Anda di halaman 1dari 25

BAB V

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KINERJA


OPERATOR

5.1 PENDAHULUAN
5.1.1 Latar Belakang
Pada era modern saat ini, masyarakat yang saling berkompetisi
dalam bekerja di dalam ruangan yang sejuk dan dingin atau di luar
ruangan yang cenderung lebih panas dibandingkan dengan bekerja di
dalam ruangan. Kondisi lingkungan kerja tersebut akan mempengaruhi
kinerja yang berkaitan keefektifan dan keefisienan pekerja tersebut,
karena kondisi lingkungan kerja merupakan seluruh keadaan yang ada
di sekitar tempat kerja seperti temperatur, sirkulasi udara, kelembaban
udara, pencahayaan, getaran mekanis, kebisingan, aroma-aroma, serta
hal-hal lain yang terkait dengan lingkungan fisik. Hal ini akan sangat
mempengaruhi hasil dari pekerjaan orang tersebut, kondisi tubuh dari
pekerja tersebut akan mengalami perubahan-perubahan secara otomatis
menyesuaikan dengan lingkungan di sekitar ia melakukan pekerjaan.
Tubuh mempunyai batas untuk penyesuaian terhadap suhu di luar, batas
tersebut tidak melebihi 20 % untuk kondisi panas dan 35 % untuk
kondisi dingin. Dengan lingkungan kerja yang baik dan sesuai, maka
kinerja dari pekerja akan lebih maksimal sehingga hasil pekerjaan dapat
memuaskan. Namun sebaliknya, jika lingkungan kerja kurang baik dan
cenderung tidak sesuai dengan kondisi tubuh dari pekerja, maka kinerja
dari pekerja cenderung kurang maksimal dan akan berdampak buruk
dengan hasil pekerjaan kurang memuaskan
Oleh sebab itu, sangat diperlukan kajian lebih lanjut mengenai
penyesuaian lingkungan fisik terhadap pekerja. Untuk mempelajari
tentang kondisi lingkungan fisik, maka dilakukan beberapa percobaan
di laboratorium dengan suhu yang berbeda (dingin, normal, dan panas)
untuk mengetahui produktivitas kerja dari operator dalam menghitung
data pada tiga suhu tersebut (dingin, normal, dan panas).
5.1.2 Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan temperatur terhadap hasil
kerja.
2. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan temperatur terhadap kondisi
fisiologi kerja.
3. Menentukan tingkat temperatur yang optimal.
5.1.3 Manfaat
1. Mengetahui tingkat keseriusan dalam bekerja di kondisi tingkat
suhu tinggi.
2. Memahami dan teliti dalam pekerjaan.
3. Dapat lebih jelas mengetahui kesalahan dan kebenaran dalam
setiap pekerjaan dalam berbagai keadaan suhu ruangan.

5.2 LANDASAN TEORI

Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, tidak luput dari


kekurangan, dalam arti kata segala kemampuan dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor tersebut bisa datang dari pribadinya atau mungkin dari
pengaruh luar. Salah satu faktor yang datang dari luar dan akan dibahas dalam
kesempatan ini ialah lingkungan kerja dimana manusia melaksanakan
kegiatan. Adalah salah satu kenyataan bahwasanya lingkungan kerja
berpengaruh terhadap hasil kerja manusia. Manusia akan mampu
melaksanakan kegiatan dengan baik sehingga dicapai suatu hasil yang
optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan yang
baik.
Sebaliknya bisa dikatakan bahwa suatu kondisi lingkungan
dikatakan baik apabila dalam kondisi yang demikian manusia dapat
melaksanakan kegiatan dengan optimal, dengan sehat, aman, dan selamat.
Ketidak beresan lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu
yang lama. Lebih jauh lagi, keadaan lingkungan yang kurang baik dapat
menunutut tenaga dan waktu yang lebih banyak yang tentunya tidak
mendukung diperolehnya suatu rancangan suatu sistem kerja yang efisien dan
produktif. Suatu kondisi lingkungan yang baik bisa ditentukan dengan begitu
saja, tetapi harus malalui tahapan percobaan, dimana setiap kemugkinan dari
kondisi tersebut diuji pengaruhnya terhadap kemampuan manusia. Kemajuan
teknologi sekarang memungkinkan untuk melaksanakan pengujian semacam
ini, dan tentu saja pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku manusia akan
sangat membantu dalam mencapai hasil dari pengujian ini.
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai
temperatur yang berbeda, seperti ditunjukkan dalam gambar :

