Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

SURVEI GNSS

Survei GNSS dengan Moda Radial dan Jaring

Anggota Kelompok 1D:


1. Alfie Aditya 23114006
2. Eben Ezer Wyranto 23116110
3. Erwin Ronaldo Hutagalung 23116042
4. M. Rizky 23116090
5. Nadia Regita Saraswati 23116018
6. Nelson Mandela Siburian 23114005
7. Sri Wani Oktarina 23116070

Program Studi Teknik Geomatika


Jurusan Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan
Institut Teknologi Sumatera
2019
LEMBAR PENILAIAN
BAB I Pendahuluan

Sub Bab Nilai


1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktikum
1.3 Waktu Praktikum
1.4 Lokasi Praktikum
BAB II Dasar Teori

Sub Bab Nilai

2.1 Pengertian GNSS


2.2 Penentuan Posisi GPS
2.3 Metode Jaring dan Radial
BAB III Metode Pelaksanaan

Sub Bab Nilai

3.1 Metode Pelaksanaan Moda Radial Sesi 1


3.2 Metode Pelaksanaan Moda Jaring 1 Sesi 2

3.3 Metode Pelaksanaan Moda Jaring 2 Sesi 2


BAB IV Hasil Pembahasan

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan

BAB V Kesimpulan dan Saran

Sub Bab Nilai

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


GNSS merupakan suatu sistem satelit yang terdiri dari konstelasi
satelit yang menyediakan informasi waktu dan lokasi, memancarkan macam-
macam sinyal dalam berbagai frekuensi secara terus menerus, yang tersedia di
semua lokasi yang ada diatas permukaan bumi. GNSS yang ada pada saat ini
yaitu Global Positioning System (GPS) yang dimiliki oleh Amerika Serikat,
Navigation Satellite System (GLONASS) yang miliki negara Rusia, Galileo
yang dimiliki Uni Eropa, dan Baidou yang dimiliki negara Cina, serta India
dan Jepang telah mengembangkan kemampuan GNSS regional meluncurkan
sejumlah satelit ke antariksa yang sudah disediakan oleh sistem global dalam
penyediaan tambahan cakupan regional (UNOOSA, 2011).
Terdapat beberapa moda pengamatan, diantaranya yaitu moda radial
dan jaring. Perbandingan antara moda radial dan jaring, moda radial
membutuhkan waktu dan jumlah sesi pengukuran yang lebih sedikit (30 s.d
40%) dibanding dengan metoda jaring. Terkait dengan ketelitian data, moda
jaringan lebih teliti, karena setiap titik diamati lebih dari satu kali, sehingga
data ukuran lebih lebih banyak. Berbeda halnya dengan metode radial, dimana
satu titik hanya diukur satu kali, sehingga tidak ada ukuran lebih pada titik
tersebut. Terkait dengan efisiensi waktu, moda radial tentunya secara tidak
langsung memberikan efisiensi pula terhadap biaya survey atau pengukuran.
Dari ilustrasi tersebut, maka dapat disimpulkan penggunaan moda radial dan
jaringan pada tiga titik yang akan ditentukan posisinya dengan menggunakan
dua buah receiver GPS.
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengukuran dengan dua mode yang
berbeda yaitu moda radial dan jaring. Yang hasilnya nanti akan dibandingkan
dengan teori yang ada.
1.2 Tujuan Praktikum
• Melakukan praktikum survei GNSS dengan dua mode, yaitu radial dan
jaring.
• Mengetahui fungsi dari penentuan posisi GNSS.
• Melakukan pengolahan data pada mode radial dan jaring.
• Membandingkan hasil pengukuran mode radial dan jaring.
1.3 Waktu Praktikum

Hari/Tanggal : Jum’at/8 November 2019

Waktu : 15.30-20.00 WIB

1.4 Lokasi Praktikum

Lokasi praktikum dilakukan di beberapa titik pengamatan, yaitu ITR-0, ITR-


1, ITR-2 dan ITR-5. Namun kelompok 1 bertugas menjaga base di ITR-0.
BAB II TEORI DASAR

