(Studi pada Perusahaan Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017)
SKRIPSI
Disusun oleh:
DESI AMBARSARI
1402154232
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
Program Studi Akuntansi
Disusun oleh:
Desi Ambarsari
1402154232
ii
(Studi pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017)
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
Program Studi Akuntansi
Disusun oleh:
Desi Ambarsari
1402154232
Pembimbing 1 Pembimbing 2
HALAMAN PERNYATAAN
iii
Dengan ini saya, DESI AMBARSARI, menyatakan bahwa skripsi dengan
judul “Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Gender Diversity pada Dewan, dan
Kualitas Auditor Eksternal terhadap Agresivitas Pajak (Studi pada Perusahaan
Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2013-2017. Saya tidak melakukan penjiplakan kecuali dengan pengutipan
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Saya bersedia menanggung
risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan pelanggaran
terhadap etika keilmuan dalam proposal penelitian saya ini.
DESI AMBARSARI
1402154232
iv
Nama : Desi Ambarsari
NPM : 1402154232
Desi Ambarsari
1402154232
KATA PENGANTAR
v
menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Pengaruh Ukuran Dewan
Komisaris, Gender Diversity pada Dewan, dan Kualitas Auditor Eksternal
terhadap Agresivitas Pajak (Studi pada Perusahaan Property dan Real Estate yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2013-2017)”. Tujuan penulisan
skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program strata satu pada
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom.
Dalam Penelitian ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, saran
dan motivasi yang sangat besar dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu. Secara khusus penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis Bapak Sariyono dan Ibu Sumiyati yang
senantiasa memberikan semangat dan mendoakan penulis, serta adik
penulis Suci Wulansari yang selalu mendukung dan mendoakan penulis
serta memberikan motivasi bagi penulis.
2. Bapak Deannes Isynuwardhana, S.E, M.M. selaku Ketua Program Studi
S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom.
3. Dudi Pratomo, SET., M.Ak. dan Kurnia, S.AB., M.M. selaku dosen
pembimbing yang telah membantu, membimbing dan memberikan
masukan kepada penulis.
4. Bapak Sulistijono, S.H., M.H. Selaku dosen wali Akuntansi G 2015
yang memberikan banyak pengalaman, ilmu, dan motivasi untuk terus
berjuang kepada penulis.
5. Seluruh dosen pengajar Prodi Akuntansi yang telah memberikan ilmu
yang sangat bermanfaat kepada penulis.
6. Semua teman-teman Akuntansi G 2015 atas dukungan, semangat dan
bantuannya selama ini.
7. Sahabat-sahabat penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu
yang telah memberikan dukungan semangat dan bantuan kepada penulis
dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
Semoga ALLAH SWT selalu melimpahkan rahmat dan membalas kebaikan
semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi kepada penulis
vi
dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Dengan segenap kerendahan hati, penulis berharap
semoga segala kekurangan yang ada pada proposal skripsi ini dapat dijadikan
bahan pembelajaran untuk penelitian yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Desi Ambarsari
1402154232
ABSTRAK
vii
negara yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang yang sebesar-besarnya
digunakan untuk meningkatkan pembangunan nasional bagi masyarakat dan
sumber pendapatan bagi negara. Tetapi banyak sekali perusahaan yang melakukan
tindakan agresivitas pajak agar pajak yang dibayarkan untuk negara menjadi
minimal dan jumlah beban pajak menjadi lebih efisien. Tindakan agresivitas pajak
dianggap sangat merugikan negara karena pendapatan negara melalui pajak
menjadi lebih sedikit.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ukuran dewan komisaris, gender
diversity pada dewan, kualitas auditor eksternal, dan agresivitas pajak pada
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2013-2017. Selain itu juga untuk menganalisis pengaruh secara simultan
dan parsial antara ukuran dewan komisaris, gender diversity pada dewan, dan
kualitas auditor eksternal terhadap agresifitas pajak pada perusahaan property dan
real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017.
Metode analisis yang digunakan adalah pengujian statistik deskriptif dan
analisis regresi data panel dengan menggunakan Eviews versi 10. Teknik
pemilihan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling dan diperoleh 28
perusahaan property dan real estate dengan periode penelitian selama lima tahun
yaitu tahun 2013-2017 sehingga didapat 140 unit sampel dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen Ukuran
Dewan Komisaris, Gender Diversity pada Dewan, dan Kualitas Auditor Eksternal
pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2013-2017 dapat menjelaskan variabel dependen
Agresivitas Pajak sebesar 57,8557%, sedangkan sisanya 42,1443% dijelaskan
oleh variabel lain diluar penelitian. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
secara simultan Ukuran Dewan Komisaris, Gender Diversity pada Dewan, dan
Kualitas Auditor Eksternal berpengaruh terhadap Agesivitas Pajak pada
perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2013-2017. Secara parsial Gender Diversity pada Dewan
berpengaruh negatif terhadap Agresivitas Pajak, sedangkan Ukuran Dewan
Komisaris dan Kualitas Auditor Eksternal tidak berpengaruh.
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis memberikan saran agar perusahaan
lebih gender diversity pada dewan karena adanya dewan perempuan dalam jajaran
dewan direksi dan dewan komisaris mampu mengurangi adanya tindakan
agresivitas pajak. Hal tersebut terjadi karena perempuan memiliki tingkat
kepatuhan pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...........................................................................................i
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN AKADEMIS......................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................................. 1
1.2 Latar Belakang Penelitian ................................................................................. 4
1.3 Perumusan Masalah ........................................................................................ 11
1.4 Pertanyaan Penelitian ...................................................................................... 12
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 13
1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 13
1.6.1 Aspek Teoritis .............................................................................................. 13
1.6.2 Aspek Praktis ............................................................................................... 14
1.7 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................... 14
1.7.1 Lokasi dan Objek Penelitian ........................................................................ 14
1.7.2 Waktu dan Periode Penelitan ....................................................................... 14
1.7.3 Variabel Penelitian ....................................................................................... 14
1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir ............................................................... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN ................. 17
2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian ............................................................................ 17
2.1.1 Pajak ............................................................................................................. 17
2.1.1.1 Pengertian Pajak ........................................................................................ 17
x
2.1.1.2 Sistem Pemungutan Pajak ......................................................................... 18
2.1.2 Agresivitas Pajak ..........................................................................................18
2.1.3 Ukuran Dewan Komisaris ............................................................................ 20
2.1.4 Gender Diversity pada Dewan ..................................................................... 21
2.1.5 Kualitas Auditor Eksternal ........................................................................... 23
2.1.6 Ukuran Perusahaan ...................................................................................... 24
2.1.7 Leverage ....................................................................................................... 24
2.2 Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 25
2.3 Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 47
2.3.1 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Agresivitas Pajak ............... 47
2.3.2 Pengaruh Gender Diversity pada Dewan terhadap Agresivitas Pajak ........ 48
2.3.3 Pengaruh Kualitas Auditor Eksternal terhadap Agresivitas Pajak .............. 49
2.4 Hipotesis Penelitian....................................................................................... 51
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 53
3.1 Karakteristik Penelitian ................................................................................ 53
3.2 Alat Pengumpulan Data ............................................................................... 55
3.2.1 Variabel Dependen ...................................................................................... 55
3.2.2 Variabel Independen ................................................................................... 56
3.2.2.1 Ukuran Dewan Komisaris ........................................................................ 56
3.2.2.2 Gender Diversity pada Dewan ................................................................. 56
3.2.2.3 Kualitas Auditor Eksternal ....................................................................... 57
3.2.3 Variabel Kontrol .......................................................................................... 57
3.2.3.1 Ukuran Perusahaan ................................................................................... 58
3.2.3.2 Leverage ................................................................................................... 58
3.3 Tahapan Penelitian ......................................................................................... 61
3.4 Populasi dan Sampel .................................................................................... 64
3.4.1 Populasi ....................................................................................................... 64
3.4.2 Sampel ......................................................................................................... 64
3.5 Pengumpulan Data dan Sumber Data .......................................................... 67
3.5.1 Jenis Data .................................................................................................... 67
3.5.2 Sumber Data .............................................................................................. 67
xi
3.6 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ............................................. 67
3.6.1 Teknik Analisis Data ................................................................................. 67
3.6.1.1 Statistik Deskriptif .................................................................................... 67
3.6.1.2 Analisis Regresi Data Panel ..................................................................... 68
3.6.1.3 Menguji Kelayakan Regresi Data Panel ................................................... 70
3.6.2 Pengujian Hipotesis ..................................................................................... 72
3.6.2.1 Koefisien Determinasi (R2) ....................................................................... 72
3.6.2.2 Pengujian Simultan (Uji F) ....................................................................... 73
3.6.2.3 Pengujian Parsial (Uji T) .......................................................................... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 77
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................. 77
4.1.1 Analisis Deskriptif ....................................................................................... 77
4.1.1.1 Ukuran Dewan Komisaris ........................................................................ 79
4.1.1.2 Gender Diversity pada Dewan ................................................................. 83
4.1.1.3 Kualitas Auditor Eksternal ....................................................................... 88
4.1.1.4 Agresivitas Pajak ...................................................................................... 90
4.1.1.5 Ukuran Perusahaan ................................................................................... 95
4.1.1.6 Leverage ................................................................................................... 98
4.2 Analisis Regresi Data Panel ......................................................................... 101
4.2.1 Pemilihan Model Regresi Data Panel ........................................................ 102
4.2.1.1 Uji Signifikansi Fixed Effect (Chow Test) ............................................. 102
4.2.1.2 Uji Signifikansi Random Effect (Hausman Test) ................................... 103
4.2.2 Hasil Pemilihan Model Regresi Data Panel .............................................. 104
4.3 Pengujian Hipotesis ...................................................................................... 106
4.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................................................. 106
4.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) .............................................................. 107
4.3.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ................................................................... 108
4.4 Analisis dan Pembahasan ............................................................................. 109
4.4.1 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Agresivitas Pajak ............. 109
4.4.2 Pengaruh Gender Diversity pada Dewan terhadap Pengaruh Agresivitas
Pajak .................................................................................................................. 111
xii
4.4.3 Pengaruh Kualitas Auditor Eksternal terhadap Agresivitas Pajak ............ 112
4.4.4 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Gender Diversity pada Dewan, dan
Kualitas Auditor Eksternal terhadap Agresivitas Pajak ...................................... 113
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 115
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 115
5.2 Saran ............................................................................................................. 118
5.2.1 Aspek Teoritis............................................................................................ 118
5.2.2 Aspek Praktis............................................................................................. 119
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 121
LAMPIRAN ....................................................................................................... 125
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Sektor Property dan Real
Estate................................................................................................... 3
Tabel 1. 2 Penerimaan Perpajakan Republik Indonesia Tahun 2012-2017 (dalam
milyar rupiah)...................................................................................... 6
Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ................... 35
Tabel 3.1 Karakteristik Penelitian ...................................................................... 54
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel .................................................................. 59
Tabel 3.3 Kriteria Pemilihan Sampel ................................................................. 65
Tabel 3.4 Sampel Perusahaan ............................................................................ 66
Tabel 4.1 Analisis Deskriptif ............................................................................. 77
Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif Ukuran Dewan Komisaris ......................... 80
Tabel 4.3 Jumlah Perusahaan yang Memiliki Jumlah Dewan Komisaris
Dibawah Nilai Mean dan Diatas Nilai Mean 2013-2017 .................. 82
Tabel 4.4 Hasil Statistik Deskriptif Gender Diversity pada Dewan .................. 83
Tabel 4.5 Jumlah Perusahaan yang Tidak Terdapat dan Terdapat Dewan Berjenis
Kelamin Perempuan .......................................................................... 87
Tabel 4.6 Hasil Statistik Deskriptif Kualitas Audit Eksternal ........................... 88
Tabel 4.7 Jumlah Perusahaan yang diaudit oleh KAP Non Big Four dan KAP
Big Four .............................................................................................. 90
Tabel 4.8 Hasil Statistik Deskriptif Agresivitas Pajak........................................ 90
Tabel 4.9 Jumlah Perusahaan yang Memiliki Nilai Agresivitas Pajak Dibawah
Tarif Pajak 25% dan Diatas Tarif Pajak 25% Periode 2013-201& .. 94
Tabel 4.10 Hasil Statistik Deskriptif Ukuran Perusahaan ................................... 96
Tabel 4.11 Hasil Statistik Deskriptif Leverage ................................................... 98
Tabel 4.12 Hasil Uji Signifikansi Fixed Effect (Chow Test) .............................. 103
Tabel 4.13 Hasil Uji Signifikansi Random Effect (Hausman Test) ........................ 104
Tabel 4.14 Hasil Uji Signifikansi Model Fixed Effect ....................................... 104
Tabel 4.15 Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................................................ 107
Tabel 4.16 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ..................................................... 108
Tabel 4.17 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ......................................................... 108
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Perkembangan Rata-rata Total Aset Perusahaan Sub Sektor Property
dan Real Estate Tahun 2013-2017......................................................2
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran..........................................................................50
Gambar 3. 1 Tahapan Penelitian........................................................................... 63
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan real estate begitu pesat, terbukti dengan semakin banyaknya jumlah
perusahaan yang terdaftar di BEI. Pada tahun 1990-an jumlah perusahaan yang
terdaftar hanya sebanyak 22 perusahaan, namun memasuki tahun 2000-an hingga
tahun 2017 jumlah perusahaan terdaftar menjadi sebanyak 49 perusahaan.
(www.sahamok.com)
Perusahaan sub sektor property dan real estate di Indonesia merupakan salah
satu sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan memiliki
efek berantai (multiplier effect) serta backward linkage yang cukup besar kepada
sektor-sektor ekonomi lainnya. Oleh karena itu, sektor ini memiliki dampak besar
untuk menarik dan mendorong perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya.
(https://ekbis.sindonews.com/)
Perusahaan pada sub sektor property dan real estate di Indonesia mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat, dengan adanya perkembangan tersebut
menyebabkan pertumbuhan perekonomian di Indonesia juga semakin meningkat.
Perkembangan sub sektor property dan real estate ini juga didukung dengan
kenaikan rata-rata total aset pada sub sektor property dan real estate dari tahun
2013-2017 yang dapat dilihat seperti gambar berikut ini:
4.25 4.37
3.78 3.82
3.45
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata total aset
perusahaan sub sektor property dan real estate di Indonesia mengalami kenaikan
2
untuk setiap tahunnya. Dalam Gambar 1.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2013
pertumbuhan rata-rata total aset perusahaan sub sektor property dan real estate
adalah sebesar 3,45 milyar rupiah, tahun 2014 adalah sebesar 3,78 milyar rupiah,
tahun 2015 adalah sebesar 3,82 milyar rupiah, tahun 2016 adalah sebesar 4,25
milyar rupiah , sedangkan pada tahun 2017 rata-rata total aset perusahaan sub
sektor property dan real estate di Indonesia adalah sebesar 4,37 milyar rupiah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada triwulan pertama dan triwulan
kedua tahun 2018, kontribusi sektor property dan real estate di Indonesia
berturut-turut adalah sebesar 2,81% dan 2,74% terhadap PDB nasional.
Perusahaan pada sektor property dan real estate memiliki prospek yang lebih baik
dibandingkan dengan sektor yang lainnya. Perusahaan sub sektor property dan
real estate sangat menjanjikan di Indonesia karena harga property di Indonesia
masih termasuk yang termurah di wilayah Asia Tenggara. Berikut merupakan
tabel pertumbuhan Produk Dosmetik Bruto (PDB) perusahaan sub sektor property
dan real estate di Indonesia tahun 2013-2017:
Tabel 1.1 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Sektor Property dan
Real Estate
3
meneliti apakah terjadi indikasi agresivitas pajak pada perusahaan sektor property
dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.
4
anggaran APBN (Nugraha & Wahyu, 2015). Upaya pemerintah dalam
mengoptimalkan penerimaan pajak juga menghadapi kendala. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya bahwa pajak merupakan biaya bagi perusahaan, maka
perusahaan mungkin akan melakukan tindakan pajak agresif. Tindakan pajak
agresif merupakan suatu aktivitas yang spesifik yang mencakup transaksi yang
bertujuan untuk meminimalkan kewajiban pajak yang harus dibayarkan oleh
perusahaan.
Agresivitas pajak adalah kegiatan memanipulasi penghasilan kena pajak yang
dilakukan oleh perusahaan dengan perencanaan pajak atau tax planning, baik itu
dengan cara penghindaran pajak (tax avoidance) ataupun penggelapan pajak (tax
evasion). Perusahaan melakukan agresivitas pajak karena hal tersebut merupakan
bagian dari tax planning. Semakin lemah peraturan yang mendukung pengenaan
pajak dalam suatu perusahaan, maka semakin agresif usaha yang dilakukan
perusahaan untuk melakukan pengurangan pajak. Tindakan pajak agresif sebagai
tax planning dengan terbagi dua cara yaitu aktivitas tax avoidance dan tax
sheltering, namun definisi perencanaan pajak tersebut mungkin legal atau ilegal
atau bahkan berada dalam “grey area”. Walaupun tidak semua tindakan yang
dilakukan melanggar peraturan, namun semakin banyak celah yang digunakan
maka perusahaan tersebut dianggap semakin agresif terhadap pajak
(https://bppk.kemenkeu.go.id)
Dalam RAPBN 2014 dijelaskan bahwa pajak digunakan sebagai sumber daya
bagi pemerintah untuk mendanai berbagai macam kepentingan masyarakat seperti
peningkatan pendidikan dan kesejahteraan rakyat, pembangunan infrastruktur
umum, mendukung pertahanan dan keamanan, serta untuk pembangunan di
daerah. Pajak pada sektor property dan real estate dapat diandalkan sebagai
penerimaan pajak bagi negara. Hal tersebut dikarenakan dalam usaha property dan
real estate terdapat banyak aspek pajak seperti, PPh, PPN, Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), PBB, Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan dan PPh Final (Wahyudi, 2012).
Sampai saat ini pemerintah belum mampu merealisasi penerimaan pajak
secara maksimal, sehingga hal tersebut menimbulkan pertanyaan apakah dari sisi
5
wajib pajak terdapat beberapa tindakan penghindaran pajak, penggelapan pajak,
ataukah memang pemungutan yang dilakukan belum mampu berjalan secara
maksimal. Penerimaan pajak harus mampu mencapai tingkat yang maksimal
karena hasil penerimaan pajak nantinya akan digunakan untuk pembiayaan
belanja negara.
Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2017), dalam periode
2013-2017 pemerintah mampu meningkatkan realisasi penerimaan negara melalui
pembayaran pajak (baik pajak dalam negeri maupun pajak perdagangan
internasional) pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 1.077.307 milyar kemudian
mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya. Namun terjadi adanya penurunan
pada tahun 2017 menjadi Rp 1.495.894 milyar. Penurunan tersebut dapat dilihat
dalam Tabel 1.2 berikut:
Tabel 1. 2
Penerimaan Perpajakan Republik Indonesia Tahun 2013-2017 (dalam milyar
rupiah)
6
dibayar perusahaan, maka pendapatan negara semakin besar. Namun, bagi
perusahaan pajak merupakan beban yang dapat mengurangi jumlah laba bersih
yang dihasilkan. Hal itu menyebabkan perusahan-perusahaan mencari cara untuk
mengurangi biaya pajak yang harus dikeluarkan. Pemerintah memiliki tujuan
untuk memaksimalkan penerimaan melalui sektor perpajakan, namun tujuan
tersebut bertentangan dengan tujuan perusahaan yang ingin meminimalkan dan
mengefisienkan jumlah beban pajak yang dibayarkan agar memperoleh laba yang
maksimal.
Fenomena yang terkait dalam penelitian ini yaitu transaksi se-kavling tanah
yang dimiliki oleh perusahaan SCBD di daerah Jakarta Selatan seluas 9.700 meter
dijual pada harga Rp 193 juta per meter. Jauh melampaui NJOP, bahkan nilai
taksiran appraisal swasta yang menilai di kisaran Rp 112 juta per meter. Selain
itu, dalam sidang kasus simulator SIM terungkap adanya penjualan rumah mewah
kepada SCBD seharga Rp 7,1 miliar di Semarang. Namun di akta notaris hanya
tertulis Rp 940 juta. Itu artinya terdapat selisih harga Rp 6,1 miliar. Atas transaksi
ini, ada potensi PPN (Pajak Pertambahan Nilai) yang harus disetor 10 persen
dikali Rp 6,1 milyar atau Rp 610 juta. Kekurangan lain PPh (Pajak Penghasilan)
final sebesar 5 persen dikalikan Rp 6,1 milyar atau Rp 300 juta. Total kekurangan
pajak senilai Rp 900 juta. Selisih nilai tersebut jelas menyebabkan hilangnya
potensi penerimaan negara. (https://www.merdeka.com/)
Fenomena yang lainnya yaitu bisnis property mengindikasikan adanya
potensi penerimaan pajak yang menjanjikan namun dapat diketahui bahwa banyak
terjadi penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan property
yang membuat negara kehilangan potensi penerimaan triliunan rupiah. Investasi
tanah dan bangunan, atau dikenal dengan istilah property masih menjadi salah
satu investasi favorit masyarakat Indonesia karena investasi ini relatif aman dan
memberikan imbalan hasil yang baik. Menyadari adanya potensi penerimaan
pajak tersebut, Direktorat Jendral Pajak (DJP) menetapkan sektor property dan
real estate sebagai salah satu sektor prioritas penggalian potensi pajak di tahun
2013 dan masih berlanjut hingga saat ini. DJP memperkirakan masih banyak
terjadi penghindaran pajak, khususnya Pajak Penghasilan (PPh), yang dilakukan
7
oleh perusahaan-perusahaan property dan real estate di Indonesia. Di Indonesia
kasus pada Real Estate Indonesia (REI) yang dituduh oleh Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) terkait dokumen transaksi pembayaran pajak yang diperkirakan
banyak melakukan penghindaran pembayaran Pajak Penghasilan.
(https://majalahpajak.net/)
Potensi penerimaan pajak dari sektor properti berasal dari Pajak Penghasilan
(PPh) Final Pasal 4 ayat (2) final yaitu penghasilan yang diterima oleh penjual
karena telah melakukan transaksi jual beli tanah/bangunan sebesar 5% dan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) atas transaksi barang kena pajak berupa tanah/bangunan
yang bukan kategori rumah sangat sederhana sebesar 10%. Sedangkan pajak yang
dipungut oleh pemerintah daerah dalam transaksi properti adalah Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) sebesar 5%. Penelitian awal Ditjen
Pajak, menemukan adanya potential loss penerimaan pajak akibat tidak
dilaporkan transaksi sebenarnya jual-beli tanah/bangunan termasuk properti, real
estate dan apartemen. Hal ini terjadi karena pajak yang dibayarkan menggunakan
transaksi berbasis Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) bukan berbasis transaksi
sebenarnya atau riil. (https://finance.detik.com/properti/)
Menurut Idris (2016) terdapat enam modus yang dilakukan oleh perusahaan
property dan real estate dalam melakukan penghindaran pajak. Enam poin
tersebut menjadi fokus para pemeriksa pajak untuk memeriksa dokumen dan
mengecek secara fisik bangunan di lapangan secara random. Pertama, menyiasati
perbedaan kewajiban pajak dengan memecah unit property berdasarkan fungsi.