Gambar 5.1. Temperatur di Setiap Anggota Tubuh Manusia


dalam Keadaan Normal

Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan


normal ini dengan suatu sistem tubuh yang sangat sempurna sehingga dapat
menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjdi di luar tubuhnya.
Tetapi kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri inipun ada batas, yaitu
bahwa manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar
jika perubahan temperatur luar tubuh ini tidak melebihi dari 20% untuk
kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin, semuanya dari keadaan normal
tubuh.
Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk
melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan
atau kelebihan panasnya. Menurut penyelidikan jika temperatur udara lebih
rendah dari 17 C, berarti temperatur udara ini ada di bawah kemampuan
tubuh untuk menyesuaikan diri (35% di bawah normal), maka tubuh manusia
akan mengalami kedinginan, karena hilangnya panas tubuh yang sebagian
besar diakibatkan oleh konveksi dan radiasi, juga sebagian kecil akibat
penguapan. Sebaliknya apabila temperatur udara terlampau panas
dibandingkan temperatur normal tubuh, maka akan menerima panas akibat
konveksi dan radiasi yang jauh lebih besar dari kemmpuan tubuh untuk
mendinginkan dirinya melalui sistem penguapan. Ini menyebabkan
temperatur tubuh menjadi ikut naik dengan lebih tingginya temperatur udara.
Sebagaimana kita ketahui dan rasakan bahwa temperatur yang terlampau
dingin akan mengakibatkan gairah kerja yag menurun.
Sedangkan temperatur udara yang lebih panas, akan mengakibatkan
cepat timbulnya kelelahan tubuh dan dalam bekerja cenderung banyak
membuat kesalahan. Menurut penyelidikan, untuk berbagai tingkat tempertur
akan memberikan pengaruh yang berbeda, seperti gambar berikut :
Gambar 5.2. Beberapa Harga Temperatur dan
Pengaruhnya terhadap Kondisi Tubuh
Harga di atas tidak mutlak untuk setiap orang karena sebanarnya
kemampuan beradaptasi seseorang berbeda, tergantung di daerah bagaiman
dia bisa hidup. Orang yang bisa hidup di daerah panas berbeda
kemampuannya dengan orang yang hidup di daerah dingin atau sedang.
Tichauer telah menyelidiki pengaruh temperatur terhadap
produktifitas kerja penenunan kapas, yang menyimpulkan bahwa tingkat
produksi paling tinggi dicapai pada kondisi temperatur antara 75 – 80 derajat
(24 – 27 derajad celcius).

Gambar grafik 5.3 Hubungan antara Temperatur dengan Performance para


Penenun Kapas
Gambar berikut memperhatikan antara temperatur efektif dengan jumlah
kesalahan rata-rata per jam.
Gambar 5.4 Grafik hubungan antara temperatur efektif dengan kesalahan
rata-rata per jam.

Gambar 5.5 Grafik hubungan antara temperatur efektif dengan kerja total

“Indoor Climate” menurut Grannjean adalah suatu kondisi fisik sekeliling


dimana kita melakukan suatu aktivitas tertentu yang meliputi hal – hal
sebagai berikut :
1. Temperatur udara
2. Temperatur permukaan sekeliling
3. Kelembapan udara
4. Aliran perpindahan udara
Untuk menunjang pembahasan masalah mengenai indoor climate,
berikut dianalisa mengenai keteraturan panas dalam tubuh manusia yang
meliputi : temperatur badan, pengendalian proses panas, transportasi panas
oleh aliran darah, berkeringat, gerakan otot yang cepat, pertukaran panas.
1. Temperatur Badan
Temperatur tubuh manusia selalu tetap. Dibagian dalam otak,
jantung dan di dalam perut, temperaturnya befluktuasi sekitar 37 derajad
celcius yang disebut sebagai temperatur inti atau utama (core temperature).
Suatu core temperature yang konstan adalah merupakan prasyarat untuk
fungsi normal dari fungsi vital yang paling penting. Sebaliknya lawan dari
core temperature yang terdapat di dalam otot, tangan, kaki, di seluruh
bagian kulit (disebut sebagai shell temperature) menunujukkna beberapa
variasi tertentu.
Secara psikologis disebutkan oleh granjean bahwa jika temperatur
sekeliling sangatlah dingin maka akan ada perbedaan temperatur yang
mencolok (step temperature gardient) pada bagian kulit, yaitu dari bagian
dalam kulit ke arah keluar kulit.
Sebagai contoh, dalam udara yang dingin temperatur permukaan
kulit akan menurun sampai 34 derajat celcius. Sedangkan dengan suhu
sekeliling yang hangat masih berada sekitar 35 – 36 derajat celcius. Yang
hanya sekitar beberapa meter dari bawah kulit.
Kapasitas untuk beradaptasi ini membuat manusia untuk mudah
mentolerir kekurangan panas secara temporer yang berjumlah ratusan
kilometer pada seluruh tubuh. Otot juga menunjukkan fluktuasi temperatur
yaitu beberapa derajad lebih tinggi dari keadaan pada saat istirahat jika
dalam kondisi beraktifitas kerja.
2. Pengendalian Proses Panas
Mekanisme pengendalian yang melalui tubuh manusia amat
penting untuk menjaga agar temperatur inti selalu tetap konstan yang
ditunjukkan dengan gambar