2.1 Pengertian GNSS


GNSS merupakan suatu sistem satelit yang terdiri dari konstelasi satelit yang
menyediakan informasi waktu dan lokasi, memancarkan macam-macam sinyal
dalam berbagai frekuensi secara terus menerus, yang tersedia di semua lokasi
yang ada diatas permukaan bumi. GNSS yang ada pada saat ini yaitu Global
Positioning System (GPS) yang dimiliki oleh Amerika Serikat, Navigation
Satellite System (GLONASS) yang miliki negara Rusia, Galileo yang dimiliki
Uni Eropa, dan Baidou yang dimiliki negara Cina, serta India dan Jepang telah
mengembangkan kemampuan GNSS regional meluncurkan sejumlah satelit ke
antariksa yang sudah disediakan oleh sistem global dalam penyediaan tambahan
cakupan regional (UNOOSA, 2011).

Berbagai Satelite di Orbit

Yang paling terkenal pada saat ini adalah Global Positioning System (GPS). GPS
dapat dibagi menjadi tiga segmen sebagai berikut :
• Ground Segmen atau segmen kontrol, digunakan untuk meng-upload data ke
satelit, untuk sinkronisasi waktu di seluruh konstelasi satelit
• Space Segmen atau segmen antariksa terdiri dari satelit-satelit GPS di enam
orbit yang telah direncanakan. Kode satelit digunakan untuk mengidentifikasi
keberadaan satelit pada orbit.
• Segmen pengguna terdiri dari penerima dan antena yang terhubung,
digunakan untuk menerima dan membaca sandi sinyal untuk memberikan
informasi waktu, posisi, dan navigasi.
GPS adalah satu sistem dengan tiga frekuensi pembawa yang ada, frekuensi
dasar. Jarak diperoleh melalui pengukuran perbedaan waktu antara tranmisi
satelit dan penangkapan kode sinyal pada penerima. Jarak antara satu satelite
dengan satu receiver sateli navigasi, karena dipengaruhi oleh sejumlah sistem
yang tidak ketahui, termasuk jam bias dan penundaan propogasi yang harus
diselesaikan untuk diperkirakan. Pesan navigasi ditarnsmisikan dari satelite ke
pengguna dan memberikan pengenal satelit tentang kondisi satelite, akurasi
satelite, koefisien koreksi ionosfer dan jam serta orbital ephemeris untuk
menghitung posisi satelite. Satelit GPS secara kontinu memancarkan sinyal-
sinyal gelombang pada 2 frekuensi L-band yang dinamakan L1 and L2. Sinyal
L1 berfrekuensi 1575.42 MHz dan sinyal L2 berfrekuensi 1227.60 MHz.. Sinyal
L1 membawa 2 buah kode biner yang dinamakan kode-P (P-code, Precise or
Private code) dan kode-C/A (C/A-code, Clear Access or Coarse Acquisation),
sedangkan sinyal L2 hanya membawa kode-C/A. pada saat ini kode-P telah
dirubah menjadi kode-Y struktur dirahasiakan untuk umum. Konsep dasar
penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi dengan jarak, yaitu dengan
pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS koordinatnya telah
diketahui. Posisi yang diberikan oleh GPS adalah posisi tiga dimensi (X,Y,Z
ataupun L,B,h) yang dinyatakan dalam datum WGS (World Geodetic System)
1984. Dengan GPS, titik yang akan ditentukan posisinya diam (static
positioning) ataupun bergerak (kinematic positioning).
2.2 Penentuan Posisi GPS

Pada dasarnya penentuan posisi dengan GPS adalah pengukuran jarak secara
bersama-sama ke beberapa satelit (yang koordinatnya telah diketahui)
sekaligus.Untuk menentukan koordinat suatu titik dibumi, receiver setidaknya
membutuhkan 4 satelit yang dapat ditangkap sinyalnya dengan baik. Secara
default posisi atau koordinat yang diperoleh bereferensi ke global datum
yaituWorld Geodetic System 1984 atau disingkat WGS'84. Berikut gambar
Kategorisasi metode dan sistem penentuan posisi dengan GPS ditunjukkan.

