Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

MATERI SURGA LOKA DAN NERAKA LOKA

OLEH :

NI KETUT SATIA WATI (28)


NI KETUT LINDAYANI (27)
KOMANG WAHYUDI (21)
LUH LINDA KRISTIANI (22)
KADEK SUARIA DANA (13)

KELAS 7 A
SMP NEGERI 3 SUKASADA
2019
Surga Neraka dan Struktur Dasar Alam Semesta

Disebutkan bahwa orang dapat mencapai Surga atau Neraka sebagai hasil
segala kegiatan mereka. Hal ini terjadi berdasarkan kombinasi karma yang telah
dikumpulkan oleh seseorang dan sesuai dengan sifat-sifat alam (guna) tertentu
yang ia miliki.
Pertama-tama, kitab-kitab Veda setuju sistem planet Bumi ini merupakan
sistem planet pertengahan di alam semesta. Dari sini seseorang dapat naik ke
planet-planet Surgawi atau turun ke planet-planet Neraka. Seluruhnya, alam
semesta ini tersusun atas empat belas susunan sistem planet, dan seperti halnya
kita telah lahir di planet Bumi ini, kita dapat juga meningkatkan diri dengan
kegiatan-kegiatan kita untuk lahir di setiap berbagai susunan planet baik yang di
atas maupun yang di bawah. Untuk lebih memahami bagaimana semua hal ini
terjadi, pertama kita harus mengerti dimanakah Surga dan Neraka berada di dalam
alam semesta ini.

Struktur Dasar Alam Semesta

Dalam penjelasannya, kitab-kitab Veda mengumpamakan alam semesta


(jagat raya) materiil sebagai sebuah awan dalam sebuah sudut Angkasa rohani
(dunia rohani)·. Di dalam awan ini ada alam semesta yang jumlahnya tak
terhitung. Setiap alam semesta ditutupi oleh sebuah cangkang yang terbuat dari
unsur-unsur materiil, yang menjadikan sisi dalamnya sepenuhnya gelap kecuali di
daerah sinar matahari. Srimad Bhagavatam (3.11.41) menjelaskan: “Lapisan-
lapisan unsur yang menutupi alam semesta, masing-masing sepuluh kali lebih
tebal dari lapisan sebelumnya, dan kumpulan seluruh alam semesta bersama-sama
kelihatan bagai atom-atom dalam kombinasi yang besar.”
Berdasarkan literatur Veda, Matahari terletak di bagian pertengahan.
Seperti diuraikan dalam Srimad Bhagavatam (5.20.43-46): “Matahari berada di
pertengahan alam semesta, yaitu di wilayah ruang (antariksha) antara Bhurloka
dan Bhuvarloka. Planet Matahari membagi segala arah alam semesta. Karena
kehadiran mataharilah kita dapat mengerti apa itu angkasa, apa itu planet-planet
yang lebih tinggi, dan apa itu dunia ini
Kitab-kitab Veda sering menguraikan berbagai jenis planet dengan sebutan
Dvipa atau Varsha, yang berarti ’pulau’ dan ’pelindung’ bagi banyak makhluk
hidup, di dalam samudra luas ruang angkasa ini. Planet Bumi yang berada di
tengah ”sistem perplanetan”, disebut Bharata-varsha atau Jambudvipa. Kitab
Srimad Bhagavatam (5.20.3-42) menguraikan enam dvipa ’pulau’ (baca: planet)
utama lainnya di atas Jambudvipa. Planet-planet itu adalah:
- Plaksadvipa lalu Salmalidvipa.
- Diatasnya ada Kusadvipa, atau ”planet” Bulan.
- Di atas Kusadvipa ada Krauncadvipa yang memiliki lebar atau diameter
12.800.000 mil.
- Diatasnya ada planet Sakadvipa, merupakan planet bagi orang-orang saleh,
yang mana para penduduknya melaksanakan pranayama dan yoga-mistis
(mistic yoga), dan dalam Samadhi memuja Penguasa Tertingi dalam wujud
Vayu.
- Planet berikutnya adalah Puskaradvipa atau Brahma-loka, berdiameter
51.200.000 mil. Planet ini memiliki samudra berisi air yang sangat lezat.
Di planet ini ada bunga padma raksasa dengan 100.000.000 kelopak bunga
dari emas murni ’pure golden petals’, seterang nyala api. Bunga ini
dianggap tempat duduknya Dewa Brahma, makhluk hidup yang paling
perkasa di alam semesta dan oleh karena itu kadang-kadang disapa dengan
sebutan Bhagavan. Penduduk planet ini memuja Yang Kuasa yang
diwakili oleh Dewa Brahma. Di tengah pulau/planet ini ada gunung besar
yang bernama Manasottara, yang memiliki batas antara sisi dalam dan sisi
luar pulau itu. Lebar dan tinggi gunung itu adalah 80.000 mil.

