Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH SEJARAH ASIA TENGGARA

“TERBENTUKNYA FEDERASI MALAYA


HINGGA KEMERDEKAAN SINGAPURA, DAN BRUNEI”

DOSEN PENGAJAR:
Febta Pratama, M.Pd

PENULIS:

1. Betsy Emmanuela (201815500062)


2. Maria Susanti M (201815500110)
3. Andre Viencen (201515500094)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Terbentuknya
Federasi Malaya Hingga Kemerdekaan Singapura, dan Brunei”. Penyusunan makalah
ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Asia Tenggara yang diampu
oleh Febta Pratama, MPd Kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan
bagi para pembaca khususnya dalam bidang pemahaman Federasi Malaya.
Dalam penyusunannya melibatkan berbagai pihak, baik dari dalam perguruan tinggi
maupun luar perguruan tinggi. Oleh sebab itu, saya mengucapkan terimakasih atas
segala kontribusinya dalam membantu penyusunan makalah ini. Penulis menyadati
bahwa maklah ini masih jauh dari kata sempurna baik bentuk isi, maupun teknik
penyajiannya. Oleh sebab itu kritukan yang bersifat membangun dari berbagai pihak
penulis terima dengan tangan terbuka serta sangat diharapkan. Semoga kehadiran skripsi
ini dapat menjadi pedoman bagi mahasiswa/mahasiswi lain dan dapat memenuhi
sasarannya.

Jakarta, 6 Maret 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 5
BAB II .............................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 6
A. Latar Belakang Proses Terbentuknya Federasi Malaya .......................... 6
B. Proses Pembentukan Federasi Malaya ....................................................... 8
C. Kemerdekaan Federasi Malaysia ............................................................. 12
D. Penolakan Brunei Terhadap Federasi Malaya ........................................ 14
E. Proses Kemerdekaan Brunei ..................................................................... 16
F. Upaya Kemerdekaan Singapura ............................................................... 16
G. Perundingan Singapura dan Malaysia ..................................................... 19
I. Keluarnya Singapura dari Federasi Malaysia ........................................ 20
J. Terpisahnya Singapura dari Federasi Malaysia ..................................... 26
K. Kemerdekaan Singapura ........................................................................... 27
BAB III .......................................................................................................................... 29
PENUTUP ..................................................................................................................... 29
A. KESIMPULAN .................................................................................................. 29
B. SARAN ............................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 30

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Federasi Malaysia yang meliputi Malaysia, Singapura, Borneo Utara dan Sarawak
menurut jadwal yang telah disepakati akan diresmikan pembentukannya pada tanggal 30
Agustus 1963. Namun ternyata rencana tersebut mendapat tantangan dari Indonesia dan
Philipina yang juga menginginkan wilayah Borneo menjadi bagian dari negaranya.
Sehingga pada tanggal 30 Juli sampai 5 Agustus 1963, diadakan konferensi di Manila
yang dihadiri oleh Tunku Abdul Rahman, Presiden Sukarno dari Indonesia, dan D.
Macapagal dari Philipina sebagai usaha untuk melancarkan proses menuju ke arah
peresmian Federasi Malaysia sesuai dengan jadwal yang telah disepakati, namun ternyata
hasil yang disepakati dari konferensi tersebut adalah menunda peresmian Federasi
Malaysia hingga 16 September 1963.
Setelah investigasi dilakukan, pada tanggal 14 September hasilnya diumumkan oleh
Sekretaris Jenderal PBB U Thant, kesimpulan yang didapat adalah mayoritas dari
masyarakat kedua negara bagian tersebut berharap untuk bergabung dengan Federasi
Malaya dan Singapura di dalam satu kesatuan yang lebih besar lagi yaitu Federasi
Malaysia.105 Pada tanggal 16 September 1963 pembentukan Federasi Malaysia yang
mencakup Malaysia, Singapura, Borneo dan Sarawak diresmikan.
Pada makalah ini penulis mecoba memaparkan tentang materi Terbentuknya
Federasi Malaya Hingga Kemerdekaan Singapura dan Brunei dalam matakuliah Sejarah
Asia Tenggara sebagai bahan dari kegiatan perkuliahan. Secara gari besarpenulis akan
memaparkan tentang Proses dan Polemik dalam Federasi Malaya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses Terbentuknya Federasi Malaya?
2. Mengapa Brunei Menolak Terlibat Dalam Federasi Malaya?
3. Bagaimana Proses Singapura Bergabung Dalam Federasi Malaya Hingga
Memisahkan Diri Dalam Federasi Malaya?

4
s

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Proses Terbentuknya Federasi Malaya.
2. Untuk Mengetahui Mengapa Brunei Menolak Terlibat Dalam Federasi Malaya.
3. Untuk Mengetahu Proses Singapura Bergabung Dalam Federasi Malaya Hingga
Memisahkan Diri Dalam Federasi Malaya.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Proses Terbentuknya Federasi Malaya


Meskipun bangsa Malaya sudah memperoleh kemerdekaan, tetapi perjuangannya
belum berakhir, masih banyak masalah yang harus dihadapi oleh bangsa Malaya. Belum
semua daerah milik bangsa Malaya menjadi satu kesatuan. Satu hal lagi yang belum bisa
dilakukan oleh bangsa Malaya adalah kemandirian secara penuh.
Bila diperlihatkan dari wilayah negara Persekutuan Tanah Melayu, maka daerah
jajahan Inggris di Semenanjung Malaya dan sekitarnya, belum semuanya memperoleh
kemerdekaan. Berdasarkan fakta tersebut rakyat Malaya ingin mempersatukan Singapura,
Brunei, Sabah, dan Serawak di Kalimantan Utara untuk menjadi satu negara nasional
Malaysia.
Di samping wilayahnya belum dapat disatukan seluruhnya. Persekutuan Tanah
Melayu belum mandiri dibidang pertahanan/keamanan, keuangan, dan politik luar negeri
untuk semua bidang itu PTM masih bergantung dari Inggris.
Kaum nasionalis yang non-kooperasi tersebut meskipun tidak dapat menerima tetap
mengajurkan kepada rakyat Malya untuk menyambut hari kemerdekaan itu dengan
pengertian bahwa perjuangan rakyat Malaya baru mencapai satu anak tangga
kemerdekaan yang masih harus diperjuangakan lagi. Cita-cita kaum nasionalis yang
sekarang sejalan dengan kehendak rakyat Malaya yaitu: menyatukan Singapura dan
Kalimantan Utara ke dalam persekutuan untuk mewujudkan suatu bangsa yaitu Malaysia.
Dengan demikian perjuangan Malaya selanjutnya difokuskan pada pembentukan
Malaysia yang meliputi: Malaya, Singapura, dan Kalimantan Utara yang pro Inggris dan
anti Komunis peluang untuk membentuk negara Malaya juga datang dari sikap Inggris
yang sedikit lunak terhadap jajahannya. Kemerdekaan Malaya pada tahun 1957
merupakan awal dari perjuangan baru. Karena itu di dalam tubuh PTM terdapat
bermacam-macam keinginan untuk mewujudkan masa depan Malaya. ada yang ingin
yang menjadikan Malaya menjadi negara Komunis dan ada kelompok yang ingin
merdeka sepenuhya bebas dari campur tangan Inggris.