Secara garis besa penentuan posisi dengan GPS ini dibagi menjadi dua metode
yaitu metode absolut dan metode relatif.
1. Metode absolut atau juga dikenal sebagai point positioning, menentukan
posisi hanya berdasarkan pada 1 pesawat penerima (receiver) saja. Ketelitian
posisi dalam beberapa meter (tidak berketelitian tinggi) dan umumnya hanya
diperuntukkan bagi keperluan NAVIGASI. Karakteristik penentuan posisi
dengan cara absolut ini adalah sebagai berikut:
a. Satelit-satelit mengirim sinyal secara terus menerus (posisi satelit, waktu
dll)
b. Receiver GPS menerima sinyal tersebut dan menghitung jarak ke satelit
tersebut
c. Receiver GPS menerima sinyal (dan jarak ke masing masing satelit) dari
minimal 4 satelit dan mengkalkulasi posisi receiver GPS
2. Metode relatif atau sering disebut differential positioning, menetukan posisi
dengan menggunakan lebih dari sebuah receiver. Satu GPSdipasang pada lokasi
tertentu dimuka bumi dan secara terus menerus menerimasinyal dari satelit
dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai referensibagi yang lainnya.
Metode ini menghasilkan posisi berketelitian tinggi (umumnya kurang dari 1
meter) dan diaplikasikan untuk keperluansurvei geodesi ataupun pemetaan yang
memerlukan ketelitian tinggi.pengukuran dilakukan secara bersamaan pada dua
titik dalam selang waktu tertentu:
a. Memerlukan minimal 2 receiver, satu ditempatkan pada titik yang telah
diketahui koordinatnya.
b. Posisi titik ditentukan relatif terhadap titik yang diketahui.
c. Konsep dasar adalah differencing process dapat mengeliminir atau
mereduksi pengaruh dari beberapa kesalahan dan bias.
d. Ketelitian posisi yang diperoleh bervariasi dari tingkat mm sampai dengan
dm.
e. Aplikasi utama: survei pemetaan, survei penegasan batas, survei geodesi
dan navigasi dengan ketelitian tinggi.
Beberapa kesalahan dalam penentuan posisi dengan metode absolut ini antara
lain disebabkan oleh : efek multipath, efek selective availability(SA), maupun
kesalahan karena ketidaksinkronan antara peta kerja dan setting yang dilakukan
saat menggunakan GPS. Multipath adalah fenomena dimana sinyal dari satelit
tiba diantenna receiver melalui dua atau lebih lintasan yang berbeda. Hal ini
biasaterjadi jikalau kita melakukan pengukuran posisi di lokasi-lokasi yang
dekat.
2.3 Metode Jaring dan Radial
Dalam moda jaringan, perlu diperhatikan tentang baseline trivial. Baseline trivial
adalah baseline yang dapat diturunkan dari baseline-baseline lainnya dari satu
sesi pengamatan. Baseline yang bukan trivial dinamakan sebagai baseline bebas
(independent). Pada satu sesi pengamatan, jika ada sejumlah n receiver yang
beroperasi secara simultan, maka akan ada sebanyak (n-1) baseline bebas yang
dapat terdiri dari beberapa kombinasi. Set dari (n-1) baseline bebas yang akan
digunakan dapat mempengaruhi kualitas dari posisi titik yang diperoleh. Baseline
trivial dan baseline bebas apabila digunakan empat receiver GPS secara simultan.

Dalam pengolahan data, baseline trivial tidak boleh disertakan dalam proses
pengolahan. Oleh karena itu ketika pengamatan, apabila terdapat baseline trivial,
maka pengukuran terhadap baseline tersebut harus diulang. Dasar penyebab
baseline trivial tidak boleh disertakan dalam pengolahan data adalah
1. Spesifikasi geometris jaring menjadi tidak terpenuhi
2. Informasi yang masuk ke dalam perataan jaringan menjadi berkurang.
3. Tingkat ketelitian dari titik yang diperoleh secara teoritis akan berkurang
4. Hasil yang diberikan oleh hitung perataan jaring tidak mencerminkan
kondisi yang sebenarnya, atau dengan kata lain tidak realistis.
5. Pengikutsertaan baseline trivial dalam perataan jaringan akan memberikan
hasil perataan yang terkesan lebih presisi dibandingkan kondisi yang
sebenarnya.
6. Karena pada dasarnya tidak ada informasi tambahan, maka tingkat ketelitian
titik yang diperoleh relatif tidak akan berubah.
7. Karena semakin banyaknya baseline yang terlibat, maka beban pengolahan
data semakin bertambah.

Apabila dibandingkan antara moda radial dan jaring, moda radial membutuhkan
waktu dan jumlah sesi pengukuran yang lebih sedikit (30 s.d 40%) dibanding
dengan metoda jaring. Terkait dengan ketelitian data, moda jaringan lebih teliti,
karena setiap titik diamati lebih dari satu kali, sehingga data ukuran lebih lebih
banyak. Berbeda halnya dengan metode radial, dimana satu titik hanya diukur
satu kali, sehingga tidak ada ukuran lebih pada titik tersebut. Terkait dengan
efisiensi waktu, moda radial tentunya secara tidak langsung memberikan efisiensi
pula terhadap biaya survey atau pengukuran. Dari ilustrasi tersebut, maka dapat
disimpulkan penggunaan moda radial dan jaringan pada tiga titik yang akan
ditentukan posisinya dengan menggunakan dua buah receiver GPS.
BAB 3 METODE PELAKSANAAN

Setelah Pengambilan Data Pengamatan GPS Maka Dilakukan Kegiatan Pengolahan


Data GPS. Berikut Langkah Kerja Pengolahan Data GPS yang terbagi Metode Radial
dan Metode Jaring, sebagai berikut:

3.1 Metode Pelaksanaan Moda Radial Sesi 1


• Tahap Pertama. Buka Aplikasi Topcon Tools, Lalu Create New Job>> Job
Name (Bebas)>> Created By (Bebas).

• Tahap Ke-Dua. Lalu lakukan Klik Job>> Job Configuration, dengan ini
kita mengatur Display, Coordinate Systems, dan Adjusment. Pertama kita
mengatur waktu dengan cara, Klik Display>> Time (UTC+07.00 Bangkok,
Hanoi, Thailand). Kedua kita mengatur Coordinate Systems dengan cara
Coordinate Systems>> Projection (UTM Zona 48S). Ketiga kita mengatur
Adjusment dengan cara, Adjusment>> Confidence Level (99%) dan
Rejection Criterion (By Quality Control).
• Tahap Ke-Tiga. Lakukan Drag Data Pengukuran ke Topcon Tools. Data
pengukuran ITR-0, ITR-1, ITR-2, ITR-5 pada Sesi Pertama untuk Metode
Radial dan Masukkan Data Orbit.

• Tahap Ke-Empat. Lakukan Cut Baseline yang Tidak Digunakan dalam


Metode Radial.

• Tahap Ke-Lima. Setelah itu Lakukan Pengaturan pada Name Baseline,


Points, dan GPS Occupations. Pertama kita mengatur Name Baseline
sesuai dengan Nama Monumen di Lapangan (ITR-0, ITR-1, ITR-2, ITR-5).
Kedua kita mengatur bagian Points (Northing, Easting, Elevation) dari
Base (ITR-0) dan mengatur Base (ITR-O) jadi Both pada Control. Ketiga
kita mengatur GPS Occupations (Antenna Type dan Antenna Height) yang
sesuai.

• Tahap Ke-Enam. Lakukan Proses GPS+Post Processing dengan cara, Klik


Process>> GPS+Post Processing. Jika Berhasil Maka Warna Baseline jadi
Hijau.
• Tahap Ke-Tujuh. Lakukan Report untuk melihat hasil proses dengan cara,
Klik Report>> Points.

• Tahap Ke-Delapan. Lakukan Pekerjaan Laporan dengan Baik.

3.2 Metode Pelaksanaan Moda Jaring ke 1 Sesi 2


• Lakukan Tahap Pertama sampai dengan Tahap Ke-Tiga tetapi saat Tahap
Ke-Tiga Masukkan Data Pengamatan Sesi ke 2: ITR-0, ITR-1, ITR-5 dan
Masukkan Data Orbit.
• Setelah itu Lakukan Pengaturan pada Name Baseline, Points, dan GPS
Occupations. Pertama kita mengatur Name Baseline sesuai dengan Nama
Monumen di Lapangan (ITR-0, ITR-1, ITR-5). Kedua kita mengatur
bagian Points (Northing, Easting, Elevation) dari Base (ITR-0) dan
mengatur Base (ITR-O) jadi Both pada Control. Ketiga kita mengatur GPS
Occupations (Antenna Type dan Antenna Height) yang sesuai.

• Lakukan Proses GPS+Post Processing dengan cara, Klik Process>>


GPS+Post Processing. Jika Berhasil Maka Warna Baseline jadi Hijau.
• Lakukan Report untuk melihat hasil proses dengan cara, Klik Report>>
Points.

• Lakukan Pekerjaan Laporan dengan Baik.

3.3 Metode Pelaksanaan Moda Jaring ke 2 Sesi 2


• Lakukan Tahap Pertama sampai dengan Tahap Ke-Tiga tetapi saat Tahap
Ke-Tiga Masukkan Data Pengamatan Sesi ke 2: ITR-0, ITR-1, ITR-2, ITR-
5 dan Masukkan Data Orbit.
• Setelah itu Lakukan Pengaturan pada Name Baseline, Points, dan GPS
Occupations. Pertama kita mengatur Name Baseline sesuai dengan Nama
Monumen di Lapangan (ITR-0, ITR-1, ITR-2, ITR-5). Kedua kita
mengatur bagian Points (Northing, Easting, Elevation) dari Base (ITR-0)
dan mengatur Base (ITR-O) jadi Both pada Control. Ketiga kita mengatur
GPS Occupations (Antenna Type dan Antenna Height) yang sesuai.

• Lakukan Proses GPS+Post Processing dengan cara, Klik Process>>


GPS+Post Processing. Jika Berhasil Maka Warna Baseline jadi Hijau.
• Lakukan Report untuk melihat hasil proses dengan cara, Klik Report>>
Points.

• Lakukan Pekerjaan Laporan dengan Baik.


BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Gambar 4. 1 Hasil GPS+Post Processing dari Moda Radial Sesi 1

Gambar 4. 2 Hasil Koordinat Moda Radial Sesi 1


Gambar 4. 4 Hasil GPS+Post Processing dari Moda Jaring ke 1 Sesi 2

Gambar 4. 3 Hasil Koordinat Moda Jaring ke 1 Sesi 2


Gambar 4. 5 Hasil GPS+Post Processing dari Moda Jaring 2 Sesi 2

Gambar 4. 6 Hasil koordinat Moda Jaring 2 Sesi 2


4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dari hasil pengukuran GNSS
dengan metode radial dan jaring menghasilkan nilai koordinat yang berbeda-beda
untuk tiap hasil pengolahan. Perbedaan itu dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut.

Moda Titik n (m) e (m) z (m)


ITR 1 9407811.964 534367.372 113.506
radial ITR 2 9407886.695 534940.226 106.667
ITR 5 9407458.872 534581.394 113.453
ITR 1 9407811.961 534367.371 113.522
jaring ITR 2 9407886.698 534940.23 106.653
ITR 5 9407458.869 534581.393 113.456
ITR 1 9407811.95 534367.356 113.363
Webgis
ITR 2 9407886.691 534940.234 106.467
ITERA
ITR 5 9407458.826 534581.409 113.537

Selisih nilai koordinat


Moda
Titik n (m) e (m) z (m)
radial – ITR 1 0.014 0.016 0.143
WEBGIS ITR 2 0.004 -0.008 0.2
ITERA ITR 5 0.046 -0.015 -0.084
jaring – ITR 1 0.011 0.015 0.159
WEBGIS ITR 2 0.007 -0.004 0.186
ITERA ITR 5 0.043 -0.016 -0.081
ITR 1 0.003 0.001 -0.016
radial-
ITR 2 -0.003 -0.004 0.014
jaring
ITR 5 0.003 0.001 -0.003

Perbedaan hasil pengukuran dan pengolahan nilai koordinat dari moda jaring dan
radial ditampilkan pada tabel yang berisi selisih nilai koordinat. Pada selisih nilai
koordinat radial dengan WEBGIS ITERA menghasilkan nilai selisih northing
tertinggi dengan ITR 5 sebesar 0.046 m dan selisih easting tertinggi pada ITR 1
sebesar 0.016 m dan selisih nilai tinggi tertinggi pada titik ITR 2 sebesar 0.2 m.
Pada selisih nilai koordinat jaring dengan WEBGIS ITERA menghasilkan nilai
selisih northing terbesar pada ITR 5 sebesar 0.043 m, selisih nilai easting tertinggi
pada ITR 5 sebesar 0.016 m dan selisih nilai z tertinggi pada ITR 2 sebesar 0.186
m. Pada selisih nilai koordinat radial dengan jaring, selisih nilai northing sebesar
0.003 m dimiliki oleh semua titik, selisih nilai easting tertinggi berada pada titik
ITR 2 sebesar 0.004 m, dan selisih nilai z tertinggi pada titik ITR 1 sebesar 0.016
m.

Selisih nilai koordinat yang paling rendah berada antara moda jaring dengan radial
yang baru diukur. Selisih nilai koordinat memiliki nilai selisih yang konstan. Nilai
selisih yang konstan dan memiliki selisih nilai yang rendah. Selisih nilai yang
konstan menandakan bahwa pengolahan data yang dilakukan berjalan dengan baik
dan gangguan yang diterima tiap titik pengukuran dapat dibuang untuk
menghasilkan nilai koordinat yang baik. Namun, selisih nilai koordinat
pengukuran radial dan jaring yang dilakukan dengan koordinat WEBGIS berbeda
dengan nilai selisih yang besar. Hal ini dapat disebabkan perbedaan waktu
pengukuran. Perbedaan waktu pengukuran menyebabkan perbedaan kondisi cuaca
saat pengukuran.

Dengan hasil yang diperoleh pengukuran yang menghasilkan nilai koordinat yang
paling baik adalah pengukuran dengan moda jaring. Pengukuran yang dilakukan
dengan lama pengukuran yang sama memungkinkan nilai koordinat yang
dihasilkan sama. Namun, pengukuran dengan moda yang berbeda dan diukur
dengan pengukuran yang berulang akan menghasilkan nilai koordinat yang lebih
baik dan teliti.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan, sebagai
berikut:

1. GNSS merupakan singkatan dari Global Navigation Satellite System.


GNSS (Global Navigation Satellite System) merupakan sistem satelit
navigasi dan penentuan posisi yang dikembangkan oleh beberapa negara,
seperti GPS (Global Positioning System) dari Amerika Serikat.
2. Metode pengamatan GNSS yang digunakan yaitu metoda diferensial. Pada
metode ini pengamatan dilakukan dalam fungsi baseline, yang akan
membentuk jaring baseline. Jaring baseline akan membentuk metode jaring
dan metode radial.
3. Pada praktikum penentuan posisi satelit digunakan metode jaring dan
metode radial, untuk mengolah data digunakan software Topcon Tools.
4. Metode setiap pengukuran GPS memiliki kekurangan dan kelebih
tergantung kebutuhan dan jenis pengukuran nya. Jika kita lihat metode
jaring merupakan metode yang memiliki tingkat ketelitian nya teliti.

5.2 Saran

Dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan memiliki saran, sebagai berikut:

1. Diperbanyak titik pengamatan, jika perlu menggunakan dongle untuk


membantu pengolahan data GPS.
2. Praktikan sebelum melakukan praktikum lebih baik menguasai materi
praktikum yang akan dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA

- Abidin, H.Z. (1994). Penentuan Posisi Dengan GPS. Bandung:


Penerbit ITB.
- http://jurnal.lapan.go.id/index.php/berita_dirgantara/article/vi
ewFile/1729/1564
- https://www.academia.edu/6951179/GNSS_Global_Navigation
_Satellite_System
LAMPIRAN

4 (empat) arah mata angin


Timur

Barat
Selatan

Utara
Form

Anda mungkin juga menyukai