Gambar 5.6 Diagram Proses Pengendalian Secara Fisiologis untuk


Keseimbangan Panas dalam Tubuh Manusia
Pada gambar dijelaskan bahwa pusat panas yang terletak pada
bagian otot yang mengatur aliran darah melalui pembuluh kulit seperti
keluarnya keringat. Mekanisme antara kedua hal tersebut di atas akan
mengatur keseimbangan panas di dalam tubuh tergantung dari kodisi luar
dan dalam tubuh.
Sel-sel syaraf dari pusat pengendalian panas menerima informasi
tentang tempertur yang melalui tubuh. Kadang secara langsung mampu
dari syaraf sensitif panas yang ada pada kulit. Selanjutnya pusat
pengendalian panas mengirim impuls yang diperlukan untuk mekanisme
pengaturan untuk menjaga agar temperatur inti tetap konstan. (impulse =
transmisi gelombang rangsangan secara fisiologi melalui sel syaraf yang
akan menghasilkan suatu gerakan). Lebih jauh impulse tersebut akan
mengendalikan produksi panas dalam tubuh, sistem sirkulasi panas, dan
panas yang hilang dengan keluarnya keringat. Hal itullah yang disebut
sebagai “proses pengaturan panas”.
a. Transportasi Panas Oleh Aliran Darah
Hal yang paling penting di dalam pengaturan panas tubuh adalah
fungsi transportasi panas oleh darah, yaitu melalui pembuluh darah,
terutama pembuluh kapiler, yang bertindak sebagai distributor panas,
memindahkan panas dari jaringan yang panas ke jaringan yang dingin.
Dalam hal ini dari pemindahan panas dari bagian dalam tubuh ke daerah
permukaan kulit yang panas dari bagian dalam tubuh ke dalam permukaan
kulit yang terlebih dahulu didinginkan oleh temperatur di luar tubuh.
Sebaliknya jika bagian luar tubuh yang lain. Kunci dari mekanisme ini
adalah dari pengendalian sirkulasi darah di dalam kulit.
b. Berkeringat
Mekanisme pengaturan yang ke 2 yaitu yang diatur oleh pusat
pengendalian panas adalah keluarnya keringat melalui kulit.hal ini juga
dikendalikan oleh syaraf.
c. Gerakan Otot Yang Cepat
Mekanisme pengaturan yang ketiga adalah meningkatkan panas
yang diproduksi oleh tubuh. Peningkatan ini ditanndai dengan
meningkatnya metabolisme panas pada oto dan organ yang lain.
Perwujudan ini ditandai dengan gerakan otot yang cepat disebut Shivering
(gerakan otot yang cepat).
d. Pertukaran Panas
Tubuh manusia merubah energi kimia menjadi energi mekanis
dan panas. Tubuh tersebut menggunakan panas ini untuk menjaga
temperatur inti/utama tubuh agar tetap konstan dan mengurangi keluarnya
panas yang berlebihan pada sekeliling di luar tubuh. Oleh karena ada suatu
pertukaran yang tetap dari panas antar tubuh dan sekelilingnya. Hal itu
adalah dimaksudkan untuk mengatur pengendalian panas secara fisiologis
dan fisika. Granjean (1986) membagi proses fisika tersebut menjadi empat
bagian :
a) Konduksi
b) Koneksi
c) Evaporasi
d) Radiasi
a. Konduksi
Pertukaran panas oleh konduksi berlangsung pada konduksi
tifitas obyek dan material yang bersentuhan dengan kulit. Misal orrang
duduk di musim dingin (daerah sub tropis). Yang pertama adalah
duduk di atas batu dan yang kedua adalah duduk di atas batang pohon,
tentunya akan didapatkan perbedaan. Pertama, batu akan terasa sangat
dingin karena akan mengkonduksi panas ke arah luar tubuh. Yang
kedua adalah pohon kayu akan terasa tidak begitu dingin karena
mengkonduksi panas lebih sedikit. Konduktifitas panas adalah sangat
penting di dalam pemilihan material untuk keperluan suatu rancangan,
