Anda di halaman 1dari 4

Ber-KB Tapi Tetap Hamil, Rini Tempuh

Jalur Hukum

Hamil. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Rini Astuti (30 tahun) kini hamil


tujuh bulan. Ia mengikuti Keluarga berencana (KB), namun tetap
hamil. Belakangan, ia sering mengalami kesakitan pada perut dan
dadanya. ''Saya sering sesak nafas dan mual-mual,'' katanya.
Ia mendatangi petugas yang berwenang untuk menanyakan hal ini.
Namun, ia mengaku kerap dipingpong. Tak puas, warga Sanggrahan
Lor, Bendungan, Wates, Kulonprogo ini mendatangi kantor LBH
Yogyakarta untuk meminta perlindungan hukum. Ia datang bersama
suaminya, Supardi (34 tahun).

"Saya kini mengandung lagi. Tapi di rahim saya juga terdapat spiral.
Apakah ini tak berbahaya? Saya harus bagaimana?'' tutur Rini.

Menurut dia, kejadian ini berawal saat ia menghadiri pertemuan kader


PKK di desanya tanggal 25 April lalu. Saat itu, ia mendapat blanko
aseptor KB dari seorang petugas KB (PLKB). ''Saya tertarik untuk ikut
KB, karena saya sudah punya dua anak, dan sedang menyusui lagi,''
kata Rini.

Sesuai undangan, kata Rini, untuk menjadi aseptor KB, tanggal 26


April ia datang ke Puskesmas Wates. Rencananya ia ingin menjadi
aseptor KB dengan memasang IUD. Namun, katanya, pemasangan
rupanya tak dilakukan di Puskemas itu, tapi di rumah Wakil Ketua
DPRD. ''Dari Puskesmas saya dibawa pakai mobil ke sana,'' tutur dia.

Di rumah itu, rupanya sedang ada acara KB. Ia lalu menjalani tes
urine uji kehamilan. ''Saat itu saya dites dua kali, dan hasilnya dua
kali negatif." Ia lalu setuju untuk pemasangan IUD.

Hanya, saja, seminggu setelah pemasangan spiral, ia sering


merasakan kesakitan pada perutnya dan sesak nafas. Gejala ini lalu
ditanyakannya pada petugas ke Puskesmas Wates dan ke seorang
bidang di Wates. Tapi, saat itu ia tak mendapatkan jawaban apa-
apa, hanya diberikan vitamin-vitamin.
Merasa ada yang janggal para rahimnya, tanggal 28 Mei, Rini
memutuskan pergi ke apotik untuk memeli alat test kehamilan.
''Setelah saya tes sendiri, ternyata hasinya positif.''

Dari pemeriksaan di dokter kandungan, ketahuan ia sudah hamil tujuh


pekan. Artinya, saat dipasang kontrasepsi, dirinya sebetulnya sudah
hamil.

Johan Ramadhan dari LBH Yogyakarta mengatakan lembaganya


melihat kemungkinan telah terjadi malpraktek dalam kasus Rini ini.

Menurut dia, LBH segera akan menghubungi pihak-pihak yang terkait


dalam masalah ini, seperti dr Bimo yang disebut-sebut juga bekerja di
RS Dr Sardjito. Selain itu, LBH juga akan menghubungi Sujarwo, yang
rumahnya menjadi tempat acara pemasangan IUD tersebut.

''Kami juga segera akan mencari second opinion tentang kehamilan


ini, agar dapat mengetahui kondisi kesehatannya terkini,'' kata
Samsudin Nurseha, dari LBH Yogya.

www.google.co.id/amp/m.republika.co.id/amp_version/lsua6u

 pantat yeni membusuk setelah disuntik kb


(Pantat Yeni Membusuk Setelah Disuntik KB) Gara-hara disuntik KB, pantat Yeni Nurhayati (22),
warga Desa/Kec. Sagalaherang, Subang, membusuk hingga mengeluarkan aroma tak sedap. Untuk
menyembuhkan penyakitnya itu, Yeni terpaksa mengalami pengobatan rawat inap di RSUD
Ciereng. Penyakit yang diderita Yeni diduga merupakan hasil malpraktik seorang bidan yang bertugas
di Puskesmas Kecamatan Sagaleharang. "Bagian pantat yang kena jarum suntik menjadi busuk,
berdarah dan bernanah," kata orang tua korban, Toto, di rumah sakit Ciereng, Jumat (1/4).
Menurut dia, luka yang diderita Yeni berawal ketika anaknya datang ke Puskesmas Sagalaherang
untuk ber-KB. Saat itu Yeni dianjurkan memakai kontrasepsi suntik. Namun, beberapa hari setelah
disuntik, pantat yang terkena suntikan menjadi luka dan lukanya terus melebar. Sayangnya, Toto tidak
ingat nama bidan yang menyuntik anaknya tersebut. Setelah kejadian itu, lanjut Toto, bidan yang
menyuntik Yeni tidak pernah masuk kerja lagi. Padahal, Toto sudah meminta pertanggungjawaban
kepada pihak Puskesmas. "Tapi tak direspon sama sekali. Akhirnya kami bawa berobat ke rumah sakit
dengan biaya sendiri," ujar Toto. Dalam kesempatan itu, Toto berharap ada perhatian dari pihak Dinas
Kesehatan Kabupaten Subang. Dia juga menginginkan agar Dinkes turun tangan untuk menyelesikan
kasus dugaan malpraktik yang menimpa anaknya dan membiayai seluruh biaya rawat inap Yeni. Ketika
hal itu dikonfirmasikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, dr. Wawan Setiawan mengaku
baru mendapatkan laporan lisan dari orang tua korban. Namun, Wawan berjanji akan menerjunkan
tim investigasi ke Puskesmas Sagalaherang, Senin (4/4) mendatang. "Tim akan bekerja apakah terjadi
malpraktik atau bukan," kata Wawan. Dikatakan, jika luka yang diderita Yeni benar-benar akibat
malpraktik, maka bidan yang melakukannya pasti akan terkena sanksi kode etik kebidanan. Wawan
juga berjanji akan mendanai seluruh biaya pengobatan dan biaya rawat inap selama Yeni dirawat di
rumah sakit. "Kami akan bertanggung jawab penuh," kata dia.

Anda mungkin juga menyukai