Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN STRATEGI

BAB 7
IMPLEMENTASI STRATEGI : ISU-ISU MANAJEMEN & OPERASI

Implementasi

 Apakah perencanaan yang baik sudah cukup?

 Apakah perencanaan strategis merupakan proses “sekali-pakai”?

Hakikat Implementasi Strategi

Formulasi Strategi Implementasi Strategi

Memfokuskan pada sumber daya yang Memfokuskan pada sumber daya yang digunakan selama
akan digunakan organisasi berjalan

Memfokuskan pada efektivitas Memfokuskan pada efisiensi

Proses intelektual Proses operasional

Membutuhkan keterampilan intuitif dan Membutuhkan keterampilan motivasi dan kepemimpinan


analisis

Mengkoordinasi beberapa individu dalam Mengkoordinasi seluruh individu dalam organisasi


organisasi

Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Manajemen Strategis

o Kebijakan

 Kebijakan adalah pedoman, metode, prosedur, aturan, bentuk, dan praktik


administratif spesifik yang ditetapkan untuk mendukung dan mendorong upaya
menuju pencapaian tujuan tersurat

 Kebijakan menetapkan batas-batas, hambatan, dan limit atas beragam jenis


tindakan administratif yang dapat diambil untuk memberi sanksi dan penghargaan
atas perilaku individu
o Alokasi Sumber Daya

 Alokasi sumber daya merupakan kegiatan utama dari manajemen strategis

 Faktor yang menghambat alokasi sumber daya yang efektif:

 Perlindungan berlebihan atas sumber daya

 Penekanan yang terlalu besar pada kriteria keuangan jangka pendek

 Politik organisasi

 Sasaran strategi yang kabur

 Keengganan mengambil risiko

o Manajemen Konflik
Konflik dapat lahir di mana saja, kapan saja, dan melibatkan siapa saja dalam manajemen
strategis

 Tiga pendekatan dalam manajemen konflik:

 Penghindaran (avoidance): pengabaian persoalan dengan harapan konflik akan


selesai dengan sendirinya; bisa dilakukan juga dengan memisahkan aktor yang
berkonflik

 Defusi (defusion): tidak menekankan perbedaan antarpihak yang berkonflik;


kompromi; mediasi

 Konfrontasi: mempertukarkan pihak-pihak yang berkonflik sebagai pembelajaran

o Kecocokan Struktur dan Strategi

Struktur akan memengaruhi alokasi sumber daya

Ciri-ciri struktur yang tidak efektif:

 Terlalu banyak hirarki

 Terlalu banyak rapat yang diikuti oleh terlalu banyak peserta

 Terlalu banyak perhatian yang difokuskan untuk menyelesaikan konflik-konflik


antardepartemen

 Terlalu luas rentang kendali

 Terlalu banyak tujuan yang tidak dapat dicapai


o Restrukturisasi dan Reengineering

Restrukturisasi pada dasarnya merupakan kegiatan mengurangi struktur yang ada dalam
organisasi. Restrukturisasi sering dilakukan dengan menggunakan istilah berbeda-beda:

 Downsizing

 Rightsizing

 Delayering

Restrukturisasi dalam sektor publik potensial melahirkan konflik

o Reengineering (Rekayasa Ulang)

Reengineering menyangkut menyusun ulang atau merancang ulang tugas, kerja, dan proses
demi peningkatan atau perbaikan biaya, kualitas, layanan, dan kecepatan. Secara teoritis,
potensi konflik pada proses reengineering lebih kecil daripada restrukturisasi.

o Gaji dengan Strategi

Tidak ada hubungan yang pasti antara sistem penggajian dengan kinerja strategi. Akan tetapi,
memberikan bonus atas pencapaian tujuan tahunan dan tujuan jangka panjang merupakan hal
yang lazim.

RESISTENSI TERHADAP PERUBAHAN


 Mengelola Resistensi pada Perubahan
Mengelola resistensi dapat dilakukan dengan
 Strategi perubahan paksa (force change strategy)
 Strategi perubahan edukatif (educative change strategy)
 Strategi perubahan rasional (rational or self-interest change strategy)

Mengapa Perubahan Organisasi Gagal

 Semua orang memandang perubahan sebagai tujan ketimbang sebagai sebuah proses yang
memerlukan perencanaan, persiapan, manajemen proyek dan perhatian yang konsisten.

 Visi tentang tujuan jangka pendek maupun jangka panjang tidak jelas.

 Peninggalan program perubahan organisasi sebelumnya yang gagal karena penanganan


buruk menciptakan budaya skeptic dan cenderung menghindari resiko.

 Gagal memberikan dukungan, pelatihan dan keterampilan yang diperlukan yang


memungkinkan karyawan mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri atas perubahan
organisasi.

 Kurangnya komunikasi menyangkut perubahan termasuk, misalnya, memeberi informasi


pada karyawan terlalu bertahap, yang berresiko tumbuh kembangnya gossip-gosip.
 Terlalu mengupayakan focus perubahan secara sempit pada satu aspek organisasi dan
mengabaikan “keterkaitannya” pada kehidupan organisasi.

8 KESALAHAN MANAJER DLM MEMIMPIN PERUSAHAAN

1. Tidak mampu menandaskan a sense of urgency

2. Tidak mampu menciptaka koalisi pemandu yang kuat (powerful guiding coalition) yang
terdiri dari orang-orang kunci yang mampu bekerja sama dalam tim (sebagai agen perubah)
dan memimpin upaya perubahan.

3. Tidak memiliki visi untuk mengarahkan upaya perubahan dan gagal mengembangkan
strategi yang diperlukan dalam mencapainya.

4. Kurang berhasil mengkomunikasikan visi baru dan tak mampu member teladan dalam
menunjukkan perilaku baru yang dibutuhkan bagi perusahaan.

5. Tidak mampu mengatasi hambatan bagi terwujudnya visi baru (terutama disebabkan oleh
yang disebut penulis lain sebagai cultural lag).

6. Kurang sistematis merencanakan dan menciptakan beberapa kemenangan jangka pendek


sebagai tanda tercapainya perbaikan kinerja, atau kurang memberi pengakuan dan
penghargaan bagi karyawan yang terlibat.

7. Mengumumkan kemenangan terlalu cepat, yang bisa berdampak matinya momentum,


berhentinya proses perubahan dan kembalinya tradisi lama.

8. Tidak mampu menancapkan perubahan pada budaya perusahaan.

TAHAP-TAHAP MANAJEMEN PERUBAHAN

 Tahap 1, tahap identifikasi perubahan, diharapkan seseorang dapat mengenal perubahan


apa yang akan dilakukan /terjadi. Dalam tahap ini seseorang atau kelompok dapat mengenal
kebutuhan perubahan dan mengidentifikasi tipe perubahan.

 Tahap 2, tahap perencanaan perubahan. Pada tahap ini harus dianalisis mengenai diagnostik
situasional tehnik, pemilihan strategi umum, dan pemilihan. Dalam proses ini perlu
dipertimbangkan adanya factor pendukung sehingga perubahan dapat terjadi dengan baik.

 Tahap 3, tahap implementasi perubahan dimana terjadi proses pencairan, perubahan dan
pembekuan yang diharapkan. Apabila suatu perubahan sedang terjadi kemungkinan timbul
masalah.

 Tahap 4, tahap evaluasi dan umpan balik. Untuk melakukan evaluasi diperlukan data, oleh
karena itu dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dan evaluasi data tersebut. Dimana
Hasil evaluasi ini dapat di umpan balik kepada tahap 1 sehingga memberi dampak pada
perubahan yang diinginkan berikutnya.
TAKTIK MENGATASI PENOLAKAN PERUBAHAN

1. Pendidikan dan Komunikasi. Bahwa Manajemen memberikan penjelasan secara tuntas


tentang latar belakang, tujuan, akibat, dari diadakannya perubahan kepada semua
karyawan.

2. Partisipasi. Manajemen mengajak serta semua pihak untuk mengambil keputusan. Pimpinan
hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator.

3. Memberikan kemudahan dan dukungan. Manajemen memberikan suatu bentuk konseling


kepada karyawan yang mengalami ketakutan atas terjadinya perubahan

4. Negosiasi. Manajemen memberikan alternatif solusi kepada karyawan.

5. Paksaan. Manajemen menggunakan Taktik terakhir adalah paksaan.

MENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP GREEN PRODUCT

 Pertemuan The Business for The Environment Global Summit 2011 di Jakarta baru saja
berakhir.

 Indonesia dituntut untuk segera memasuki era revolusi industri hijau. Jika tidak, Indonesia
akan mengalami penurunan daya tarik tujuan investasi langsung perusahaan multinasional.

 Perusahaan-perusahaan multinasional kini mengutamakan teknologi industri hijau dalam


setiap keputusan bisnisnya.