misalnya lantai, mebel, dan bagian peralatan yang dipegang yang
berada pada stasiun kerja.
b. Konveksi
Pertukaran panas melalui proses koveksi tergantung
sepenuhnya pada perbedaan temperatur antara kulit dan udara
sekeliling, dan juga pada aliran gerawkan udara. Pada kondisi yang
normal, proses ini terhitung sampai 25-30% dari total proses
perpindahan panas pada manusia.
c. Evaporasi
keringat
Hilangnya panas dengan proses keluarnya keringat terjadi
karena keringat dibagian kulit tersebut menguap. Menguapnya
keringat akan mengkonsumsi energi panas laten. Jumlah panas laten
untuk evaporasi tersebut menurut Granjean adalah sebanyak 0,58 k
cals/gram air yang menguap pada kondisi yang normal setiap orang
akan menguapkan sebanyak satu liter per hari. Berarti akan
menghilawngkan 600 k cal atau satu perempat dari total panas yang
hilang per harinya. Akan tetapi jika temperatur sekeliling melebii
batas ambang kenyamanan maka kulit akan merefleksikan berupa
proses keluarnya keringat yang disertai dengan hilangnya panas.
Selanjutnya hilangnya panas yang dikarenakan penguapan keringat
tersebut tergantung dari luasan kulit yang bersangkutan dan juga pada
perbedaan tekanan uap keringat yang berada antara udara dan kulit.
Jadi kelembapan relatif dari udara sekeliling adalah merupakan faktor
yang penting.
Faktor lainnya yang juga penting adalah aliran udara
sekelilingnya, yang di satu pihak akan meningkatkan gradien tekanan
uap keringat, tetapi dipihak lain akan mendinginkan kulit dengan
proses konveksi, yang nantinya akan menurunkan jumlah penguapan
keringat. Pada temperatur sekeliling di atas 25 c, kulit manusia
mampu untuk kehilngan panas melalui proses konveksi atau radiasi,
dan kelurnya keringat merupakan satu-satunya mekanisme yang ada.
Dari sini hilangnya panas karena proses penguapan keringat akan
meningkatkan drastis setelah dicapai temperatur kritis tertentu.
d. Radiasi
panas
Tubuh manusia yang panas menurut granjean akan
meradiasikan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang
yang relatif panjang diabsorbsi oleh benda lain (gelombag atau
permukaan benda) dan dikoversikan lagi dalan bentuk panas. Ini yang
disebut sebagai radiasi infra merah atau panas radiant. Hal itu tidak
tergantung sama sekali pda medium material tertentu untuk
mentrasmisikannyaw. Hal itu amat berbeda dengan proses kondusi
atau konveksi paas yang mana membutuhkan medium material untuk
transmisi panasnya.
Proses pertikaran melalui rdiasi tersebut terjadi di antara
tubuh manusia dan sekelilingnya (dinding, benda mati, dan manusia)
dalam dua arah, sepanjang waktu dari kebalikan proses konduksi atau
konveksi. Radiasi panas banyak dipengaruhi oleh temperatur,
kelembapan, dan aliran udara. Halini tergantung sekali pada
perbedaan temperatur di antara kulit dan medium yang berdekatan
dengan kulit. Di negara dengan iklim tropis, permukaan obyek yang
ada di sekeliling biasanya lebih dingan dari tubuh manusia, sehingga
tubuh manusai akan kehilangan sejumlah panas radian dalam
aktifitasnya sehari-hari.
Hilangnya panas melalui proses radiasi tidak menjadi
masalah jikalau tidak terlalu berlebihan, akan tetapi akan menawmbah
dinding yang dingin atau jenis jendela yang besar, meskipun
temperatur udara cukup tinggi. Pada beberapa kesempatan, hilangnya
panas dapat diperhitungkan sekali, karena faktor yang dececive
bukanlah temperatur udaranya, namun perbedaan temperatur di antara
kulit dan permukaan yang dingin tadi. Jumlah panas radian yang
hilang dalam sehari oleh seseorang sangat bervariasi sekali tergantung
kasusnya. Rata-rata panas yang hilang adalah sebesar 1000 – 1500 k
cal dalam sehari, terhitung untuk 40 – 60 % total panas yang hilang
dari tubuh manusia.
e. Pertukaran
panas total
Gambar di bawah menunjukkan prinsip pertukaran panas
antara tubuh manusia dan sekelilingnya
Gambar 5.7 Gambar diagram dari proses pertukaran panas antara tubuh
manusia dan sekelilingnya. Gambar dan garis panah menunjukkan
perhitungan secara kasar dari panas yang ditransfer oleh masing-masing 3
macam proses
Sebagai ringkasan dapat dikatakan bahwa 4 faktor fisik sebagai berikut
merupakan variabel yang “decisive”
1) Temperatur udara (untuk pertukaran panas melalui proses
konveksi)
2) Aliran udara (juga untuk konveksi)
3) Temperatur udara berdekatan denbgan tubuh manusia
4) Kelembapan relatif (untuk hilangnya panas oleh karena
evaporasi keringat).
Kenyamanan suhu ( thermal comfort )
Pokok pembahasan mengenai “ thermal comfort “ dalam kesempatan
kali ini meliputi : dasar fisiologi suatu kenyamanan, efek samping dari suatu
ketidaknyamanan, daerah temperature secara fisiologi, rentang temperature
yang nyaman, empat factor klimatik dan kenyamanan.
1. Dasar fisiologi suatu kenyamanan
Jika kita perhatikan “ internal climate “ suatu ruangan, selama
masih dalam batas kenyamanan maka akan tidak ada masalah, namun jika
sudah berada diluar batas kenyamanan maka akan menjadi sebuah bahasan
yang menarik.
Ketidaknyamanan bisa menjadi sebuah gangguan atau bahkan
menimbulkan efek-efek psikologis ataupun salah satu nyeri fisiologis
tergantung pada level dari proses pertukaran panasnya. Ketidaknyamanan
tersebut merupakan suatu proses biologis yang sederhana untuk semua
jenis makhluk yang berdarah panas.
Hal ini adalah untuk menstimulisasi agar melakukan suatu
langkah utama untuk merestorasi / membangun kembali suatu proses
pertukaran panas yang besar. Makhluk lain ( binatang ) hanya akan
mencari tempat yang lebih panas, atau lebih dingin. Namun manusia akan
menggunakan pakainnya sebagaimana dia dapat memodifikasi
lingkungannya dengan menggunakan bantuan teknologi untuk
mendapatkan kenyamanan tersebut.
2. Efek samping suatu ketidaknyamanan
Ketidaknyamanan akan mengakibatkan perubahan fungsional
pada organ yang bersesuaian pada tubuh manusia. Menurut Grandjean
( 1986 ) kondisi panas sekeliling yang berlebih-lebihan akan
mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan
meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja. Hal ini akan menurunkan
daya kresi tubuh manusia akan menghasilkan panas dengan jumlah yang
lebih sedikit.
Sebaliknya, kondisi dingin yang berlebih-lebihan akan
mengakibatkan rasa malas untuk beristirahat, yang mana akan mengurangi
kewaspadaan dan konsentrasi, terutama berhubungan dengan pekerjaan
yang menuntut kesiapan mental. Dalam hal ini stimulasi tubuh manusia
melakukan aktivitas yang akan menghasilkan “ internal heat ” yang
lebih tinggi. Jadi dipeliharanya kenyamanan didalam suatu ruang pesawat
terbang adalah penting untuk “ well being “ ( kondisi sehat wal’afiat ) dan
untuk mendapatkan maksimum efisiensi.

3. Daerah temperature secara fisiologi


Jika seseorang ditempatkan pada suatu ruangan test klimatik
( climate chamber ) dan diberikan temperature yang berbeda-beda maka
akan dapat ditentukan rentang pertukaran panas yang menyatakan kondisi
tubuh dalam keadaan ini menurut Grandjean ( 1986 ) disebut sebagai
daerah aturan vasomotor ( zone of vasomotor regulation ), karena dalam
rentang ioni pertukaran panas akan dapat dijaga dengan mengalirnya dari
keseluruh organ tubuh. Hal ini dapat dilihat pada gambar dimana didapat
daerah kenyamanan ( comfort zone ). Untuk orang yang sedang istirahat
pada waktu musim dingin, daerah ini berada sekitar temperature 20 – 23 0
c. jika berada pada tingkat yang lebih tinggi diatas daerah comfort ini,
maka bagian permukaan ( pheriperal ) tubuh akan cenderung lebih panas
dan meningkatkan jumlah perspirasi ( proses keluarnya keringat ). Daerah
ini disebut sebagai daerah pengendali evaporasi ( evaporation control ).
Jika panas terus meningkat dan melebihi batas level tertentu ( the limit of
tolerance ) maka temperature core akan meningkat secara drastic dan
dalam waktu yang singkat akan membawa kematian karena adanya heat
stroke.
Themperaure dibawah zone of vasomotor regulation ditandai oleh
pertukaran panas negative. Oleh karena banyak panas yang hilang daripada
yang dihasilkan dan daerah ini disebut sebagai zone of bodily cooling.
Daerah keseimbangan panas dari tiga daerah tersebut secara diagram
ditunjukan pada gambar hal 280 (Eko Nurmianto).
Grafik 5.8 Keseimbangan panas tubuh manusia pada ambang batas untuk
kondisi panas dan dingin (Sumber : Grandjeann 1986)
4. Rentang temperature yang nyaman
Jika subyek yang diuji ( pada bahasan diatas ) ditanyalkan ketika
merasa benar-benar nyaman, maka rentang kenyamanan tersebut sangatlah
sempit sekitar 2 – 30 c. manusia menurut Grandjean akan merasakan
kenyamanan hanya ketika system keteraturan vasomotor ( vasomotor
regulation system ) tidak terlalu banyak terbebani, yaitu ketika fluktuasi
sirkulasi darah kearah kulit tidak tidak lebih dari fluktuasi yang normal.
Sebaliknya pada pertukaran panas negative maupun positif ( misalnya
deficit atau akumulasi panas dalam kulit ) tubuh akan terasa tidak nyaman.
Rentang temperature dimana manusia merasakan kenyamanan
adalah sangat bervariasi. Variasi tersebut sangat bergantung, pertama dari
jenis pakaian yang dipakai, kedua dari aktivitas fisik yang telah dilakukan.
Empat factor klimatik dan kenyamanan
Kesan manusia tentang kenyamanan menurut Grandjean ( 1986 )
adalah dipenhgaruhi secara umum oleh empat factor yang menentukan
pertukaran panas, yaitu : ( a ) temperature udara, ( b ) temperature
permukaan dinding yang berdekatan, ( c ) kelembaban udara, dan ( d )
aliran udara. Masing-masing factor tersebut berperan dalam keseimbangan
( balance ) sendiri-sendiri, dan berbagai peneliti telah mencoba untuk
mendapatkan satuan ( unit ) pengukuran yang dapat mengukur semua
variable yang telah disebutkan diatas. Sebagai contoh adalah yang terkenal
dengan sebutan “ kata value “ yang mencoba untuk menganalisa kecepatan
pendinginan dari suatu tubuh buatan ( artificial human body ) sebagai
suatu indeks kenyamanan, namun hasilnya masih belum dapat diterapkan.
Kebanyakan orang tidak menyadari tentang kondisi ini
menyimpang dari batas kenyamanan, kita tidak akan mengalami
ketidaknyamanan. Rasa taknyaman penting dalam biologis, karena ia
menyebabkan orang atau binatang mengalami langkah-langkah untuk
mengembalikan keseimbangan suhu. Penyimpangan dari batas
kenyamanan suhu menyebabkan perubahan secara fungsional yang
meluas. Kelewat panas akan menyebabkan capek dan ngantuk yang
mengurangi prestasi dan meningkatkan frekuensi kesalahan. Kelewat
dingin akan menyebabkan ketidaktenangan dan mengurangi daya atensi,
yang berpengaruh negative pada kerja mental.
Dalam rancangan suatu ruangan, lembab nisbi akan mempunyai
pengaruh yang sangat kecil terhadap perasaan atas suhu dalam zona
nyaman asalkan waktu berlakunya tidak terlalu lama. Walaupun demikian,
mutu bangunan harus tetap di jaga agar air tanah tidak sampai merembes
melalui dinding-dinding. Lembab tidak berpengaruh dalam penentuan
perasaan atas suhu, tetapi lebih berperan dalam menurunkannya daya
tahan tubuh nterhadap penyakit.

5.3 HASIL
5.2.1 Peralatan Praktikum

Dalam praktikum temperature ini ada beberapa alat yang harus


disediakan, antara lain :
1. Ruang iklim
2. AC
3. Obyek : perakitan stecker
4. Thermometer
5. Heater
6. Lampu
5.2.2 Cara Kerja
1. Dalam satu kelompok terdapat tiga orang praktikan yang masing-
masing bertugas sebagai berikut :
a. Operator
b. Pekerjaan dan pengamat, pencatat hasil kerja operator serta
pengontrol alat-alat yang digunakan.
2. Siapkan alat-alat yang akan digunakan, atau ruangan sesuai
perlakuan yang telah ditetapkan, yaitu :
a. Temperatur rendah (Cold)
b. Sedang (Comfort)
c. Tinggi (Hot)
3. Operator masuk dalam ruang iklim dan memulai pekerjaan,
ditempat lain aslab menghidupkan stopwatch sebagai tanda operator
mulai bekerja.
4. Catat hasil kerja operator sesudah 2,5 menit.
5. Lakukan pengamatan ini untuk tiap temperature yang berbeda suhu.
6. Pengolahan data menyangkut hal-hal sebagai berikut :
a. Uji normalitas data.
b. Uji homogenitas variasi.
c. Uji anava ( uji F ).
d. Uji t.

5.2.3 Hasil Praktikum

Tabel 5.1 Pengamatan Iklim (Suhu)


Temperatur
Operato Percobaa Cold (18°c) Comfort (24°c) Hot (32°c)
r n Benar Salah Benar Salah Benar Salah
1 12 0 11 1 12 0
Setyo 2 10 2 12 0 9 3
3 12 0 12 0 11 1
1 12 0 11 1 7 5
Ilham 2 12 0 11 1 11 1
3 12 0 12 0 11 1
1 12 0 12 0 12 0
Riski 2 12 0 12 0 11 1
3 12 0 9 3 12 0
Sumber : Data Praktikum

Tabel 5.2 Perhitungan Data Cold (18°c)

Operato X ∑X XX X - XX (X - X ∑(X - XX)² σx


r X)²
12 0,67 0,4489
10 -1,33 1,7689
Setyo 34 11,33 2,6667 1,154
12 0,67 0,4489
12 0 0
12 0 0
Ilham 36 12 0 0
12 0 0
12 0 0
12 0 0
Riski 36 12 0 0
12 0 0
Sumber : Pengolahan Data Praktikum

Tabel 5.3 Perhitungan Data Comfort (24°c)

Operato X ∑X XX X - XX (X - XX)² ∑(X - XX)² σx


r
11 -0,67 0,4489
12 0,33 0,1089
Setyo 35 11,67 0,6667 0,57
12 0,33 0,1089 7
11 -0,33 0,1089
11 -0,33 0,1089
Ilham 34 11,33 0,6667 0,57
12 0,67 0,4489 7
12 1 1
12 1 1
Riski 33 11 6 1,73
9 -2 4
Sumber : Pengolahan Data Praktikum

Tabel 5.4 Perhitungan Data Hot (32°c)

Operato X ∑X XX X - XX (X - XX)² ∑(X - XX)² σx


r
12 1,33 1,7689
9 -1,67 2,7889
Setyo 32 10,67 4,6667 1,52
11 0,33 0,1089 7

7 -2,67 7,1289
11 1,33 1,7689
Ilham 29 9,67 10,6667 2,30
11 1,33 1,7689 9

12 0,33 0,1089
11 -0,67 0,4489
Riski 35 11,67 0,6667 0,57
12 0,33 0,1089 7

Sumber : Pengolahan Data Praktikum

Tabel 5.5 Standar deviasi data


TABEL STANDAR DEVIASI

Hot Comfort Cold


SETYO 1,527 0,577 1,154
ILHAM 2,309 0,577 0
RISKI 0,577 1,732 0
Sumber : Data praktikum

Tingkat temperatur terhadap kinerja Setyo


12.5
12
11.5
11
10.5
10
9.5
9
Hot Comfort Cold

Gambar grafik 5.9 tingkat pencahayaan Setyo


Sumber : Data praktikum.
Analisa : Menunjukkan bahwa pada tingkat temperatur pada posisi panas, Setyo
mengalami penurunan, tetapi di saat tingkat temperatur di posisi normal
kembali mengalami kenaikan dengan posisi awal. Pada posisi dingin
Setyo kemudian mengalami kestabilan kemudian kembali turun dan
kembali naik ke posisi awal.

