PENDAHULUAN
mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan. Oleh karena, itu perlu
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan masyarakat. Untuk itu
lama (drug oriented) menjadi paradigma baru (patient oriented) dengan filosofi
dituntut untuk bergabung dalam tim medis secara langsung terjun ke Ruang
pemberian Obat kepada pasien, memberi informasi kepada perawat tentang obat
konsultasi kepada dokter tentang pemilihan terapi Obat dan regimennya untuk
pasien tertentu, serta memberikan konseling Obat pada pasien (Depkes RI, 2004).
1
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat
mencegah masalah terkait obat. Proses asuhan pasien tersebut mencakup tiga
(Schwinghammer, 2009).
harus membangun tim kerja yang baik dengan menghormati kode etik masing-
masing profesi. Farmasis dituntut untuk dapat melakukan kunjungan ke RPP baik
mandiri maupun berkolaborasi dengan profesi kesehatan lain. Selain itu, farmasis
harus mampu berkomunikasi dan berdiskusi dengan dokter, perawat, dan profesi
kesehatan lain, serta pada pasien dan keluarga untuk membahas tentang
pencapaian terapi obat pasien yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2011).
dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan visite adalah menilai rasionalitas obat
farmakologi terapetik, menilai kemajuan pasien dan bekerja sama dengan tenaga
2
kesehatan lain. Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi
obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien.
mahasiswa calon apoteker perlu diberi pembekalan dalam bentuk Praktik Kerja
Profesi (PKP) di rumah sakit. PKP di rumah sakit menerapkan salah satu praktik
Pakam. Studi kasus yang diambil adalah AML (Acute Monoblastic Leukemia).
1.2 Tujuan
Monoblastic Leukemia)