Di gunung itu, di keempat arahnya, merupakan markas-markas kediaman


para dewa seperti Dewa Indra. Di dalam kereta Dewa-Matahari, sang matahari
menjelajahi puncak gunung itu di dalam sebuah orbit yang bernama,
- Samvatsara, melingkari Gunung Meru. Jalur matahari di sebelah utara
disebut Uttarayana.
- Jalurnya disebelah selatan disebut Daksinayana. Satu sisi (enam bulan,
musim panas kita) mewakili satu siang bagi para dewa, dan sisi yang lain
(enam bulan, musim dingin kita) mewakili malam para dewa. Dengan cara
demikian, kita dapat mengerti bahwa satu tahun kita tak lain adalah sehari
bagi para dewa. Oleh karena itu, hidup mereka sangat panjang, hampir
seperti kekal jika dibandingkan dengan hidup kita di Bumi. Itulah
mengapa beberapa agama mengatakan kehidupan di Surga adalah kekal.

Tidak perlu dikatakan, ini merupakan sebagian uraian tentang ”planet-


planet atas” dan letak planet-planet (loka) ini seperti yang diuraikan oleh para
mistikus dalam literatur Veda. Tetapi, seperti dengan mudah kita mulai dapat
lihat, hanya orang-orang yang saleh dan maju secara spiritual dapat memasuki
planet-planet Surga yang lebih tinggi ini. Oleh karena itu, mereka yang kurang
beriman dan tidak bertuhan hanya dapat memasuki ”planet-planet bawah.”
Srimad Bhagavatam (5.24.1-6) menjelaskan bahwa di bawah ”planet-planet atas”-
- ‘higher planets’ ini, namun masih di atas Bumi, ada planet-planet yang lain,
yaitu mulai dari:
- planet Rahu yang berjarak 80.000 mil di bawah matahari. Planet ini
bergerak bagaikan salah satu bintang namun ia merupakan sebuah planet
gelap dan tak terlihat; yang mana, keberadaannya dapat dilihat kadang-
kadang ketika ada sebuah gerhana.
- Di bawah rahu 80.000 mil lagi ada planet-planet yang bernama Siddhloka
(dimana hidup para Siddha, atau makhluk-makhluk yang secara alamiah
memiliki kesempurnaan mistis, seperti bisa terbang dari satu planet ke
planet lain tanpa memakai mesin.
- Caranaloka (dimana hidup para Carana atau para makhluk mirip minstrel
’penyanyi atau penyair pengelana’).
- Gandharvaloka (dimana hidup para Gandharva atau makhluk ’malaikat’
bersayap).
- Vidyadharaloka (dimana hidup para Vidyadhara, makhluk-makhluk halus
yang menguntungkan, yang amat cantik dan bijaksana). Di bawah planet-
planet ini merupakan tempat kenikmatan untuk para Yaksha (makhluk-
makhluk halus misterius yang sering mengunjungi sawah-sawah dan
hutan-hutan), para Rakshasha (makhluk raksasa yang mengembara tiap
malam, dan juga membentuk kapal dan dapat mengambil wujud seperti
anjing, burung hering, burung hantu, orang kerdil, dan lain-lain). Para
Pishaca (makhluk-makhluk iblis yang makan daging, dapat merasuki
orang-orang dan berkumpul di kuburan atau tempat crematorium dengan
hantu lainnya), dan makhluk lainnya seperti hantu dan yang lainnya.
- Di bawah planet-planet yang gelap dan tak terlihat ini, sekitar ratusan mil
adalah planet Bumi.