Tingkat temperatur terhadap kinerja Ilham


12.2
12
11.8
11.6
11.4
11.2
11
10.8
10.6
10.4

Hot Comfort Cold

Gambar grafik 5.10 tingkat pencahayaan Ilham


Sumber : Data praktikum.
Analisa : Menunjukkan bahwa pada tingkat temperatur pada posisi panas, Ilham
mengalami kenaikan dan stabil, tetapi di saat tingkat temperatur di
posisi normal mengalami kestabilan dan mengalami kenaikan. Pada
posisi dingin Ilham kemudian mengalami kestabilan secara baik.

Tingkat temperatur terhadap kinerja Riski


14
12
10
8
6
4
2
0
Hot Comfort Cold

Gambar grafik 5.11 tingkat pencahayaan Riski


Sumber : Data praktikum.
Analisa : Menunjukkan bahwa pada tingkat temperatur pada posisi panas, Riski
mengalami penurunan dan kembali naik, tetapi di saat tingkat
temperatur di posisi normal mengalami kestabilan dan mengalami
penurunan. Pada posisi dingin Riski kemudian kembali mengalami
kenaikan dan kestabilan secara baik.
GRAFIK STANDAR DEVIASI
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Hot Comfort Cold

Gambar 5.12 Grafik Standar deviasi data


Sumber : Data praktikum.
Analisa : Menjelaskan dari hasil praktikum yang ada di hitung nilai standar
deviasinya.

5.2.4 Perhitungan

Contoh 1 :
Data Ilham (cold 18°c)
X = 12, 12, 12
 ∑X = 12 + 12 + 12 = 36
 XX = 36 / 3 = 12
 X - XX = 12 – 12 = 0
12 – 12 = 0
12 – 12 = 0
 (X - XX)² = 0² = 0
0² = 0
0² = 0
 ∑(X - XX)² = 0 + 0 + 0 = 0
X − X́
 σx = ∑¿ )²
√¿
n -1
= √0/3-1
= √0/2
=0
5.4 PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan mengenai


analisis pengaruh temperatur terhadap kinerja operator. Pada dasarnya kita
harus mengetahui terlebih dahulu maksud dari temperatur. Sebagaimana kita
ketahui dan rasakan bahwa temperatur yang terlampau dingin akan
mengakibatkan gairah kerja yang menurun. Sedangkan temperatur udara yang
lebih panas, akan mengakibatkan cepat timbulnya kelelahan tubuh dan dalam
bekerja cenderung banyak membuat kesalahan.
Pada praktikum kali ini, kami menggunakan tiga tingkat temperatur
yaitu temperature 32°c, 24°c dan 18°c. Di sini dapat dijelaskan bahwa
temperature 32°c merupakan temperatur yang panas (Hot), 24°c merupakan
temperatur yang normal (Comfort) dan 18°c temperatur yang dingin (Cold).
Adapun tujuan praktikum kali ini untuk untuk mengetahui pengaruh
perlakuan temperatur terhadap hasil kerja, mengetahui pengaruh perlakuan
temperatur terhadap kondisi fisiologi kerja dan menentukan tingkat
temperatur yang optimal.
Dari praktikum kali ini kami dapat mengetahui bahwa temperatur
dapat sangat berpengaruh terhadap kinerja seseorang atau operator yang
sedang bekerja. Di buktikan dengan percobaan pada saat tingkat temperatur
panas operator banyak melakukan percobaan dengan salah dan sedikit benar,
normal operator masih bisa melakukan dengan benar, dan pada tingkat
temperature dingin operator ada yang melakukan kesalahan meskipun masih
ada sedikit yang melakukan percobaan dengan benar.

5.5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.5.1 Kesimpulan
Setelah mengikuti praktikum ini praktikan mampu mengetahui
pengaruh perlakuan temperatur terhadap hasil kerja, mengetahui
pengaruh perlakuan temperatur terhadap kondisi fisiologi kerja dan
menentukan tingkat temperatur yang optimal

5.5.2 Saran
Sebaiknya alat penunjang praktikum yang ada di laboratorium
ergonomi yang sudah tidak memenuhi standar diganti dengan yang baru,
sehingga data praktikan selama praktikum menjadi valid dan akurat serta
sesuai dengan kenyataan.
Sedikit kritik dan saran dari kami. Semoga dapat dijadikan acuan
agar praktikum selanjutnya dapat lebih baik dan para praktikan lebih giat
belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Laboratorium Ergonomi, 2017. Modul Praktikum Ergonomi. IST Akprind ;


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai