Anda di halaman 1dari 3

Perang Banjar

Jenderal Belanda : Ooz


Serdadu Belanda : Eqi
Pangeran Hidayatullah : Tika
Pangeran Antasari : Hilal
Sultan Adam : Risma
Ratu Kumala Sari : Bela
Prabu Anom : Anind
Demang Lehman : Erika
Pangeran Tamjidillah : Farrel
Pada tahun 1825-1827 Banjar dipimpin oleh Sultan Adam. Pada masa ini, kesultanan
Banjar hanya tinggal Banjarmasin, Martapura, dan Hulu Sungai selebihnya telah dikuasai oleh
para Belanda. Setelah meninggalnya Sultan Adam, beliau mewasiatkan agar Pangeran
Hidayatullah menggantikannya.

Sultan Adam: “Saya berwasiat kepadamu, Pangeran Hidayatullah untuk menggantikanku menjadi
sultan setelah aku wafat”

Pangeran Hidayatullah: “Baik, Sultan”

Akan tetapi Belanda menolak, sehingga mengangkat Pangeran Tamjidillah sebagai Sultan

lKerajaan Banjar dan menjadikan Pangeran Hidayatullah sebagai mangkubumi. Hal ini
menimbulkan kemarahan rakyat

Jenderal Belanda: “Untuk mengganti Sultan Adam, aku akan memilih dan mengangkatmu sebagai
sultan di kerajaan ini. Dan Pangeran Hidayatullah hanya sebagai mangkubumi. Keputusanku tidak
bisa digugat lagi”

Mendengar aduan dari rakyatnya, Pangeran Antasari mengumpulkan bubuhan pembesar


kerajaan termasuk Pangeran Hidayatullah untuk mengadakan rapat cagaran hendak melawan
Belanda
Pangeran Antasari: “Aku mengumpulkan kalian untuk membicarakan pihak Belanda yang telah
ikut campur dalam urusan kerajaan ini”

Demang Lehman: “Assalamualaikum, maaf saya telat”

P Antasari: “Waalaikumsalam. Tidak apa-apa. Bagaimana pendapatmu tentang Belanda?”

Demang Lehman: “Menurut saya, Belanda dengan seenaknya ikut campur urusan kerajaan kita.
Seenaknya saja dia!”

Prabu Anom: “Betul. Hukumlah saja yang setimpal dengan perlakuannya!”

D Lehman: “Iya. Kita habisi saja mereka! Kalau kita menang kan yang untung juga pihak kita,
pangeran”

P Antasari: “Tapi dengan cara apa? Secara personil kita kalah telak, apalagi persenjataan”

P Hidayatullah: “Tidak ada acara lain, pangeran. Satu-satunya pilihan adalah dengan melawan
mereka dengan sekuat tenaga kita”

P Antasari: “Baiklah, mari kita mengungumkannya kepada rakyat. Kumpulkan semua lelaki di
desa ini, dan kumpulkan pula anak anak dan ibu ibu ke tempat yang aman. Kita harus melindungi
desa dan mereka”

Hidayatullah, Anom, Lehman: “Baik, Pangeran”ⁿ

Setelah rapat itu, mulai terjadi pemberontakan pemberontakan kecil yang dipimpin
keluarga Keraton. Mengetahui hal itu Belanda kemudian memanggil Pangeran tamjidillah,
Pangeran Hidayatullah, dan Ratu Kumalasari untuk menghadapnya.

J Belanda: “Beberapa hari ini, selalu saja terjadi pemberontakan terhadap kami. Terutama anak
kamu Kumala, si Prabu Anom”

R Kumala S: “Apa? Anakku? Apa salah anakku?! Anakku tidak seperti itu!”

J Belanda: “dasar pembohong kau, Kumala!”

R Kumala S: “Aku tidak berbohong!”


J Belanda: “Aku tidak mau tahu! Bawa Prabu Anom kemari! Akan kuberitahu dia”

R Kumala S: “Jangan! Dia anakku!”

J Belanda: “Aku tidak peduli. Pangeran Tamjidillah, bawa paksa Prabu Anom kemari!”

P Tamjidillah: “Oke, mister. Aku akan bawa Prabu Anom ke hadapanmu”

J Belanda: “Good”

***

J Belanda: ”Jadi selama ini kamu ya Hidayatullah?”

P Hidayatullah: “Aku adalah seorang penanggap”

J Belanda: “Aku nggak nanya! Kamu yang bersekongkol dengan Prabu Anom kan?”

P Hidayatullah: “Tidak, jenderal.”

J Belanda: “Sudahlah! Aku tidak percaya lagi denganmu!”

***

P Anom: “Aku menghadapmu, jenderal. Ada apa gerangan?”

J Belanda: “Oh begitu? Pura pura tidak tahu ya? Kamu kan pemimpin perlawanan kepada pihak
Belanda?”

P Anom: “Hahaha. Itu yang kau mau ya jenderal? Jikalau jenderal masih bersikukuh, baiklah tidak
ada cara lain. Akan ku kumandangkan tembakan peperangan kepada pihakmu!”

Pada tahun 8 April 1859 perang Banjar yang dipimpin oleh pangeran Antasari meletus
dengan jalan merebut benteng pengaron sekaligus tambang oranje milik Belanda

*Perang*

dalam perang tersebut Pangeran Antasari dapat memenangkan dan benteng pengaron
serta tambang Oranje dapat direbut dari Belanda

Anda mungkin juga menyukai