 Komitmen perusahaan multinasional terhadap keberlanjutan lingkungan ini membutuhkan


dukungan produksi hijau untuk menghasilkan produk-produk hijau.

 Dengan demikian, perusahaan hijau, proses produksi juga hijau, sehingga hasilnya adalah
produk hijau.

ISO 14000

 ISO 14000 adalah standar internasional tentang sistem manejemen lingkungan (Rothery,
1995) yang sangat penting untuk di ketahui dan di laksanakan oleh seluruh sektor industri.

 Pada prinsipnya sistem standar ini ingin menampung tuntutan masyarakat akan satu sistem
standardisasi di bidang lingkungan agar syarat-syarat lingkungan yang ditetapkan oleh
negara-negara di dunia tidak menghambat perdagangan (technical barriers to trade).

 Kendati demikian aturan ini tetap bersifat sukarela.

STANDAR MANAJEMEN LINGKUNGAN

1. Environmental Management System (EMS) -ISO 14001s/d 14004


2. Environmental Auditing (EA) - ISO 14010s/d 14014

3. Environmental Labelling (Ecolabel) - ISO 14020 s/d 14024

4. Life Cycle Assesment (LCA) - ISO 14040

5. Environmental Performance Evaluation - ISO 14030

Audit Lingkungan Hidup

 Audit lingkungan hidup adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan untuk menilai tingkat ketaatan terhadap persyaratan hukum yang
berlaku dan/atau kegiatan yang bersangkutan.

 Definisi diatas diambil dari UU 23/1997 dan memberi kesan seakan-akan Audit Lingkungan
Hidup hanyalah bersifat pengkajian pentaatan (compliance audit) semata-mata.

 Audit lingkungan sesungguhnya terdiri dari berbagai jenis audit yang diterapkan untuk
kepentingan dan tujuan yang khusus, seperti; audit untuk kajian efisiensi penggunaan energi
(energy audit), audit produksi bersih (cleaner production audit), dsb.

Ekolabel

 Pada dasarnya ekolabel adalah suatu bentuk sertifikasi berupa pemberian tanda (label) pada
suatu produk dengan maksud ingin menggambarkan bahwa produk tersebut telah dihasilkan
dengan memenuhi syarat-syarat ramah lingkungan yang ditetapkan oleh lembaga sertifikasi
yang memberikan sertifikat tersebut.

 Ekolabel di German telah diterapkan sejak pertengahan tahun 1970-an dalam dunia bisnis
sebagai piranti sukarela.

MENCIPTAKAN BUDAYA YANG MENDUKUNG STRATEGI

Para perencana strategi harus berusaha untuk melestarikan menekankan, dan membangun
berdasarkan aspek-aspek budaya yang ada mendukung strategi baru. Schein menunjukkan bahwa
elemen berikut ini sangat bermanfaat untuk mengkaitkan budaya dengan strategi yaitu :

1. Pernyataan kreteria yang digunakan untuk merekrut, menyeleksi, mempromosikan, mengeluarkan


dan memensiunkan.

2. Mendesain ruang, serambi, dan bangunan.

3. Memberikan teladan, ganjaran, dan pelatihan oleh pimpinan.

4. Apa yang diperhatikan, diukur dan dikendalikan oleh pimpinan.

5. Sistem kompensasi dan status, serta sistem promosi yang tegas.


Mengelola Budaya Organisasi

 Budaya organisasi yang memengaruhi strategi dapat dibentuk dengan memperhatikan hal-
hal berikut

 Filosofi pendirian organisasi

 Desain ruang dan bangunan

 Memberi teladan, pengajaran, pelatihan oleh pimpinan

 Sistem kompensasi dan status

 Kisah, legenda, mitos, dan perumpamaan mengenai orang-orang dan kejadian


penting

 Apa yang diperhatikan, diukur, dikendalikan pimpinan

 Reaksi pimpinan terhadap peristiwa penting

Sharing Assumption Budaya Organisasi

a). Share thing, misalnya pakaian seragam seperti pakaian Korpri untuk PNS, batik PGRI yang menjadi
ciri khas organisasi tersebut.

b). Share saying, misalnya ungkapan-ungkapan bersayap, ungkapan slogan, pemeo seprti didunia
pendidikan terdapat istilah Tut wuri handayani, Baldatun thoyibatun wa robbun ghoffur diperguruan
muhammadiyah.

c). Share doing, misalnya pertemuan, kerja bakti, kegiatan sosial sebagai bentuk aktifitas rutin yang
menjadi ciri khas suatu organisasi seperti istilah mapalus di Sulawesi, nguopin di Bali.

d). Share feeling, turut bela sungkawa, aniversary, ucapan selamat, acara wisuda mahasiswa dan lain
sebagainya.

Mewujudkan Tertanamnya Budaya

a) Menciptakan bahasa yang sama dan warna konsep yang muncul.

b) Menentukan batas-batas antar kelompok.

c) Distribusi wewenang dan status.

d) Mengembangkan syariat, tharekat dan ma’rifat yang mendukung norma kebersamaan.

e) Menentukan imbalan dan ganjaran

f) Menjelaskan perbedaan agama dan ideologi.


Strategi Produksi

 Secara garis besar, proses produksi adalah kegiatan mengolah masukan (input, sumber daya
produksi) dalam proses dengan menggunakan metode tertentu untuk menghasilkan
keluaran (output, barang maupun jasa) yang sesuai dengan ketentuan.

 Dengan demikian maka kegiatan usaha jasa seperti dijumpai pada perusahaan angkutan,
asuransi, bank, pos, telekomunikasi, dsb menjalankan juga kegiatan produksi.

 Strategi operasi merupakan penjabaran dari strategi bisnis / korporasi sehingga kelima
kategori keputusan yang telah diuraikan diatas dapat diambil secara tepat dan konsisten.

 Strategi operasi terdiri dari 4 komponen yaitu; Misi, Kompetensi, Tujuan dan Kebijakan.

Just In Time

 Just In Time merupakan suatu filosofi yang berfokus pada upaya untuk menghasilkan produk
dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, pada tempat dan waktu yang tepat.

 Just in Time berarti bahwa, dalam suatu rangkaian proses produksi, suku cadang yang
diperlukan untuk perakitan tiba pada ujung lini rakit pada waktu yang diperlukan dan hanya
dalam jumlah yang diperlukan.

 Perusahaan yang menerapkan sistem ini pada seluruh lini produksi dapat mendekati
persediaan nol.

 4 Jenis Pemborosan Dalam Produksi

 Sumberdaya produksi terlalu banya

 Produksi berlebihan

 Persediaan terlalu banyak

 Investasi modal yang tak perlu

Tujuan Utama JIT

 Zero Defect (tidak ada barang yang rusak)

 Zero Set-up Time (tidak ada waktu set-up)

 Zero Lot Excesses (tidak ada kelebihan lot)

 Zero Handling (tidak ada penanganan)

 Zero Queues (tidak ada antrian)

 Zero Breakdowns (tidak ada kerusakan mesin)

 Zero Lead Time (tidak ada lead time)


MASALAH-MASALAH SUMBER DAYA MANUSIA SAAT PENERAPAN STRATEGI

Manajemen SDM

 Dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan, permasalahan yang dihadapi manajemen


bukan hanya terdapat hanya pada bahan mentah, alat-alat kerja, mesin-mesin produksi,
uang dan lingkungan kerja saja, tetapi juga menyangkut karyawan (sumber daya manusia)
yang mengelola factor produksi lainnya tersebut.

 Karyawan baru yang belum memilii keterampilan dan keahlian dilatih, sehingga menjadi
karyawan yang terampil dan ahli.

 Apabila dia dilatih lebih lanjut serta diberikan pengalaman dan motivasi, dia akan menjadi
karyawan yang matang. Pengolahan sumber daya manusia inilah yang disebut Manajemen
SDM.

Program Kepemilikan Saham Bagi Karyawan

 Program Kepemilikan Saham Bagi Karyawan (PKSK), dalam bahasa Inggris sering disebut
dengan ESOP, merupakan suatu program yang memungkinkan partisipasi karyawan untuk
memiliki saham perusahaan atau induk perusahaan tempat mereka bekerja.

 Program ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan memberikan saham
secara cuma-cuma (stock grant), menjual saham kepada karyawan, atau dengan
memberikan opsi kepada karyawan untuk membeli saham perusahaan selama periode
tertentu.

PKSK

 PKSK dilakukan pertama kali pada tahun 1950 di Amerika Serikat, dan saat ini telah menjadi
praktek yang umum dilakukan dalam dunia usaha baik di negara maju maupun di negera
berkembang.

 Dengan adanya kepemilikan karyawan pada perusahaan atau induk perusahaan tempat
mereka bekerja, diharapkan motivasi dan komitmen para karyawan akan meningkat
sehingga pada akhirnya juga akan meningkatkan nilai perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai