Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Perilaku Merokok”. Tak lupa
shalwat serta salam, semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad
SAW, para keluarganya, sahabat-sahabtanya, tabit-tabiitnya sampai pada kita selaku
umatnya.
Makalah ini merupakan tugas yang disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah
Kepemimpinan di Universitas Halu Oleo. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak
mendapatkan kendala, namun berkat bantuan dari banyak pihak dalam maupun innformasi
maka makalah ini dapat diselesaikan.
Dengan segala kerendahan hati, penulis siap menerima saran maupun kritik yang
konstruktif dari siapapun. Walaupun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Data
Jumlah perokok aktif di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat
dan sebagian besar adalah pada usia pekerja (15-55 tahun) yang bekerja di sektor
formal dan informal. Selain itu telah terjadi peningkatan jumlah dalam hal umur
pertama kali orang merokok. Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya
bagi kesehatan, tetapi masih banyak orang yang melakukannya, bahkan orang mulai
merokok ketika dia masih remaja. Menurut Riskesdas 2010, umur pertama kali
merokok pada usia 5-9 tahun sebesar 1,7%, pada usia 10-14 tahun 17,5%, pada usia
16-19 tahun sebesar 43,3%, pada usia 20-24 tahun sebesar 14,6%, pada usia 25-29
tahun sebesar 4,3% dan pada usia >30 tahun sebesar 3,9%.
PEMBAHASAN
2.1.2 Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga
120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang
berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok di bakar pada salah satu
ujungnya dan di biarkan membara agar asapnya dapat di hirup lewat mulut
pada ujung lainya.
Ketika rokok dihisap, maka komposisi rokok akan pecah menjadi
komponen lainya, seperti komponen yang cepat menguap akan menjadi asap
bersama-sama dengan komponen lainya terkondensasi. Maka komponen asap
rokok yang dihisap oleh perokok terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian
partikel (15%). Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia,
dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan
kanker), dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun
utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida (CO). Selain itu,
dalam sebatang rokok juga mengandung bahan-bahan kimia lain yang tak
kalah beracunnya. Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Nikotin
Komponen ini paling banyak di jumpai di dalam rokok, nikotin
yang terkandung di dalam asap rokok antara 0,5-3 ng, dan semuanya
diserap sehingga di dalam cairan darah atau plasma antara 40-50 ng/ml.
Nicotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat
dalam Nicotoana tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainya yang
sintesisnya bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan.
2. Karbon monoksida (CO)
Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak
memiliki bau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna
dari unsur zat arang atau karbon. Gas karbon monoksida bersifat toksis
yang bertentangan dengan oksigen dalam transport maupun penggunaanya.
3. Tar
Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin
dan uap air diasingkan. Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon
aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan tar yang
beracun ini, sebagian dapat merusak sel paru karena dapat lengket dan
menempel pada jalan nafas dan paru-paru sehingga mengakibatkan
terjadinya kanker.
4. Timah hitam (Pb)
Timah hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok (isi 20
batang) yang habis di hisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug.
Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh
adalah 20 ug per hari.
5. Amoniak
Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari
nitrogen dan hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang begitu
kerasnya racun yang ada pada amonia sehingga jika masuk sedikit pun ke
dalam peredarah darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.
6. Hidrogen Sianida (HCN)
Hidrogen sianida merupakan sejenis zat yang tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan,
mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernafasan dan
merusak saluran pernafasan.
7. Nitrous oxide
Nitrous oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila
terhisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan menyebabkan
rasa sakit.
8. Fenol
Fenol adalah campuran dari kristal yang di hasilkan dari distilasi
beberapa zat organik seperti kayu dan arang.
Menurut Silvan & Tomkins (Mu’tadin, 2002) ada empat tipe perilaku
merokok berdasarkan Management of affect theory, ke empat tipe tersebut
adalah :
1. Faktor Biologis
Banyak Penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok
merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada
ketergantungan merokok. Pendapat ini didukung Aditama (1992) yang
mengatakan nikotin dalam darah perokok cukup tinggi.
2. Faktor Psikologis
Merokok Dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi,
menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa
persaudaraan, juga dapat memberikan kesan modern dan berwibawa,
sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku
merokok sulit untuk dihindari.
3. Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan
dan perhatian individu pada perokok. Seseorang akan berperilaku
merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya.
4. Faktor Demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang
merokok pada usia dewasa semakin banyak ( Smet, 1994) akan tetapi
pengaruh jenis kelamin Zaman sekarang sudah tidak terlalu berperan
karena baik pria maupun wanita sekarang sudah merokok.
5. Faktor Sosial-Kultural
Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan,
dan gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu
(Smet, 1994).
6. Faktor Sosial Politik
Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah
politik yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan
usaha melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk
mengurangi perilaku merokok. Merokok menjadi masalah yang Indri
Kemala Nasution : Perilaku Merokok Pada Remaja bertambah besar di
negara-negara berkembang seperti Indonesia ( Smet,1994 ).
2.2 Remaja
2.2.1 Pengertian Remaja
Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata
Belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa (dalam Hurlock, 1999). Istilah adolescence, seperti yang
dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan
mental, emosional, spasial dan fisik.
Piaget (dalam Hurlock, 1999), mengatakan bahwa secara psikologis
masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, usia dimana anak tidak merasa di bawah tingkat orang-orang yang
lebih tua, melainkan berada di dalam tingkatan yang sama, sekurang-
kurangnya dalam masalah hak.
Hurlock (1999), menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, di mulai saat anak secara
seksual matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.
Remaja juga didefinisikan sebagai suatu periode perkembangan dari transisi
antara masa anak-anak dan dewasa, yang diikuti oleh perubahan biologis,
kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 1998).
Sedangkan menurut Monks (1999), remaja adalah individu yang
berusia antara 12-21 tahun yang sudah mengalami peralihan dari masa anak-
anak ke masa dewasa, dengan pembagian 12-15 tahun adalah masa remaja
awal, 15-18 tahun adalah masa remaja penengahan, dan 18–21 tahun adalah
masa remaja akhir.
Sarwono (2001) menyatakan definisi remaja untuk masyarakat
Indonesia adalah menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah
dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Usia 11 tahun adalah usia di mana pada umumnya tanda-tanda seksual
sekunder mulai tampak (kriteria fisik).
b. Di banyak masyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap akil balik,
baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi
memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria seksual).
c. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan
jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identity, menurut Erick
Erikson), tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual
(menurut Freud), dan tercapainya puncak perkembangan kognitif (menurut
Piaget) maupun moral (menurut Kohlberg).
d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi
peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih
menggantungkan diri pada orang tua.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan’
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa
perokok pada umumnya dimulai pada usia remaja (diatas 13 tahun). Ada beberapa
faktor dan motif perokok, tetapi paling banyak disebabkan oleh faktor psikologis
dan juga dalam mengatasi stres, jumlah rokok yang dikonsumsi berkaitan dengan
stres yang mereka alami, semakin besar stress yang dialami, semakin banyak rokok
yang mereka konsumsi. Selain itu dampak negatif dari merokok lebih banyak
daripadadampak positif. Dampak negatif merokok dapat mendorong munculnya
jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian.
3.2 Saran
Sebaiknya pemerintah mengadakan seminar atau penyuluhan mengenai bahaya
merokok, terutama pada remaja yang duduk di bangku SMP (diatas usia 13 tahun),
karena berdasarkan penelitian yang dilakukan dan penelitian-penelitian
sebelumnya, sebagian besar remaja merokok pertama kali ketika berusia 13 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Priyoto, S.Kep, Ns. (2015). Perubahan dalam Perilaku Kesehatan “konsep dan aplikasi”.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Komasari, D. & Helmi, AF. (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja.
Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, 2. Yogyakarta:
http://www.mqmedia.com/tabloid_mq/apr03/mq_remaja_pernik.htm [on-line].
Indri Kemala Nasution : Perilaku Merokok Pada Remaja, 2007 USU Repository © 2008
Parrot, A. (2004). Does Cigarette Smoking Causa Stress? . Journal of Clinican Psychology.
Sirait, M.A. dkk (2001). Perilaku Merokok Di Indonesia. Jurnal Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Medan :Universitas Sumatera Utara
Walgito, B. (1994). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar) Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit
Andi Offset.
https://academia.edu/29640895/PERILAKU_MEROKOK_PADA_REMAJA