Contohnya, dengan memecah menjadi perusahaan konstruksi dan perusahaan
pemasaran. Kedua, pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ke negara
seharusnya dilakukan pada saat ditandatangani akta jual beli. Ketiga,
penghindaran pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) melalui : (1) Luas
bangunan di Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) berbeda dengan Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) dan fisik bangunan. 2) Penambahan bangunan di
luar spesifikasi awal dengan kontrak terpisah, seperti mengerjakan garasi dan
kolam renang berbeda dengan kontraktor rumah. 3) Ada penyatuan unit secara
vertikal dan horizontal yang tak dilaporkan. 4) Ada unsur bangunan landed house
8
yang tidak dilaporkan sebagai penghitung komponen luas bangunan. Keempat,
menghindari pajak atas pesanan yang batal dengan dua cara: 1) PPN atas cicilan
yang telah dibayar terhadap unit properti yang dibatalkan tak pernah dilaporkan ke
Ditjen Pajak. 2) Penghasilan dari penalty fee dan booking fee atas unit yang batal
tidak pernah dilaporkan ke Ditjen Pajak. Kelima, dari cara bayar, pengembang
mengaku penjualan dilakukan secara mencicil sehingga pembayaran pajak
disesuaikan dengan cicilan. Padahal, konsumen atau bank sudah membayar
dengan lunas. Keenam, cara membangun bangunan yang tidak dilakukan sendiri
dibedakan-bedakan, tidak dilakukan secara keseluruhan dalam satu waktu oleh
satu kontraktor. Cara ini agar ada perbedaan kewajiban perpajakan.
Fakor-faktor yang berkaitan dengan agresivitas pajak antara lain adalah
ukuran dewan komisaris, gender diversity pada dewan, dan kualitas auditor
eksternal. Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris
yang berasal dari internal ataupun eksternal perusahaan (Asmoro, 2016). Dewan
komisaris mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap kebijakan direksi
dalam menjalankan perusahaan dan memberikan pengarahan atau nasihat kepada
direksi dalam menjalankan kegiatan perusahaan. Dewan komisaris dalam suatu
perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari implikasi kebijakan
direksi. Dewan komisaris memegang peranan penting dalam mengarahkan strategi
dan mengawasi jalannya perusahaan serta memastikan bahwa para manajer benar-
benar meningkatkan kinerja perusahaan sebagai bagian dari tujuan perusahaan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lanis dan Richardson (2011), menemukan
bahwa ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
agresivitas pajak perusahaan. Sebaliknya, Aliani dan Mohamed Ali (2012)
menemukan adanya non-signifikansi antara ukuran dewan komisaris dan
agresivitas pajak. Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dan
Septiari (2015) menemukan bahwa ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap effective tax rate.
Faktor kedua yang dianggap mempengaruhi tindakan agresivitas pajak yaitu
gender diversity pada dewan perusahaan. Menurut Mansour Faqih (2016) gender
adalah suatu sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang
9
dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Pengaruh partisipasi wanita sebagai
anggota dewan dalam perusahaan terhadap tingkat agresivitas pajak menjadi
perhatian para peneliti seiring dengan munculnya kebijakan pemerintah di
beberapa negara yang mewajibkan sebagian posisi dalam dewan diduduki oleh
wanita. Pemerintah Jerman, Norwegia, Islandia, Belanda dan Belgia adalah
sejumlah negara yang telah mengadopsi kebijakan yang mewajibkan perempuan
mengisi minimal 30% posisi direksi di perusahaan. Menurut Arfken et al. (2004)
dalam Ridwan, Zaitul, dan Resty (2015) keberagaman gender (gender diversity)
dalam suatu perusahaan dapat memberikan manfaat dalam menambah
pengetahuan, penemuan ide-ide baru dan wawasan untuk membantu memecahkan
masalah, meningkatkan perencanaan strategis, pengetahuan baru atau pendapat
dan pengalaman. Menurut Boussaidi dan Mounira (2015) keberagaman gender
(gender diversity) dapat diukur dengan menggunakan jumlah adanya perempuan
dalam dewan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Khoula dan Ali (2012)
menunjukkan bahwa keberagaman gender tidak berpengaruh pada tax effective
rate karena presentase perempuan dalam dewan yang lebih rendah daripada
persentase laki-laki. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Boussaidi dan Mounira
(2015) menyatakan bahwa keberagaman gender berpengaruh positif dan
signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Aliani et al. (2012) menunjukkan bahwa keberagaman gender
pada dewan berpengaruh negatif terhadap optimalisasi pajak.
Faktor lainnya yang menyebabkan adanya tindakan agresivias pajak adalah
kualitas auditor eksternal. Manajemen memiliki tanggung jawab dalam
memberikan informasi kepada stakeholders mengenai keseluruhan aktivitas
perusahaan termasuk dalam pelaporan keuangan. Perusahaan dituntut untuk
memberikan laporan keuangan yang kredibel meskipun berbagai macam
fleksibilitas dalam standar akuntansi dapat memberi kemungkinan kepada manajer
untuk mengambil keuntungan tersendiri dan memberikan informasi yang salah.
Penghindaran pajak (tax avoidance) yang termasuk dalam bentuk manajemen
pajak tersebut sangat berkaitan dengan penyajian laporan keuangan yang telah
diverifikasi oleh auditor eksternal sebelum dipublikasikan. Richardson et al.
10
(2013) menemukan bahwa, perusahaan yang menggunakan auditor eksternal Big
Four dan non Big Four, dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa
penggunaan auditor Big Four dapat mengurangi agresivitas pajak. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Boussaidi dan Mounira (2015) menunjukkan bahwa kualitas
auditor eksternal Big Four berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap
agresivitas pajak. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Jati (2014)
serta Maharani dan Suardana (2014) menemukan bahwa kualitas audit
berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Selain itu dalam penelitian yang
dilakukan oleh Kusuma dan Firmansyah (2018) menyatakan bahwa kualitas
auditor eksternal Big Four tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
Berdasarkan latar belakang, fenomena dan adanya inkonsistensi dalam
penelitian terdahulu maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian kembali.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor property dan real estate yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017. Penulis ingin
membuktikan lebih dalam lagi tentang pengaruh ukuran dewan komisaris, gender
diversity pada dewan perusahaan, kualitas auditor eksternal terhadap agresivitas
pajak. Oleh karena itu penulis memberikan judul untuk penelitian ini yaitu
“Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Gender Diversity pada Dewan dan
Kualitas Auditor Eksternal terhadap Agresivitas Pajak pada Perusahaan
Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2017”.
11
sektor pajak. Perusahaan harus taat dan patuh dalam menghitung, menyetor, dan
melaporkan pajaknya, serta tidak melakukan agresivitas pajak agar tidak
mendapatkan sanksi dari Direktorat Jendral Pajak.
Pada kenyataannya, di Indonesia masih banyak sekali perusahaan yang
melakukan tindakan agresivitas pajak. Seperti fenomena yang diangkat dalam
kasus ini yaitu kasus yang terjadi pada perusahaan sub sektor property dan real
estate di Indonesia yang masih banyak sekali melakukan penghindaran pajak.
Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap variabel-variabel yang
mempengaruhi agresivitas pajak yang mana banyak menyoroti pada pengaruh
ukuran dewan komisaris, gender diversity pada dewan, kualitas auditor eksternal.
Pemilihan variabel independen ini dilakukan karena masih terdapat inkonsistensi
dari hasil penelitian sebelumnya sehingga masih relevan untuk dikaji kembali
mengenai faktor yang mempengaruhi agresivitas pajak, yaitu ukuran dewan
komisaris, gender diversity pada dewan komisaris, kualitas auditor eksternal.
12
b. Gender diversity pada dewan terhadap agresivitas pajak pada perusahaan
property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2013-2017?
c. Kualitas auditor eksternal terhadap agresivitas pajak pada perusahaan
property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2013-2017?
13
dewan komisaris, gender diversity pada dewan, kualitas auditor eksternal,
maupun tindakan agresivitas pajak.
14
1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang gambaran umum objek penelitian, latar belakang
penelitian, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian,
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup
penelitian serta sistematika penulisan tugas akhir.
15
Halaman ini sengaja dikosongkan
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
17
2.1.1.2 Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Hidayat dan Purwana (2017:6), terdapat tiga sistem pemungutan
pajak yaitu:
a. Official Assessment System
Merupakan pungutan pajak di mana wewenang untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang berada pada pemungut pajak atau fiskus. Oleh karena itu
sistem ini memiliki beberapa ciri di antaranya, (1) Wajib pajak bersifat pasif; (2)
Kewenangan menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus; dan (3) Utang
pajak timbul setelah dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus. Contoh
pajak yang menggunakan sistem ini adalah Pajak Bumi dan Bangunan.
b. Self Assessment System
Merupakan sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang berada pada pihak wajib pajak. Oleh karena itu,
beberapa ciri dalam pemungutan pajak ini adalah (1) kewenangan menentukan
besarnya pajak yang terutang berada pada diri wajib pajak; (2) wajib pajak aktif
untuk menentukan, menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang; (3) fiskus tidak ikut campur dalam menentukan pajak
dan hanya mengawasi. Contoh jenis pajak yang menggunakan sistem ini adalah
PPh, PPN, dan PPnBM.
c. With Holding System
Adalah sistem pemungutan pajak di mana wewenang untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang berada pada pihak ketiga. Adapun ciri-cirinya
adalah kewenangan menentukan besarnya pajak yang terutang bukan pada wajib
pajak maupun fiskus.
18
dengan beban pajak yang tinggi akan mengurangi keuntungan yang diperoleh
perusahaan. Istilah yang paling banyak digunakan dalam penelitian adalah tax
avoidance dan tax evasion (Novitasari, 2017). Dalam hal ini tax evasion
merupakan hambatan dalam pemungutan pajak karena merupakan hal yang ilegal.
Tindakan agresivitas pajak setiap tahunnya diperkirakan bakal meningkat karena
beberapa hal seperti tarif pajak yang tinggi, undang-undang yang tidak tepat
sasaran, bahkan adanya ketidakadilan.
Perusahaan menganggap pajak sebagai sebuah tambahan beban biaya yang
dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan diprediksi
melakukan tindakan yang akan mengurangi beban pajak perusahaan. Menurut
Frank, et al. (2009) dalam Purwanto (2016), tindakan yang dilakukan perusahaan
untuk mengurangi pendapatan kena pajak melalui perencanaan pajak baik secara
legal (tax avoidance) maupun illegal (tax evasion) disebut dengan agresivitas
pajak perusahaan. Walaupun tidak semua tindakan perencanaan pajak melanggar
hukum, akan tetapi semakin banyak celah yang digunakan maka perusahaan
tersebut dianggap semakin agresif.
Agresivitas pajak merupakan isu yang kini cukup fenomenal di kalangan
masyarakat. Agresivitas pajak terjadi hampir di semua perusahaan-perusahaan
besar maupun kecil di seluruh dunia. Tindakan agresivitas pajak ini dilakukan
dengan tujuan meminimalkan besarnya biaya pajak dari biaya pajak yang telah
diperkirakan, atau dapat disimpulkan dengan usaha untuk mengurangi biaya
pajak.
Menurut Hidayanti dan Laksito (2013), ada tiga keuntungan melakukan
tindakan agresivitas pajak. Keuntungan tersebut antara lain: keuntungan dalam
melakukan penghematan pajak yang akan dibayarkan perusahaan kepada negara,
sehingga jumlah kas yang dinikmati pemilik/pemegang saham dalam perusahaan
menjadi lebih besar; keuntungan bagi manajer (baik langsung maupun tidak
langsung) yang mendapat kompensasi dari pemilik atau pemegang saham atas
tindakan pajak agresif yang dilakukannya; keuntungan bagi manajer adalah
mempunyai kesempatan untuk melakukan rent extraction. Sedangkan kerugian
dari agresivitas pajak perusahaan adalah kemungkinan perusahaan mendapat
19
sanksi dari kantor pajak berupa denda, serta turunnya harga saham perusahaan
akibat pemegang saham lainnya mengetahui tindakan agresivitas pajak
perusahaan. Bagi pemerintah, tindakan agresivitas pajak perusahaan ini akan
mengurangi pendapatan negara dalam sektor pajak.
Agresivitas pajak dapat diukur dengan berbagai cara. Proksi yang digunakan
antara lain Effective Tax Rates (ETR), Cash Effective Tax Rate (CETR), Book Tax
Differences, Discretionary Permanent BTDs (DTAX), Unrecognize Tax Benefit,
Tax Shelter Activity, dan Marginal Tax Rate. Untuk mengukur tingkat agresivitas
pajak perusahaan, dalam penelitian ini penulis menggunakan proksi Effective Tax
Rates (ETR). Menurut Lanis dan Richardson (2013) ETR digunakan untuk
mengukur agresivitas pajak dengan alasan beberapa penelitian sebelumnya
banyak menggunakan ETR untuk mengukur agresivitas pajak. Semakin rendah
nilai ETR dapat mengindikasikan adanya agresivitas pajak dalam perusahaan.
ETR yang rendah menunjukkan beban pajak penghasilan yang lebih kecil dari
pendapatan sebelum pajak. Perusahaan yang terindikasi melakukan agresivitas
pajak akan memiliki nilai Effective Tax Rate (ETR) yang mendekati (0) nol, hal
tersebut menandakan bahwa beban pajak yang mereka bayarkan lebih rendah
daripada yang seharusnya. Menurut Frank et al. (2009) dalam Purwanto (2016)
Effective Tax Rate (ETR) digunakan untuk merefleksikan perbedaan antara
perhitungan laba buku dengan laba fiskal.
Rumus untuk menghitung Effective Tax Rate (ETR) adalah sebagai berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑇𝑎𝑥 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒
𝐸𝑓𝑓𝑒𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑇𝑎𝑥 𝑅𝑎𝑡𝑒 (ETR) =
𝑃𝑟𝑒 𝑇𝑎𝑥 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
Berdasarkan Undang-Undang No.36 Tahun 2008, tarif pajak penghasilan
badan yang berlaku adalah sebesar 25% untuk tahun 2012 dan seterusnya. Jika
nilai ETR lebih besar dari tarif pajak 25% maka perusahaan cenderung tidak
melakukan agresivitas pajak. Jika nilai ETR kurang dari tarif pajak 25% maka
perusahaan cenderung melakukan agresivitas pajak.
2.1.3 Ukuran Dewan Komisaris
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
mengharuskan adanya kelembagaan komisaris sebagai salah satu organ perseroan
20
yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai
dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Dewan komisaris
terdiri dari komisaris dan komisaris independen. Komisaris independen
merupakan anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen dan
berasal dari luar perusahaan (www.ojk.go.id). Menurut Undang-Undang
Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 ayat 6 dalam Agoes dan Ardana
(2014:108) dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
memberi nasihat kepada direksi. Selain itu, menurut peraturan OJK
No.33/POJK.04/2014 dewan komisaris merupakan organ emiten atau perusahaan
publik yang bertugas untuk melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus
sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi, sedangkan
ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris yang
berasal dari internal ataupun eksternal perusahaan (Asmoro, 2016).
Dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan
untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam
mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Minnick
dan Noga (2010) menyatakan bahwa dewan komisaris yang sedikit dapat
memperkuat manajemen pajak yang baik, sementara jumlah dewan komisaris
yang besar membuktikan ketidakefektifan karena kesulitan dalam pengambilan
keputusan tentang kebijakan agresivitas pajak. Ukuran dewan diukur dengan
menggunakan jumlah dewan komisaris yang terdapat dalam perusahaan.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
Ukuran Dewan Komisaris = Jumlah Dewan Komisaris
21
Women in Business yang dirilis tahun 2017 oleh Grant Thornton, presentase
jumlah pemimpin wanita di Indonesia yang menjadi pimpinan suatu perusahaan
melonjak drastis dengan menempati urutan teratas di Asia Pasifik dan nomor dua
di seluruh dunia. Dari hasil survey global terhadap 5500 perusahaan di 36 negara,
sebesar 46% posisi senior perusahaan di Indonesia diduduki oleh wanita, naik dari
angka 36% pada tahun 2016.
Partisipasi perempuan sebagai anggota dewan memiliki dampak langsung
dan positif terhadap keuntungan perusahaan dan manajemen resiko. Peni dan
Vahamaa (2010) menunjukan bahwa direktur perempuan mengadopsi gaya
pelaporan keuangan yang lebih konservatif dan risk-averse dibandingkan
perusahaan dengan direktur keuangan pria. Selain itu, Richardson (2016)
mengatakan bahwa direktur perempuan memiliki standar etika dan moral yang
lebih tinggi, menunjukan cara berpikir yang lebih independen dan memfasilitasi
keputusan yang lebih tepat yang meningkatkan tingkat transparansi dewan
perusahaan.
Gender diversity pada dewan sangat memiliki peranan penting dalam suatu
organisasi, karena wanita dapat memiliki efek positif dalam organisasi tersebut.
Menurut literatur tentang perbedaan perilaku pengambilan risiko antara dua jenis
kelamin dan kepatuhan pajak Croson dan Gneezy (2009), Hasseldine (1999),
Kastlunger et al. (2010) dalam Aliani et al. (2012) menganggap bahwa
perempuan harus mengekspos tingkat kepatuhan pajak yang lebih tinggi. Namun,
laki-laki harus menunjukkan tingkat penghindaran pajak yang penting.
Kecenderungan laki-laki untuk penggelapan pajak dapat dijelaskan oleh beberapa
faktor yaitu perbedaan sosial yang dapat disajikan oleh pentingnya gender dalam
orientasi konsep perempuan dan maskulin. Kastlunger et al. (2010) dalam Aliani
et al. (2012) menyatakan bahwa perbedaan antara perempuan dan laki-laki dapat
dihasilkan, tidak hanya oleh perbedaan biologis, tetapi khususnya oleh
seperangkat karakteristik yang terkait dengan gender. Menurut Boussaidi dan
Mounira (2015) dalam penelitiannya keberagaman gender (gender diversity) pada
dewan dapat diukur dengan menggunakan jumlah adanya perempuan dalam
dewan.
22
Rumus untuk mengukur gender diversity pada dewan adalah sebagai berikut:
23
Dalam penelitian ini kualitas auditor eksternal diukur dengan menggunakan
dummy variable yaitu:
a. 1= jika perusahaan menggunakan jasa auditor eksternal The Big Four
yaitu EY, Deloitte, KPMG, PWC.
b. 0= jika perusahaan menggunakan auditor eksternal Non The Big Four.
2.1.6 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu pengukuran yang dikelompokkan
berdasarkan besar kecilnya perusahaan dan dapat menggambarkan aktivitas serta
pendapatan perusahaan (Nugraha dan Wahyu, 2015). Ukuran perusahaan
umumnya dibagi dalam tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large firm),
perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm).
Penentuan ukuran perusahaan didasarkan kepada total aset perusahaan. Semakin
besar total aset maka menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek baik
dalam jangka waktu yang relative panjang. Hal ini juga menggambarkan bahwa
perusahaan lebih stabil dan lebih mampu dalam menghasilkan laba dibandingkan
dengan perusahaan dengan total aset yang kecil.
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang menentukan besar kecilnya
perusahaan yang dapat dilihat dari nilai equity, nilai penjualan, jumlah karyawan
dan nilai total aktiva, dan lainnya (Ngadiman dan Puspitasari, 2014). Berdasarkan
beberapa definisi di atas maka ukuran perusahaan merupakan skala yang
digunakan untuk menentukan apakah perusahaan tergolong dalam perusahaan
besar, sedang atau kecil yang dapat dilihat dari beberapa aspek. Ukuran
perusahaan diukur menggunakan logaritma natural total aset karena total aset
memiliki tingkat kestabilan yang lebih dibandingkan proksi lainnya, seperti
penjualan dan kapitalisasi pasar yang dipengaruhi oleh penawaran dan
permintaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rumus:
𝑆𝐼𝑍𝐸 = 𝐿n (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎)
2.1.7 Leverage
Menurut Harahap (2013) leverage merupakan rasio yang menggambarkan
hubungan antara utang perusahaan terhadap modal, rasio ini dapat melihat
24
seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan
perusahaan yang digambarkan oleh modal. Leverage adalah rasio yang mengukur
seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang (Fahmi, 2015:27). Sedangkan
dalam arti luas Kasmir (2014) mengatakan bahwa rasio leverage digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik
jangka panjang maupun jangka pendek apabila perusahaan dilikuidasi. Perusahaan
dengan leverage yang tinggi mengindikasi perusahaan tersebut bergantung pada
pinjaman luar atau utang, sedangkan perusahaan dengan leverage rendah dapat
membiayai asetnya dengan modal sendiri.
Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa leverage
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar ekuitas
perusahaan yang dibiayai oleh utang. Dalam praktiknya, apabila hasil
perhitungan, perusahaan ternyata memiliki rasio leverage tinggi, hal ini akan
berdampak timbulnya risiko kerugian lebih besar, tetapi juga ada kesempatan
mendapat laba lebih besar. Sebaliknya apabila perusahaan memiliki rasio leverage
lebih rendah tentu mempunyai risiko kerugian lebih kecil pula, terutama pada saat
perekonomian menurun. Dampak ini juga mengakibatkan rendahnya tingkat hasil
pengembalian (return) pada saat perekonomian tinggi (Kasmir, 2014).
Dalam penelitian ini jenis rasio leverage yang digunakan adalah debt to
equity ratio. Rasio ini dapat diperoleh dengan cara membandingkan antara
seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Dalam penelitian ini
leverage diukur dengan menggunakan rumus:
Total Utang
DER = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Penelitian I
a. Judul : Manajemen Laba, Corporate Governance, Kualitas
Auditor Eksternal, dan Agresivitas Pajak
b. Tahun : 2018
25
c. Penyusun : Cahya Adhi Kusuma dan Amrie Firmansyah
d. Literatur : Jurnal Tekun Vol. 8 No. 1, e-ISSN: 2622-1470
e. Objek Penelitian : Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2009-2012
f. Variabel : Variabel independen: manajemen laba, kepemilikan
Institusional, komisaris independen, kualitas auditor
eksternal; variabel kontrol: leverage, size, capital
intensity; variabel dependen: agresivitas pajak
g. Analisis Data : Analisis regresi data panel
h. Hasil Penelitian : Manajemen laba berpengaruh positif terhadap
manajemen laba. Kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap agresivitas
pajak. Komite audit tidak berpengaruh terhadap
agresivitas pajak. Kualitas auditor eksternal tidak
berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
Penelitian II:
a. Judul : Ownership Structure and Tax Aggressiveness of
Chinese Listed Companies
b. Tahun : 2017
c. Penyusun : Tinting Ying, Briant Wright, Wei Huang
d. Literatur : International Journal of Accounting & Information
Management, Vol. 25, Issue. 3, pp. 313-332, ISSN:
1834-7649
e. Objek Penelitian : Perusahaan China yang terdaftar di A-Shares
f. Variabel : Variabel independen: struktur kepemilikan
(kepemilikan Negara, konsentrasi kepemilikan atau
kontrol, kepemilikan institusional); variabel kontrol:
leverage, size, capital intensity, independensi dewan
komisaris dan ukuran dewan, audit fees, dan opini
audit, variabel dependen: agresivitas pajak
26
g. Analisis Data : Dengan mengeksplorasi data
h. Hasil Penelitian : Kepemilikan dan kontrol negara secara positif terkait
dengan agresivitas pajak perusahaan. Hubungan
positif antara kepemilikan kolektif oleh sepuluh
pemegang saham teratas dan pajak perusahaan
agresivitas juga ditemukan. Sebaliknya, kepemilikan
saham institusional berhubungan negatif dengan
agresivitas pajak perusahaan
Penelitian III:
a. Judul : Pengaruh Diversitas Dewan Komisaris dan Direksi
pada Tax Avoidance
b. Tahun : 2017
c. Penyusun : Luh Gede Krisna Dewi
d. Literatur : E Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 18,
No. 1, 763 789, ISSN: 2302-8556
e. Objek Penelitian : Perusahaan sektor Keuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2010-2014
f. Variabel : Variabel independen: diversitas dewan komisaris dan
direksi yang terdiri dari diversitas kebangsaan,
proporsi komisaris independen, dan diversitas tingkat
umur anggota dewan komisaris dan direksi; variabel
kontrol: ukuran perusahaan; variabel dependen:
penghindaran pajak (tax avoidance).
g. Analisis Data : Analisis regresi linier berganda
h. Hasil Penelitian : Keberadaan warga negara asing dalam jajaran
dewan komisaris dan direksi berpengaruh positif
pada tindakan penghindaran pajak (tax avoidance),
Proporsi komisaris independen berpengaruh negatif
pada tindakan penghindaran pajak (tax avoidance).
