan glikosida konsumsi alkohol berlebih, gangguan fungsi
B6 dalam makanan dan bioavailabilitasnya. Penilaian status vitamin B6 hati atau ginjal, serta konsumsi obat-obatan
Makin tinggi kandungan glikosida dalam Penilaian status vitamin B6 penting karena tertentu seperti isoniazid (INH), sikloserin,
makanan, makin tinggi ekskresi dalam urin tanda dan gejala defisiensi vitamin B6 tidak penisilin, hidrokortison.28
dan makin rendah status vitamin B6 dalam spesifik. Tiga indikator yang paling sering
tubuh.31 digunakan yaitu: 1) Enzim eritrosit aspartat Antagonis vitamin B6 yang berasal dari bahan
aminotransferase, 2) Kadar PLP plasma, dan makanan seperti agaritin dan giromitrin
Absorpsi, metabolisme, dan ekskresi 3) kadar 4-PA urin. PLP plasma merupakan (variasi jamur), serta linatin (golongan flaxseed)
vitamin B6 pengukuran tunggal terbaik karena dapat menghambat metabolisme vitamin B6.
Vitamin B6 diabsorpsi dalam bentuk non menggambarkan simpanan jaringan.28 Defisiensi riboflavin, niasin, dan seng juga
fosforilasi terutama di jejunum dan ileum dapat menyebabkan defisiensi vitamin B6
dengan cara difusi pasif. Setelah diabsorpsi, Kecukupan karena ketiga nutrien tersebut dibutuhkan
PN, PL, PM dibebaskan dalam sirkulasi Kecukupan vitamin B6 yang dianjurkan di sebagai kofaktor proses interkonversi dan
darah porta kemudian diambil oleh hati. Di Indonesia adalah untuk kelompok usia 30-49 metabolisme vitamin B6.28
DAFTAR PUSTAKA
1. Consensus Development Statement. Who are candidates for prevention and treatment for osteoporosis? Osteoporos Int 1997;7:1–6.
2. Cummings SR, Melton LJ. Epidemiology and outcomes of osteoporotic fractures. Lancet 2002;359:1761–7.
3. Johnell O, Kanis JA. Epidemiology of osteoporotic fractures. Osteoporos Int 2005;16:S3–7.
4. Jun Y, Xinhua H, Qiang Z, Hui C, Jumpeng W, Bing L. Homocysteine level and risk of fracture: A meta-analysis and systematic review. Bone 2012;51:376-82
5. Holstein JH, Hermann M, Splett C, Hermann W, Garcia P, Histing T, et al. Low serum folat and vitamin B-6 are associated with an altered cancellous bone structure in humans. Am J Clin
Nutr 2009;90:1440-5
6. Yazdanpanah N, Zillikens MC, Rivadeneira F, de Jong R, Lindemans J, Uitterlinden AG, et al. 2007 Effect of dietary B vitamins on BMD and risk of fracture in elderly men and women: the
Rotterdam Study. Bone 2007;41:987–94
7. McLean RR, Jacques PF, Selhub J, Fredman L, Tucker KL, Samelson EJ, et al. Plasma B vitamins, homocysteine, and their relation with bone loss and hip fracture in elderly men and women.
J Clin Endocrinol Metab 2008;93:2206–12.
8. Green TJ, McMahon JA, Skeaff CM, Williams SM, Whiting SJ. Lowering homocysteine with B vitamins has no effect on biomarkers of bone turnover in older persons: a 2-y randomized
controlled trial. Am J Clin Nutr 2007;85:460–4
9. Hermann M, Tami A, Wildemann B, Wolny M, Wagner A, Schorr H, et al. Hyperhomocysteinemia induces a tissue specific accumulation of homocysteine in bone by collagen binding and
adversely affects bone. Bone 2009;44:467-75
10. Saito M, Fujii K, Marumo K. Degree of mineralization-related collagen crosslinking in the femoral neck cancellous bone in cases of hip fracture and controls. Calcif Tissue Int
2006;79:160–8.
11. Heaney RP. Bone biology in health and disease. Dalam: Shills ME, Shike M, Ross AC, Caballero B, Cousin RJ,editor. Modern Nutrition in Health and Disease. Edisi ke 10. New York: Lippincott
Williams and Wilkins 2006. hal.1314-25
12. Setiyohadi B. Struktur dan metabolisme tulang. Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi V. Jakarta. Internapublishing.
2009. hal.2385-400
13. Anderson JB. Nutrition and bone health. Dalam : Mahan LK, Escott-Stump S, editor. Buku Krause’s Food and Nutrient Therapy. Edisi ke 12. Missouri: Saunders Elsevier 2008. hal.614-26
14. Setiyohadi B. Osteoporosis. Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi V. Jakarta. Internapublishing. 2009. hal.2550-
76
15. Hughes BD. Osteoporosis. Dalam: Shills ME, Shike M, Ross AC, Caballero B, Cousin RJ,editor. Modern Nutrition in Health and Disease. Edisi ke 10. New York: Lippincott Williams and Wilkins
2006. hal.1339-52
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1142/MENKES/SK/XII/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Osteoporosis.
17. Pengurus Besar Ikatan Reumatologi Indonesia (IRA). Panduan diagnosis dan pengelolaan osteoporosis.2005
18. Kanis JA, McCloskey EV, Johanson H, Oden A, Strom O, Borgstrom F. Development and use of FRAX® in osteoporosis. Osteoporos Int 2010:1-7
19. Lippuner K, Johansson H, Kanis JA, Rizolli R. Remaining lifetime and absolute 10-year probabilities of osteoporotic fracture in Swiss men and women. Osteoporos Int 2009;20:1131-40
20. Vasikaran S, Eastell R, Bruyère O, Foldes AJ, Garnero P, Griesmacher A, et al. Markers of bone turnover for the prediction of fracture risk and monitoring of osteoporosis treatment: a need
for international reference standards. Osteoporos Int 2011;22:391–420
21. Rucker RB, Murray J. Cross-linking amino acids in collagen and elastin. Am J Clin Nutr 1978;31:1221-36
22. Saito M, Marumo K. Collagen cross-links as a determinant of bone quality: a possible explanation for bone fragility in aging, osteoporosis, and diabetes mellitus. Osteoporos Int
2010;21:195–214
23. Paschalis EP ,Shane E, Lyritis G, Skarantavos G, Mendelsohn R, Boskey AL. Bone Fragility and Collagen Cross-Links. J Bone Miner Res. 2004;19(12): 2000–4
24. Mackey AD, Davis SR, Gregory JF. Vitamin B6. Dalam: Shills ME, Shike M, Ross AC, Caballero B, Cousin RJ,editor. Modern Nutrition in Health and Disease. Edisi ke 10. New York: Lippincott
Williams and Wilkins 2006. hal.453-61
25. Eitenmiller RR, Ye L, Landen WO. Vitamin Analysis For The Health And Food Sciences. 2nd edition. CRC press. 2008. hal.401-42
26. Gropper SS, Smith JL, Groff JL. Advanced Nutrition and Human Metabolism. Edisi ke 5. Canada : Wadsworth. hal 364-9
27. Combs jr G F. The Vitamins Fundamental Aspects in Nutrition and Health. Edisi ke 3. USA : Elsevier,2008. Hal 313-29
28. Gibson R S. Principles of Nutritional Assessment. Edisi ke 2. USA : Oxford uiversity press, 2005. Hal. 575-94
29. Gallangher M L. The nutrients and their metabolism. Dalam: Mahan L K, Escott-stump S, editor. Krause’s Food and Nutrition therapy. Edisi ke 12. Canada : Saunders Elsevier, 2008. Hal. 89-
90
30. Lieberman M, Marks A D. Basic Medical Biochemistry A Clinical Approach. Edisi ke 3. China : Lippincot Williams and Wilkins. 2009. Hal 591–699.
31. Reynolds RD. Bioavailability of vitamin B-6 from plant Am J Clin Nutr 1988;48:863-7.
32. Setiawan B, Rahayuningsih S. Angka kecukupan vitamin larut air. Dalam: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi.
Jakarta 17–19 Mei 2004. hal.369-70.