6
Menghadapi bermacam-macam keinginan ini. Inggris memutuskan menyetujui
rencana Federasi Malaysia Yang diajukan oleh Tengku Abdul Rahman, selaku Perdana
Menteri Malaya dan sekaligus ketua UMNO pada bulan oktober 1961. Federasi
diharapkan dapat dibentuk dan terditi dari Malaya, Singapura, dan jajahan Inggris di
Kalimantan Utara (Sabah, Serawak, Brunei), selain itu Inggris sedang berusaha
melepaskan Singapura dari ancaman komunis. Pada sayap itu sayap kiri PAP (Peoples
Action Party) yang dikuasai komunis sangat berpengaruh sekali. Inggris khawatir kalau
hal tersebut di biarkan berlarut Singapura akan menadi semacam kuba bagi Malaya. Di
sisi lain, Inggris juga merasa yakin dengan menyetujui rencan tersebut. Ia dapat tetap
berperan di dalam negara baru itu nantinya.
Federasi dirasakan sangat perlu oleh Malaya selain mewujudkan cita-cita awal, juga
dalam rangka mengatasi masalah-masalah internal, terutama masalah kependudukan
yang tidak seimbang dan masalah ekonomi, pertimbangan-pertimbangan etnis tentang
keseimbangan suku Melayu dan Cina sejak dahulu sangat dominan dalam kerangka
pemikiran kenegaraan dan kebangsaan. Hal inilah yang menjadi penyebab ditolaknya
keinginan dari Singapura untuk bergabung dalam PTM pada tahun 1957.
Dilihat dari segi keuntungan ekonomi, Malaya yang haya kaya dengan karet, timah,
dan kelpa sawit, dalam Federasi nanti diharapkan akan bertambah kuat ekonominya
dengan dukungan posisi Singapura sebgai pusat perdagangan, industri, dan jasa, serta
Brunei yang kaya minyak buminya. Kerjasama ekonomi di antara negeri-negeri
Kalimantan Utara, Singapura, dan Malaya sendiri dengan pemerintaha pusat di Kuala
Lumpurakan membentuk sebuah Malaysia negara yang paling maju dari segi ekonomi di
seluruh Asia Tenggara.
Dari segi eksternal terutama dari segi pertahanan keamanan, penggabungan daerah-
daerah tersebut dalam suatu Federasi akan menyederhankan sistem pertahanan dan
keamanan, karena Federasi dapat dikeloa bersama sebagai suatu unit strategis. Federasi
akan tetap berada dalam lingkungan persemakmuran Inggirs, dan Inggris akan tetap
memberikan perlindungan militer kepada Federasi. Baik dalam menanggulangi ancaman
komunis maupun ancaman lain.

7
Dilihat dari segi politi, yakni kekhawatiran Tengku Abdul Rahman kalau-kalau
Singapura akan menajdi negara komunis, dan jika Singapura mencapai kemerdekaan
dalam keadaan demikian maka tentulah akan membahayakan kedudukan Malaysia.1

B. Proses Pembentukan Federasi Malaya


Dalam tahun 1959, setelah diadakan pemlihan umum persekutuan dan negeri (untuk
memilih parlemen federal dan wakil badab legislatif negara) untuk pertama kalinya di
dalam negara PTM yang merdeka. Pemilu ini bertujuan melanjutkan pemrintahan
berdemokrasi yang dipraktekkan oleh negara PTM. Sekali lagi persekutuan (UMNO-
MCA-MIC) itu membuktikan pengaruhnya walaupun popularitasnya jelas mulai
menurun. Pada tahun 1955, partai persekutuan mencapai 79.6% dari keseluruhan jumlah
suara. Sedangkan pada tahun 1959 menurun menjadi 51,5%. Dua partai oposisi muncul
dengan jumlah suara yang lumayan pada pemilu ini. Partai-partai itu adalah Pan Malyan
Islamic Party, (PMIP) yang memperoleh suaramayoritas dalam baan legislatif di negara
bagianTrengganu dan Klantan, dengan demikian menentukan dikedua negara bagian
tersebut. Front sosialis mengasai Dewan Kotapraja di Penang dan Malaka.
Setelah kemenangan pada tahun 1959, partai persekutuan (UMNO-MCA-MIC)
membentuk pemerintahan dengan memilih kembali Tengku Abdul Rahman sebagai
perdana menteri. Dua tahun setelah menduduki kembali jabatannya sebagai perdana
menteri, Tengku Abdul Rahman mematangkan rencannya mengenai pembentukan
Federasi Malaysia. Rencana ini diumumkan secara resmi pada tanggal 27 1961, dan
dalam lawatannya ke Singapura.Tengku Abdul Rahman menekankan bahwa PTM tidak
boleh berdiri sendiri. Satu ikatan antara daerah-daerah bekas jajahan Inggris di
Semenanjung dan harus dibentuk, dengan meyatukan dalam bidang politik dan ekonomi.
Rencana Tengku Abdul Rahman mendapat tanggapan yang beraneka ragam dari rakyat
PTM, Singapura, Serawak, Sabah, dan Brunei, Singapura menyetujui karena pada saat
itu sedang menghadapi masalah dalam negeri yang cukup berat dan sulit diatasi yaitu
msalah komunis. Dengan bergabung di dalam Federasi Malayasia MAKA kesulitan ini
menurut Lee Kuan Yew, Perdana Menteri Singapura dapat diatasi bersama di samping
masalah ekonomi. Rakyat Kalimantan Utara juga menyambut baik rencana itu, termasuk

1
Sulati, Skripsi: ”Sekitar Pembentukan Federasi Malaysia 1954-1965”(Yogyakarta: Universitas Santa
Dharma, 1997), hal 73-78
8
Brunei awalnya, karena mereka sangat menghendaki kemerdekaan. Hal ini dapat
diperoleh dengan bergabung di dalam Federasi
Tindakan selanjutnya yaitu membentuk suatu badab yang diberi nama Malaysia
Solidarity Consultative Commtte pada bulan Julli 1961 di Singapura, Serawak, Sabah,
Brunei, dan PTM sendiri.
Untuk mencegah terjadinya konflik, pada tahun 1961 Tengku Abdul Rahman
berkunjung ke Filipina guna menghilangkan kesalahpahaman mengenai rencana
pembentukan Federasi Malaysia. Hasilnya ialah akan dibentuk komite bersama yang
mengusulkan diadakannya suatu pertemuan tiga negara (PTM, Indonesia, dan Filipina)
guna memecahkan masalah-masalah yang ada, sehingga tercapai hubungan yang
harmonis dan terjalin kerjasama yang baik. langkah selanjutnya ialah membicarakan
rencana pembentukan Malaysia ini dengan pemrintahan Inggris di Landon pada bulan
Oktober 1961.
Pembicaraan antara Tengku Abdul Rahman dan Perdana Menteri Inggris Mc Millan
ini membuahkan hasil dan diputuskan dalam tiga hal pokok. Pertama, Inggirs dan Malay
menyetujui penggabungan (merger) Singapura dan Malaya. Kedua, Inggris dan Malaya
akan mengadakan penyelidikan yang mendalam tentang pembentukan Federasi Malaysia.
Untuk keperluan ini akan dibentuk sebuah komisi. Ketiga, persetujuan pertahanan antra
Inggris dan Malayas akan diperluas meliputi seluruh daerah Federasi Malaysia.
Sebagai tindak lanjut keputusan kedua, dibentuk komisi Cobbld, dengan tugas
meneliti kemungkinan pembentukan Federasi. Komisi ini diketuai oleh Lord Cobbold dan
beranggotakan Sir Anthony Abell, Sir David Watherston, Dato Wong Po Noe, dan Enche
Gazali Shafie.
Dari hasil penjajagan yang dimuat dalam Report of The Commission of Inquiry North
Borneo and Serawak tahun 1962 diketahui adanya suara pro dan kontra terhadap
pembentukan Federasi. Laporan ini menyebutkan bahwa sepertiga penduduk menyetujui
tanpa syarat, sepertiga lain dengan syarat agar kepentingan daerah terjamin dan sepertiga
lain terbagi dua suara. Sebagian ingin tetap terus di bawah pemrintahan Inggris, dan
sepertiga lain ingin memperoleh kemerdekaan terlebih dahulu sebelum bergabung
Federasi.