Di bawah Bumi ada tujuh planet lainnya, yang bernama


- Atala,
- Vitala,
- Sutala,
- Talatala,
- Mahatala,
- Rasatala dan,
- Patala.
Di tujuh sistem planet ini, yang juga terkenal dengan nama ”Surga Bawah” (bila-
svarga), ada rumah-rumah, taman-taman dan tempat kenikmatan indrawi yang
sangat indah, dan bahkan lebih mewah dibanding planet-planet diatas karena para
raksasa memiliki standar kenimatan sensual yang sangat tinggi. Sebagian besar
para penduduk planet-planet ini menikmati hidup tanpa gangguan. Demikianlah
mereka dapat dimengerti sangat terikat kepada kebahagian ilusif.” (Bhag. 5.24.87-
9)
Selanjutnya Bhagavatam menjelaskan planet dibawah
- Atala adalah planet Vitala, dimana Dewa Shiva tinggal dengan rekan-
rekan pribadinya, para hantu dan makhluk sejenisnya.
- Planet dibawahnya adalah Sutala dimana Bali Maharaj tinggal bahkan
sampai sekarang.
- Di bawah Planet Sutala adalah Planet Talatala, yang diperintah oleh
raksasa Danava bernama Maya. Maya dikenal sebagai Acharya 9 guru dari
semua Mayavi (penyihir), yang dapat mengundang kekuatan sihir.
- Planet dibawah Talatala bernama Mahatala. Planet ini adalah kediaman
ular berkepala banyak, keturunan Kadru, yang selalu suka marah.
- Di bawah Mahatala ada planet bernama Rasatala, yang merupakan tempat
putera-putera raksasa dan keturunan Diti dan Danu. Mereka sangat perkasa
dan kejam dan semuanya merupakan musuh para dewa.
- Di bawah Rasatala ada sistem planet lain yang bernama Patala atau
Nagaloka, dimana banyak ada ular raksasa. Pemimpin mereka adalah
Vasuki. Mereka semua sangat pemarah, dan mereka memiliki banyak
kepala. Kepala-kepala ini dihiasi dengan permata-permata berharga, dan
cahaya yang memancar dari permata-permata ini menyinari semua system
planet di bila-svarga ”Surga Bawah”.
- Tepat 240.000 mil di bawah Planet Patala tinggal salah satu inkarnasi
Tuhan Yang Maha Kuasa. Dia adalah Ekspansi Sri Vishnu yang bernama
Sri Ananta atau Sri Sankarsana. Sri Sankarana merupakan lautan sifat-
sifat rohani yang tidak terbatas, sehingga Dia juga disebut Anantadeva.
Dia tidak berbeda dengan Tuhan Yang Maha Esa sendiri. Untuk
kesejahteraan semua Makhluk hidup di dunia materiil, Dia bersedia tinggal
disana, menahan kemarahan dan intoleran-Nya. Pada waktu peleburan
(kiamat), Ketika Sri Anantadeva ingin menghancurkan seluruh cipataan,
Dia menjadi sedikit marah. Kemudian dari kedua alis-Nya muncul Rudra
bermata tiga, membawa trisula. Rudra ini merupakan ekspansi dari Dewa
Shiva, muncul dengan tujuan menghancurkan seluruh ciptaan.

Srimad Bhagavatam menguraikan bahwa tidak ada akhir bagi keagungan dan
kebesaran sifat-sifat Sri Anantadeva Yang Perkasa. Tentu saja, Kekuatan Sri
Anantadeva tidak terbatas. Meskipun Dia Self-Sufficient, Namun Dia Sendiri
merupakan penyangga segala sesuatu. Sri Anantadeva berada di bawah sistem
planet paling bawah di atas lautan Garbhodaka dan dengan mudah menopang
seluruh alam semesta.
Di atas kediaman Sri Anantadeva, di pertengahan ruang antara tiga-dunia dan
lautan luas Garbhodaka yang memenuhi bagian bawah alam semesta, merupakan
tempat dimana planet-planet Neraka berada. Planet-planet Neraka ini berada di
bagian selatan alam semesta, di bawah Bhu-mandala, dan sedikit di atas air lautan
Garbhodaka. Pitriloka, planet para leluhur, juga terletak di wilayah antara lautan
Garbhodaka dan sistem planet paling bawah. Semua penduduk Pitriloka, dipimpin
oleh Agnisvatta, bermeditasi di dalam Samadhi yang khusuk kepda Tuhan Yang
Maha Esa dan selalu mengharapkan keluarganya baik-baik saja.

Uraian tentang Neraka


Planet-planet Neraka merupakan tujuan bagi mereka yang berajal untuk
mengalami penderitaan sebagai pahala (hasil) atas segala kegiatan mereka yang
jahat dan keji, tentu saja jika orang bisa memilih sendiri, apakah mereka akan
pergi ke Neraka atau tidak, maka tak seorang pun akan memilih pergi kesana.
Tapi sayangnya kita tidak bisa memilih, dan hal ini tergantung pada otoritas-
otoritas yang lebih tinggi, yang menyaksikan dan menghakimi segala tindakan
kita. Ada kesalahpahaman umum diantara banyak orang bahwa sepanjang apa
yang kita lakukan tidak membahayakan seseorang atau tidak terilihat siapapun,
maka kita bebas melakukan segala hal yang kita inginkan. Namun kitab Veda
menekankan bahwa, “Matahari, api, angkasa, udara, para dewa, bulan, senja,
malam, siang, segala arah, air, tanah, dan Roh Yang Utama (Paramatma) Sendiri
semuanya menyaksikan segala kegiatan makhluk hidup.” (bhag.6.1.42) menurut
saksi-saksi ini, makhluk hidup tidak dapat pergi kemanapun dimana tidak ada
yang melihat apa yang dilakukannya.
Yamaraja merupakan Dewa Penguasa planet-planet Neraka dan pengatur
akhirat bagi mereka yang ditakdirkan untuk menghuni Neraka ini (wilayah alam-
semesta yang lebih gelap). Srimad Bhagavatam menguraikan bahwa Yamaraja
tinggal di Pitriloka bersama pelayan-pelayan pribadinya dan sambil menerapkan
aturan dan peraturan yang ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, memiliki
agen-agen yang bernama Yamadhuta (para bala tentara Yamaraja), menyeret
semua orang-orang berdosa kehadapan Yamaraja segera setelah seseorang
meninggal. Setelah Para Yamadhuta membawa orang-orang berdosa itu ke
pengadilan Yamaraja, beliau menghakimi meraka secara pantas sesuai kegiatan
dosa tertentu yang dilakukannya dan mengirim mereka ke salah satu planet-planet
Neraka untuk hukuman yang cocok.
“Beberapa otoritas mengatakan bahwa ada total 21 planet Neraka, dan
beberapa mengatakan 28. Nama-nama planet Neraka itu adalah: Tamisra,
Andhatamisra, Raurava, Maharaurava, Kumbhipaka, Kalasutra, Asipatravana,
Sukaramukha, Andhakupa, Krmibhojana, Sandamsa, Taptasurmi, Vajrakanttaka-
salmali, Vaitrani, Puyoda, Pranarodha, Visasana, Lalabhaksa, Sarameyadana,
Avici, Ayahpana, Ksarakardama, Raksogana-bhojana, Sulaprota, Dandasuka,
Avatanirodhana, Paryavartana da Sucimukha. Semua planet-planet Neraka ini
dimaksudkan sebagai tempat hukuman bagi makhluk hidup.” (Bhag. 5.26.7)
Diseluruh literatur Veda, khususnya di dalam kitab-kitab Purana, ada uraian
mengenai planet-plnaet Neraka ini. Kami hanya akan memasukan sebagian kecil
dari uraian-uraian ini agar tidak membuat bab ini terlalu panjang, tetapi sekurang-
kurangnya kita dapat melihat tempat semacam apakah Neraka itu dan orang-orang
macam apa saja yang diangkut kesana.
“Seseorang yang mengambil alih istri sah, anak-anak atau uang orang lain
diseret pada saat kematian, oleh Yamadhuta yang menakutkan, yang mengikatnya
dengan tali waktu dan melemparkannya dengan paksa ke dalam planet-planet
Neraka yang bernama Tamisra. Di planet yang gelap ini, orang-orang berdosa di
hukum oleh para Yamadhuta, yang memukuli dan memarahinya. Dia menderita
kelaparan, dan ia tidak diberikan air untuk diminum. Demikianlah para asisten
Yamaraj yang penuh murka, membuatnya menderita, dan kadang-kadang ia jatuh
pingsan menerima berbagai siksaan mereka.” (Bhag.5.26.8).
“Di dalam kehidupan ini, orang-orang melakukan kekerasan terhadap para
makhluk hidup. Oleh karena itu, setelah kematian, ketika ia diseret ke Neraka oleh
Yamaraj, para makhluk hidup itu yang dulu ia sakiti muncul sebagai binatang
yang bernama ruru untuk memberikan rasa yang amat sakit padanya. Orang
terpelajar menyebut Neraka ini Raurava. Hewan ini tak dapat kita lihat di Bumi,
ruru ini memiliki sifat lebih iri daripada ular.” (bhag.5.26.11)
Setiap orang dapat melihat bahwa ada orang-orang yang memiliki
mentalitas Raksasa/iblis dan bersenang-senang dengan menyakiti makhluk lain
tanpa rasa adil (justiable). Orang yang melakukan kekerasan seperti itu akan
diseret ke Neraka yang bernama Raurava, dimana para makhluk hidup yang telah
mereka sakiti di masa lalu mengambil wujud sebagai ruru dan memberikan
penderitaan yang luar biasa kepada mereka, seperti dijelaskan dalam ayat berikut:
“Hukuman di Neraka yang bernama Maharaurava adalah wajib bagi orang
yang memelihara badannya dengan menyakiti makhluk hidup lainnya. Di Neraka
ini, ada hewan Ruru yang dikenal dengan nama Krayavada menyiksa dan
memakan dagingnya. Untuk pemeliharaan badan mereka dan untuk kepuasan
lidah mereka, Orang-orang jahat memasak hidup-hidup hewan-hewan dan
burung–burung lemah. Orang-orang seperti itu dikutuk bahkan oleh pemakan
manusia sekalipun. Pada kehidupan mereka kemudian, mereka diseret oleh para
Yamadhuta ke Neraka yang bernama kumbhipaka, dimana mereka dimasukkan ke
dalam minyak yang mendidih.” (Bhag. 5.26.12-13)
“Seorang pembunuh Brahmana[2] dimasukkan ke Neraka yang bernama
Kalasutra, yang memiliki garis tengah 80.000 mil dan seluruhnya terbuat dari
tembaga. Dipanasi dari bawah oleh api dan dari atas oleh Matahari yang
membara, permukaan tembaga planet ini sangat panas sekali. Demikianlah para
pembunuh Brahmana menderita terbakar baik dari dalam maupun dari luar. Dari
dalam ia terbakar oleh rasa lapar dan haus, dan dari luar dia terbakar oleh panas
matahari dan api yang berada di bawah permukaan tembaga. Oleh karena itu,
kadang-kadang mereka terbaring, kadang duduk, kadang-kadang berdiri, dan
kadang-kadang berlari kesana kemari. Dia harus menderita seperti ini selama
ribuan tahun sebanyak rambut yang ada di tubuh seekor hewan ” (Bhag. 5.26.14)
“Di dalam kehidupan yang akan datang, seorang raja atau wakil
pemerintah yang berdosa, yang menghukum orang yang tidak berdosa, atau yang
memberikan hukuman pada badan seorang brahmana, diseret oleh Yamadhuta ke
Neraka yang bernama Sukharamuka, dimana asisten Yamaraj yang paling perkasa
menghancurkannya, percis seperti orang meremas tebu untuk mendapatkan
airnya. Para makhluk hidup yang berdosa menangis dengan menyedihkan dan
akhirnya pingsan, sama seperti seorang manusia yang tidak berdosa menjalani
hukuman. Ini adalah akibat dari menghukum orang yang tidak bersalah.” (bhag.
5.26.16)
“Seseorang, tanpa adanya keadaan darurat (in the absence of emergency),
merampok seorang Brahmana atau bahkan orang lain (yang bukan Brahmana
sekalipun) dan mengambil permata (atau benda-benda berharga)-nya dan emas,
ditempatkan ke dalam Neraka bernama Sandamsa. Di sana kulitnya dilapisi dan
dipisahkan oleh bola-bola dan jepitan besi merah panas, maka keseluruhan
badannya terpotong menjadi berkeping-keping.” (Bhag. 5.26.19)
Kesedihan orang-orang tua yang tidak punya uang dan kelaparan dan
hanya bergumul dari hari ke hari hanya untuk bertahan hidup. Dalam banyak
kasus, salah satu alasan mereka tidak memiliki kebutuhan uang lagi, untuk
merawat diri mereka lebih baik adalah karena mereka telah dirampok, bukan satu
dua kali, tetapi berulang kali. Situasi ini menjadikan mereka sangat sulit untuk
menghabiskan hari-hari terakkhir masa tua mereka dengan kedamaian dan
kebahagiaan. dari ayat di atas, kita dapat belajar bahwa para pencuri yang
mencuri, mencoleng, dan juga memukul penduduk yang tidak bersalah demi
kesenangan sendiri berakhir di Neraka yang bernama Sandamsa. Para Kriminal
ini mungkin bisa lolos dari hukum setempat, tetapi mereka tidak akan pernah lolos
dari hukum alam yang ditetapkan oleh Tuhan. Pada waktu kematian, Kriminal-
kriminal itu dengan segera diseret oleh tentara Yamaraja dan dihukum dengan
mengupas kulit mereka dengan jepitan besi panas. Jika semua pencuri tahu nasib
seperti itu menantinya setelah kematian atas penderiataan yang ia timbulkan pada
yang lainnya, dia tidak akan melanjutkan kegiatan semacam itu.
“Seorang laki-laki atau wanita yang terlibat dalam hubungan seksual
dengan pasangan tidak sah, dihukum setelah kematiannya oleh para asisten
Yamaraja di Neraka yang bernama Taptasurmi. Disanalah laki-laki dan wanita
yang melakukan kesalahaan itu, dipukul dengan cambuk. Sang laki-laki dipaksa
untuk memeluk besi merah panas yang berbentuk wanita. Dan yang wanita
dipaksa untuk memeluk besi yang sama namun berbentuk laki-laki. Itulah
hukuman bagi seks yang tidak sah.” (Bhag. 5.26.20)
Hukuman-hukuman di planet-planet Neraka kedengarannya sangat kejam,
namun seseorang menjadi kapok dan menyesal dengan menderita sambil
mengingat kegiatan–kegiatan berdosa masa lalunya (Ketika mendapat hukuman di
sana-ed). Seseorang seperti itu mungkin masih membawa penderitaannya yang
mendalam di alam bawah sadar mereka pada (sampai) kehidupan selanjutnya dan
dapat menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan yang sama di masa
mendatang.
“Di wilayah kekuasaan Yamaraja, ada ratusan dan ribuan planet-planet
Neraka. Orang-orang tidak saleh seperti yang telah saya sebutkan-dan yang tidak
saya sebutkan—semuanya harus masuk ke berbagai planet-planet ini sesuai
dengan tingkat ketidaksalehan mereka. Mereka yang saleh, bagaimana pun juga,
memasuki sistem planet yang lain, planet-planet para dewa. Namun, baik yang
saleh maupun yang tidak saleh, kedua-duanya juga akan dibawa ke Bumi setelah
segala pahala kegiatan saleh atau tidak saleh mereka habis.” (bhag. 5.26.37)
Dari ayat ini, kita dapat mengerti bahwa Neraka bukanlah sebuah tempat
dimana kita dihukum secara abadi. Neraka hanyalah tempat untuk menerima
reaksi-reaksi tertentu dari suatu kegiatan jahat. Namun, sesuai dengan intensitas
penderitaan, maka seolah-olah kelihatannya kekal. Setelah setelah reaksi dari
segala kegiatan-kegiatan habis dinikmati, orang itu umumnya kembali memasuki
atmosfer Bumi untuk memulai lagi. Kemudian dia dapat melanjutkan
mengembara lagi ke berbagai tingkat sistem planet, atau berbagai spesies
kehidupan, sampai secara bertahap, ia mengalami berbagai aspek eksistensi
material, dari planet-planet paling bawah sampai planet-planet Surga.
Bagaimanapun juga, kita harus mengetahui bahwa mengembara terus-menerus ke
berbagai sistem planet, atau ke berbagai spesies kehidupan, bukanlah cara untuk
mendapatkan kebahagian sejati. Kebahagian yang selalu kita rindukan berada
diluar jangkauan alam material ini baik dari atas sampai bawah, atau Surga
Neraka yang bersifat sementara di dunia ini.

Anda mungkin juga menyukai