Variasi umur anggota dewan komisaris dan direksi
27
tidak berpengaruh pada tindakan penghindaran pajak
(tax avoidance). Variasi umur anggota dewan
komisaris dan direksi tidak berpengaruh pada
tindakan penghindaran pajak (tax avoidance). Selain
itu variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh
pada penghindaran pajak (tax avoidance)
Penelitian IV:
a. Judul : Women on The Board of Directors and Corporate
Tax Aggressiveness in Australia: an empirical
Analysis
b. Tahun : 2016
c. Penyusun
: Roman Lanis, Grant Richardson, dan Grantley
d. Literatur Taylor
: Accounting Reseach Journal, Vol. 29, Issue. 3, pp:
e. Objek Penelitian 313-331, ISSN: 1030-9616
: Perusahaan yang terdaftar melalui pasar kapitalisasi
f. Variabel selama periode 2006-2010
: Variabel independen: presensi wanita pada board of
direcors; variabel control: size, leverage, capital
intensity, inventory intensity, Return On Assets;
g. Analisis Data variabel dependen: tax aggressiveness
h. Hasil Penelitian : Analisis regresi multivariant
: Tingkat kehadiran perempuan pada bord of
directors berpengaruh negatif terhadap agresivitas
pajak
Penelitian V:
a. Judul : Corporate Governance, CEO Compensation and Tax
Aggressiveness (Evidance From American Firms
Listed on The NASDAQ 100
b. Tahun : 2016
28
c. Penyusun : Khamoussi Halioui, Souhir Neifar, dan Fouad Ben
Abdelaziz
d. Literatur : Review of Accounting and Finance, Vol. 15 Issue: 4,
pp.445-462
e. Objek Penelitian : Peusahaan yang terdaftar di NASDAQ tahun 2008-
2012
f. Variabel : Variabel independen: Corporate governance
structure (Board size, CEO duality, Independent
directors), CEO compensation (Salary, stock
option, total compensation), CEO characteristics
(Tenure, age), Tax fees (tax level of tax
aggressiveness); variabel kontrol : size, intangible,
ROA, Net property, plant and equipement; variabel
dependen: tax aggressveness.
g. Analisis Data : Analisis multivariate dengan menggunakan model
Ordinary Least Square (OLS) dan data berupa data
panel.
h. Hasil Penelitian : Stock option, CEO salary, dan board size memiliki
pengaruh negatif terhadap agresivitas pajak,
sedangkan CEO duilty,intangible, ROA, net property
palnt and equipment dan ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak. Tax
fees memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap
agresivitas pajak. Total compensation, age, tenure,
independent director tidak memiliki pengaruh
terhadap agresivitas pajak.
Penelitian VI:
a. Judul : The impact of governance mechanism on tax
aggressiveness: empirical evidence from Tunisia
context
b. Tahun : 2015
29
c. Penyusun : Ahmed Boussaidi, Mounira Sidhom Hamed
d. Literatur : Journal of Asian Business Strategy, ISSN (E): 2225-
4226 Volume 5, Issue 1, 2015, pp. 1-12
e. Objek Penelitian : Perusahaan di Tunisia tahun 2006-2012
f. Variabel : Variabel independen: ukuran dewan, keberagaman
gender dalam dewan direksi, kualitas auditor
eksternal, kepemilikan manajerial, konsentrasi
kepemilikan; variabel kontrol: size, leverage, ROA,
Market-to-book, sektor istimewa (SECP); variabel
dependen: agresivitas pajak
g. Analisis Data : Analisis regresi linier berganda
h. Hasil Penelitian : Ukuran dewan berpengaruh positif terhadap
agresivitas pajak. Kualitas auditor eksternal Big
Four berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap agresivitas pajak. Keragaman gender pada
dewan perusahaan, kepemilikan manajerial dan
konsentrasi kepemilikan berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap aktivitas agresivitas pajak
perusahaan.
Penelitian VII:
a. Judul : Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit,
Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan, dan
Return On Assets terhadap Tax Avoidance
b. Tahun : 2015
c. Penyusun : Fitri Damayanti dan Tridahus Susanto
d. Literatur : Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 5, No. 2,
e-ISSN: 2461-1182
e. Objek Penelitian : Perusahaan property dan real estate yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013
f. Variabel : Variabel independen: komite audit, kualitas audit,
30
kepemilikan institusional, risiko perusahaan, dan
ROA; variabel dependen: tax avoidance
g. Analisis Data : Analisis regresi linier berganda
h. Hasil Penelitian : Komite audit, kualitas audit, dan kepemilikan
institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap
tax avoidance. Sedangkan risiko perusahaan dan
ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap
tax avoidance.
Penelitian VIII:
a. Judul : Pengaruh Gender Diversity pada Dewan Komisaris,
Dewan Komisaris Independen, Ukuran Dewan
Komisaris Terhadap Perencanaan Pajak
b. Tahun : 2015
c. Penyusun : Yakob Ridwan, Zaitul, dan Resty Yulistia
d. Literatur : E-Journal Bung Hatta. Vol. 6, No.1
e. Objek Penelitian : Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013
f. Variabel : Variabel independen: gender diversity pada dewan
komisaris, dewan komisaris independen, ukuran
dewan komisaris; variabel kontrol: size, umur
perusahaan, dan leverage; variabel dependen:
perencanaan pajak
g. Analisis Data : Analisis regresi linier berganda
h. Hasil Penelitian : Gender dewan komisaris tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap perencanaan pajak. Dewan
komisaris independen tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap perencanaan pajak. Ukuran
dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap
perencanaan pajak. Leverage, umur perusahaan, dan
ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap perencanaan pajak
31
Penelitian IX:
a. Judul : Effective Tax Rate: Efek dari Corporate Governance
b. Tahun : 2015
c. Penyusun : May Wulandari dan Dovi Septiari
32
Indonesia
b. Tahun : 2014
c. Penyusun : Ni Nyoman Kristiana Dewi dan I Ketut Jati
d. Literatur : E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol. 6,
No.2 (2014) ISSN: 2302-8556
e. Objek Penelitian : Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012
f. Variabel : Variabel independen: risiko perusahaan, ukuran
perusahaan, multinational company, kepemilikan
institutional, proporsi dewan komisaris independen,
kualitas audit, dan komite audit; variabel
independen: tax avoidance
g. Analisis Data : Analisis regresi linier berganda
h. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukan bahwa risiko
perusahaan, kualitas audit, dan komite audit
berpengaruh terhadap tax avoidance sedangkan
ukuran perusahaan, multinational company,
kepemilikan institusional, dan proporsi dewan
komisaris tidak memiliki pengaruh terhadap tax
avoidance
Penelitian XI:
a. Judul : Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan
Karakteristik Eksekutif pada Tax Avoidance
b. Tahun : 2014
c. Penyusun : I Gusti Ayu Cahya Maharani dan Ketut Alit
Suardana
d. Literatur : E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol. 9,
No.2 (2014): 525-539 ISSN: 2302-8556
e. Objek Penelitian : Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012
f. Variabel : Variabel independen: kepemilikan institusional,
33
proporsi dewan komisaris, kualitas audit, komite
audit, Return On Assets, dan risiko perusahaan;
variabel dependen: tax avoidance
g. Analisis Data : Analisis regresi linier berganda
h. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukan bahwa Risiko
perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap
penghindaran pajak sedangkan Proporsi Dewan
Komisaris, Kualitas Audit, Komite Audit, dan ROA
memiliki pengaruh negatif terhadap Penghindaran
pajak. Kepemilikan Institusional tidak memiliki
pengaruh terhadap Penghindaran Pajak
Penelitian XII:
a. Judul : The Impact of Risk Management and Audit
Characteristics on Corporate Tax Aggressiveness:
An Empirical Analysis
b. Tahun : 2013
c. Penyusun : Grant Richardson, Grantley Taylor, dan Roman
Lanis
d. Literatur : Journal of Accounting and Public Policy, Vol. 32,
68 -88
e. Objek Penelitian : Perusahaan public di Australia tahun 2006-2009
f. Variabel : Variabel independen: effective risk management
system and internal controls (RMS), kualitas auditor
eksternal, independensi auditor eksternal,
independensi komite audit internal; variabel kontrol:
EQR, size, leverage, capital intensity, R&D
intensity, intensitas persediaan, market to book ratio,
ROA, sektor industri, efek tahunan; variabel
dependen: agresivitas pajak
g. Analisis Data : Analisis regresi data panel
h. Hasil Penelitian : Effective risk management system berpengaruh
34
negatif signifikan terhadap agresivitas pajak,
kualitas auditor eksternal berpengaruh negative dan
signifikan terhadap agresivitas pajak. Independensi
auditor eksternal berpengaruh positif dan signifikan
terhadap agresivitas pajak. Sedangkan independensi
komite audit internal berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap agresivitas pajak
Tabel 2. 1
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
35
Tabel 2.1 (sambungan)
No Nama Judul Persamaan Perbedaan Penelitian
Peneliti Penelitian Penelitian
dan
Tahun
Penelitian
2 Tingting Ownership 1.Variabel 1. Variabel
Ying, Structure and dependen: independen:
Briant Tax agresivitas struktur
Wright, Aggressiveness pajak kepemilikan
dan Wei of 2.Variabel (kepemilikan
Huang Chinese Listed kontrol: size, Negara, konsentrasi
(2017) Companies leverage kepemilikan atau
kontrol,
kepemilikan
institusional)
2. Variabel
kontrol: capital
intensity,
independensi dewan
komisaris dan
ukuran dewan,
audit fees, dan opini
audit.
3. Model
penelitian: Analisis
dengan
mengeksplorasi
(bersambung)
36
Tabel 2.1 (sambungan)
No Nama Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian Penelitian
dan
Tahun
Penelitian
4.Objek
Penelitian:
Perusahaan
Cina terdaftar di
A-shares.
3. Luh Gede Pengaruh 1. Variabel 1.Variabel
Krisna Diversitas dependen independen:
Dewi Komisaris dan Tax diversitas
(2017) dewan direksi pada avoidance kebangsaan,
tax avoidance 2. Variabel proporsi
kontrol: komisaris
Ukuran independen, dan
perusahaan diversitas
tingkat umur
anggota dewan
komisaris dan
direksi
2. Model
penelitian:
Analisis regresi
linier berganda.
(bersambung)
37
No Nama Judul Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian
dan Tahun
Penelitian
3. Objek
penelitian:
Perusahaan
sektor keuangan
yang terdaftar di
BEI.
4. Periode
penelitian:
2010-2014
4. Roman Women on The 1. Variabel 1. Variabel
Lanis, Grant Board of dependen: independen:
Richardson, Directors and agresivitas presensi wanita
dan Corporate pajak pada board of
Grantley Tax 2. Variabel direcors
Taylor Aggressiveness kontrol: size, 2. Variabel
(2016) in Australia: leverage kontrol: capital
an empirical intensity,
Analysis inventory
intensity, Return
On Assets.
3. Metode
penelitian:
Analisis regresi
multivariant.
(bersambung)
Tabel 2.1 (sambungan)
38
No Nama Judul Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian
dan Tahun
Penelitian
4. Objek
penelitian:
Perusahaan yang
terdaftar melalui
pasar kapitalisasi
5. Periode
penelitian: 2006-
2010
5. Khamoussi Corporate 1. Variabel 1. Variabel
Halioui, Governance, dependen: independen:
Souhir CEO agresivitas Corporate
Neifar, dan Compensation pajak governance
Fouad Ben and Tax 2. Variabel structure (Board
(2016) Aggressiveness kontrol: size, CEO
(Evidance size, duality,
From leverage Independent
American directors), CEO
Firms Listed compensation
on The (Salary, stock
NASDAQ 100 option, total
compensatio),
CEO
characteristics
(Tenure, age)
(bersambung)
39
No Nama Judul Persamaan Perbedaan Penelitian
Peneliti Penelitian Penelitian
dan
Tahun
Penelitian
Tax fees (tax level
of tax
aggressiveness)
2. Variabel kontrol :
intangible, Net
property, plant and
equipement
3. Metode
penelitian: Analisis
multivariate dengan
OLS dan data panel.
4. Objek penelitian:
Peusahaan yang
terdaftar di
NASDAQ
5. Periode
penelitian:2008-
2012
6. Ahmed The Impact of 1.Variabel 1. Variabel
Boussaidi, Governance independen independen:
Mounira Mechanisms : ukuran kepemilikan
Sidhom on Tax dewan manajerial
Aggressivenes
(bersambung)
40
No Nama Judul Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian
dan
Tahun
Penelitian
Hamed ; Empirical komisaris, konsentrasi
(2015) Evidence from geder kepemilikan
Tunisian diversity 2. Analisis
Context pada dewan, penelitian:
kualitas analisis regresi
auditor linear
eksternal 3. Objek penelitian:
2. Variabel perusahaan di
dependen: Tunisia
Agresivitas 4. Periode
pajak penelitian: 2006-
3. Variabel 2012
kontrol: Size,
leverage
7. Fitri Pengaruh 1. Variabel 1. Variabel
Damayanti Komite Audit, independen: independen:
dan Kualitas Audit, Kualitas Komite audit,
Tridahus Kepemilikan audit kepemilikan
Susanto Institusional, 2. Variabel institusional,
(2015) Risiko dependen: risiko
Perusahaan, tax perusahaan,
dan Return On avoidance ROA
(bersambung)
41
No Nama Judul Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian
dan
Tahun
Penelitian
Assets 3. Objek 2. Analisis
Terhadap Tax penelitian: data: Analisis
Avoidance Perusahaan regresi linier
sub sektor berganda.
property dan 3. Periode
real estate penelitian: 2010-
yang 2013.
terdaftar di
BEI.
8. Yakob Pengaruh 1. Variabel 1. Variabel
Ridwan, Gender independen: independen:
Zaitul, dan Diversity gender dewan komisaris
Resty pada Dewan diversity independen
Yulistia Komisaris, pada dewan, 2. Variabel
(2015) Dewan ukuran kontrol: umur
Komisaris dewan perusahaan
Independen, komisaris. 3. Analisis data:
Ukuran 2. Variabel analisis regresi
Dewan dependen: linier berganda.
Komisaris perencanaan 3. Objek
Terhadap pajak. penelitian:
Perencanaan 3. Variabel perusahaan sektor
Pajak kontrol: size, manufaktur yang
leverage. terdaftar
(bersambung)
Tabel 2.1 (sambungan)
42
No Nama Judul Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian
dan
Tahun
Penelitian
di BEI
4. Periode
penelitian:
2011-2013
9. May Effective Tax 1. Variabel 1. Variabel
Wulandari Rate: Efek independen: independen:
dan Dovi dari Ukuran dewan proporsi dewan
Septiari Corporate komisaris komisaris
(2015) Governance 2. Variabel independen,
dependen: kepemilikan
effective tax institusional,
rate kepemilikan
3. Variabel manajerial,
kontrol: ukuran komite audit
perusahaan. internal
4. Analisis data: 2. Variabel
Analisis regresi kontrol: debt,
data panel profitabilitas
3. Objek
penelitian:
Perusahaan
manufaktur
yang terdaftar
di BEI
(bersambung)
Tabel 2.1 (sambungan)
43
No Nama Judul Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian
dan
Tahun
Penelitian
4. Periode
penelitian: 2010-
2013
10. Ni Pengaruh 1. Variabel 1. Variabel
Nyoman Karakter independen: independen:
Kristiana Eksekutif, kualitas audit risiko
Dewi dan I Karakteristik 2. Variabel perusahaan,
Ketut Jati Perusahaan, Dependen: ukuran
(2014) dan Dimensi tax perusahaan,
Tata Kelola avoidance multinational
Perusahaan company,
yang baik pada kepemilikan
Tax Avoidance institutional,
di Bursa Efek proporsi dewan
Indonesia komisaris
independen, dan
komite audit
2. Objek penelitian:
Perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
(bersambung)
44
No Nama Judul Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian
dan
Tahun
Penelitian
3. Analisis Data:
Analisis regresi
linier berganda
4. Periode
penelitian:
2009-2012
11. I Gusti Pengaruh 1. Variabel 1. Variabel
Ayu Corporate independen: independen:
Cahya Governance, kualitas audit kepemilikan
Maharani Profitabilitas 2. Variabel institusional,
dan Ketut dan dependen: proporsi dewan
Alit Karakteristik tax komisaris,
Suardana Eksekutif pada avoidance komite audit,
(2014) Tax Avoidance ROA, dan
Perusahaan Risiko
Manufaktur perusahaan
2. Analisis data:
analisis regresi
linier berganda
3. Objek
penelitian:
Perusahaan
(bersambung)
45
No Nama Judul Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian
dan Tahun
Penelitian
manufaktur
yang terdaftar
di BEI.
4. Periode
penelitian:
2009-2012
12. Grant The Impact of 1. Variabel 1. Variabel
Richardson, Risk independen: independen:
Grantley Management kualitas effective risk
Taylor, dan and Audit auditor management
Roman Characteristics eksternal. system and
Lanis on Corporate 2. Variabel internal
(2013) Tax dependen: controls
Aggressiveness agresivitas (RMS),
: An Empirical pajak independensi
Analysis 3. Variabel auditor
kontrol: size, eksternal,
leverage independensi
4. Analisis data: komite audit
analisis internal
regresi data 2. Variabel
panel kontrol: ROA
, EQR, capital
intensity,
(bersambung)
46
No Nama Judul Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian
dan Tahun
Penelitian
R&D intensity,
intensitas
persediaan,
market to book
ratio, sektor
industri, efek
tahunan
3. Objek
penelitian:
Perusahaan
public di
Australia
4. Periode
penelitian:
2006-2009
Sumber: data yang telah diolah (2018)
47
tujuan perseroan. Pengawasan dan pemberian nasehat yang dilakukan oleh dewan
komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu tetapi untuk
kepentingan perseroan secara menyeluruh.
Menurut Wulandari dan Septiari (2015) menyatakan bahwa dewan
komisaris sebagai anggota organisasi perusahaan harus melaksanakan kewajiban
mereka berdasarkan kepentingan perusahaan dan pemegang saham. Banyaknya
anggota dewan komisaris di suatu perusahaan maka dapat menyulitkan dalam
menjalankan peran dan tugas mereka, diantaranya adalah kesulitan dalam
berkomunikasi dan mengkoordinir kerja dari masing-masing anggota dewan itu
sendiri, kesulitan dalam mengawasi dan mengendalikan tindakan dari manajemen,
serta kesulitan dalam mengambil keputusan yang berguna bagi perusahaan.
Dewan komisaris memegang peranan penting dalam mengarahkan strategi dan
mengawasi jalannya perusahaan serta memastikan bahwa para manajer benar-
benar meningkatkan kinerja perusahaan sebagai bagian dari tujuan perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dan Septiari (2015) menunjukkan
bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap effective
tax rate, yang artinya bahwa ukuran dewan komisaris yang besar atau jumlah
dewan komisaris yang banyak dapat meningkatkan adanya tindakan agresivitas
pajak pada perusahaan tersebut.
48
proses keputusan pajak. Gender diversity dewan diukur dalam hal persentase
perempuan yang hadir dalam dewan (Aliani dan Mohamed Ali, 2012). Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Aliani et al. (2012) menemukan bahwa ada
pengaruh negatif antara keragaman gender pada dewan direksi dan optimalisasi
pajak, yang artinya bahwa adanya perempuan dalam dewan dapat mengurangi
adanya tindakan agresivitas pajak karena perempuan memiliki tingkat
kepatuhan pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.
49
lebih banyak tentang cara mendeteksi dan memanipulasi laporan keuangan yang
mungkin dilakukan oleh perusahaan.
Variabel Independen
Ukuran Dewan Komisaris (+)
(X1) Variabel Dependen
(-)
Gender Diversity pada Agresivitas Pajak (Y)
Dewan (X2) (-)
Kualitas Auditor
Eksternal (X3)
Variabel Kontrol
Ukuran Perusahaan
Leverage
: Pengaruh Simultan
Gambar 2. 1
Kerangka Pemikiran
Sumber: data yang telah diolah, 2018
50
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap masalah yang dapat
dipergunakan sebagai tuntunan dalam penelitian ini untuk menguji kebenarannya.
Berikut ini adalah hipotesis dari hubungan variabel bebas, yaitu ukuran dewan
komisaris, gender diversity pada dewan, kualitas auditor eksternal dengan variabel
terikat yaitu agresivitas pajak. Adapun hipotesis dalam penelitian ini berdasarkan
teori dan kerangka pemikiran adalah sebagai berikut:
H1 : Ukuran dewan komisaris, gender diversity pada dewan, kualitas
auditor eksternal, dengan variabel kontrol ukuran perusahaan dan
leverage secara simultan berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
H2 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap agresivitas
pajak.
H3 : Gender diversity pada dewan berpengaruh negatif terhadap
agresivitas pajak.
H4 : Kualitas auditor eksternal berpengaruh negatif terhadap agresivitas
pajak.
51
Halaman ini sengaja dikosongkan
52
BAB III
METODE PENELITIAN
53
Berdasarkan keterlibatan peneliti, penelitian ini termasuk tidak intervensi
data. Peneliti tidak mengintervensi data dalam penelitian ini karena dalam
penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang sudah siap tersedia
pada database keuangan berupa laporan tahunan perusahaan (Sekaran, 2014:116).
Berdasarkan unit analisis, penelitian ini menggunakan analisis organisasi.
Menurut Sekaran (2014:173) unit analisis merujuk pada tingkat kesatuan data
yang dikumpulkan selama tahap analisis data selanjutnya. Jika pernyataan
masalah berkaitan dengan efektivitas kelompok, maka unit analisis adalah tingkat
kelompok. Penelitian ini melibatkan kelompok yaitu perusahaan sektor property
dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.
Berdasarkan waktu pelaksanaan, penelitian ini termasuk data panel. Data
panel merupakan gabungan antara cross-section dan time series, di mana data
panel merupakan data dari beberapa individu sama yang diamati dalam kurun
waktu tertentu. Menurut Sekaran (2014:241), studi panel merupakan studi yang
dilakukan selama suatu periode waktu untuk menemukan pengaruh perubahan
tertentu yang dilakukan dalam sebuah situasi, menggunakan panel atau kelompok
subjek sebagai basis sampel.
Sumber: Pedoman penulisan tugas akhir, data yang telah diolah penulis, 2018
54
dengan cara mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan
menginterprestasikan data dalam pengujian hipotesis secara statistik. Dimana hal
tersebut sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu, untuk membuktikan
hipotesis pengaruh ukuran dewan komisaris, gender diversity pada dewan, dan
kualitas auditor eksternal terhadap agresivitas pajak pada 49 perusahaan property
dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017.
55
menandakan bahwa beban pajak yang mereka bayarkan lebih rendah daripada
yang seharusnya. Menurut Frank et al. (2009) dalam Purwanto (2016) Effective
Tax Rate (ETR) digunakan untuk merefleksikan perbedaan antara perhitungan
laba buku dengan laba fiskal.
Rumus untuk menghitung Effective Tax Rate (ETR) adalah sebagai berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑇𝑎𝑥 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒
𝐸𝑓𝑓𝑒𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑇𝑎𝑥 𝑅𝑎𝑡𝑒 (ETR) =
𝑃𝑟𝑒 𝑇𝑎𝑥 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
3.2.2 Variabel Independen
Variabel independen (bebas) menurut Sugiyono (2018:39) merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen pada penelitian ini
adalah ukuran dewan komisaris, gender diversity pada dewan, dan kualitas auditor
eksternal.
56
perbedaan latar belakang. Para direktur dewan mungkin memiliki sudut pandang
berbeda yang mengarah pada perdebatan konstruktif dan cara penyelesaian
masalah yang lebih baik. Luckerath Rovers (2010) meninjau beberapa definisi
keragaman. Dia menyimpulkan bahwa gender diversity dalam dewan perusahaan
merupakan salah satu dari berbagai aspek keragaman. Dalam penelitian ini rumus
untuk mengukur gender diversity pada dewan adalah sebagai berikut:
Jumlah perempuan pada dewan
Jumlah dewan direksi + dewan komisaris
57
3.2.3.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu pengukuran yang dikelompokkan
berdasarkan besar kecilnya perusahaan dan dapat menggambarkan aktivitas serta
pendapatan perusahaan (Nugraha dan Wahyu, 2017). Ukuran perusahaan
umumnya dibagi dalam tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large firm),
perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm).
Penentuan ukuran perusahaan didasarkan kepada total aset perusahaan. Semakin
besar total aset maka menunjukan bahwa perusahaan memiliki prospek baik
dalam jangka waktu yang relatif panjang. Hal ini juga menggambarkan bahwa
perusahaan lebih stabil dan lebih mampu dalam menghasilkan laba dibandingkan
dengan perusahaan dengan total aset yang kecil. Ukuran perusahaan menunjukan
besar kecil nya perusahaan yang diukur dengan rumus:
𝑆𝐼𝑍𝐸 = 𝐿n (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎)
3.2.3.2 Leverage
Leverage adalah rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai
dengan utang (Fahmi, 2015:27). Menurut Harahap (2013) leverage merupakan
rasio yang menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal,
rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak
luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Hutang yang
dimaksud adalah hutang jangka panjang. Beban bunga secara jangka panjang akan
mengurangi beban pajak yang ada.
Dalam praktiknya, apabila hasil perhitungan, perusahaan ternyata memiliki
rasio leverage tinggi, hal ini akan berdampak timbulnya risiko kerugian lebih
besar, tetapi juga ada kesempatan mendapat laba lebih besar. Sebaliknya apabila
perusahaan memiliki rasio leverage lebih rendah tentu mempunyai risiko kerugian
lebih kecil pula, terutama pada saat perekonomian menurun. Dampak ini juga
mengakibatkan rendahnya tingkat hasil pengembalian (return) pada saat
perekonomian tinggi (Kasmir, 2014). Leverage diukur dengan menggunakan
rumus:
Total Utang
DER = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
58
Tabel 3. 2 Operasionalisasi Variabel
59
Tabel 3.2 (sambungan)
60
Tabel 3.2 (sambungan)
Variabel Definisi Indikator Skala
perusahaan (Nugraha
dan Wahyu, 2015)
Leverage Leverage adalah rasio
yang mengukur DER
seberapa besar Total Utang Rasio
= x 100%
perusahaan dibiayai 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
61
2. Pengumpulan informasi awal
Pengumpulan data awal meliputi mencari informasi secara mendalam
mengenai fenomena yang diamati. Pengumpulan informasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan studi kepustakaan. Untuk mengumpulkan informasi awal,
penulis mengambil data dari jurnal penelitian, informasi yang bersumber dari
Indonesia Stock Exchange (IDX), website perusahaan, dan beberapa website
lain di internet. Setelah data diperoleh maka langkah selanjutnya adalah
mengartikan faktor-faktor yang telah diidentifikasi dalam tahap pengumpulan
informasi.
3. Perumusan teori
Perumusan teori, yaitu usaha untuk menggabungkan semua informasi
dalam cara yang logis, sehingga faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah
dapat dikonseptualisasi dan diuji. Pada langkah ini penulis menyusun landasan
teori dengan memanfaatkan jurnal-jurnal terkait, buku referensi, serta
penelitian-penelitian sebelumnya, untuk membantu dalam memahami masalah
penelitian dan menjawab masalah penelitian.
4. Penyusunan hipotesis
Penyusunan hipotesis adalah langkah logis selanjutnya setelah perumusan
teori. Dari jaringan asosiasi teori di antara variabel, hipotesis atau perkiraan
tertentu yang dapat diujipun bisa dihasilkan. Pengujian hipotesis disebut
dengan penelitian deduktif. Pada penelitian ini, peneliti menyusun hipotesis
secara simultan dan parsial yang berkaitan dengan judul penelitian ini yaitu
pengaruh ukuran dewan komisaris, gender diversity pada dewan, dan kualitas
auditor eksternal pada perusahaan sub sektor property dan real estate yang
terdaftar pada BEI periode 2013-2017.
5. Pengumpulan data ilmiah
Setelah menyusun hipotesis, data yang terkait dengan setiap variabel
dalam hipotesis perlu dikumpulkan. Dengan kata lain, pengumpulan data
ilmiah lebih lanjut diperlukan untuk menguji hipotesis yang dihasilkan dalam
studi. Data pada setiap variabel dalam kerangka teoritis di mana hipotesis
62
dihasilkan juga harus dikumpulkan. Data tersebut kemudian menjadi dasar
untuk analisa data lebih lanjut.
6. Analisis data
Dalam langkah analisis data, data yang dikumpulkan dianalisis secara
statistik dan diinterpretasikan untuk melihat apakah hipotesis terbukti. Dalam
penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi data
panel.
7. Deduksi
Deduksi merupakan proses tiba pada kesimpulan dengan
menginterpretasikan arti dari hasil analisis data. Berdasarkan deduksi tersebut,
peneliti dapat mengajukan rekomendasi mengenai bagaimana suatu masalah
dapat dipecahkan. Dalam penelitian, kesimpulan dapat ditarik dari hasil
pengujian pada pengaruh ukuran dewan komisaris, gender diversity pada
dewan, dan kualitas auditor eksternal pada perusahaan property dan real estate
yang terdaftar pada BEI periode 2013-2017.
Pengamatan Pengumpulan
(Observation) Informasi Awal
Penyusunan Pengumpulan
Perumusan Teori
Hipotesis Data Ilmiah
Gambar 3. 1
Tahapan Penelitian
Sumber: Sekaran, 2014
63
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi menurut Sugiyono (2018:80) adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek
yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik yang dimiliki oleh subjek
atau objek itu.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan periode 5 tahun bertujuan untuk
dapat membandingkan keadaan perusahaan selama lima tahun tersebut dan dapat
mendapatkan data terbaru sehingga memperoleh hasil yang dapat menjelaskan
permasalahan dalam penelitian ini. Perusahaan non keuangan dipilih karena dalam
kategori non keuangan mencakup tiga jenis umum perusahaan, yaitu perusahaan
manufaktur, perusahaan dagang dan perusahaan jasa, sehingga dapat mewakili
keseluruhan perusahaan yang ada di Indonesia. Jumlah perusahaan property dan
real estate yang listed pada tahun 2013 sampai tahun 2017 sebanyak 49
perusahaan.
3.4.2 Sampel
Sampel menurut Sugiyono (2018:81) merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling.
Menurut Sugiyono (2015:85) teknik purposive sampling adalah teknik penentuan
sampel dengan suatu pertimbangan tertentu. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017 dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2013-2017.
2. Menyediakan laporan keuangan dan tahunan periode 2013-2017 dan
tidak didelisting selama periode pengumpulan data.
3. Tidak mengalami kerugian fiskal selama periode 2013-2017.
64
4. Perusahaan property dan real estate yang mempublikasikan laporan
keuangan secara lengkap selama periode 2013-2017.
5. Perusahaan property dan real estate tidak melakukan transaksi akuisisi
dan merger selama periode tahun 2013 - 2017.
Tabel 3. 3
Kriteria Pemilihan Sampel
65
Tabel 3. 4
Sampel Perusahaan
No Nama Perusahaan Kode
1. Agung Podomoro Land Tbk APLN
2. Alam Sutera Reality Tbk ASRI
3. Bekasi Ari Pemula Tbk BAPA
4. Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk BEST
5. Sentul City Tbk BKSL
6. Bumi Serpong Damai Tbk BSDE
7. Ciputra DevelopmentTbk CTRA
8. Duta Anggada Realty Tbk DART
9. Intiland Development Tbk DILD
10. Duta Pertiwi Tbk DUTI
11. Gading Development Tbk GAMA
12. Goa Makassar Tourism Development Tbk GMTD
13. Perdana Gapura Prima Tbk GPRA
14. Greenwood Sejahtera Tbk GWSA
15. Jaya Real Property Tbk JRPT
16. Kawasan Industri Jababeka Tbk KIJA
17. Lippo Cikarang Tbk LPCK
18. Lippo Karawaci Tbk LPKR
19. Metropolitan Kentjana Tbk MKPI
20. Metropolitan Land Tbk MTLA
21. Plaza Indonesia Realty Tbk PLIN
22. Pudjati Prestige Tbk PUDP
23. Pakuwon Jati Tbk PWON
24. Roda Vivatex Tbk RDTX
25. Pikko Land Developmet Tbk RODA
(bersambung)
66
Tabel 3.4 (Sambungan)
No Nama Perusahaan Kode
26. Danayasa Arthatama Tbk SCBD
27. Suryamas Dutamakmur Tbk SMDM
28. Sitara Propertindo Tbk SMRA
Sumber: www.sahamok.com, data yang telah diolah (2018)
3.5 Pengumpulan Data dan Sumber Data
3.5.1 Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder dalam penelitian
ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2013-2017. Data ini diperoleh dengan
menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh
berdasarkan catatan – catatan yang berhubungan dengan penelitian, selain itu
peneliti mempergunakan data yang diperoleh dari internet.
3.5.2 Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari website resmi Bursa Efek Indonesia
(BEI) yaitu www.idx.co.id. Selain dari website Bursa Efek Indonesia (BEI)
penulis juga mendapatkan data dari beberapa website resmi perusahaan yang
terkait.
67
3.6.1.2 Analisis Regresi Data Panel
Analisis regresi adalah metode statistik yang berguna untuk memodelkan
fungsi hubungan antara variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel
independen (bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi atau memprediksi rata-
rata populasi atau nilai rata-rata variabel independen yang diketahui (Yamin et al.
2012:2). Persamaan analisis model data panel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
Keterangan:
∝ = Konstanta
ԑ = Error term
Terdapat tiga metode yang bisa digunakan dalam mengestimasi regresi data
panel yaitu common effect, fixed effect, dan random effect. (Widarjono, 2013:355)
Berikut ini penjelasan mengenai ketiga model regresi data panel yang dimaksud:
1. Common Effect
Common effect merupakan model yang paling sederhana untuk regresi data
panel. Dalam model ini menggabungkan antara data cross-section dan time
series. Dengan hanya menggabungkan data tersebut tanpa melihat perbedaan
antar waktu dan individu maka kita bisa menggunakan metode OLS untuk
menigestimasi model data panel. Metode ini dikenal dengan estimasi common
effect. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun
68
waktu. Diasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam
berbagai kurun waktu (Widarjono, 2010:231). Persamaan untuk common effect
adalah sebagai berikut:
Yit= α+βxit+ԑit
Keterangan:
Yit = Variabel respon pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Xit = Variabel prediktor pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β = Koefisien slope atau koefisien arah
α = Intersep model regresi
ԑit = Galat atau komponen error pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t.
2. Fixed effect
Teknik model fixed effect merupakan teknik mengestimasi data panel
dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan
intersep. Pengertian fixed effect didasarkan pada adanya perbedaan intersep
antar perusahaan, namun intersepnya sama antar waktu. Metode teknik variabel
dummy digunakan untuk menjelaskan perbedaan intersep tersebut. Metode
estimasi ini seringkali disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variables
(LSDV). Berikut ini merupakan persamaan fixed effect:
Keterangan:
Yit = Variabel respon pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Xit = Variabel prediktor pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β = Koefisien slope atau koefisien arah
αi = Intersep model regresi pada unit observasi ke-i
ԑit = Galat atau komponen error pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t.
69
berhubungan antar waktu dan antar individu. Dalam model random effect
diasumsikan bahwa intersep adalah variabel random atau stokastik. Model ini
sangat berguna jika individual perusahaan yang kita ambil sebagai sampel
adalah dipilih secara random dan merupakan wakil dari populasi. Adapun
persamaan Random Effect sebagai berikut:
Keterangan:
Yit = Variabel respon pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Xit = Variabel prediktor pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β = Koefisien slope atau koefisien arah
αi = Intersep model regresi pada unit observasi ke-i
µi = Galat atau komponen error pada unit observasi ke-i
ԑit = Galat atau komponen error pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t.
70
2. Kriteria pengambilan keputusan:
a. Jika nilai Prob (cross-section Chi-square) lebih kecil dari taraf
signifikansi yaitu < 0.05 atau nilai Prob (cross-section F) < 0.05
maka H0 ditolak atau regresi data panel menggunakan model fixed
effect model.
b. Jika nilai Prob (cross-section Chi-square) lebih besar dari taraf
signifikansi yaitu > 0.05 atau nilai Prob (cross-section F) > 0.05
maka H0 diterima atau regresi data panel menggunakan common
effect model.
2. Hausman Test
Hausman test merupakan pengujian yang digunakan untuk
membandingkan atau memilih model mana yang terbaik antara fixed effect
model dan random effect model. Pengujian ini dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Pengujian hipotesis:
H0 : Fixed Effect Model
H1 : Random Effect Model
2. Kriteria pengambilan keputusan:
a. Jika nilai statistik Hausman (Chi-square Statistic) > nilai kritisnya
(Chi-Square 5%) atau nilai Prob (cross-section random) < 0.05
maka H0 diterima atau regresi data panel menggunakan fixed effect
model.
b. Jika nilai statistik Hausman (Chi-square Statistic) < nilai kritisnya
(Chi-Square 5%) atau nilai Prob (cross-section random) > 0.05
maka H0 ditolak yang berarti regresi data panel menggunakan
random effect model.
3. Langrange Multiplier (LM) Test
Langrange Multiplier (LM) Test merupakan pengujian yang
digunakan untuk membandingkan atau memilih model mana yang terbaik
antara random effect model dan common effect model. Uji signifikansi
random effect ini dikembangkan oleh Breusch Pagan. Metode Bruesch
71
Pagan untuk uji signifikansi model random effect didasarkan pada residual
dari metode common effect. Langrange multiplier test didasarkan pada
distribusi chi-squares dengan degree of freedom sebesar jumlah variabel
independen. Pengujian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Pengujian hipotesis:
H0 : Fixed Effect Model
H1 : Random Effect Model
2. Kriteria pengambilan keputusan:
a. Jika probability (p-value) cross-section Breusch-pagan ˂ 0,05
maka H0 ditolak sehingga menggunakan random effect model.
b. Jika probability (p-value) cross-section Breusch-pagan ˃ 0,05
maka H0 diterima sehingga menggunakan common effect model.
72
3.6.2.2 Pengujian Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Ghozali,
2016:98). Adanya hipotesis yang dilakukan di dalam penelitian ini di rumuskan
sebagai berikut:
1. Pengujian Hipotesis
a. H0 : β = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen secara bersama-sama dengan variabel dependen.
b. Ha : β ≠ 0 terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen
secara bersama-sama dengan variabel dependen.
2. Kriteria Pengujian
a. Jika nilai Probabilitas (p-value) < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
b. Jika nilai Probabilitas (p-value) > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
73
3.6.2.3 Pengujian Parsial (Uji T)
Pengujian parsial dilakukan untuk menentukan signifikan atau tidak
signifikan masing-masing nilai koefisien regresi secara sendiri-sendiri terhadap
variabel terikat. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Menentukan hipotesis
H0:β1≤0; Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh positif terhadap
agresivitas pajak pada perusahaan property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.
Ha:β1>0; Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap agresivitas
pajak pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.
H0:β2≥0; Gender diversity pada dewan tidak berpengaruh negatif terhadap
agresivitas pajak pada perusahaan property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.
Ha:β2<0; Gender diversity pada dewan berpengaruh negatif terhadap
agresivitas pajak pada perusahaan property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.
H0:β3≥0; Kualitas auditor eksternal tidak berpengaruh negatif terhadap
agresivitas pajak pada perusahaan property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.
Ha:β3<0; Kualitas auditor eksternal berpengaruh negatif terhadap agresivitas
pajak pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.
2. Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi = 5%
3. Membuat keputusan
Dalam penelitian ini, dasar pengambilan keputusan, untuk menentukan
hipotesis adalah berdasarkan uji T, yaitu:
a. Jika statistik T hitung <T tabel atau nilai signifikan > 0.05, maka H0 diterima
dan Ha Ditolak.
74
b. Jika statistik T hitung > T tabel atau nilai signifikan < 0.05, maka H0 ditolak dan
Ha Diterima.
4. Membuat kesimpulan.
75
Halaman ini sengaja dikosongkan
76
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengolahan data Tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa
agresivitas pajak yang diukur menggunakan Effective Tax Rate (ETR) memiliki
nilai mean sebesar 0,11607 sedangkan standar deviasi sebesar 0,13884. Nilai
mean tersebut lebih kecil daripada nilai standar deviasi sehingga data tersebut
77
bevariasi atau heterogen (tidak berkelompok) yang artinya data dari variabel ini
menyebar. Nilai maksimum dari agresivitas pajak adalah sebesar 0,75218 yang
dimiliki oleh PT. Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN) pada tahun 2013. Nilai
minimum dari agresivitas pajak adalah sebesar 0,00006 yang dimiliki oleh PT
Sentul City Tbk (BKSL) pada tahun 2016 (lihat lampiran 6).
Tabel 4.1 menunjukkan nilai mean dari variabel independen ukuran dewan
komisaris yang diukur dengan menggunakan jumlah dewan komisaris yaitu
sebesar 5,03571 sedangkan standar deviasi sebesar 3,51443. Nilai mean tersebut
lebih besar daripada nilai standar deviasi sehingga data tersebut tidak bervariasi
atau berkelompok, yang artinya data dari variabel ini tidak menyebar. Nilai
maksimum dari variabel independen ukuran dewan komisaris adalah sebesar 22
yang dimiliki oleh PT. Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI) pada tahun 2013-2015.
Nilai minimum dari variabel independen ukuran dewan komisaris adalah sebesar
2 yang dimiliki oleh PT. Gading Development Tbk (GAMA) pada tahun 2014-
2017 dan PT. Greenwood Sejahtera Tbk (GWSA) pada tahun 2013-2014 (lihat
lampiran 1).
Tabel 4.1 menunjukkan nilai mean dari variabel independen gender
diversity pada dewan yang diukur dengan menggunakan jumlah perempuan pada
dewan dibagi dengan jumlah dewan direksi yaitu sebesar 0,15699 sedangkan
standar deviasi sebesar 0,11737. Nilai mean tersebut lebih besar daripada nilai
standar deviasi sehingga data tersebut tidak bervariasi atau berkelompok, yang
artinya data dari variabel ini tidak menyebar. Nilai maksimum dari variabel
independen gender diversity pada dewan adalah sebesar 0,50000 yang dimiliki
oleh PT Gading Development Tbk (GAMA) pada tahun 2016-2017. Nilai
minimun dari variabel independen gender diversity pada dewan sebesar 0 (lihat
lampiran 2).
Tabel 4.1 menunjukkan nilai mean dari variabel independen kualitas
auditor eksternal yang diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu sebesar
0,28571 sedangkan standar deviasi sebesar 0,45338. Nilai mean tersebut lebih
kecil daripada nilai standar deviasi sehingga data tersebut bervariasi atau
heterogen (berkelompok), yang artinya data dari variabel ini menyebar. Nilai
78
maksimum dari variabel independen kualitas auditor eksternal adalah 1 yang
menunjukkan bahwa nilai 1 diaudit oleh KAP Big Four. Selama periode 2013-
2017 terdapat 40 sampel perusahaan sektor property dan real estate yang diaudit
oleh KAP Big Four. Nilai minimum dari variabel independen kualitas auditor
eksternal adalah 0 yang menunjukkan bahwa nilai 0 diaudit oleh KAP Non Big
Four. Selama periode 2013-2017 terdapat 100 sampel perusahaan sektor property
dan real estate yang diaudit oleh KAP Non Big Four (lihat lampiran 3).
Tabel 4.1 menunjukkan nilai mean dari variabel kontrol ukuran
perusahaan yang diukur dengan menggunakan Ln total aset yaitu
sebesar 28,32150 sedangkan standar deviasi sebesar 2,53955. Nilai mean
tersebut lebih besar daripada nilai standar deviasi sehingga data tersebut tidak
bervariasi atau homogen (berkelompok), yang artinya data dari variabel ini tidak
menyebar. Nilai maksimum dari variabel kontrol ukuran perusahaan
sebesar 31,67007 yang dimiliki oleh PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR) pada
tahun 2017. Nilai minimum dari variabel kontrol ukuran perusahaan adalah
sebesar 21,76513 yang dimiliki oleh PT. Metropolitan Land (MTLA) pada tahun
2013 (lihat lampiran 4).
Tabel 4.1 menunjukkan nilai mean dari variabel kontrol leverage yang
diukur dengan menggunakan debt to equity ratio yaitu sebesar 77,88298
sedangkan standar deviasi sebesar 52,69153. Nilai mean tersebut lebih besar
daripada nilai standar deviasi sehingga data tersebut tidak bervariasi atau
homogen (berkelompok), yang artinya data dari variabel ini tidak menyebar. Nilai
maksimum dari variabel kontrol leverage sebesar 367,36025 yang dimiliki oleh
PT. Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN) pada tahun 2017. Nilai minimum dari
variabel kontrol ukuran perusahaan adalah sebesar 7,37858 yang dimiliki oleh PT.
Greenwood Sejahtera Tbk (GWSA) pada tahun 2016 (lihat lampiran 5).
79
dewan komisaris. Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan statistik deskriptif
dari ukuran dewan komisaris pada perusahaan sektor property dan real estate
periode 2013-2017:
Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif Ukuran Dewan Komisaris
No Kode 2013 2014 2015 2016 2017
Perusahaan
1 APLN 3 3 3 3 2
2 ASRI 5 5 5 5 5
3 BAPA 3 3 3 3 3
4 BEST 3 5 5 5 5
5 BKSL 7 5 6 4 4
6 BSDE 9 8 5 5 5
7 CTRA 4 4 3 3 8
8 DART 3 3 3 3 3
9 DILD 6 6 6 6 6
10 DUTI 8 6 4 4 4
11 GAMA 3 2 2 2 2
12 GMTD 9 8 10 9 11
13 GPRA 3 3 3 3 3
14 GWSA 2 2 3 3 3
15 JRPT 5 5 5 5 5
16 KIJA 4 4 5 5 5
17 LPCK 7 9 8 7 6
18 LPKR 8 9 8 6 5
19 MKPI 22 22 22 18 18
20 MTLA 6 6 5 6 5
21 PLIN 3 3 4 4 4
22 PUDP 3 3 3 3 3
23 PWON 3 3 3 3 3
24 RDTX 3 3 3 3 3
25 RODA 3 3 4 4 4
26 SCBD 5 5 5 5 4
27 SMDM 3 3 3 3 3
28 SMRA 4 4 4 4 4
MEAN 5,25000 5,17857 5,10714 4,78571 4,85714
MAKSIMUM 22 22 22 18 18
MINIMUM 2 2 2 2 2
STD. DEVIASI 3,88373 3,85913 3,78437 3,01056 3,17063
MEAN 2013-2017 5,03571
Sumber: data yang telah diolah oleh penulis, 2018
80
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hasil pengujian ststistik deskriptif
dari ukuran dewan komisaris pada perusahaan sektor property dan real estate
periode 2013-2017, pada tahun 2013 nilai mean sebesar 5,25000 sedangkan
standar deviasi sebesar 3,88373. Nilai mean lebih besar daripada standar deviasi
sehingga data tersebut tidak bervariasi atau homogen (berkelompok), yang artinya
bahwa data dari variabel ini tidak menyebar. Nilai maksimum dari ukuran dewan
komisaris pada tahun 2013 adalah sebesar 22 yang dimiliki oleh PT. Metropolitan
Kentjana Tbk (MKPI). Sedangkan nilai minimum dari ukuran dewan komisaris
pada tahun 2013 sebesar 2 yang dimiliki oleh PT. Greenwood Sejahtera Tbk
(GWSA).
Hasil pengujian statistik deskriptif ukuran dewan komisaris pada tahun 2014
nilai mean sebesar 5,17857 sedangkan standar deviasi sebesar 3,85913. Nilai
mean lebih besar daripada standar deviasi sehingga data tersebut tidak bervariasi
atau homogen (berkelompok), yang artinya bahwa data dari variabel ini tidak
menyebar. Nilai maksimum dari ukuran dewan komisaris pada tahun 2014 adalah
sebesar 22 yang dimiliki oleh PT. Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI). Sedangkan
nilai minimum dari ukuran dewan komisaris pada tahun 2014 sebesar 2 yang
dimiliki oleh PT. Gading Development Tbk (GAMA) dan PT. Greenwood
Sejahtera Tbk (GWSA).
Hasil pengujian statistik deskriptif ukuran dewan komisaris pada tahun 2015
nilai mean sebesar 5,10714 sedangkan standar deviasi sebesar 3,78437. Nilai
mean lebih besar daripada standar deviasi sehingga data tersebut tidak bervariasi
atau homogen (berkelompok), yang artinya bahwa data dari variabel ini tidak
menyebar. Nilai maksimum dari ukuran dewan komisaris pada tahun 2015 adalah
sebesar 22 yang dimiliki oleh PT. Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI). Sedangkan
nilai minimum dari ukuran dewan komisaris pada tahun 2015 sebesar 2 yang
dimiliki oleh PT. Gading Development Tbk (GAMA).
Hasil pengujian statistik deskriptif ukuran dewan komisaris pada tahun 2016
nilai mean sebesar 4,78571 sedangkan standar deviasi sebesar 3,01056. Nilai
mean lebih besar daripada standar deviasi sehingga data tersebut tidak bervariasi
atau homogen (berkelompok), yang artinya bahwa data dari variabel ini tidak
81
menyebar. Nilai maksimum dari ukuran dewan komisaris pada tahun 2016 adalah
sebesar 18 yang dimiliki oleh PT. Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI). Sedangkan
nilai minimum dari ukuran dewan komisaris pada tahun 2016 sebesar 2 yang
dimiliki oleh PT. Gading Development Tbk (GAMA).
Hasil pengujian statistik deskriptif ukuran dewan komisaris pada tahun 2017
nilai mean sebesar 4,85714 sedangkan standar deviasi sebesar 3,17063. Nilai
mean lebih besar daripada standar deviasi sehingga data tersebut tidak bervariasi
atau homogen (berkelompok), yang artinya bahwa data dari variabel ini tidak
menyebar. Nilai maksimum dari ukuran dewan komisaris pada tahun 2017 adalah
sebesar 18 yang dimiliki oleh PT. Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI). Sedangkan
nilai minimum dari ukuran dewan komisaris pada tahun 2017 sebesar 2 yang
dimiliki oleh PT Gading Development Tbk (GAMA).
Berikut ini merupakan tabel jumlah perusahaan yang memiliki ukuran dewan
komisaris diatas dan dibawah nilai mean pada perusahaan property dan real estate
periode 2013-2017:
Tabel 4.3 Jumlah Perusahaan yang Memiliki Jumlah Dewan Komisaris
Dibawah Nilai Mean dan Diatas Nilai Mean 2013-2017
Tahun Jumlah Perusahaan
Keterangan 2013 2014 2015 2016 2017 TOTAL
Jumlah dewan komisaris 9 8 6 6 5 34
diatas nilai mean (24,29%)
Jumlah dewan komisaris 19 20 22 22 23 106
dibawah nilai mean (75,71%)
Sumber: data yang telah diolah oleh penulis, 2018
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2013-2017 perusahaan
property dan real estate yang memiliki jumlah dewan komisaris diatas nilai mean
terdapat 34 perusahaan atau setara dengan 24,29%. Pada tahun 2013 terdapat 9
perusahaan, tahun 2014 terdapat 8 perusahaan, tahun 2015 dan tahun 2016
masing-masing dalam setiap tahunnya terdapat 6 perusahaan, serta tahun 2017
terdapat 5 perusahaan. Perusahaan yang selalu memiliki jumlah dewan komisaris
diatas nilai mean pada periode 2013-2017 adalah PT Intiland Development Tbk
82
(DILD), PT Goa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD), PT Lippo
Cikarang Tbk (LPCK), dan PT Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI).
Perusahaan property dan real estate yang memiliki jumlah dewan komisaris
dibawah nilai mean pada periode 2013-2017 terdapat 106 perusahaan atau setara
dengan 75,71%. Pada tahun 2013 terdapat 19 perusahaan, tahun 2014 terdapat 20
perusahaan, tahun 2015 dan tahun 2016 masing-masing dalam setiap tahunnya
terdapat 22 perusahaan, serta tahun 2017 terdapat 23 perusahaan. Perusahaan yang
selalu memiliki jumlah dewan komisaris dibawah nilai mean pada periode 2013-
2017 adalah PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), PT Alam Sutera Reality
Tbk (ASRI), PT Bekasi Ari Pemula Tbk (BAPA), PT Bekasi Fajar Fajar Industrial
Estate Tbk (BEST), PT Duta Anggada Realty Tbk (DART), PT Gading
Development Tbk (GAMA), PT Perdana Gapura Prima Tbk (GPRA), PT
Greenwood Sejahtera Tbk (GWSA), PT Jaya Real Properti Tbk (JRPT), PT
Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA), PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN),
PT Pudjati Prestige Tbk (PUDP), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Roda
Vivatex Tbk (RDTX), PT Pikko Land Development Tbk (RODA), PT
Dadanayasa Arthatama Tbk (SCBD), PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM),
dan PT Sitara Propertindo Tbk (SMRA).
83
Tabel 4.4 (sambungan)
No Kode 2013 2014 2015 2016 2017
Perusahaan
3 BAPA 0,16667 0,16667 0,16667 0,16667 0,16667
4 BEST 0,00000 0,00000 0,00000 0,10000 0,10000
5 BKSL 0,23077 0,09091 0,10000 0,00000 0,00000
6 BSDE 0,16667 0,17647 0,23077 0,23077 0,23077
7 CTRA 0,25000 0,25000 0,37500 0,37500 0,25000
8 DART 0,12500 0,14286 0,14286 0,14286 0,14286
9 DILD 0,14286 0,14286 0,15385 0,07692 0,07692
10 DUTI 0,13333 0,15385 0,22222 0,22222 0,22222
11 GAMA 0,00000 0,25000 0,25000 0,50000 0,50000
12 GMTD 0,07143 0,06250 0,00000 0,00000 0,00000
13 GPRA 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
14 GWSA 0,16667 0,16667 0,28571 0,28571 0,28571
15 JRPT 0,10000 0,10000 0,10000 0,09091 0,09091
16 KIJA 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
17 LPCK 0,09091 0,15385 0,15385 0,08333 0,07692
18 LPKR 0,21429 0,26667 0,25000 0,07143 0,00000
19 MKPI 0,14815 0,14286 0,14286 0,12500 0,20833
20 MTLA 0,08333 0,00000 0,09091 0,08333 0,09091
21 PLIN 0,25000 0,22222 0,20000 0,20000 0,18182
22 PUDP 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
23 PWON 0,20000 0,20000 0,30000 0,33333 0,33333
24 RDTX 0,00000 0,00000 0,33333 0,33333 0,33333
25 RODA 0,37500 0,37500 0,44444 0,44444 0,44444
26 SCBD 0,18182 0,18182 0,18182 0,33333 0,11111
27 SMDM 0,14826 0,14826 0,14826 0,14826 0,25000
28 SMRA 0,25000 0,23077 0,25000 0,25000 0,25000
MEAN 0,13522 0,14015 0,17303 0,17536 0,16673
MAKSIMUM 0,37500 0,37500 0,44444 0,50000 0,50000
MINIMUM 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
STANDAR
DEVIASI 0,09585 0,09658 0,11728 0,14062 0,13579
MEAN 2013-2017 0,15699
Sumber: data yang telah diolah oleh penulis, 2018
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil pengujian ststistik deskriptif
dari gender diversity pada dewan pada perusahaan sektor property dan real estate
periode 2013-2017, pada tahun 2013 nilai mean sebesar 0,13522 sedangkan
standar deviasi sebesar 0,09585. Nilai mean lebih besar daripada standar deviasi
sehingga data tersebut tidak bervariasi atau homogen (berkelompok), yang artinya
84
bahwa data dari variabel ini tidak menyebar. Nilai maksimum dari gender
diversity pada dewan pada tahun 2013 adalah sebesar 0,37500 yang dimiliki oleh
PT. Pikko Land Development Tbk (RODA). Sedangkan nilai minimum dari
gender diversity pada dewan pada tahun 2013 sebesar 0 yang dimiliki oleh PT.
Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST), PT. Gading Development Tbk
(GAMA), PT. Perdana Gapura Prima Tbk (GPRA), PT. Kawasan Industri
Jababeka (KIJA), PT. Pudjati Prestige Tbk (PUDP), dan PT. Roda Vivatex Tbk
(RDTX).
Hasil pengujian statistik deskriptif gender diversity pada dewan pada tahun
2014 nilai mean sebesar 0,14015 sedangkan standar deviasi sebesar 0,09658. Nilai
mean lebih besar daripada standar deviasi sehingga data tersebut tidak bervariasi
atau homogen (berkelompok), yang artinya bahwa data dari variabel ini tidak
menyebar. Nilai maksimum dari gender diversity pada dewan pada tahun 2014
adalah sebesar 0,37500 yang dimiliki oleh PT. Pikko Land Development Tbk
(RODA). Sedangkan nilai minimum dari gender diversity pada dewan pada tahun
2014 sebesar 0 yang dimiliki oleh PT. Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST),
PT. Perdana Gapura Prima Tbk (GPRA), PT. Kawasan Industri Jababeka (KIJA),
PT. Metropolitan Land Tbk (MTLA), PT. Pudjati Prestige Tbk (PUDP), dan PT.
Roda Vivatex Tbk (RDTX).
Hasil pengujian statistik deskriptif gender diversity pada dewan pada tahun
2015 nilai mean sebesar 0,17303 sedangkan standar deviasi sebesar 0,11728. Nilai
mean lebih besar daripada standar deviasi sehingga data tersebut tidak bervariasi
atau homogen (berkelompok), yang artinya bahwa data dari variabel ini tidak
menyebar. Nilai maksimum dari gender diversity pada dewan pada tahun 2015
adalah sebesar 0,44444 yang dimiliki oleh PT. Pikko Land Developmet Tbk
(RODA). Sedangkan nilai minimum dari gender diversity pada dewan pada tahun
2015 sebesar 0 yang dimiliki oleh PT. Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST),
PT. Goa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD), PT. Perdana Gapura
Prima Tbk (GPRA), PT. Kawasan Industri Jababeka (KIJA), dan PT. Pudjati
Prestige Tbk (PUDP).
85
Hasil pengujian statistik deskriptif gender diversity pada dewan pada tahun
2016 nilai mean sebesar 0,17536 sedangkan standar deviasi sebesar 0,14062. Nilai
mean lebih besar daripada standar deviasi sehingga data tersebut tidak bervariasi
atau homogen (berkelompok), yang artinya bahwa data dari variabel ini tidak
menyebar. Nilai maksimum dari gender diversity pada dewan pada tahun 2016
adalah sebesar 0,50000 yang dimiliki oleh PT. Gading Development Tbk
(GAMA). Sedangkan nilai minimum dari gender diversity pada dewan pada tahun
2016 sebesar 0 yang dimiliki oleh PT. Sentul City (BKSL), PT. Goa Makassar
Tourism Development Tbk (GMTD), PT. Perdana Gapura Prima Tbk (GPRA),
PT. Kawasan Industri Jababeka (KIJA), dan PT. Pudjati Prestige Tbk (PUDP).
Hasil pengujian statistik deskriptif gender diversity pada dewan pada tahun
2017 nilai mean sebesar 0,16673 sedangkan standar deviasi sebesar 0,13579. Nilai
mean lebih besar daripada standar deviasi sehingga data tersebut tidak bervariasi
atau homogen (berkelompok), yang artinya bahwa data dari variabel ini tidak
menyebar. Nilai maksimum dari gender diversity pada dewan pada tahun 2017
adalah sebesar 0,50000 yang dimiliki oleh PT. Gading Development Tbk
(GAMA). Sedangkan nilai minimum dari gender diversity pada dewan pada tahun
2017 sebesar 0 yang dimiliki oleh PT. Sentul City (BKSL), PT. Goa Makassar
Tourism Development Tbk (GMTD), PT. Perdana Gapura Prima Tbk (GPRA),
PT. Kawasan Industri Jababeka (KIJA), PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dan PT.
Pudjati Prestige Tbk (PUDP).
Berikut ini merupakan tabel jumlah perusahaan yang didalamnya terdapat
dewan yang berjenis kelamin perempuan pada perusahaan property dan real
estate periode 2013-2017:
86
Tabel 4.5 Jumlah Perusahaan yang Tidak Terdapat dan Terdapat
Dewan Berjenis Kelamin Perempuan
Tahun Jumlah Perusahaan
Keterangan 2013 2014 2015 2016 2017 TOTAL
Tidak terdapat dewan 6 6 5 5 6 28
berjenis kelamin perempuan. (20%)
Terdapat dewan berjenis 22 22 23 23 22 112
kelamin perempuan. (80%)
Sumber: Data yang telah diolah oleh penulis, 2018
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pada perusahaan property dan real
estate periode 2013-2017 terdapat 28 sampel atau setara dengan 20% yang
susunan dewannya tidak terdapat dewan yang berjenis kelamin perempuan. Pada
tahun 2013 dan 2014 berturut-turut terdapat 6 perusahaan yang didalam susunan
dewan tidak terdapat dewan yang berjenis kelamin perempuan. Pada tahun 2015
dan 2016 berturut-turut terdapat 5 perusahaan, sedangkan pada tahun 2017
terdapat 6 perusahaan. Selama periode 2013-2017 perusahaan property dan real
estate yang selalu tidak terdapat dewan yang berjenis kelamin perempuan dalan
jajaran dewannya baik dewan direksi maupun dewan komisaris adalah PT Perdana
Gapura Prima Tbk (GPRA), PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA), dan PT
Pudjati Prestige Tbk (PUDP).
Perusahaan property dan real estate periode 2013-2017 yang didalam
susunan dewan terdapat dewan yang berjenis kelamin perempuan terdapat 112
sampel atau setara dengan 80%. Pada tahun 2013 dan 2014 berturut-turut terdapat
22 perusahaan yang didalam susunan dewan terdapat dewan yang berjenis
kelamin perempuan. Pada tahun 2015 dan 2016 berturut-turut terdapat 23
perusahaan, sedangkan pada tahun 2017 terdapat 22 perusahaan. Selama periode
2013-2017 perusahaan property dan real estate yang selalu terdapat dewan yang
berjenis kelamin perempuan dalan jajaran dewannya baik dewan direksi maupun
dewan komisaris adalah PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), PT Alam Sutera
Reality Tbk (ASRI), PT Bekasi Ari Pemula Tbk (BAPA), PT Bumi Serpong
Damai Tbk (BSDE), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Duta Anggada
87
Realty Tbk (DART), PT Intiland Development Tbk (DUTI), PT Greenwood
Sejahtera Tbk (GWSA), PT Jaya Real Properti Tbk (JRPT), PT Lippo Cikarang
Tbk (LPCK), PT Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI), PT Pakuwon Jati Tbk
(PWON), PT Pikko Land Development Tbk (RODA), PT Dadanayasa Arthatama
Tbk (SCBD), PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM), dan PT Sitara
Propertindo Tbk (SMRA).
88
Tabel 4.6 (sambungan)
No Kode 2013 2014 2015 2016 2017
Perusahaan
17 LPCK 0 0 0 0 0
18 LPKR 0 0 0 0 0
19 MKPI 0 0 0 0 0
20 MTLA 1 1 1 1 1
21 PLIN 1 1 1 1 1
22 PUDP 0 0 0 0 0
23 PWON 1 1 1 1 1
24 RDTX 0 0 0 0 0
25 RODA 0 0 0 0 0
27 SMDM 0 0 0 0 0
28 SMRA 1 1 1 1 1
MEAN 0,28571 0,28571 0,28571 0,28571 0,28571
MAKSIMUM 1 1 1 1 1
MINIMUM 0 0 0 0 0
STANDAR
DEVIASI 0,46004 0,46004 0,46004 0,46004 0,46004
Sumber: data yang telah diolah oleh penulis, 2018
89
menunjukkan bahwa nilai 0 diaudit oleh KAP Non Big Four. Selama periode
2013-2017 terdapat 100 (71,43%) sampel perusahaan sektor property dan real
estate yang diaudit oleh KAP Non Big Four. Berikut ini merupakan tabel jumlah
perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four dan KAP Non Big Four untuk
periode 2013-2017:
Tabel 4.7 Jumlah Perusahaan yang diaudit oleh KAP Non Big Four dan
KAP Big Four
Tahun Jumlah Perusahaan
Keterangan 2013 2014 2015 2016 2017 TOTAL
Diaudit oleh KAP Non Big 20 20 20 20 20 100
Four (71,43%)
Diaudit oleh KAP Big Four 8 8 8 8 8 40
(28,57%)
Sumber: data yang telah diolah oleh penulis, 2018
90
Tabel 4.8 (sambungan)
No Kode 2013 2014 2015 2016 2017
Perusahaan
7 CTRA 0,17321 0,16449 0,07735 0,01991 0,03730
8 DART 0,25253 0,17574 0,25985 0,20177 0,55912
9 DILD 0,18363 0,18175 0,00037 0,00647 0,57255
10 DUTI 0,11392 0,12417 0,00138 0,00441 0,00669
11 GAMA 0,20170 0,13052 0,51856 0,05747 0,23511
12 GMTD 0,14262 0,11750 0,00782 0,00676 0,00833
13 GPRA 0,18393 0,05164 0,01270 0,00709 0,01697
14 GWSA 0,06449 0,09266 0,00041 0,00231 0,01087
15 JRPT 0,13519 0,13137 0,00780 0,00937 0,03891
16 KIJA 0,48698 0,29615 0,03946 0,16772 0,15191
17 LPCK 0,11276 0,10418 0,01669 0,01832 0,03232
18 LPKR 0,16746 0,15149 0,20291 0,21208 0,26573
19 MKPI 0,21297 0,20629 0,00071 0,00036 0,00008
20 MTLA 0,17443 0,18311 0,00836 0,01672 0,00408
21 PLIN 0,75218 0,22355 0,01050 0,00492 0,02432
22 PUDP 0,10154 0,09963 0,12008 0,13262 0,11509
23 PWON 0,14622 0,09099 0,01725 0,02800 0,02272
24 RDTX 0,14451 0,15125 0,00089 0,00012 0,00080
25 RODA 0,07459 0,04667 0,02675 0,05086 0,69148
26 SCBD 0,07830 0,41904 0,21157 0,13797 0,13901
27 SMDM 0,37499 0,28296 0,02042 0,00671 0,03302
28 SMRA 0,16942 0,17611 0,00181 0,01800 0,01375
MEAN 0,19094 0,16739 0,06427 0,04886 0,10889
MAKSIMUM 0,75218 0,41904 0,51856 0,21208 0,69148
MINIMUM 0,05473 0,04667 0,00037 0,00006 0,00008
STD. DEV 0,14352 0,09540 0,11389 0,06579 0,19021
MEAN 2013-2017 0,11607
Sumber: data yang telah diolah penulis, 2018
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa hasil pengujian ststistik deskriptif
dari agresivitas pajak pada perusahaan sektor property dan real estate periode
2013-2017, pada tahun 2013 nilai mean sebesar 0,19094 sedangkan standar
deviasi sebesar 0,14352. Nilai mean lebih besar daripada standar deviasi sehingga
data tersebut tidak bervariasi atau homogen (berkelompok) yang artinya data dari
variabel ini tidak menyebar. Nilai minimum dari agresivitas pajak pada tahun
2013 sebesar 0,05473 yang dimiliki oleh PT. Sentul City Tbk (BKSL). Hal
tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2013 PT. Sentul City Tbk (BKSL)
cenderung melakukan tindakan agresivitas pajak karena memiliki beban pajak
91
sebesar Rp 35.034.035.224,- dan laba sebelum pajak adalah sebesar Rp
640.129.649.223,-. Sedangkan nilai maksimum dari agresivitas pajak pada tahun
2013 adalah sebesar 0,75218 yang dimiliki oleh PT. Plaza Indonesia Realty Tbk
(PLIN). Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2013 PT. Plaza Indonesia
Realty Tbk (PLIN) cenderung tidak melakukan tindakan agresivitas pajak karena
memiliki beban pajak sebesar Rp 101.202.729,- dan laba sebelum pajak adalah
sebesar Rp 134.545.645,-.
Hasil pengujian statistik deskriptif agresivitas pajak pada tahun 2014 nilai
mean sebesar 0,16739 sedangkan standar deviasi sebesar 0,09540. Nilai mean
lebih besar daripada standar deviasi sehingga data tersebut tidak bervariasi atau
homogen (berkelompok), yang artinya bahwa data dari variabel ini tidak
menyebar. Nilai minimum dari agresivitas pajak pada tahun 2014 sebesar 0,04667
yang dimiliki oleh PT. Pikko Land Development Tbk (RODA). Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada tahun 2014 PT. Pikko Land Development Tbk (RODA)
cenderung melakukan tindakan agresivitas pajak karena memiliki beban pajak
sebesar Rp 25.336.210.000,- dan laba sebelum pajak adalah sebesar Rp
542.893.826.228,-. Sedangkan nilai maksimum dari agresivitas pajak pada tahun
2014 adalah sebesar 0,41904 yang dimiliki oleh PT. Dadanayasa Arthatama Tbk
(SCBD). Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2014 PT. Dadanayasa
Arthatama Tbk (SCBD) cenderung tidak melakukan tindakan agresivitas pajak
karena memiliki beban pajak sebesar Rp 94.880.702.000,- dan laba sebelum pajak
adalah sebesar Rp 226.423.718.000,-.
Hasil pengujian statistik deskriptif agresivitas pajak pada tahun 2015 nilai
mean sebesar 0,06427 sedangkan standar deviasi sebesar 0,11389. Nilai mean
lebih kecil daripada standar deviasi sehingga data tersebut bervariasi atau
heterogen (tidak berkelompok), yang artinya bahwa data dari variabel ini tidak
menyebar. Nilai minimum dari agresivitas pajak pada tahun 2015 sebesar 0,00037
yang dimiliki oleh PT. Intiland Development Tbk (DILD). Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada tahun 2015 PT. Intiland Development Tbk (DILD)
cenderung melakukan tindakan agresivitas pajak karena memiliki beban pajak
sebesar Rp 157.189.226,- dan laba sebelum pajak adalah sebesar Rp
92
419.201.384.730,-. Sedangkan nilai maksimum dari agresivitas pajak pada tahun
2015 adalah sebesar 0,51856 yang dimiliki oleh PT. Gading Development Tbk
(GAMA). Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2015 PT. Gading
Development Tbk (GAMA) cenderung tidak melakukan tindakan agresivitas
pajak karena memiliki beban pajak sebesar Rp 5.364.137.520,- dan laba sebelum
pajak adalah sebesar Rp 10.344.244.044,-.
Hasil pengujian statistik deskriptif agresivitas pajak pada tahun 2016 nilai
mean sebesar 0,04886 sedangkan standar deviasi sebesar 0,06579. Nilai mean
lebih kecil daripada standar deviasi sehingga data tersebut bervariasi atau
heterogen (tidak berkelompok), yang artinya bahwa data dari variabel ini tidak
menyebar. Nilai minimum dari agresivitas pajak pada tahun 2016 sebesar 0,00006
yang dimiliki oleh PT. Sentul City Tbk (BKSL). Hal tersebut menunjukkan bahwa
pada tahun 2016 PT. Sentul City Tbk (BKSL) cenderung melakukan tindakan
agresivitas pajak karena memiliki beban pajak sebesar Rp 36.327.633,- dan laba
sebelum pajak adalah sebesar Rp 562.390.582.418,-. Sedangkan nilai maksimum
dari agresivitas pajak pada tahun 2016 adalah sebesar 0,21208 yang dimiliki oleh
PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR). Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun
2016 PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR) cenderung tidak melakukan tindakan
agresivitas pajak karena memiliki beban pajak sebesar Rp 330.373.000.000,- dan
laba sebelum pajak adalah sebesar Rp 1.557.747.000.000,-.
Hasil pengujian statistik deskriptif agresivitas pajak pada tahun 2017 nilai
mean sebesar 0,10889 sedangkan standar deviasi sebesar 0,19021. Nilai mean
lebih kecil daripada standar deviasi sehingga data tersebut bervariasi atau
heterogen (tidak berkelompok), yang artinya bahwa data dari variabel ini tidak
menyebar. Nilai minimum dari agresivitas pajak pada tahun 2017 sebesar 0,00008
yang dimiliki oleh PT. Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI). Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada tahun 2017 PT. Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI)
cenderung melakukan tindakan agresivitas pajak karena memiliki beban pajak
sebesar Rp 90.382.334,- dan laba sebelum pajak adalah sebesar Rp
1.193.730.206.227,-. Sedangkan nilai maksimum dari agresivitas pajak pada tahun
2017 adalah sebesar 0,69148 yang dimiliki oleh PT. Pikko Land Development
93
Tbk (RODA). Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2017 PT. Pikko Land
Development Tbk (RODA) cenderung tidak melakukan tindakan agresivitas pajak
karena memiliki beban pajak sebesar Rp16.637.191.111,- dan laba sebelum pajak
adalah sebesar Rp 24.060.421.218,-.
Menurut Undang-Undang No.36 Tahun 2008, tarif pajak penghasilan badan
yang berlaku adalah sebesar 25% untuk tahun 2012 dan seterusnya. Berikut ini
merupakan tabel jumlah perusahaan yang memiliki nilai agresivitas pajak
dibawah tarif pajak penghasilan 25% dan diatas tarif pajak penghasilan 25%:
Tabel 4.9 Jumlah Perusahaan yang Memiliki Nilai Agresivitas Pajak
Dibawah Tarif Pajak 25% dan Diatas Tarif Pajak 25% Periode 2013-2017
Tahun Jumlah Perusahaan
Keterangan 2013 2014 2015 2016 2017 TOTAL
Nilai agresivitas pajak 5 4 2 0 4 15
> tarif pajak 25% (10,71%)
Nilai agresivitas pajak 23 24 26 28 24 125
< tarif pajak 25% (89,29%)
Sumber: data yang diolah penulis, 2018
Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pada tahun 2013 terdapat 23
perusahaan yang memiliki nilai agresivitas pajak lebih kecil dari tarif pajak 25%.
Hal tersebut berarti terdapat 23 perusahaan yang cenderung melakukan agresivitas
pajak. Selain itu, terdapat 5 perusahaan yang memiliki nilai agresivitas pajak lebih
besar dari tarif pajak 25%. Hal tersebut berarti terdapat 5 perusahaan yang
cenderung tidak melakukan agresivitas pajak.
Pada tahun 2014 terdapat 24 perusahaan yang memiliki nilai agresivitas pajak
lebih kecil dari tarif pajak 25%. Hal tersebut berarti terdapat 24 perusahaan yang
cenderung melakukan agresivitas pajak. Selain itu, terdapat 4 perusahaan yang
memiliki nilai agresivitas pajak lebih besar dari tarif pajak 25%. Hal tersebut
berarti terdapat 4 perusahaan yang cenderung tidak melakukan agresivitas pajak.
Pada tahun 2015 terdapat 26 perusahaan yang memiliki nilai agresivitas pajak
lebih kecil dari tarif pajak 25%. Hal tersebut berarti terdapat 26 perusahaan yang
cenderung melakukan agresivitas pajak. Selain itu, terdapat 2 perusahaan yang
94
memiliki nilai agresivitas pajak lebih besar dari tarif pajak 25%. Hal tersebut
berarti terdapat 2 perusahaan yang cenderung tidak melakukan agresivitas pajak.
Pada tahun 2016 terdapat 28 perusahaan yang memiliki nilai agresivitas pajak
lebih kecil dari tarif pajak 25%. Hal tersebut berarti terdapat 28 perusahaan yang
cenderung melakukan agresivitas pajak. Selain itu, pada tahun 2016 tidak terdapat
perusahaan yang memiliki nilai agresivitas pajak lebih besar dari tarif pajak 25%.
Hal tersebut berarti tidak terdapat perusahaan yang cenderung tidak melakukan
agresivitas pajak.
Pada tahun 2017 terdapat 24 perusahaan yang memiliki nilai agresivitas pajak
lebih kecil dari tarif pajak 25%. Hal tersebut berarti terdapat 24 perusahaan yang
cenderung melakukan agresivitas pajak. Selain itu, terdapat 4 perusahaan yang
memiliki nilai agresivitas pajak lebih besar dari tarif pajak 25%. Hal tersebut
berarti terdapat 4 perusahaan yang cenderung tidak melakukan agresivitas pajak.
Sehingga dalam periode 2013-2017 didapatkan 125 atau setara dengan 89,29%
sampel perusahaan property dan real estate yang memiliki nilai agresivitas pajak
diatas tarif pajak 25%. Hal tersebut berarti terdapat 89,29% sampel perusahaan
property dan real estate yang cenderung melakukan tindakan agresivitas pajak.
Selain itu, terdapat 15 atau setara dengan 10,71% sampel perusahaan property
dan real estate yang memiliki nilai agresivitas pajak dibawah tarif pajak 25%. Hal
tersebut berarti terdapat 10,71% sampel perusahaan property dan real estate yang
cenderung tidak melakukan tindakan agresivitas pajak.
4.1.1.5 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu pengukuran yang dikelompokkan
berdasarkan besar kecilnya perusahaan dan dapat menggambarkan aktivitas serta
pendapatan perusahaan (Nugraha dan Wahyu, 2015). Dalam penelitian ini ukuran
perusahaan di proksikan dengan size yang dihitung dengan menggunakan Ln
(total aset). Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan statistik deskriptif dari
ukuran perusahaan pada perusahaan sektor property dan real estate periode 2013-
2017:
95
Tabel 4.10 Hasil Statistik Deskriptif Ukuran Perusahaan
No Kode 2013 2014 2015 2016 2017
Perusahaan
1 APLN 23,70286 23,88816 23,92435 23,97022 24,08330
2 ASRI 30,30020 30,45978 30,56007 30,63602 30,66253
3 BAPA 25,89168 25,89472 25,89229 25,91211 25,91085
4 BEST 28,84304 28,92657 29,16386 29,28071 29,37482
5 BKSL 29,99806 29,91300 30,04209 30,06108 30,33754
6 BSDE 30,74774 30,96803 31,21516 31,27627 31,45860
7 CTRA 30,63397 30,77877 30,89902 31,00081 31,08753
8 DART 29,19304 29,26306 29,37846 29,43376 29,48118
9 DILD 29,64945 29,82879 29,96205 30,10251 30,20342
10 DUTI 29,64240 29,71350 29,82990 29,90234 29,98958
11 GAMA 27,88612 27,96039 27,92112 27,92732 27,96932
12 GMTD 27,89940 28,05257 27,87318 27,83736 27,84832
13 GPRA 27,91819 28,04814 28,08475 28,08166 28,03613
14 GWSA 28,34676 28,46073 29,54872 29,57167 29,60522
15 JRPT 29,44961 29,53078 29,65628 29,76925 29,87943
16 KIJA 29,74186 29,77171 29,90733 30,00440 30,05284
17 LPCK 28,98018 29,09192 29,33153 29,36323 30,14696
18 LPKR 31,07465 31,26230 31,35253 31,45101 31,67007
19 MKPI 28,67441 29,09340 29,37313 29,51994 29,55206
20 MTLA 21,76513 21,90214 22,00994 22,09255 22,30715
21 PLIN 29,04852 29,14503 29,17241 29,15415 29,16561
22 PUDP 26,62761 26,71921 26,82340 26,99835 26,94751
23 PWON 22,95309 23,54290 23,65596 23,75215 23,87424
24 RDTX 28,06907 28,12781 28,25811 28,37379 28,45540
25 RODA 28,64293 28,75195 28,80420 28,80929 28,89757
26 SCBD 29,34490 29,34827 29,34777 29,37399 29,38599
27 SMDM 28,71293 28,78042 28,77988 28,76210 28,77578
28 SMRA 27,94284 30,36406 30,56266 30,66647 30,70661
MEAN 28,27431 28,48529 27,65465 28,68159 28,78091
MAKSIMUM 31,07465 31,26230 31,35253 31,45101 31,67007
MINIMUM 21,76513 21,90214 22,00994 22,09255 22,30715
STANDAR
DEVIASI 2,26362 2,25299 5,16759 2,29045 2,30274
Sumber: data yang telah diolah penulis, 2018
96
sehingga data tersebut tidak bervariasi atau homogen (berkelompok), yang artinya
bahwa data dari variabel ini tidak menyebar. Nilai maksimum dari ukuran
perusahaan pada tahun 2013 adalah sebesar 31,07465 yang dimiliki oleh PT.
Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dengan total aset sebesar Rp 31.300.362.430.266,-.
Sedangkan nilai minimum dari ukuran perusahaan pada tahun 2013 sebesar
21,76513 yang dimiliki oleh PT. Metropolitan Land Tbk (MTLA) dengan total
aset sebesar Rp 2.834.484.171,-.
Hasil pengujian statistik deskriptif ukuran perusahaan pada tahun 2014 nilai
mean sebesar 28,48529 sedangkan standar deviasi sebesar 2,25299. Nilai mean
lebih besar daripada standar deviasi sehingga data tersebut tidak bervariasi atau
homogen (berkelompok), yang artinya bahwa data dari variabel ini tidak
menyebar. Nilai maksimum dari ukuran perusahaan pada tahun 2014 adalah
sebesar 31,26230 yang dimiliki oleh PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dengan
total aset sebesar Rp 37.761.220.693.695,-. Sedangkan nilai minimum dari ukuran
perusahaan pada tahun 2014 sebesar 21,90214 yang dimiliki oleh PT.
Metropolitan Land Tbk (MTLA) dengan total aset sebesar Rp 3.250.717.743,-.
Hasil pengujian statistik deskriptif ukuran perusahaan pada tahun 2015 nilai
mean sebesar 27,65465 sedangkan standar deviasi sebesar 5,16759. Nilai mean
lebih besar daripada standar deviasi sehingga data tersebut tidak bervariasi atau
homogen (berkelompok), yang artinya bahwa data dari variabel ini tidak
menyebar. Nilai maksimum dari ukuran perusahaan pada tahun 2015 adalah
sebesar 31,35253 yang dimiliki oleh PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dengan
total aset sebesar Rp 41.326.558.178.049,-. Sedangkan nilai minimum dari ukuran
perusahaan pada tahun 2015 sebesar 22,00994 yang dimiliki oleh PT.
Metropolitan Land Tbk (MTLA) dengan total aset sebesar Rp 3.620.742.578,-.
Hasil pengujian statistik deskriptif ukuran perusahaan pada tahun 2016 nilai
mean sebesar 28,68159 sedangkan standar deviasi sebesar 2,29045. Nilai mean
lebih besar daripada standar deviasi sehingga data tersebut tidak bervariasi atau
homogen (berkelompok), yang artinya bahwa data dari variabel ini tidak
menyebar. Nilai maksimum dari ukuran perusahaan pada tahun 2016 adalah
sebesar 31,45101 yang dimiliki oleh PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dengan
97
total aset sebesar Rp 45.603.683.000.000,-. Sedangkan nilai minimum dari ukuran
perusahaan pada tahun 2016 sebesar 22,09255 yang dimiliki oleh PT.
Metropolitan Land Tbk (MTLA) dengan total aset sebesar Rp 3.932.529.273,-.
Hasil pengujian statistik deskriptif ukuran perusahaan pada tahun 2017 nilai
mean sebesar 28,78091 sedangkan standar deviasi sebesar 2,30274. Nilai mean
lebih besar daripada standar deviasi sehingga data tersebut tidak bervariasi atau
homogen (berkelompok), yang artinya bahwa data dari variabel ini tidak
menyebar. Nilai maksimum dari ukuran perusahaan pada tahun 2017 adalah
sebesar 31,67007 yang dimiliki oleh PT. Lippo Karawaci Tbk (MKPI) dengan
total aset sebesar Rp 56.772.116.000.000,-. Sedangkan nilai minimum dari ukuran
perusahaan pada tahun 2017 sebesar 22,30715 yang dimiliki oleh PT.
Metropolitan Land Tbk (MTLA) dengan total aset sebesar Rp 4.873.830.176,-.
4.1.1.6 Leverage
Leverage adalah rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai
dengan utang. (Fahmi, 2015:27). Dalam penelitian ini leverage diproksikan
dengan DER (Debt to Equity Ratio) yang dihitung dengan menggunakan total
hutang dibagi dengan total equity. Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan
statistik deskriptif dari leverage pada perusahaan sektor property dan real estte
periode 2013-2017:
Tabel 4.11 Hasil Statistik Deskriptif Leverage
No Kode 2013 2014 2015 2016 2017
Perusahaan
1 APLN 172,85142 179,88281 170,69404 157,87349 150,41465
2 ASRI 170,60512 165,63886 183,37942 180,83703 141,79606
3 BAPA 89,87742 76,97548 42,56909 67,18935 49,00971
4 BEST 35,66884 28,19765 52,23797 53,51299 48,61552
5 BKSL 55,02845 57,72560 41,23650 58,64681 50,63574
6 BSDE 68,25686 52,29833 63,02056 57,23875 57,38406
7 CTRA 105,97864 103,85887 101,21282 103,33192 105,20772
8 DART 62,93046 57,51598 67,42086 67,42131 78,70217
9 DILD 83,74971 101,44404 115,65587 134,10996 107,54426
10 DUTI 23,63163 28,42149 32,93371 24,37221 26,88491
11 GAMA 23,57879 27,34180 21,88682 22,52018 27,71822
12 GMTD 224,18679 128,75722 129,85539 92,28972 76,56285
(bersambung)
98
Tabel 4.11 (sambungan)
No Kode 2013 2014 2015 2016 2017
Perusahaan
13 GPRA 66,38992 70,52079 39,82683 55,35048 45,11227
14 GWSA 13,98145 16,29297 8,55538 7,37858 7,85383
15 JRPT 129,65676 108,75722 83,00477 72,92594 58,49895
16 KIJA 91,81570 87,28610 95,68452 90,36297 90,94681
17 LPCK 111,87377 61,32845 50,73800 33,24450 60,32444
18 LPKR 120,85139 114,15337 118,46526 106,58390 90,12578
19 MKPI 150,11009 99,65888 101,80194 77,99115 50,01395
20 MTLA 60,61627 59,57292 63,59639 57,15015 62,49609
21 PLIN 91,07772 92,00170 94,09746 100,70364 367,36025
22 PUDP 32,26198 39,36979 43,77316 61,19000 50,86673
23 PWON 126,64778 102,96735 98,60403 90,42400 82,61139
24 RDTX 35,07630 21,57657 17,77805 14,94647 10,97344
25 RODA 59,82977 45,78459 28,88657 23,94752 29,73192
26 SCBD 29,22481 41,06482 47,28897 38,63215 34,15835
27 SMDM 37,59605 42,97158 28,64644 25,35217 25,77424
28 SMRA 193,26136 156,63961 149,12198 154,85492 159,31746
MEAN 88,09340 77,42874 74,71331 72,51365 75,60867
MAKSIMUM 224,18679 179,88281 183,37942 180,83703 367,36025
MINIMUM 13,98145 16,29297 8,55538 7,37858 7,85383
STANDAR
DEVIASI 56,20194 44,48933 46,71834 45,01295 70,34474
Sumber: data yang telah diolah penulis, 2018
99
Greenwood Sejahtera Tbk (GWSA) dengan total hutang sebesar Rp
250.934.436.830,- dan total equity sebesar Rp 1.794.767.347.615,-.
Hasil pengujian statistik deskriptif leverage pada tahun 2014 nilai mean
sebesar 77,42874 sedangkan standar deviasi sebesar 44,48933. Nilai mean lebih
besar daripada standar deviasi sehingga data tersebut tidak bervariasi atau
homogen (berkelompok), yang artinya bahwa data dari variabel ini tidak
menyebar. Nilai maksimum dari leverage pada tahun 2014 adalah sebesar
179,88281 yang dimiliki oleh PT. Agung Podomoro Land Tbk (APLN) dengan
total hutang sebesar Rp 15.223.273.846,- dan total equity sebesar Rp
8.462.884.365,-. Sedangkan nilai minimum dari leverage pada tahun 2014 sebesar
16,29297 yang dimiliki oleh PT. Greenwood Sejahtera Tbk (GWSA) dengan total
hutang sebesar Rp 321.208.369.989,- dan total equity sebesar Rp
1.971.453.625.511,-.
Hasil pengujian statistik deskriptif leverage pada tahun 2015 nilai mean
sebesar 74,71331 sedangkan standar deviasi sebesar 46,71834. Nilai mean lebih
besar daripada standar deviasi sehingga data tersebut tidak bervariasi atau
homogen (berkelompok), yang artinya bahwa data dari variabel ini tidak
menyebar. Nilai maksimum dari leverage pada tahun 2015 adalah sebesar
183,37942 yang dimiliki oleh PT. Alam Sutra Realty Tbk (ASRI) dengan total
hutang sebesar Rp 12.107460.464.000,- dan total equity sebesar Rp
6.602.409.662.000,-. Sedangkan nilai minimum dari leverage pada tahun 2015
sebesar 8,55538 yang dimiliki oleh PT. Greenwood Sejahtera Tbk (GWSA)
dengan total hutang sebesar Rp 536.331.978.128,- dan total equity sebesar Rp
6.268.945.784.180,-.
Hasil pengujian statistik deskriptif leverage pada tahun 2016 nilai mean
sebesar 72,51365 sedangkan standar deviasi sebesar 45,01295. Nilai mean lebih
besar daripada standar deviasi sehingga data tersebut tidak bervariasi atau
homogen (berkelompok), yang artinya bahwa data dari variabel ini tidak
menyebar. Nilai maksimum dari leverage pada tahun 2016 adalah sebesar
180,83703 yang dimiliki oleh PT. Alam Sutra Realty Tbk (ASRI) dengan total
hutang sebesar Rp 12.998.285.601.000,- dan total equity sebesar Rp
100
7.187.845.081.000,-. Sedangkan nilai minimum dari leverage pada tahun 2016
sebesar 7,37858 yang dimiliki oleh PT. Greenwood Sejahtera Tbk (GWSA)
dengan total hutang sebesar Rp 478.485.384.788,- dan total equity sebesar Rp
6.484.787.677416,-.
Hasil pengujian statistik deskriptif leverage pada tahun 2017 nilai mean
sebesar 75,60867 sedangkan standar deviasi sebesar 70,34474. Nilai mean lebih
besar daripada standar deviasi sehingga data tersebut tidak bervariasi atau
homogen (berkelompok), yang artinya bahwa data dari variabel ini tidak
menyebar. Nilai maksimum dari leverage pada tahun 2017 adalah sebesar
367,36025 yang dimiliki oleh PT. Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN) dengan
total hutang sebesar Rp 3.625.525.537,- dan total equity sebesar Rp 986.912.868,-.
Sedangkan nilai minimum dari leverage pada tahun 2017 sebesar 7,85383 yang
dimiliki oleh PT. Greenwood Sejahtera Tbk (GWSA) dengan total hutang sebesar
Rp 524.360.986.056,- dan total equity sebesar Rp 6.676.500.397.347,-.
101
4.2.1 Pemilihan Model Regresi Data Panel
Terdapat tiga uji yang digunakan untuk mengetahui teknik yang paling tepat
untuk mengestimasi regresi data panel. Untuk mengetahui model manakah yang
sesuai dengan penelitian ini, selanjutnya akan dilakukan pengujian model yaitu
Uji Chow untuk menentukan model yang digunakan common effect atau fixed
effect, Hausman Test untuk menentukan model fixed effect atau random effect
yang digunakan, serta Langrangge Multiplier (LM) Test untuk menentukan model
random effect atau common effect.
102
Tabel 4.12 Hasil Uji Signifikansi Fixed Effect (Chow Test)
Sumber: data yang telah diolah penulis dengan Eviews 10, 2018
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai probability (p-value) cross-section Chi-
square sebesar 0,0082 < 0,05 dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil
pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa H1 diterima, sehingga model yang
dapat digunakan adalah fixed effect, tetapi keputusan penggunaan model ini bukan
merupakan hasil akhir karena masih terdapat satu pengujian lagi antara model
random effect dengan model fixed effect menggunakan Hausman Test .
4.2.1.2 Uji Signifikansi Random Effect (Hausman Test)
Hausman test merupakan pengujian yang digunakan untuk membandingkan
atau memilih model mana yang terbaik antara fixed effect model dan random
effect model. Pengujian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengujian hipotesis:
H0 : Fixed Effect Model
H1 : Random Effect Model
2. Kriteria pengambilan keputusan:
a. Jika nilai statistik Hausman (Chi-square Statistic) > nilai kritisnya (Chi-
Square 5%) atau nilai Prob (cross-section random) < 0.05 maka H0
diterima atau regresi data panel menggunakan fixed effect model
b. Jika nilai statistik Hausman (Chi-square Statistic) < nilai kritisnya (Chi-
Square 5%) atau nilai Prob (cross-section random) > 0.05 maka H0
ditolak yang berarti regresi data panel menggunakan random effect
model.
Hasil dari pengujian Hausman Test adalah sebagai berikut:
103
Tabel 4.13 Hasil Uji Signifikansi Random Effect (Hausman Test)
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Sumber: data yang telah diolah penulis dengan Eviews 10, 2018
Dari hasil pengujian Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa nilai dari Prob (cross-
section random) sebesar 0,0234 dimana nilainya lebih kecil dari 0,05. Sehingga
Hausman Test ini menunjukkan bahwa menolak H0 yang berarti model yang
terbaik adalah fixed effect.
Dependent Variable: Y
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 12/20/18 Time: 23:16
Sample: 2013 2017
Periods included: 5
Cross-sections included: 28
Total panel (balanced) observations: 140
Linear estimation after one-step weighting matrix
Effects Specification
104
Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics
Unweighted Statistics
Sumber: data yang telah diolah penulis dengan Eviews 10, 2018
Berdasarkan Tabel 4.14 persamaan regresi data panel dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Agresivitas Pajak = 2,483734 + 0,005117X1 – 0,309122X2 – 2,162208X3 -
0,062787X4 + 0,000681X5 + ε
Dimana:
X1 : Ukuran dewan komisaris
X2 : Gender diversity pada dewan
X3 : Kualitas auditor eksternal
X4 : Ukuran perusahaan
X5 : Leverage
ε : Error term
Persamaan regresi data panel tersebut dapat diartikan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta sebesar 2,483734 artinya jika variabel independen ukuran
dewan komisaris, gender diversity pada dewan, dan kualitas auditor eksternal
benilai 0, maka besarnya agresivitas pajak yang dilakukan nilainya sebesar
2,483734 satuan.
2. Koefisien regresi ukuran dewan komisaris (X1) sebesar 0,005117
menunjukkan arah positif yang berarti jika nilai agresivitas pajak meningkat
sebesar 1 satuan dan variabel lainnya tetap maka agresivitas pajak akan
bertambah sebesar 0,005117 satuan. Nilai koefisien regresi variabel ukuran
dewan komisaris bernilai positif yang berarti dapat meningkatkan agresivitas
pajak.
105
3. Koefisien regresi gender diversity pada dewan (X2) sebesar -0,309122
menunjukkan arah negatif yang berarti jika nilai agresivitas pajak meningkat
sebesar 1 satuan dan variabel lainnya tetap maka agresivitas pajak akan
berkurang sebesar 0,309122 satuan. Nilai koefisien regresi variabel bernilai
negatif yang berarti gender diversity pada dewan belum dapat meningkatkan
agresivitas pajak.
4. Koefisien regresi kualitas auditor eksternal (X3) sebesar -2,162208
menunjukkan arah negatif yang berarti jika nilai agresivitas pajak meningkat
sebesar 1 satuan dan variabel lainnya tetap maka agresivitas pajak akan
berkurang sebesar 2,162208 satuan. Nilai koefisien regresi variabel bernilai
negatif yang berarti kualitas auditor eksternal belum dapat meningkatkan
agresivitas pajak.
5. Koefisien regresi ukuran perusahaan (X4) sebesar -0,062787 menunjukkan
arah negatif yang berarti jika nilai agresivitas pajak meningkat sebesar 1
satuan dan variabel lainnya tetap maka agresivitas pajak akan berkurang
sebesar 0,062787 satuan. Nilai koefisien regresi variabel bernilai negatif yang
berarti ukuran perusahaan belum dapat meningkatkan agresivitas pajak.
6. Koefisien regresi leverage (X5) sebesar 0,000681 menunjukkan arah positif
yang berarti jika nilai agresivitas pajak meningkat sebesar 1 satuan dan
variabel lainnya tetap maka agresivitas pajak akan bertambah sebesar
0,000681 satuan. Nilai koefisien regresi variabel bernilai negatif yang berarti
leverage dapat meningkatkan agresivitas pajak.
4.3 Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji
koefisien determinasi (R2), uji signifikansi simultan (uji F), uji signifikansi parsial
(uji t).
106
Jika 𝑅2 sama dengan atau lebih dari satu berarti variabel independen memberikan
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen
(Ghozali, 2016).
Tabel 4.15 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Weighted Statistics
Sumber: data yang telah diolah penulis dengan Eviews 10, 2018
Tabel 4.15 menjelaskan hasil uji koefisien determinasi (R2), dapat dilihat
bahwa nilai Adjusted R-square sebesar 0,578557 atau 57,8557%. Dengan
demikian, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen ukuran dewan
komisaris, gender diversity pada dewan, dan kualitas auditor eksternal dapat
menjelaskan agresivitas pajak yang diproksikan dengan Effective Tax Rate (ETR)
pada perusahaan property dan real estate periode 2013-2017 sebesar 57,8557%;
sedangkan sisanya 42,1443% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian.
107
Tabel 4.16 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Weighted Statistics
Sumber: data yang telah diolah penulis dengan Eviews 10, 2018
Berdasarkan Tabel 4.16 diperoleh bahwa nilai Prob(F-statistic) sebesar
0,000000 < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya Ukuran Dewan
Komisaris (X1), Gender Diversity pada Dewan (X2), Kualitas Auditor Eksternal
(X3), Ukuran Perusahaan (X4), Leverage (X5) secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Agresivitas Pajak (Y).
4.3.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Pengujian parsial dilakukan untuk menentukan signifikan atau tidak
signifikan masing-masing nilai koefisien regresi secara sendiri-sendiri terhadap
variabel terikat. Dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah
agresivitas pajak. Sedangkan, variabel independen yang digunakan adalah ukuran
dewan komisaris, gender diversity pada dewan, dan kualitas auditor eksternal
dengan variabel kontrol ukuran perusahaan, dan leverage. Berikut ini merupakan
tabel hasil uji signifikansi parsial (uji t):
Tabel 4.17 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
108
komisaris tidak berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak pada
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2017.
2. Nilai probabilitas variabel independen gender diversity pada dewan sebesar
0,0000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 0,0000 < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa H02 ditolak dan Ha2 diterima sehingga gender diversity
pada dewan berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak pada perusahaan
property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2017.
3. Nilai probabilitas variabel independen kualitas auditor eksternal sebesar
0,7978. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 0,7978 > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa H03 diterima dan Ha3 ditolak sehingga kualitas auditor
eksternal tidak berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak pada
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2017.
4. Variabel kontrol ukuran perusahaan memiliki nilai probabilitas sebesar
0,0000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 0,0000 < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap agresivitas
pajak pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2017.
5. Variabel kontrol leverage memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0201. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa 0,0201 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak pada perusahaan property
dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.
109
dewan komisaris tidak berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak. Hal tersebut
berarti bahwa ukuran dewan komisaris yang besar atau jumlah dewan komisaris
yang banyak tidak dapat meningkatkan adanya tindakan agresivitas pajak pada
perusahaan sektor property dan real estate periode 2013-2017.
Ukuran dewan komisaris memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,005117
menunjukkan arah positif yang berarti jika nilai agresivitas pajak meningkat
sebesar 1 satuan dan variabel lainnya tetap maka agresivitas pajak akan bertambah
sebesar 0,005117 satuan. Nilai koefisien regresi variabel ukuran dewan komisaris
bernilai positif yang berarti dapat meningkatkan agresivitas pajak. Hal tersebut
terjadi karena banyaknya anggota dewan komisaris pada perusahaan property dan
real estate, maka dapat menyulitkan dalam menjalankan peran dan tugas mereka,
diantaranya adalah kesulitan dalam berkomunikasi dan mengkoordinir kerja dari
masing-masing anggota dewan itu sendiri, kesulitan dalam mengawasi dan
mengendalikan tindakan dari manajemen, serta kesulitan dalam mengambil
keputusan yang berguna bagi perusahaan. Jumlah dewan komisaris yang besar
membuktikan ketidakefektifan karena kesulitan dalam pengambilan keputusan
tentang kebijakan agresivitas pajak.
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014
Pasal 20 ayat (1) yang menyatakan bahwa Dewan Komisaris paling kurang terdiri
dari 2 (dua) orang anggota Dewan Komisaris. Berdasarkan hasil analisis deskriptif
pada Tabel 4.1 ukuran dewan komisaris memiliki nilai mean sebesar 5,03571, dari
data sampel yang diteliti oleh peneliti yang berdasarkkan Tabel 4.3 menunjukkan
bahwa sebanyak 106 sampel dari perusahaan sektor property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indnesia (BEI) periode 2013-2017 memiliki jumlah dewan
komisaris dibawah nilai mean. Sedangkan 34 sampel dari perusahaan sektor
property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indnesia (BEI) periode
2013-2017 memiliki jumlah dewan komisaris diatas nilai mean. Hal tersebut
sudah sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014
Pasal 20 ayat (1). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis yang
dikembangkan oleh penulis yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris
berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak. Hal ini sejalan dengan penelitian
110
yang dilakukan oleh Aliani dan Mohamed Ali (2012) yang menemukan bahwa
tidak terdapat pengaruh antara ukuran dewan komisaris dan agresivitas pajak.
111
menyatakan bahwa gender diversity pada dewan berpengaruh negatif terhadap
agresivitas pajak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aliani et
al. (2012) menemukan bahwa ada pengaruh negatif antara keragaman gender pada
dewan direksi dan optimalisasi pajak.
112
bahwa kualitas auditor eksternal Big Four tidak berpengaruh terhadap agresivitas
pajak.
4.4.4 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Gender Diversity pada Dewan, dan
Kualitas Auditor Eksternal terhadap Agresivitas Pajak
Berdasarkan Tabel 4.12 diperoleh bahwa nilai probabilitas (F statistic)
sebesar 0,000000 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ukuran
dewan komisaris, gender diversity pada dewan, kualitas auditor eksternal secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap agreivitas pajak pada perusahaan
property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2017.
113
Halaman ini sengaja dikosongkan
114
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan komisaris,
gender diversity pada dewan, dan kualitas auditor eksternal terhadap agresivitas
pajak pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017. Jumlah sampel dalam penelitian ini
yaitu terdapat 28 perusahaan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun sehingga
diperoleh sebanyak 140 sampel penelitian. Berdasarkan hasil analisis deskriptif
dan pengujian menggunakan model regresi data panel yang telah dilakukan, maka
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengujian analisis deskiptif:
a. Ukuran dewan komisaris pada perusahaan sektor property dan real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017
menunjukkan bahwa nilai mean sebesar 5,03571 dan standar deviasi
sebesar 3,51443. Nilai maksimum dari variabel independen ukuran
dewan komisaris sebesar 22 yang dimiliki oleh PT. Metropolitan
Kentjana Tbk (MKPI) pada tahun 2013-2015. Nilai minimum dari
variabel independen ukuran dewan komisaris sebesar 2 yang dimiliki
oleh PT. Gading Development Tbk (GAMA) pada tahun 2014-2017 dan
PT. Greenwood Sejahtera Tbk (GWSA) pada tahun 2013-2014. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 106 sampel dari
perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indnesia (BEI) periode 2013-2017 memiliki jumlah dewan komisaris
dibawah nilai mean.
b. Gender diversity pada dewan pada perusahaan sektor property dan real
estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017
menunjukkan bahwa nilai mean sebesar 0,15699 dan standar deviasi
sebesar 0,11737. Nilai maksimum dari variabel independen gender
diversity pada dewan adalah sebesar 0,50000 yang dimiliki oleh PT
115
Gading Development Tbk (GAMA) pada tahun 2016-2017. Nilai
minimun dari variabel independen gender diversity pada dewan sebesar
0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 112 sampel atau
setara dengan 80% sampel pada perusahaan sektor property dan real
estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017
terdapat dewan yang berjenis kelamin perempuan dalam jajaran dewan,
hanya 28 sampel atau setara dengan 20% sampel yang tidak terdapat
dewan yang berjenis kelamin perempuan. Hal tersebut berarti mampu
membuktikan bahwa perempuan dapat mencegah terjadinya tindakan
agresivitas pajak pada perusahaan sektor property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017.
c. Kualitas auditor eksternal pada perusahaan sektor property dan real
estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017
menunjukkan bahwa nilai mean sebesar 0,28571 dan standar deviasi
sebesar 0,45338. Nilai maksimum dari variabel independen kualitas
auditor eksternal adalah 1 yang menunjukkan bahwa nilai 1 diaudit oleh
KAP Big Four. Selama periode 2013-2017 terdapat 40 sampel
perusahaan sektor property dan real estate yang diaudit oleh KAP Big
Four. Nilai minimum dari variabel independen kualitas auditor eksternal
adalah 0 yang menunjukkan bahwa nilai 0 diaudit oleh KAP Non Big
Four. Selama periode 2013-2017 terdapat 100 sampel perusahaan sektor
property dan real estate yang diaudit oleh KAP Non Big Four.
d. Agresivitas pajak pada perusahaan sektor property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017 menunjukkan
bahwa nilai mean sebesar 0,11607 dan standar deviasi sebesar 0,13884.
Nilai maksimum agresivitas pajak sebesar 0,75218 yang dimiliki oleh
PT. Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN) pada tahun 2013. Nilai minimum
dari agresivitas pajak adalah sebesar 0,00006 yang dimiliki oleh PT
Sentul City Tbk (BKSL) pada tahun 2016. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pada periode 2013-2017 didapatkan 55 atau setara
dengan 39,29% sampel perusahaan property dan real estate yang
116
memiliki nilai agresivitas pajak diatas nilai mean. Hal tersebut berarti
terdapat 39,29% sampel perusahaan property dan real estate yang
cenderung melakukan tindakan agresivitas pajak. Selain itu, terdapat 85
atau setara dengan 60,71% sampel perusahaan property dan real estate
yang memiliki nilai agresivitas pajak dibawah nilai mean. Hal tersebut
berarti terdapat 60,71% sampel perusahaan property dan real estate yang
cenderung tidak melakukan tindakan agresivitas pajak.
e. Ukuran perusahaan pada perusahaan sektor property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017 menunjukkan
bahwa nilai mean sebesar 28,32150 dan standar deviasi sebesar 2,53955.
Nilai maksimum dari variabel kontrol ukuran perusahaan
sebesar 31,67007 yang dimiliki oleh PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
pada tahun 2017. Nilai minimum dari variabel kontrol ukuran perusahaan
adalah sebesar 21,76513 yang dimiliki oleh PT. Metropolitan Land
(MTLA) pada tahun 2013.
f. Leverage pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017 menunjukkan bahwa
nilai mean sebesar 77,88298 dan standar deviasi sebesar 52,69153. Nilai
maksimum dari variabel kontrol leverage sebesar 367,36025 yang
dimiliki oleh PT. Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN) pada tahun 2017.
Nilai minimum dari variabel kontrol ukuran perusahaan adalah sebesar
7,37858 yang dimiliki oleh PT. Greenwood Sejahtera Tbk (GWSA) pada
tahun 2016.
2. Berdasarkan pengujian hipotesis secara simultan variabel independen ukuran
dewan komisaris, gender diversity pada dewan, dan kualitas audior eksternal
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak pada
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2013-2017 dengan koefisien determinasi sebesar 57,8557%.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen
ukuran dewan komisaris, gender diversity pada dewan, dan kualitas auditor
eksternal dapat menjelaskan agresivitas pajak yang diproksikan dengan
117
Effective Tax Rate (ETR) pada perusahaan property dan real estate periode
2013-2017 sebesar 57,8557%, sedangkan sisanya 42,1443% dijelaskan oleh
variabel lain diluar penelitian.
3. Berdasarkan pengujian hipotesis secara parsial:
a. Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh positif terhadap agresivitas
pajak perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017.
b. Gender diversity pada dewan berpengaruh negatif terhadap agresivitas
pajak perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017.
c. Kualitas audior eksternal tidak berpengaruh negatif terhadap agresivitas
pajak perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017.
5.2 Saran
5.2.1 Aspek Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran
untuk pengembangan bagi penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut:
a. Penelitian ini sekiranya dapat digunakan untuk bahan pertimbangan sebagai
referensi tambahan pemikiran dalam pengembangan ilmu akuntansi
khususnya dalam bidang agresivitas pajak pada perusahaan sektor property
dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan sampel perusahaan
selain perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia misalnya perusahaan yang terdaftar di Indeks Kompas100, Indeks
LQ45, Jakarta Islamic Index (JII) agar mengetahui bagaimana agresivitas
pajak yang terjadi di perusahaan lain selain perusahaan property dan real
estate yang terdaftar di BEI periode 2013-2017.
c. Peneliti selanjutnya yang akan menggunakan variabel kualitas auditor
eksternal harus memperhatikan KAP Big Four maupun KAP Non Big Four.
Karena hal tersebut akan mempengaruhi hasil penelitian. Dalam penelitian ini
118
KAP Non Big Four juga memiliki pengaruh untuk mencegah adanya tindakan
agresivitas pajak.
119
direksi. Hal tersebut dapat mengurangi adanya tindakan agresivitas pajak
sehingga tingkat risiko yang dimiliki perusahaan terkait dengan bidang
perpajakan semakin kecil. Selain itu perusahaan sektor property dan real
estate yang diaudit oleh KAP Non Big Four juga mampu mencegah
adanya tindakan agresivitas pajak.
c. Bagi Direktorat Jenderal Pajak, dalam peneltian ini diperoleh hasil bahwa
gender diversity pada dewan memiliki pengaruh negatif terhadap
agresivitas pajak pada perusahaan sektor propety dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017. Hal tersebut
menunjukkan bahwa dalam perusahaan sektor property dan real estate
rata-rata memiliki anggota dewan yang berjenis kelamin perempuan
dalam jajaran dewan komisaris dan dewan direksi. Hal ini perlu menjadi
perhatian bagi Direktorat Jenderal Pajak untuk meningkatkan lagi
kebijakan-kebijakan terhadap perusahaan sehingga tindakan agresivitas
pajak dapat dikurangi dan perusahaan menjadi semakin patuh dalam
membayarkan pajaknya. Sehingga, pemasukan pemerintah dari bidang
perpajakan menjadi semakin meningkat.
120
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S., & Ardana, I. C. (2014). Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba
Empat.
Aliani, K., & Mohamed Ali, Z. (2012). Demographic Diversity in the board and
corporate tax planning in American firms. Business Management and
Strategy, Vol. 3, No. 1, ISSN: 2157-6068.
Damayanti, F., & Susanto, T. (2015). Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit,
Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan, dan Return On Assets
terhadap Tax Avoidance. Jurnal BIsnis dan Manajemen, Vol. 5, No. 2, e-
ISSN: 2461-1182.
Dewi, K., & Jati, I. (2014). Pengaruh Karakter Eksekutif, Karateristik Perusahaan,
dan Corporate Governance pada Tax Avoidance di Bursa Efek Indonesia.
E-Jurnal Akuntansi, Vol. 6, No. 2, ISSN: 2302-8556.
Dewi, L. (2017). Pengaruh Diversitas Dewan Komisaris dan Direksi pada Tax
Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 18, No. 1, 763-
789, ISSN: 2302-8556.
Detik Finance. (2013, 13 Agustus). Ditjen Pajak Sulit Kejar Penghindaran Pajak
Transaksi Properti Perorangan. [online]. Tersedia:
https://finance.detik.com/properti/d-2328527/ditjen-pajak-sulit-kejar-
penghindar-pajak-transaksi-properti-perorangan [10 September 2018]
121
Faqih, M. (2016). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Jakarta: Pustaka
Pelajar.
Frank, M., Lynch, & Rego. (2009). Tax Reporting Aggressiveness and Its
Relation to Aggressive Financial Reporting. Social Science Research
Network, Vol. 84, No. 2, 467-496.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS. 23.
Semarang: BPFE Universitas Diponegoro.
Halioui, K., Souhir, N., & Abdelaziz, F. (2016). Corporate Governance, CEO
Compensation and Tax Aggressiveness (Evidence From American Firms
Listed on The NASDAQ 100). Review of Accounting and Finance, Vol.
15, Issue 4, pp.445-462.
Harahap, S. S. (2013). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan (Edisi 11). Jakarta:
Rajawali Pers.
Hidayat, N., & Purwana, D. (2017). Perpajakan Teori & Praktik. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Hidayati, A., & Laksito, H. (2013). Pengaruh Antara Kepemilikan Keluarga dan
Corporate Governance terhadap Tindakan Pajak Agresif. Diponegoro
Journal of Accounting, Vol. 2, No. 2, ISSN: 2337-3806.
Kasmir. (2014). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Keempat Belas).
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Lanis, R., & Richardson, G. (2012). Corporate Social Responsibility and Tax
Aggressiveness: a test of legitimacy theory. Accounting Auditing &
Accountability Journal, Vol. 26, Issue. 1, pp: 75-100.
Lanis, R., Richardson, G., & Taylor, G. (2016). Women on The Board of
Directors and Corporate Tax Aggressiveness in Australia: an empirical
analysis. Accounting Research Journal, Vol. 29, No. 3, pp: 313-331,
ISSN: 1030-9616.
122
Luckerath, R. (2010). Women on board and firm performance. SSRN Electronic
Journal, Vol. 17, Issue. 2.
Richardson, G., Taylor, G., & Lanis, R. (2013). The Impact of Risk Management
and Audit Characteristics on Corporate Tax Aggresiveness: An Empirical
Analysis. Journal of Accounting and Public Policy, Vol. 32, 68-88.
123
Ridwan, Y., Zaitul, & Yulistia, R. (2015). Pengaruh Gender Diversity pada
Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Ukuran Dewan
Komisaris Terhadap Perencanaan Pajak. E-Journal Bung Hatta, Vol. 6,
No. 1.
Saham Ok. (2018). Daftar Perusahaan Property dan Real Estate di Indonesia.
[online]. Tersedia: http://www.sahamok.com [8 September 2018]
Sandi, K. F. (2017, 24 Agustus). BI: Sektor Properti Dorong Perekonomian
Nasional. [online]. Tersedia: https://ekbis.sindonews.com/ [9 September
2018]
Santoso, I., & Rahayu, N. (2013). Corporate Tax Management. Ortax (IN).
Santoso, Muhammad Rifky. (2017, 19 September). Pemahaman Tax Planning.
[online]. Tersedia: http://bppk.kemenkeu.go.id [11 September 2018]
Wulandari, M., & Septiari, D. (2015). Effective Tax Rate: Efek dari Corporate
Governance. Jurnal Akuntansi, Ekonomi, dan Manajemen Bisnis, Vol. 3,
No. 2, ISSN: 2337-2887.
Ying, T., Wright, B., & Huang, W. (2017). Ownership Structure and Tax
Aggressiveness of Chinese Listed Company. International Journal of
Accounting & Information, Vol. 25, Issue. 3, pp: 313-332, ISSN: 1834-
7649.
124
LAMPIRAN
Lampiran 1
Kode
No Perusahaan 2013 2014 2015 2016 2017
1 APLN 3 3 3 3 2
2 ASRI 5 5 5 5 5
3 BAPA 3 3 3 3 3
4 BEST 3 5 5 5 5
5 BKSL 7 5 6 4 4
6 BSDE 9 8 5 5 5
7 CTRA 4 4 3 3 8
8 DART 3 3 3 3 3
9 DILD 6 6 6 6 6
10 DUTI 8 6 4 4 4
11 GAMA 3 2 2 2 2
12 GMTD 9 8 10 9 11
13 GPRA 3 3 3 3 3
14 GWSA 2 2 3 3 3
15 JRPT 5 5 5 5 5
16 KIJA 4 4 5 5 5
17 LPCK 7 9 8 7 6
18 LPKR 8 9 8 6 5
19 MKPI 22 22 22 18 18
20 MTLA 6 6 5 6 5
21 PLIN 3 3 4 4 4
22 PUDP 3 3 3 3 3
23 PWON 3 3 3 3 3
24 RDTX 3 3 3 3 3
25 RODA 3 3 4 4 4
26 SCBD 5 5 5 5 4
27 SMDM 3 3 3 3 3
28 SMRA 4 4 4 4 4
MEAN 5,25000 5,17857 5,10714 4,78571 4,85714
MAKSIMUM 22 22 22 18 18
MINIMUM 2 2 2 2 2
STD. DEVIASI 3,88373 3,85913 3,78437 3,01056 3,17063
Keterangan= = Minimum = Maksimum
125
Lampiran 2
Jumlah
Dewan
Jumlah Direksi dan
Dewan Dewan Gender
No Kode Tahun Perempuan Komisaris Diversity
2013 1 11 0,09091
2014 1 10 0,10000
1 APLN 2015 1 10 0,10000
2016 1 11 0,09091
2017 1 10 0,10000
2013 2 10 0,20000
2014 2 10 0,20000
2 ASRI 2015 2 9 0,22222
2016 2 9 0,22222
2017 2 9 0,22222
2013 1 6 0,16667
2014 1 6 0,16667
3 BAPA 2015 1 6 0,16667
2016 1 6 0,16667
2017 1 6 0,16667
2013 0 7 0,00000
2014 0 8 0,00000
4 BEST 2015 0 8 0,00000
2016 1 10 0,10000
2017 1 10 0,10000
2013 3 13 0,23077
2014 1 11 0,09091
5 BKSL 2015 1 10 0,10000
2016 0 9 0,00000
2017 0 8 0,00000
2013 3 18 0,16667
2014 3 17 0,17647
6 BSDE 2015 3 13 0,23077
2016 3 13 0,23077
2017 3 13 0,23077
2013 3 12 0,25000
7 CTRA 2014 3 12 0,25000
2015 3 8 0,37500
126
(lanjutan)
2016 3 8 0,37500
2017 5 20 0,25000
2013 1 8 0,12500
2014 1 7 0,14286
8 DART 2015 1 7 0,14286
2016 1 7 0,14286
2017 1 7 0,14286
2013 2 14 0,14286
2014 2 14 0,14286
9 DILD 2015 2 13 0,15385
2016 1 13 0,07692
2017 1 13 0,07692
2013 2 15 0,13333
2014 2 13 0,15385
10 DUTI 2015 2 9 0,22222
2016 2 9 0,22222
2017 2 9 0,22222
2013 0 6 0,00000
2014 1 4 0,25000
11 GAMA 2015 1 4 0,25000
2016 2 4 0,50000
2017 2 4 0,50000
2013 1 14 0,07143
2014 1 16 0,06250
12 GMTD 2015 0 14 0,00000
2016 0 13 0,00000
2017 0 15 0,00000
2013 0 6 0,00000
2014 0 6 0,00000
13 GPRA 2015 0 7 0,00000
2016 0 7 0,00000
2017 0 7 0,00000
2013 1 6 0,16667
2014 1 6 0,16667
14 GWSA 2015 2 7 0,28571
2016 2 7 0,28571
2017 2 7 0,28571
127
(lanjutan)
2013 1 10 0,10000
2014 1 10 0,10000
15 JRPT 2015 1 10 0,10000
2016 1 11 0,09091
2017 1 11 0,09091
2013 0 9 0,00000
2014 0 9 0,00000
16 KIJA 2015 0 10 0,00000
2016 0 10 0,00000
2017 0 10 0,00000
2013 1 11 0,09091
2014 2 13 0,15385
17 LPCK 2015 2 13 0,15385
2016 1 12 0,08333
2017 1 13 0,07692
2013 3 14 0,21429
2014 4 15 0,26667
18 LPKR 2015 4 16 0,25000
2016 1 14 0,07143
2017 0 11 0,00000
2013 4 27 0,14815
2014 4 28 0,14286
19 MKPI 2015 4 28 0,14286
2016 3 24 0,12500
2017 5 24 0,20833
2013 1 12 0,08333
2014 0 11 0,00000
20 MTLA 2015 1 11 0,09091
2016 1 12 0,08333
2017 1 11 0,09091
2013 2 8 0,25000
2014 2 9 0,22222
21 PLIN 2015 2 10 0,20000
2016 2 10 0,20000
2017 2 11 0,18182
2013 0 5 0,00000
22 PUDP 2014 0 5 0,00000
2015 0 5 0,00000
128
(lanjutan)
2016 0 5 0,00000
2017 0 5 0,00000
2013 2 10 0,20000
2014 2 10 0,20000
23 PWON 2015 3 10 0,30000
2016 3 9 0,33333
2017 3 9 0,33333
2013 0 6 0,00000
2014 0 6 0,00000
24 RDTX 2015 2 6 0,33333
2016 2 6 0,33333
2017 2 6 0,33333
2013 3 8 0,37500
2014 3 8 0,37500
25 RODA 2015 4 9 0,44444
2016 4 9 0,44444
2017 4 9 0,44444
2013 2 10 0,20000
2014 2 11 0,18182
26 SCBD 2015 2 11 0,18182
2016 2 11 0,18182
2017 1 9 0,11111
2013 1 7 0,14286
2014 1 7 0,14286
27 SMDM 2015 1 7 0,14286
2016 1 7 0,14286
2017 2 8 0,25000
2013 3 12 0,25000
2014 3 13 0,23077
28 SMRA 2015 3 12 0,25000
2016 3 12 0,25000
2017 3 12 0,25000
MEAN 0,15699
STD. DEVIASI 0,11737
MAKSIMUM 0,50000
MINIMUM 0,00000
Keterangan: = Minimum = Maksimum
129
Lampiran 3
Kode
No Perusahaan 2013 2014 2015 2016 2017
1 APLN 1 1 1 1 1
2 ASRI 0 0 0 0 0
3 BAPA 0 0 0 0 0
4 BEST 0 0 0 0 0
5 BKSL 0 0 0 0 0
6 BSDE 0 0 0 0 0
7 CTRA 1 1 1 1 1
8 DART 1 1 1 1 1
9 DILD 0 0 0 0 0
10 DUTI 0 0 0 0 0
11 GAMA 0 0 0 0 0
12 GMTD 0 0 0 0 0
13 GPRA 0 0 0 0 0
14 GWSA 1 1 1 1 1
15 JRPT 0 0 0 0 0
16 KIJA 0 0 0 0 0
17 LPCK 0 0 0 0 0
18 LPKR 0 0 0 0 0
19 MKPI 0 0 0 0 0
20 MTLA 1 1 1 1 1
21 PLIN 1 1 1 1 1
22 PUDP 0 0 0 0 0
23 PWON 1 1 1 1 1
24 RDTX 0 0 0 0 0
25 RODA 0 0 0 0 0
26 SCBD 0 0 0 0 0
27 SMDM 0 0 0 0 0
28 SMRA 1 1 1 1 1
MEAN 0,28571 0,28571 0,28571 0,28571 0,28571
MAXIMUM 1 1 1 1 1
MINIMUM 0 0 0 0 0
STD. DEV 0,46004 0,46004 0,46004 0,46004 0,46004
Keterangan: = KAP Big Four = KAP non Big Four
130
Lampiran 4
131
(lanjutan)
8 DART 2013 4.768.449.638.000 29,19304
2014 5.114.273.658.000 29,26306
2015 5.739.863.241.000 29,37846
2016 6.066.257.596.000 29,43376
2017 6.360.845.609.000 29,48118
9 DILD 2013 7.526.470.401.005 29,64945
2014 9.004.884.010.541 29,82879
2015 10.288.572.076.882 29,96205
2016 11.840.059.936.442 30,10251
2017 13.097.184.984.411 30,20342
10 DUTI 2013 7.473.596.509.696 29,64240
2014 8.024.311.044.118 29,71350
2015 9.014.911.216.451 29,82990
2016 9.692.217.785.825 29,90234
2017 10.575.681.686.285 29,98958
11 GAMA 2013 1.290.583.599.639 27,88612
2014 1.390.092.733.576 27,96039
2015 1.336.562.720.363 27,92112
2016 1.344.868.368.117 27,92732
2017 1.402.556.223.275 27,96932
12 GMTD 2013 1.307.846.871.186 27,89940
2014 1.524.317.216.546 28,05257
2015 1.273.990.253.786 27,87318
2016 1.229.172.450.340 27,83736
2017 1.242.714.753.944 27,84832
13 GPRA 2013 1.332.646.538.409 27,91819
2014 1.517.576.344.888 28,04814
2015 1.574.174.572.164 28,08475
2016 1.569.319.030.878 28,08166
2017 1.499.462.028.211 28,03613
14 GWSA 2013 2.045.701.784.455 28,34676
2014 2.292.661.995.500 28,46073
2015 6.805.277.762.208 29,54872
2016 6.963.273.062.204 29,57167
2017 7.200.861.383.403 29,60522
15 JRPT 2013 6.163.177.866.000 29,44961
2014 6.684.262.908.000 29,53078
2015 7.578.101.438.000 29,65628
2016 8.484.436.652.000 29,76925
2017 9.472.682.688.000 29,87943
132
(lanjutan)
2013 8.255.167.231.158 29,74186
2014 8.505.270.447.485 29,77171
16 KIJA 2015 9.740.694.660.705 29,90733
2016 10.733.598.205.115 30,00440
2017 11.266.320.312.348 30,05284
17 LPCK 2013 3.854.166.345.345 28,98018
2014 4.309.824.234.265 29,09192
2015 5.476.757.336.509 29,33153
2016 5.653.153.184.505 29,36323
2017 12.378.227.000.000 30,14696
18 LPKR 2013 31.300.362.430.266 31,07465
2014 37.761.220.693.695 31,26230
2015 41.326.558.178.049 31,35253
2016 45.603.683.000.000 31,45101
2017 56.772.116.000.000 31,67007
19 MKPI 2013 2.838.815.438.871 28,67441
2014 4.316.214.269.222 29,09340
2015 5.709.371.372.467 29,37313
2016 6.612.200.867.199 29,51994
2017 6.828.046.514.843 29,55206
20 MTLA 2013 2.834.484.171 21,76513
2014 3.250.717.743 21,90214
2015 3.620.742.578 22,00994
2016 3.932.529.273 22,09255
2017 4.873.830.176 22,30715
21 PLIN 2013 4.126.804.890 22,14077
2014 4.544.932.176 22,23728
2015 4.671.089.985 22,26466
2016 4.586.569.370 22,24640
2017 4.639.436.405 22,25786
22 PUDP 2013 366.625.848.156 26,62761
2014 401.794.311.717 26,71921
2015 445.919.320.351 26,82340
2016 531.168.640.936 26,99835
2017 504.843.795.570 26,94751
23 PWON 2013 9.298.245.408 22,95309
2014 16.770.742.538 23,54290
2015 18.778.122.467 23,65596
2016 20.674.141.654 23,75215
2017 23.358.717.736 23,87424
24 RDTX 2013 1.549.674.922.146 28,06907
2014 1.643.441.092.309 28,12781
2015 1.872.158.609.529 28,25811
133
(lanjutan)
2016 2.101.753.788.854 28,37379
2017 2.280.461.717.989 28,45540
25 RODA 2013 2.750.856.730.771 28,64293
2014 3.067.688.575.340 28,75195
2015 3.232.242.644.731 28,80420
2016 3.248.743.677.749 28,80929
2017 3.548.567.553.465 28,89757
26 SCBD 2013 5.550.429.288.000 29,34490
2014 5.569.183.172.000 29,34827
2015 5.566.425.030.000 29,34777
2016 5.714.281.871.000 29,37399
2017 5.783.263.814.000 29,38599
27 SMDM 2013 2.950.314.446.000 28,71293
2014 3.156.290.546.000 28,78042
2015 3.154.581.181.107 28,77988
2016 3.098.989.165.921 28,76210
2017 3.141.680.323.403 28,77578
28 SMRA 2013 1.365.913.682.000 27,94284
2014 15.379.478.994.000 30,36406
2015 18.758.262.022.000 30,56266
2016 20.810.319.657.000 30,66647
2017 21.662.711.991.000 30,70661
MEAN 28,32150
MINIMUM 21,76513
MAXIMUM 31,67007
STANDAR DEVIASI 2,53955
Keterangan: = Minimum = Maksimum
134
Lampiran 5
Tabulasi Leverage
135
(lanjutan)
2013 1.841.771.878.000 2.926.677.760.000 62,93046
2014 1.867.445.219.000 3.246.828.439.000 57,51598
8 DART 2015 2.311.459.415.000 3.428.403.826.000 67,42086
2016 2.442.909.056.000 3.623.348.540.000 67,42131
2017 2.801.378.185.000 3.559.467.424.000 78,70217
2013 3.430.425.395.884 4.096.044.505.121 83,74971
2014 4.534.717.461.562 4.470.166.548.979 101,44404
9 DILD 2015 5.517.743.393.322 4.770.828.683.560 115,65587
2016 6.782.581.912.231 5.057.478.024.211 134,10996
2017 6.786.634.657.165 6.310.550.327.246 107,54426
2013 1.428.544.530.018 6.045.051.979.678 23,63163
2014 1.775.893.448.385 6.248.417.595.733 28,42149
10 DUTI 2015 2.183.853.143.849 6.631.058.072.602 32,93371
2016 1.899.304.756.790 7.792.913.029.035 24,37221
2017 2.240.819.998.834 8.334.861.687.451 26,88491
2013 246.242.902.476 1.044.340.697.163 23,57879
2014 298.469.478.193 1.091.623.255.383 27,34180
11 GAMA 2015 240.002.262.640 1.096.560.457.723 21,88682
2016 247.197.419.367 1.097.670.948.750 22,52018
2017 304.391.699.654 1.098.164.523.621 27,71822
2013 904.423.011.764 403.423.859.422 224,18679
2014 857.970.061.541 666.347.155.005 128,75722
12 GMTD 2015 719.732.960.562 554.257.293.224 129,85539
2016 590.431.630.191 639.758.820.149 92,28972
2017 538.877.693.247 703.837.060.697 76,56285
2013 531.728.700.484 800.917.837.925 66,38992
2014 627.610.745.487 889.965.599.401 70,52079
13 GPRA 2015 626.943.804.650 1.574.174.572.164 39,82683
2016 559.139.315.183 1.010.179.715.695 55,35048
2017 466.150.356.014 1.033.311.672.197 45,11227
2013 250.934.436.830 1.794.767.347.615 13,98145
2014 321.208.369.989 1.971.453.625.511 16,29297
14 GWSA 2015 536.331.978.128 6.268.945.784.180 8,55538
2016 478.485.384.788 6.484.787.677.416 7,37858
2017 524.360.986.056 6.676.500.397.347 7,85383
2013 3.479.530.351.000 2.683.647.514.000 129,65676
2014 3.482.331.602.000 3.201.931.306.000 108,75722
15 JRPT 2015 3.437.170.298.000 4.140.931.140.000 83,00477
2016 3.578.037.749.000 4.906.398.903.000 72,92594
2017 3.496.187.155.000 5.976.495.533.000 58,49895
16 KIJA 2013 3.843.434.033.668 4.186.031.413.817 91,81570
2014 4.069.135.357.955 4.661.836.413.817 87,28610
2015 4.762.940.390.118 4.977.754.270.587 95,68452
136
(lanjutan)
2016 5.095.107.624.314 5.638.490.580.801 90,36297
2017 5.366.080.073.786 5.900.240.238.562 90,94681
2013 2.035.080.266.357 1.819.086.078.988 111,87377
2014 1.638.364.646.389 2.671.459.587.885 61,32845
17 LPCK 2015 1.843.461.568.152 3.633.295.768.357 50,73800
2016 1.410.461.654.803 4.242.691.529.702 33,24450
2017 4.657.491.000.000 7.720.736.000.000 60,32444
2013 17.122.789.125.041 14.168.467.315.612 120,85139
2014 20.114.771.650.490 17.620.829.858.097 114,15337
18 LPKR 2015 22.409.793.619.707 18.916.764.558.342 118,46526
2016 23.528.544.000.000 22.075.139.000.000 106,58390
2017 26.911.822.000.000 29.860.294.000.000 90,12578
2013 2.880.175.893.867 1.918.709.023.847 150,11009
2014 2.154.420.021.554 2.161.794.247.668 99,65888
19 MKPI 2015 2.880.175.893.867 2.829.195.478.600 101,80194
2016 2.897.296.559.011 3.714.904.308.188 77,99115
2017 2.276.438.836.762 4.551.607.678.081 50,01395
2013 1.069.728.862 1.764.755.309 60,61627
2014 1.213.581.467 2.037.136.276 59,57292
20 MTLA 2015 1.407.525.853 2.213.216.725 63,59639
2016 1.430.126.743 2.502.402.530 57,15015
2017 1.874.477.930 2.999.352.246 62,49609
2013 1.967.052.820 2.159.752.050 91,07772
2014 2.177.800.983 2.367.131.193 92,00170
21 PLIN 2015 2.264.520.602 2.406.569.383 94,09746
2016 2.301.324.680 2.285.244.690 100,70364
2017 3.625.525.537 986.912.868 367,36025
2013 89.429.138.378 277.196.709.778 32,26198
2014 113.500.611.995 288.293.699.722 39,36979
22 PUDP 2015 135.764.536.989 310.154.783.362 43,77316
2016 201.639.122.560 329.529.518.376 61,19000
2017 170.214.821.823 334.628.973.747 50,86673
2013 5.195.736.526 4.102.508.882 126,64778
2014 8.487.671.758 8.243.070.780 102,96735
23 PWON 2015 9.323.066.490 9.455.055.977 98,60403
2016 9.964.447.854 11.019.693.800 90,42400
2017 10.567.227.711 12.791.490.025 82,61139
2013 402.415.984.925 1.147.258.937.221 35,07630
2014 291.666.592.282 1.351.774.500.027 21,57657
24 RDTX 2015 282.593.660.798 1.589.564.948.731 17,77805
2016 273.290.660.870 1.828.463.127.984 14,94647
2017 225.499.951.528 2.054.961.766.461 10,97344
137
(lanjutan)
2013 1.029.740.133.555 1.721.116.597.216 59,82977
2014 963.427.430.240 2.104.261.145.100 45,78459
25 RODA 2015 724.467.889.718 2.507.974.755.013 28,88657
2016 662.456.964.876 2.766.286.712.879 23,94752
2017 813.259.529.314 2.735.308.024.151 29,73192
2013 1.255.256.029.000 4.295.173.259.000 29,22481
2014 1.621.222.893.000 3.947.960.279.000 41,06482
26 SCBD 2015 1.787.170.403.000 3.779.254.627.000 47,28897
2016 1.592.379.580.000 4.121.902.291.000 38,63215
2017 1.472.489.392.000 4.310.774.422.000 34,15835
2013 806.129.100.000 2.144.185.386.000 37,59605
2014 948.655.591.000 2.207.634.955.000 42,97158
27 SMDM 2015 702.448.721.643 2.452.132.459.464 28,64644
2016 623.122.518.910 2.457.866.647.011 25,35217
2017 643.807.670.857 2.497.872.652.546 25,77424
2013 9.001.470.158.000 4.657.666.667.000 193,26136
2014 9.386.842.550.000 5.992.636.444.000 156,63961
28 SMRA 2015 11.228.512.108.000 7.529.749.914.000 149,12198
2016 12.644.764.172.000 8.165.555.485.000 154,85492
2017 13.308.969.928.000 8.353.742.063.000 159,31746
MEAN 77,88298
MINIMUM 7,37858
MAXIMUM 367,36025
STANDAR DEVIASI 52,69153
Keterangan: = Minimum = Maksimum
138
Lampiran 6
139
(lanjutan)
2013 60.651.706.000 240.176.803.000 0,25253
2014 87.009.706.000 495.117.812.000 0,17574
8 DART 2015 62.410.995.000 240.176.803.000 0,25985
2016 47.149.446.000 233.675.186.000 0,20177
2017 30.896.985.000 55.260.398.000 0,55912
2013 74.140.672.440 403.749.214.301 0,18363
2014 96.050.202.576 528.467.561.379 0,18175
9 DILD 2015 157.189.226 419.201.384.730 0,00037
2016 1.935.834.355 299.286.389.343 0,00647
2017 98.863.753.278 172.672.760.091 0,57255
2013 97.309.514.256 854.167.951.046 0,11392
2014 99.475.459.546 801.116.897.865 0,12417
10 DUTI 2015 930.336.534 671.879.833.281 0,00138
2016 3.724.457.750 844.375.081.766 0,00441
2017 4.366.075.250 653.012.273.229 0,00669
2013 5.087.920.438 25.225.421.679 0,20170
2014 7.097.549.365 54.380.102.335 0,13052
11 GAMA 2015 5.364.137.520 10.344.244.044 0,51856
2016 68.891.670 1.198.836.967 0,05747
2017 81.897.554 348.332.472 0,23511
2013 15.277.424.710 107.122.701.371 0,14262
2014 15.977.839.254 135.978.034.837 0,11750
12 GMTD 2015 934.088.360 119.428.639.360 0,00782
2016 591.738.150 87.506.296.666 0,00676
2017 573.206.556 68.803.466.028 0,00833
2013 24.005.730.756 130.517.196.097 0,18393
2014 6.622.033.775 128.223.105.923 0,05164
13 GPRA 2015 937.789.243 73.831.113.410 0,01270
2016 335.432.750 47.331.202.523 0,00709
2017 644.174.321 37.960.260.759 0,01697
2013 9.951.130.456 154.311.440.690 0,06449
2014 17.539.215.447 189.284.579.927 0,09266
14 GWSA 2015 524.660.965 1.269.114.136.974 0,00041
2016 4.962.712.750 2.152.111.556.267 0,00231
2017 2.071.958.500 190.572.390.596 0,01087
2013 85.394.878.000 631.664.497.000 0,13519
2014 108.065.648.000 822.596.711.000 0,13137
15 JRPT 2015 6.841.091.000 876.618.269.000 0,00780
2016 9.630.694.000 1.027.479.880.000 0,00937
2017 45.226.315.000 1.162.352.423.000 0,03891
2013 99.424.934.124 204.165.205.511 0,48698
16 KIJA 2014 165.800.591.093 559.855.804.472 0,29615
2015 13.614.492.322 345.057.155.483 0,03946
140
(lanjutan)
141
(lanjutan)
2013 30.369.594.595 407.176.399.484 0,07459
2014 25.336.210.000 542.893.826.228 0,04667
25 RODA 2015 12.495.410.722 467.146.662.558 0,02675
2016 3.276.669.726 64.428.855.617 0,05086
2017 16.637.191.111 24.060.421.218 0,69148
2013 149.048.213.000 1.903.572.424.000 0,07830
2014 94.880.702.000 226.423.718.000 0,41904
26 SCBD 2015 42.760.848.000 202.116.666.000 0,21157
2016 23.568.084.000 170.825.759.000 0,13797
2017 36.542.101.000 262.869.874.000 0,13901
2013 15.882.120.000 42.353.329.000 0,37499
2014 17.379.342.000 61.418.891.000 0,28296
27 SMDM 2015 1.568.662.568 76.808.457.570 0,02042
2016 136.215.446 20.293.655.258 0,00671
2017 673.934.440 20.411.316.085 0,03302
2013 223.537.093.000 1.319.425.341.000 0,16942
2014 296.582.240.000 1.684.099.144.000 0,17611
28 SMRA 2015 1.928.934.000 1.066.008.873.000 0,00181
2016 11.088.966.000 616.139.824.000 0,01800
2017 7.421.890.000 539.859.503.000 0,01375
MEAN 0,11607
MINIMUM 0,00006
MAXIMUM 0,75218
STANDAR DEVIASI 0,13884
Keterangan: = Minimum = Maksimum
142