9
Keptusan-keputusan lain yang dihasilkan oleh komisi Cobblod ilaha perlunya suatu
masa peraihan antara satu sampai sepuluh tahun. Wakil Malaya menghendaki datu tahun.
Kepala Federasi akan ditunjuk oleh Yang Dipertuan Agung dengan persetujuan Ratu
Inggris. kepala negara akan dipilih di antara sultan-sultan Mlaya dan Brunei. Islam
menjadi agam negara, dengan jaminan kebebasan agama bagi pemeluk-pemeluk agama
lain dan bahasa melayu menjadi bahasa nasional.
Pembentukan Federasi Malaysia walaupun pada umumnya memperoleh dukungan
yang cukup besar dari daerah-daerah bersangkutan, bukanlah tanpa hambatan. Terdapat
banyak partai politik yang menentang pembentukan Federasi baik di Malaya sendiri
maupun di Singapura dan Kalimantan Inggris (British North Borneo). Di Malaya, Front
Sosialis, Partai Islam se-Malaya (PAS) termasuk yang menentang. Di Singapura,
Barisan Sosialis Singapura, Partai Pekerja dan Partai Rakyat Singapura juga
menentang. Sedangkan di Kalimantan Utara, Partai Ra’ayat Brunei di Brunei dan
serawak United Peoples Party di Serawak termasuk partai-partai yang tidak setuju
terhadap pembentukan Federasi.
Setahun kemudian barulah ada tentang keras terhadap rencana pembentukan
Federasi Mlaysia , diawali dengan pecahya pemberontakan di Brunei pada tanggal 8
Desember 1962 yang diprakarsi oleh Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU)
pimpinan Azhari, pada tanggal yang sama TNKU memproklamsikan kemerdekaan
Brunei setelah pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh Inggris, secara tiba-tiba pada
permulaan tahun 1963, Sultan Brunei Sir Omar Saifuddin, menolak untuk bergabung ke
dalam Federasi Malaysia pada tanggal 8 Januari 1963. Setelah sebelumnya diawali
dengan ketegangan hubungan diplomatik Jakarta-Kuala Lumpur.
Untuk mengatasi ketegangan ini. Filipina membawa Malaya dan Indonesia ke meja
perundingan. Inisiatif ini diterima dengan baik oleh Malaya maupun Indonesia dengan
menghadiri Konferensi Tingkat wakil-wakil mwnteri luar negeri yang diadakan di Manila
dari tanggal 9 -17 April 1963. Pertemuan ini merupakan persiapan untuk mengadakan
Konferensi Tingkat Menteri Luar Negari yang direncanakan akan berlangsung pada bulan
Juni mendatang.

10
Jepang melihat bahwa proses pembentukan Federasi Mlaysia sudah menjurus pada
kecurigaan Indonesia sebagai proyek neo-kolonialisme Inggris. Maka pada tanggal 31
Mei- 1 Juni 1963, Jepang menyediakan tempat pertemuan di Tokyo antara Presiden
Soekarno dengan Perdana Mnteri Tengku Abdul Rahman, untuk mengadakan
pendekatan. Tujuannya ialah untuk menghilangkan kecurigaan-kecurigaandi antara
kedua belah pihak. Pertemuan ini berhasil meredakan ketegangang antara kedua negara
tersebut untuk sementara waktu. Pertemuan Tokyo menyepakati sebuah prinsip yaitu,
tetap memlihara semangat persahabatan Indonesia-Malaya yang ditandatangani pada
tahun 1959.
Untuk merumuskan lebih lanjut hasil pertemuan Tokyo diadakan lagi perundingan
para mentri luar negeri ketiga negara: Malaya (PTM), Indonesia, dan Filipina di Manila,
dari tanggal 7 sampai 11 Juni 1963 sesuai rencana semula.
Dalam pertemuan ini diperoleh kejelasan sikap politik Indonesia dan Filipina. Kedua
negara ini tidak keberatan atas pembentukan Federasi Malaysia, asal hal itu dilakukan
atas dasar hak penentuan nasib sendiri bagi rakyat di wilayah-wilayah yang hendak
digabungkan. Dan ditentukan oleh otoritas yang beabs dan tidak memihak, yaitu Sekretasi
Jendral PBB atau penjabat yang mewakilinya.
Sementara suasana hampir mereda, pada tanggal 9 Juli 1963 Perdana Menteri
Tengku Abdul Rahman berangkat ke London. Tujuannya untuk menandatangani
dokumen persetujuan dengan pemerintahan Inggris mengenai pembentukan Federasi
Malaysia, yang direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 1963. Tindakan
ini menimbulkan ketegangan baru.
Meskipun demikian Konferensi Tingkat Tinggi ketiga negara tersebut berlangsng juga
pada bulan Juli sampai Agustus 1963 di Manila. KTT tersebut menghasilkan tiga
keputusan: Deklarasi Maniala (Maphilindo), Persetujuan Manila dan Komunike
Bersama. Mengenai pembentukan Federasi Malaysia ketiga negara sepakat untuk
meminta sekretaris Jendral PBB agar menyelidiki keinginan Federasi. PTM sendiri
memutuskan menunda proklamasi Federasi Malaysia sampai tim PBB mengumumkan
hasilnya. Indonesia dan Filipina menyambut baik pembentukannegara Malaysia,
bilamana dikehendaki rakyat yang bersangkutan.

11
Sesuai dengan hasil KTT Manila, Sekretaris Jendral PBB, U Thant membentuk
sebuah tim yang dipimpin oleh Michelmore (seorang diplomasi Amerika Serikat). Tim
ini bertugas untuk mengadakan penyelidikan di Serawak dan Sabah, guna memastikan
kehendak rakyat di kedua daerah mengenai pembentukan Federasi Malaysia. Misi ini
mulai bekerja pada tanggal 26 Agustus 1963.2

C. Kemerdekaan Federasi Malaysia


1. Proses Kemerdekaan
Atas kesepakatan pemerintah Inggris dan PTM, maka pada tanggal 29 Agustus
1963, Kuala Lumpur mengumumkan penundaan pembentukan Federasi Malaysia dari
tanggal 31 Agustus 1963 menjadi 16 September 1963, sebelum misi PBB selesai dengan
tugasnya. Hal ini menurut Indonesia dan Filipina telah menyimpang dari
kesepakatansemula dan memalukan dunia. Kemudian pada tanggal 3 September 1963,
Indonesia mengajukan protes resmi pada PTM.
Hasil misi U Thant yang diumumkan pada tanggal 14 September 1963 pada
dasarnya menguntungkan Kuala Lumpur. Hasil misi itu menyatakan bahwa sebagian
besar rakyat Sabah dan Sarawak menyetujui bergabung dalam Federasi. Baik Indonesia
maupun Filipina tidak dapat menerima hasil dari misi PBB itu karena beranggapan
prosedurnya tidak sah. Hal ini tidak dapat mengubah kondisi yang memang sudah terlebih
dulu diantisipasi oleh PTM.
Federasi tetap dibentuk pada 16 September 1963. Segera timbul reaksi kerasdari
Filipina dan Indonesia, yang menuduhTengku Abdul Rahman telah menyimpang dari
KTT manila. Kedua negara tersebut menyatakan untuk tidak mengakui Federasi, sampai
tim PBB mengoreksi survei bulanAgustus di Sabah dan Serawak untuk menentukan
apakah kedua teritorial ini ingin bergabung dalam federasi atau tidak. Menteri Luar
Negeri Filipina mengumumkan bahwa status Kedutaan Besar Malaya (PTM) di Manila
akan kembali menjadi konsultan, sampai Filipina mengakui Federasi. Duta Besar Filipina
di Kuala Lumpur dan Jakarta ditarik.

2
Sulati, Skripsi: ”Sekitar Pembentukan Federasi Malaysia 1954-1965”(Yogyakarta: Universitas Santa
Dharma, 1997), hal 78-87

12
Sehari setelah pernyataan berdirinya Negara Federasi Malaysia, maka pada tanggal
17 September 1963, Malaysia memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Indonesia
dan Filipina. Tengku Abdul Rahman sebagai Perdana Menteri mengatakan bahwa
Malaysia tidak punya pilihan lain. Karena, Indonesia memutuskan hubungan diplomatik
dengan Malaysia tanpa alasan yang jelas. Juga permohonan Manila untuk mengurangi
Staf kedutaanya di Kuala Lumpur tidakditerima. Konfrontasi dengan Indonesia dan
Filipina terus berlanjut sampai tahun 1965.
2. Sistem Politik dan Pemerintahan
Federasi Malaysia meliputi 4 teritori yaitu: Malaya, Singapura, Sabah, dan Serawak.
Pusat pemerintahan ada di Kuala Lumpur. Parlemen Malaya kemudian di perluas untuk
dapat mencapai perwakilan dari ketiga teritori tersebut. Meskipun keempat teritori
tersebut sudah memerdekakan diri, tetapi basis militer Inggris tetap berada di Singapura
dan Malaya. Basis militer ini diikat oleh perjanjian untuk mempertahankan Malaysia,
sepertihalnya Australia dan Selandia Baru. Perdana Menteri PTM, Tengku Abdul
Rahman, secara otomati smenjadi PM Malaysia dan dilantik di Kuala Lumpur.
Perubahan bentukdari PTM menjadi Federasi Malaysia, tidak banyak mengalami
perubahan dalam system pemerintahan. Bentuk pemerintahan tetapMonarki
Konstitusional, yang diperhatikan oleh seorang raja dengan gelar yang Dipertuan Agung.
Raja dipilih dari seorang raja-raja Melayu oleh Sembilan raja itu sendiri secara bergantian
setiap lima tahun sekali. Anggota dewan tetap dipilih oleh rakyat. Raja bertindak atas
pertimbangan perdana Menteri dan kabinet melantik hakim-hakim untuk Mahkamah
Persekutuan dan Mahkamah Tinggi, dan menjadi Panglima Tertinggi Angkatan
Bersenjata Diraja Malaysia. Raja juga bertanggung jawab untuk memelihara kedudukan
istimewa orang-orang Melayu, Bumi putera Sarawak, dan Sabah serta hak-hak
kepentingan masyarakat lainnya.

13
Mengenai kekuasaan, setiap negara bagian dibagi dalam distrik-distrik yang
diketuai oleh seorang District Officer. Setiap distik dibagi lagi atasMukmin, yang diketuai
oleh penghulu dan tiap Mukmin terdiri dari kapung-kampung yang diketuai oleh seorang
Kepala Kampung. Pemerintah di kedua negara bagian Sabah dan Serawak masing-masing
dilakukan oleh kabinet yang dikepalai oleh Ketua Menteri dibantu dengan para Menteri
negara bagian masing-masing.
1. Parlemen
Parlemen terdiri atas dua badan yaitu: Dewan Negara (State) dan Dewan Rakyat (House
of Representative).
2. Dewan Negara
Beranggotakan 68 orang: 40 orang diangkat oleh Yang Dipertuan Agung: 26 dipilih
oleh Dewan-dewan Undangan Negere ketigabelas negara bagian (masing-masing
diwakili 2 orang). Dua orang diangkat Yang Dipertuan Agung dari wilayah persekutuan
(Kuala Lumpur). Dewan Negara dipimpin oleh seorang Yang Dipertuan. Dewan Negara
dan wakilnya, yang dipilih oleh Dewan Negara dari anggota-anggotanya.
3. Dewan Rakyat
Dewan Rakyat beranggotakan 170 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 132 orang
wakil Semenanjung Malaya, 21 orang dari Sabah, dan 24 orang dari Serawak. Anggota
dewan dipilih secara langsung oleh warga negara Malaysia yang sudah berumur 21 tahun
dari masing-masing daerah pemilihan (constituency). Dewan Rakyat diketuai Oleh Yang
Dipersatukan Dewan Rakyat. Ketua tersebut dipilih di antara anggota dewan rakyat atau
orang luar yang mempunyai hak pilih dan dibanTu oleh wakil yang dipilih dari anggota-
anggotanya.3

D. Penolakan Brunei Terhadap Federasi Malaya

Pada tahun 1959, Brunei Mengeluarkan sebuah konstitusi baru yang


menyatakan peembentukan pemerintah sendiri dan enggan ingin menjadi dari bagian
federasi Malaysia, sedangkan urusan luar negeri, pertahanan dan keamanan tetap
menjadi milik Britana Raya yang di wakili oleh komisaris tinggi. Sebenernya Brunei
sudah berusaha untuk menggunankan sistem badan legislatif terpilih yang di wakili

3
Sulati, Skripsi: ”Sekitar Pembentukan Federasi Malaysia 1954-1965”(Yogyakarta: Universitas Santa
Dharma, 1997), hal 87-92

14
oleh partai politik, namun usaha tersebut gagal akibat pemberontakan yang di
lakukan partai oposisi, Partai Rakyat Brunei (PRB) pada tahun 1962. Pemberontakan
bersenjata tersebut berhasil digagalkan oleh pasukan bersenjata Inggris.
Pada awal tahun 1960-an, Brunei mendapat tawaran untuk bergabung dengan Malaysia,
negara tetangga yang baru saja Merdeka. Namun tawaran tersebut di tolak, Sultan tetap
memutuskan untuk membentuk Brunei sebagai negara yang terpisah dari Malaysia
Meski demikian, Brunei ini bukanlah Brunei seperti di masa lalu yang mencakup
Serawak dan Sabah. Inggris menjadikan Sarawak sebagai negara bagian berstatus
otonom di bawah federasi Malaysia pada tanggal 16 September 1963.
Seandainya Brunei bergabung kedalam Federasi Malaysia, maka yang akan
terjadi adalah Brunei bukan saja akan di kenakan Pajak hasil minyak bumi, malah
95% hasil minyak akan dihisap oleh Kuala Lumpur dan Brunei hanya akan mendapat
5% sisanya. Implikasinya, Rakyat Brunei akan membeli minyak dengan harga yang
lebih mahal yaitu 1.90 Ringgit Malaysia per liter dibandingkan dengan harga Brunei
saat ini yaitu 0.90 Ringgit Malaysia per liter. Pendapatan perkapita rakyat juga
Brunei mungkin akan sama dengan Sarawak yaitu 30,000 Ringgit Malaysia
dibandingkan dengan pendapatan perkapita rakyat Brunei saat ini yaitu sekitar
62,000 Ringgit Malaysia (20,000 US Dolar).
Rakyat Brunei yang hendak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi akan
terpaksa meminjam dari Bank dan dikenakan bunga yang tinggi. Orang orang Asing
akan banyak yang menjadi Pemimpin BUMN di sektor migas dengan gaji mahal
tanpa adanya larangan dari para politikus, sedangkan rakyat Brunei hanya akan di
beri jabatan rendah dengan gaji yang rendah juga. Harga mobil import akan mahal
dan rakyat Brunei akan banyak yang terpaksa membeli mobil Proton yang
sebenarnya design awalnya meniru dari mobil Mistubishi. Jalan antara kota di Brunei
akan menjadi jalan yang rusak dan berlubang, seperti halnya kebanyakan jalan yang
di tambal sulam setiap akhir tahun layaknya di banyak tempat di Sarawak.4

4
Abdl Fajri, Skripsi, “Peran Organisasi Pergerakkan Dalam Dalam Pemisahan Brunei-Malaysia Tahun
1946-1962” (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018), Hal. 43-45

15
E. Proses Kemerdekaan Brunei
Pada tahun 1959, Brunei mengeluarkan sebuah konstitusi baru yang menyatakan
pembentukan pemerintahan sendiri, sedangkan urusan luar negeri, pertahanan dan
keamanan tetap menjadi milik Britania Raya yang diwakili oleh Komisaris Tinggi.
Sebenarnya Brunei sudah berusaha untuk menggunakan sistem badan legislatif terpilih
yang diwakili oleh partai politik, namun usaha tersebut gagal akibat pemberontakan
yang dilakukan oleh partai oposisi, Partai Rakyat Brunei pada tahun 1962.
Pemberontakan bersenjata tersebut berhasil digagalkan oleh pasukan bersenjata
Inggris.
Pada awal tahun 1960-an, Brunei mendapat tawaran untuk bergabung dengan
Malaysia, negara tetangga yang baru saja merdeka. Namun tawaran tersebut ditolak,
Sultan tetap memutuskan untuk membentuk Brunei sebagai negara yang terpisah dari
Malaysia. Pada tahun 1967, Sultan Omar Ali Saifuddin turun takhta dan digantikan
anak sulungnya, Sultan Hassanal Bolkiah. Sementara itu mantan Sultan Omar Ali
Saifuddin menjabat sebagai menteri pertahanan dan mengambil gelar “Seri Begawan”.
Pada tahun 1970, Ibukota Brunei Town berubah nama menjadi Bandar Seri
Begawan dengan tujuan untuk menghormati jasa Sultan Omar Ali Saifuddin. Sembilan
tahun kemudian, Brunei dan Inggris menandatangani perjanjian baru berupa Perjanjian
Kerjasama dan Persahabatan. Barulah pada tanggal 1 Januari 1984 Brunei memperoleh
kemerdekaannya secara penuh.5

F. Upaya dan Pertimbangan Singapura


Setelah pemilihan umum pada tahun 1959 dimenangkan oleh PAP, pemerintahan
di Singapura didominasi oleh PAP yang dipimpin oleh Lee Kuan Yew sebagai perdana
menteri. Semua yang berhubungan dengan rencana pengembangan dan kemajuan
Singapura, ditentukan oleh kebijakan-kebijakan Lee Kuan Yew dan kabinetnya di
parlemen. Sehingga tidak mudah bagi Lee dan kabinetnya untuk menyusun berbagai
kebijakan yang sesuai untuk dapat membuat Singapura bertahan sebagai suatu negara
pulau yang sangat kecil di tengah-tengah berbagai macam bahaya yang sewaktu-waktu
dapat menghancurkan Singapura dan pemerintahannya.

5
Muh. Miftachun Niam, “Sejarah Brunei Darussalam”, Universitas Slamet Riyadi, Surakarta, Hal. 10-11
16
Dalam Biografinya Lee menyatakan,
It was a Victory but i was not jubilant. I had begun to realise the weight of the
problems that we were to face, Unemployment, high expectations of rapid result,
communist unrest, more subversion in the unions, School and association, more
strikes, fewer investment, more trouble.
Keadaan Singapura yang penuh dengan berbagai macam ancaman keamanan
maupun kehancuran perekonomian telah membuat Lee Kuan Yew khawatir akan masa
depan Singapura. Dia menyatakan kemenangannya tidak membuatnya terlalu bergembira
karena masih banyak masalah yang harus ia selesaikan untuk kemajuan Singapura di
masa yang akan datang.
Pada masa-masa awal pemerintahannya, Lee sudah menyadari bahwa pada saat itu
ia harus mengatasi penurunan perekonomian di Singapura. Singapura merupakan suatu
negara pulau dengan luas wilayah yang tidak terlalu besar. Salah satu yang paling penting
dalam kemajuan ekonominya adalah lokasinya yang strategis, sebagai pelabuhan
entreport, namun pertumbuhan populasi yang begitu cepatnya di Singapura membuat
lapangan pekerjaan yang tersedia tidak mampu untuk menampung sumber daya manusia
yang ada di Singapura.
Singapura perlu untuk membuat suatu kebijakan yang dapat mengatasi keterbatasan
lapangan pekerjaan tersebut, ia perlu meningkatkan berbagai industri yang dapat
menampung lebih banyak lagi tenaga kerja. Namun permasalahannya adalah, kondisi
politik di Singapura yang tidak kunjung stabil, membuat para investor asing takut untuk
menanamkan modalnya di Singapura. Berbagai aksi pemogokan yang dilakukan oleh
para pekerja, pemberontakan para pelajar, dan pengaruh komunis yang belum kunjung
reda membuat stabilitas keamanan di Singapura menjadi terganggu.
Ditambah lagi oleh luas wilayah Singapura yang kecil, dirasakan masih kurang
untuk memenuhi pasar barang-barang industri yang nantinya akan dikembangkan,
sehingga Singapura membutuhkan suatu pasar yang lebih besar lagi untuk menjual hasil-
hasil produksinya. Oleh karena itu pemerintahan Lee Kuan Yew harus membuat suatu
kebijakan yang tepat untuk mengatasi berbagai permasalahan ekonomi dan stabilitas
keamanan yang ada di Singapura. Jika ia tidak dapat menyelesaikan permasalahan di atas,

17
maka ia tidak akan mendapatkan kepercayaan Inggris untuk memperoleh kemerdekaan
secara penuh.
Pada saat itu bagi Lee Kuan Yew dan Dr. Goh Keng Swee selaku menteri keuangan
pertama Singapura, merasa bahwa satu-satunya cara untuk mengatasi perekonomian di
Singapura yang semakin memburuk adalah dengan jalan bergabung di dalam Federasi
Malaya. Karena tanpa suatu bentuk integrasi ekonomi atau Common Market, Singapura
dan Malaya akan menemukan diri mereka masing-masing bersaing secara langsung
dalam memajukan perekonomiannya, terutama dalam menarik minat para investor asing.
Ketika Singapura mengalami kesulitan untuk melindungi industri lokalnya dari
persaingan perdagangan luar negeri, pada saat yang bersamaan, Singapura menghadapi
rintangan berupa pajak yang diberlakukan di dalam Federasi Malaya untuk menghalangi
produksi manufaktur Singapura dalam memasuki pasar Federasi Malaya. Tentu saja hal
ini sangat menyulitkan bagi Singapura, sehingga Singapura merasa perlu untuk
mengadakan kesepakatan dengan Malaya untuk menyelamatkan perekonomiannya.
Dengan demikian alasan utama bagi Singapura untuk mengajukan rencana
penggabungan dengan Federasi Malaya adalah untuk menyelesaikan masalah
perekonomian, dikarenakan terbatasnya prospek Singapura untuk melakukan impor dan
pertukaran barang-barang dagangan. Bagi Singapura, bergabung dengan Malaya adalah
sesuatu yang sangat mendesak, karena tanpa bergabung di dalam Federasi Malaya, maka
keadaan ekonomi dan politik di Singapura sebagai suatu negara independen akan
mengalami kemunduran,
Namun tentu saja perjuangan Singapura tidak akan mudah dalam meyakinkan
Federasi Malaya untuk dapat menyetujui rencana penggabungan tersebut, hal itu
dikarenakan banyaknya perbedaan antara kedua negara yang akan menjadi pertimbangan
bagi Malaysia untuk dapat menerima Singapura masuk ke dalam federasi. Pertimbangan
pertama bagi Tunku sehingga ia enggan membicarakan proses penggabungan Singapura
ke dalam Federasi Malaya adalah dikarenakan banyaknya etnis Cina yang menjadi
mayoritas penduduk di Singapura, sehingga Tunku takut bahwa dengan masuknya
Singapura maka akan menggangu keseimbangan ras yang ada di dalam Federasi Malaya.

18
Pertimbangan lainnya bagi Tunku untuk menolak Singapura masuk di dalam
Federasi Malaya adalah, Tunku meyakini bahwa nasionalisme etnis Cina yang ada di
Singapura terhadap negeri yang menjadi tempat tinggal mereka saat ini masih kurang.
Karena banyak dari etnis Cina yang ada di Singapura masih mengganggap bahwa negeri
asal mereka Cina lebih penting daripada Tanah Melayu.6
G. Perundingan Singapura dan Malaysia
Setelah Tunku mendeklarasikan proposal rencana pembentukan Federasi Malaysia
pada tanggal 27 Mei 1961, maka Tunku menawarkan dua alternative bentuk
penggabungan yang sesuai untuk Federasi Malaysia. Lalu dipilihlah alternatif yang
pertama yang dipertimbangkan paling cocok untuk bentuk federasi tersebut. Sebagai
langkah awal ia ingin lebih dahulu memasukkan wilayah Borneo dan Sarawak sebagai
bagian dari Federasi Malaysia, baru kemudian disusul dengan penggabungan Singapura,
keinginan Tunku tersebut untuk menjamin bahwa Borneo dan Sarawak akan benar-benar
menjadi bagian dari Federasi Malaysia. Karena tanpa Borneo dan Sarawak Tunku akan
enggan untuk memasukkan Singapura seorang diri di dalam federasi tersebut.
Mengenai Singapura, Tunku ternyata menggunakan model yang ia beri nama
Ulster, untuk menyebut model hubungannya dengan Singapura. Dikarenakan Malaysia
menolak untuk melakukan penggabungan secara keseluruhan dan memasukkan
Singapura secara utuh sebagai suatu bagian dalam Federasi Malaysia. Mengikuti model
tersebut, Singapura sebagai suatu negara bagian, diberikan hak otonomi wilayah untuk
menentukan permasalahan dalam negerinya sendiri, terutama dalam bidang pendidikan
dan tenaga kerja, kecuali untuk masalah pertahanan, hubungan luar negeri dan kemanan
internal masih berada di bawah kontrol pusat. Untuk masalah pertahanan memang masih
menjadi tanggung jawab Malaysia, Inggris hanya dapat membantu apabila dimintai
bantuan oleh Malaysia. Karena pangkalan militer Inggris masih sangat penting untuk
mempertahankan Singapura dari ancaman kekuatan asing ataupun komunis.

6
Safira, Skipsi, “SINGAPURA DALAM FEDERASI MALAYSIA 1961- 1965” (Depok: UI,2010), Hal.32-35
19
Sebagai penyeimbang bagi hak otonomi yang telah diberikan kepada Singapura,
maka Singapura hanya mendapatkan proporsi perwakilan di parlemen lebih kecil dari
jumlah populasi yang ada di Singapura. Singapura hanya mendapatkan 15 kursi dari 25
kursi yang seharusnya ia dapatkan. Malaysia menerapkan kebijakan tersebut kepada
Singapura, untuk membatasi keikutsertaan Singapura dalam perpolitikan di Malaysia.7

I. Keluarnya Singapura dari Federasi Malaysia

A. Faktor-faktor penyebab
1. Persaingan Politik antara Singapura dan Malaysia Semenjak awal proses
pembentukan Federasi Malaysia, hubungan antara Singapura dan Federasi
Malaya memang kurang berjalan dengan baik. Berbagai perbedaan telah membuat
hubungan mereka menjadi tidak harmonis dan penuh dengan persaingan, terutama
persaingan di bidang politik. Persaingan tersebut sudah mewarnai proses
pembentukan Federasi Malaysia, sejak perdana menteri Singapura
mendeklarasikan kemerdekaan Singapura pada tanggal 31 Agustus 1963 tanpa
sepengetahuan Tunku Abdul Rahman. Tunku menyebut tindakan tersebut sebagai
suatu bentuk penghinaan bagi Pemerintah Federal. Pemilu yang dilaksanakan di
Singapura pada tahun 1963, juga memperjelas persaingan politik antara Singapura
dan Federasi Malaya.
Pada saat itu Lee menuduh Tunku telah masuk ke dalam wilayah
perpolitikan Singapura, dengan dukungannya terhadap SA di pemilu Singapura.
Dalam biografinya Lee mengatakan bahwa Tunku memimpikan partai aliansi
gabungan dari SPA- UMNO-MCA-MIC (SA), sebagai wakil dari etnis Melayu
untuk mengontrol Singapura di dalam parlemen. Namun, ternyata dari 42
kandidat SA, tidak ada satupun yang mampu memenangkan kursi di parlemen.
PAP berhasil mengalahkan SA di tiga wilayah pemilihan yang mayoritas
penduduknya adalah etnis Melayu, yaitu Southern Islands, Kampong
Kembangan, dan Geylang Serang. Kenyataan tersebut membuat Tunku sangat
marah, karena ia tidak menyangka akan kehilangan suara di antara etnis Melayu
yang ternyata pada saat itu lebih mempercayai PAP sebagai wakil dari mereka
di dalam parlemen

7
Safira, Skipsi, “Singapura Dalam Federasi Malaysia 1961- 1965” (Depok: UI,2010), Hal.38-39
20
Singapura. Tidak hanya itu, Lee juga sangat kecewa terhadap keikutsertaan
federasi di dalam pemilu di Singapura, sehingga persaingan politik di awal
pembentukan Federasi Malaysia, sudah mencerminkan keretakan hubungan
kedua negara.
2. Keikutsertaan PAP dalam Pemilihan umum Federasi Malaya Tahun 1964.
Pada Tanggal 1 Maret 1964, pemimpin PAP Toh Chin Chye
mengumumkan keputusannya untuk ikut bersaing dalam pemilihan umum di
Federasi Malaya yang akan dilaksanakan pada bulan April 1964. Keputusan
tersebut diambil setelah beberapa bulan sebelumnya Lee Kuan Yew
berkata kepada Tunku untuk memastikan bahwa Singapura tidak akan ambil
bagian dalam pemilu Pemerintah Federal. Tentu saja keputusan tersebut sangat
krusial dan akan membuat perselisihan di antara PAP dan pemerintah pusat
menjadi semakin buruk. Karena Pemerintah Federal melihat keputusan PAP
tersebut sebagai tantangan bagi dominasi politik mereka di dalam Federasi
Malaya. Partisipasi Singapura dalam pemilu federal juga dirancang untuk
membongkar kelemahan dari MCA, salah satu partai aliansi UMNO.
Lee Kuan Yewmenyatakan bahwa walaupun MCA kuat secara finansial,
namun pada dasarnya ia sangat lemah. Tuduhan tersebut telah mencerminkan
bahwa PAP sebenarnya ingin menggantikan MCA sebagai salah satu partai
aliansi yang mewakili etnis Cina di Malaysia. Keputusan Lee tersebut
dilatarbelakangi oleh hubungannya yang sudah tidak berjalan baik dengan MCA
dan pemimpinnya Tan Siew Sin yang juga menjabat sebagai menteri keuangan di
dalam Federasi Malaysia. Pada awal-awal proses perundingan
pembentukan Federasi Malaysia, terjadi perdebatan yang sengit antara Lee Kuan
Yew dengan Tan Siew Sin untuk menyepakati persetujuan finansial kedua negara.
Sehingga selain dari pada PAP ingin menggantikan MCA dalam aliansi dan
menginginkan adanya kerjasama politik dengan UMNO, hubungan kedua partai
yang sejak awal tidak berjalan baik menjadi salah satu faktor pendorong
keputusan PAP tersebut.

21
Melihat tindakan PAP sebagai suatu bentuk permusuhan, maka MCA
berusaha meyakinkan dengan jelas bahwa PAP berusaha menggantikan posisinya
di dalam partai aliansi, ketika UMNO juga memandang intervensi PAP dalam
pemilu sebagai usaha untuk menumbangkan partai aliansi dari dalam.
Partaialiansi menunjukan bahwa indikasi dari keikutsertaan PAP di dalam pemilu
adalah untuk menghancurkan MCA, dan kemudian baru menyerang UMNO,
untuk menerima PAP sebagai partner atau memaksa UMNO untuk bekerjasama
dengannya. Jika PAP berhasil untuk mengalahkan MCA, maka tidak akan
diragukan lagi posisi UMNO juga akan ikut terancam.
3. PAP Menjadi Partai Oposisi
Setelah kekalahannya dalam pemilihan umum di Malaysia, PAP menjadi
partai oposisi yang terbesar di dalam dewan rakyat dengan 13 kursi yangberhasil
ia dapatkan, walaupun begitu PAP tidak memiliki pengaruh yang cukup besar
dalam setiap keputusan yang diambil oleh parlemen. Karena kedudukannya hanya
sebagai partai minoritas. Namun dengan posisinya yang baru sebagai partai
oposisi, persaingan di antara PAP dan UMNO di dalam Federasi Malaysia
menjadi semakin jelas.
Sebagai suatu partai oposisi, PAP mulai membangun cabang-cabangnya di
setiap wilayah yang akan diperebutkan dalam pemilu-pemilu yang akan datang.
Keputusan PAP tersebut telah menandakan bahwa PAP tidak mematuhi
kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya, bahwa Singapura tidak akan
masuk dalam perpolitikan di Malaysia. Sebagai upaya untuk mencegah PAP
menjadi suatu kekuatan yang serius di dalam Federasi Malaysia, maka langkah
selanjutnya yang diambil oleh Pemerintah Federal, yang dipimpin oleh UMNO,
adalah melakukan berbagai usaha untuk menjatuhkan PAP di dalam perpolitikan
di Singapura. Mereka mulai merencanakan suatu kampanye untuk meningkatkan
sentimen etnis Melayu di Singapura terhadap PAP.

22
4. Kampanye Anti-PAP di Singapura
Dalam masa-masa setelah PAP ikut serta dalam pemilihan umum
diSingapura dan memutuskan untuk menjadi partai oposisi, UMNO
memutuskanuntuk segera merencanakan tindakan sebagai usaha untuk
memperlemah posisi PAP di S ingapura, sebelum partai tersebut menjadi
semakin kuat dan menjadi saingan yang membahayakan posisi partai aliansi di
dalam Federasi Malaysia.
Kampanye tersebut banyak dibantu oleh koran berbahasa Jawi, yaitu
UtusanMelayu. Utusan Melayu ditulis dalam bahasa Jawi, yang tidak dimengerti
oleh pemerintahan PAP yang kebanyakan adalah etnis Cina. Koran tersebut
melakukan propaganda politik yang meyudutkan posisi PAP di antara etnis
Melayu Singapura. dalam editorialnya Utusan Melayu menuduh PAP dan Lee
Kuan Yew telah melakukan penghapusan terhadap hak-hak istimewa etnis
Melayu di Singapura. dan dalam editorial berikutnya ia mengatakan bahwa etnis
Melayu di Singapura, hari ini menghadapi suatu ancaman, tekanan dan
penganiayaan oleh pemerintah.
Usaha - usaha yang dilakukan untuk menyerang PAP semata-mata hanya
untuk melemahkan posisi PAP di dalam pemerintahan di Singapura. Selain itu,
Pemerintah Singapura membuat suatu kebijakan untuk membuat perumahan
baru bagi warga Singapura yang menghubungkan rencana pembaharuan kota
dan perkembangan komplek industri Jurong.Ternyata area
yang dipakai untuk melakukan rencana pembangun tersebut adalah, kebanyakan
dihuni oleh etnis Melayu, sehingga sebanyak 5000 atau lebih keluarga etnis
Melayu Singapura harus pindah dan mencari tempat tinggal yang baru. Hal ini
mengakibatkan berbagai tuduhan yang dialamatkan kepada Pemerintah Singapura
yang telah mengusir etnis Melayu dari daerah tempat tinggalnya. Hal-hal inilah
yang menjadikan UMNO lebih mudah untuk melakukan kampanye anti-PAP
terhadap etnis Melayu Singapura, karena melihat kenyataanya bahwa pemerintah
sudah tidak lagi berpihak terhadap kepentingan etnis Melayu, bahkan sudah
menomor duakan mereka.

23
Keadaan makin diperparah dengan keikutsertaan Syed Jaffar Albar dalam
kampanye yang dilakukannya secara berapi-api untuk menyerang PAP. Syed
melakukan kampanye anti-PAP dalam suatu rapat yang akan dihadiri oleh wakil-
wakil etnis Melayu Singapura. Dalam rapat tersebut dia berbicara di depan umum
dengan sangat bergairah, sebagai usaha untuk menyulut kebencian etnis Melayu
terhadap pemerintahan PAP di Singapura. Kampanye yang dilakukan oleh Syed
berhasil membangkitkan kemarahan etnis Melayu terhadap pemerintahan PAP
dan meminta pemerintah PAP bertindak secara adil dalam mensejahterakan etnis
Melayu Singapura di berbagai bidang kehidupan.
5. Permusuhan antara Etnis Cina dan Etnis Melayu.
Federasi Malaysia di dalam konstitusinya menjamin keistimewaan posisi bagi
etnis Melayu, di luar dari kekuatan ekonomi, mereka memperoleh kekuasaan
dibidang politik dan kontrol administratif di berbagai bidang. Singapura, di sisi
lain, mempunyai tradisi persamaan hak bagi setiap etnis di dalam setiap hubungan
yang menyangkut pemerintahan dan warganegaranya.
Melihat kenyataan tersebut maka, etnis Melayu yang ada di Singapura, juga
menginginkan perilaku istimewa yang sama seperti yang didapatkan oleh etnis
Melayu yang berada di Malaysia. Sehingga keadaan tersebut menjadikan kondidi
etnis Melayu Singapura menjadi terbelakang diabandingkan dengan etnis Cina
yang sudah semakin maju dalam berbagai bidang. Fakta tersebut menjadikan
ketegangan antara etnis Melayu dan etnis Cina di Singapura semakin meningkat.
Ditambah lagi dengan usaha-usaha Pemerintah Federal dalam menjatuhkan image
pemerintah PAP di mata etnis Melayu Singapura dengan melakukan kampanye
anti-PAP, membuat etnis Melayu semakin marah terhadap pemerintah.
6. Kerusuhan Etnis di Singapura pada tahun 1964
Pada tanggal 21 Juli 1964, diadakan perayaan kelahiran Nabi Besar
Muhammad S.a.w di Singapura. Perayaan tersebut akan dihadiri kurang lebih oleh
25.000 orang, yang akan memadati taman kota, lalu kemudian mereka berbaris
dan melaukan arak-arakan hingga kedaerah pinggiran kota Geylang untuk
melakukan prosesi upacara yang akan dipimpin oleh pemimpin agama. Ternyata

24
setelah prosesi tersebut mencapai Geylang, terdapat beberapa kelompok orang
yang melakukan tindakan provokasi terhadap etnis Cina. Sehingga pada saat itu
juga etnis Cina melakukan pembalasan dengan berbalik menyerang etnis
Melayu.maka terjadilah pertarungan antara kedua etnis tersebut, hingga
menewaskan 21 orang dan 460 lainnya luka-luka.
7. Perdebatan mengenai permasalahan Finansial.
Perselisihan diantara Singapura dan Malaysia, ternyata semakin lama
semakin memburuk, dan permasalahan yang mereka hadapi tidak saja terkait
dalam persaingan politik, namun juga yang lebih parah lagi kerusuhan etnis yang
membuat hubungan kedua negara semakin tidak menyenangkan, belum juga
terlupakan bagaimana kerusuhan etnis yang terjadi di Singapura, nyaris membuat
keretakan diantara kedua negara di dalam Federasi Malaysia. Pada tanggal 25
November 1964, terjadi lagi awal ketegangan yang baru antara kedua negara,
yaitu terjadi perdebatan di dewan rakyat membahas permasalahan perekonomian
kedua negara.150 Sehingga masalah ekonomi juga menambahkan daftar panjang
persilisihan kedua negara.
8. Pembagian pendapatan Singapura

Sebenarnya pada awal pembentukan Federasi Malaysia, telah disepakati


bahwa pembagian penghasilan Singapura sebagai bentuk kontribusinya kepada
Pemerintah Federal adalah, memberikan 40 % dari pendapatannya untuk
keperluan-keperluan yang menyangkut pengeluaran bersama di dalam Federasi
Malaysia. Namun pada pembicaraan mengenai anggaran belanja Pemerintah
Federal didewan rakyat pada tahun 1964, Tan Siew Sin mengumunkan bahwa ia
ingin meninjau kembali persetujuan finansial diantara Singapura dan Pemerintah
Federal.
Tan menginginkan Singapura memberikan lebih banyak lagi penghasilanya,
sekitar 60 % kepada Pemerintah pusat. Semenjak terjadinya konfrontasi antara
Malaysia dengan Indonesia, pada tahun 1963, maka hal itu berdampak buruk
terhadap perekonomian di Singapura.

25
Dengan kondisi perekonomian Singapura yang seperti itu, wajar jika
Singapura menolak dengan keras permintaan dari Pemerintah Federal untuk
meninjau kembali kontribusi finansial Singapura di dalam Federasi Malaysia
9. Permasalahan Common Market
Perjanjian Common Market antara kedua negara pun telah disepakati akan
dijalankan setelah pembentukan Federasi Malaysia, namun hingga dua tahun
pembentukan Federasi Malaysia perjanjian tersebut belum juga direalisasikan.
Berbeda dengan Singapura yang mendesak untuk segera dijalankanya perjanjian
Common Market, maka Malaysia lebih santai dalam menanggapi hal tersebut,
dikarenakan keadaan perekonomiannya sudah cukup baik tanpa berjalanya
Common Market.154 Tentu saja hal ini menjadikan Pemerintah Singapura sangat
kecewa. Karena hanya dengan melakukan Common Market dengan Malaysia,
maka akan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi di Singapura.
Singapura merasa bahwa pemerintah pusat sengaja untuk menunda-nunda
pelaksanaan Common Market. Tentu saja hal ini juga akan menghambat
perekonomian Singapura, karena dengan dibukanya Common Market bagi
barang- barang industri Singapura, kemungkian besar barang-barang tersebut
akan menjadi saingan bagi perekonomian di Malaysia, sehingga Pemerintah
Federal tidak ingin terburu-buru dalam melaksanakan Common Market. Sambil
menunggu industri dalam negerinya mampu untuk bersaing dengan Singapura di
dalam sistem Common Market.8
J. Terpisahnya Singapura dari Federasi Malaysia
UMNO melihat pembentukan MSC sebagai suatu usaha untuk menjatuhkannya
dan menghilangkan hak-hak istimewa etnis Melayu. Sehingga Pemerintah Federal
menganggap bahwa gagasan Lee mengenai “Malaysian Malaysia” merupakan
tanda-tanda agar Pemerintah Federal segera melepaskan Singapura dari Federasi
Malaysia. Pada bulan Juni 1965, merupakan bulan yang paling kritikal, sidang
dewan rakyat pada bulan Juni telah menjadi ajang perang mulut bagi pemimpin
Federasi Malaysia dengan Singapura. Bahkan Tun Abdul Razak sebagai Wakil
Deputi perdana Menteri telah menyalahkan Lee atas kekacauan politik di Federasi
Malaysia.

8
Safira, Skipsi, “Singapura Dalam Federasi Malaysia 1961- 1965” (Depok: UI,2010), Hal.52-65
26
Kondisi hubungan kedua negara yang semakin memanas, membuat Tunku secara
serius mulai memikirkan keuntungan dan kerugian jika Singapura masih berada di dalam
Federasi Malaysia. Dalam pemikiranya tersebut, ternyata Tunku memutuskan bahwa
lebih baik Singapura terpisah dari Federasi Malaysia, dikarenakan hal tersebut untuk
menyelamatkan kondisi perpolitikan di Malaysia. Apalagi ancaman komunis di
Singapura sudah benar-benar dapat dikendalikan, sehingga tidak akan menghawatirkan
Tunku jika pengaruh komunis akan dapat mengambil alih kekuasaan di Singapura.
Pada tanggal 9 Agustus 1965, Tunku membawa rancangan pemisahan Singapura
dari Federasi Malaysia kedalam sidang parlemen. Sehingga pada tanggal 9 Agustus 1965,
Singapura secara resmi berpisah dari Federasi Malaysia. Tunku dengan berat hati
mengambil keputusan tersebut, karena menurutnya sudah tidak ada jalan keluar lagi
selain memisahkan Singapura dari Federasi Malaysia. Bahkan dalam Surat yang ia
kirimkan kepada Dr. Toh Chin Cye, ketua PAP tunku mengatakan “Kalau saya cukup
kuat dan dapat mengendalikan sepenuhnya situasi ini, barangkali saya bisa menunda
untuk melakukan ini, tetapi saya bukanlah orang yang seperti itu.”. Sehingga dapat dilihat
dalam suratnya tersebut, Tunku merasa bahwa ia sudah tidak dapat lagi mengendalikan
keadaan yang semakin memanas antara Malaysia dan Singapura. maka langkah satu-
satunya yang paling aman bagi keberlangsungan Federasi Malaysia adalah mengeluarkan
Singapura dan memberikan kemerdekaan bagi Singapura untuk memerintah negerinya
sendiri.9
K. Kemerdekaan Singapura
Kemerdekaan Singapura tidak datang dengan mendadak, sejak 1948 koloni
mahkota inggris telah memilih majelis legistaltif dan dewan menteri untuk menjalankan
pemerintahan dalam negeri. Sementara Singapura sudah dipisahkan Inggris dari Malaya.
Tapi para pemuka politik diantaranya, Lee Kuan Yew, sadar Singapura tidak dapat berdiri
sendiri atas keamanan internasional. Golongan kiri dan komunis yang masa itu masih
kuat, menentang konsep penggabunga Singapura dengan Malaya, Serawak, Sabah dan
Brunei dalam sebuah federasi sebagai mana diusulkan oleh Teungku Abdul Rahman.
1964 di Singapura terjadi keributan yang menewaskan 22 orang dan melukai 451 orang,
ketegangan dan saling mengancam antara Singapura dan Kuala Lumpur memuncak yang

9
Safira, Skipsi, “Singapura Dalam Federasi Malaysia 1961- 1965” (Depok: UI,2010), Hal.68-69
27
akhirnya diputuskan untuk berpisah tanggal 9 Aagustus 1965 Singapura berdiri sendiri
sebagai Negara berdaulat10. Perjanjian tentang Kemerdekaan Singapura yang diberi
nama The Independence of Singapore Agreement mendeklarasikan bahwa,
“…Singapura akan selamanya merupakan negara demokratis yang berdaulat dan
merdeka yang didirikan berdasarkan prinsip-prinsip kemerdekaan, keadilan dan
berusaha mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan bagi warganegaranya dalam
masyarakat yang lebih adil dan setara”.11

10
Rendy Ivaniar, “CRITICAL REVIEW: Singapore: a 'NewAlexandria'of the Par East" (Prof. Dr. I Ketut
Ardhana, MA) Dan " Cruel Temtation': A Case Study of a Korean Drama and its Reception in the Singaporean
Community” (Kellie Chen)”, Universitas Udayana, Denpasar, 2018 Hal. 5
11
Bambang Dharwiyanto Putro, “Analisis Konstitusi Singapura
Dalam Klasifikasi Konstitusi Dari Cf.Strong”, Universitas Brawijaya, Malang, 2011, Hal. 7

28
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa,
Pembentukan Federasi ini tidaklah berjalan mulus sesuai rencana, walaupun akhirnya
Federasi dapat terbentuk pada tanggal 16 September 1963, yang mencaku: Semenanjung
Malaya, Singapura, Serawak, dan Sabah. Banyak sekali permasalahan-permasalahan
dalam pembentukan Federasi ini baik dari internal maupun eksternal, seperti (Internal)
Brunei yang pada awalnya setuju untuk bergabung, namun kemudian pada awal tahun
1963 secara resmi menolaknya dan Singapura yang pada awalnya tergabung ke dalam
Federasi tersebut, namun banyak sekali terjadi permasalah-permasalahan terhadap
Singapura dan Federasi sehingga pada akhirnya pada bulan Agustus Singapura keluar
dari Federasi tersebut. Permasalahan tersebut juga berasal dari luar lingkup negara yang
yang terkait dengan Federasi (Eksternal), seperti Filipina dan Indonesia yang tidak setuju
dengan terbentuknya Federasi Malaya.

A. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber
yang lebih banyak dan, tentunnya dapat dipertanggung jawabakan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Sulati. 1997. Sekitar Pembentukan Federasi Malaysia 1954-1965.


Skripsi. Yogyakarta: Universitas Santa Dharma
Abdl, Fajri. 2018. Peran Organisasi Pergerakkan Dalam Pemisahan Brunei
Malaysi Tahun 1946-196. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Safira. 2010. Singapura Dalam Federasi Malaysia 1961- 1965.
Jakarta: PT.Rineka Cipta
Niam, Miftachun. 2004. Sejarah Brunei Darussalam.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Rendy, Ivaniar. 2018. Singapore: a 'NewAlexandria'of the Par East" (Prof. Dr. I
Ketut Ardhana, MA) Dan " Cruel Temtation': A Case Study of a Korean
Drama and its Reception in the Singaporean Community (Kellie Chen).
Critical Review. Universitas Udayana. Denpasar.
Bambang Dharwiyanto Putro. 2011. Analisis Konstitusi Singapura Dalam
Klasifikasi Konstitusi Dari Cf.Strong. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

30

Anda mungkin juga menyukai