Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

DENGUE HAEMORRAGHIC FEVER

Di Susun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas


Dosen Pembimbing : Rusana, M.Kep, Ns.Sp.Kep.An
Di Susun Oleh :
1. Yessi Magna Ramadhani (108117005)
2. Erna Khuswatun Fitriani (108117008)
3. Nesia Gusti Saputri (108117011)
4. Lulu Dwi Rahmawati (108117012)
5. Milania Dewi (108117013)
6. Tria Widiastuti (108117014)
7. Muhammad Anton S (108117027)

S-1 KEPERAWATAN 3A
STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya lah. Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
tepat pada waktunya, adapun tujuan pengerjaan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Anak di, dengan judul “DHF (Dengue Haemorraghic
Fever)”. Dengan mengerjakan makalah ini kami diharapkan mampu untuk lebih
mengenal DHF.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
pengerjaan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna pengerjaan makalah
yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi manfaat
tersendiri bagi teman-teman sekalian.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Cilacap, November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................
A. Latar Belakang .................................................................................................
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................
C. Tujuan ...............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................
A. Definisi ...............................................................................................................
B. Etiologi ..............................................................................................................
C. Klasifikasi ..........................................................................................................
D. Pathogenesis ......................................................................................................
E. Manifestasi Klinik ..............................................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang .....................................................................................
G. Hubungan Perilaku Masyarakat Dengan DHF ...................................................
H. Dukungan Nutrisi Untuk Penderita DHF ...........................................................
BAB III PENUTUP .......................................................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut
sebagai demam berdarah.
Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit
(terutama sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan
gejala utama demam,nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan
spontan seperti bintik merah pada kulit, mimisan, bahkan pada keadaan yang
parah disertai muntah atau BAB berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili
Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini
secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari
serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara
Tropis dan Subtropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda.
Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya
dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit
DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini
ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan
adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu
berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara
konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah
kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan DHF?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya penyakit DHF?
3. Jelaskan patofisiologi dari DHF?
4. Sebutkan manifestasi dari penyakit DHF tersebut?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada klien dengan
DHF?
6. Apa saja penatalaksanaan medik dan keperawatan yang dapat dilakukan pada
klien DHF?
7. Sebutkan komplikasi dari penyakit DHF?
8. Jelaskan bagaimana proses keperawatan pada klien dengan DHF?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan DHF
2. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab dari DHF
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala DHF
4. Mahasiswa mampu menjelaskan proses pemenuhan nutrisi pada pasien DHF

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah penyakit febril akut
yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan
malaria. Dengue Hemorrhagic fever (DHF) atau Demam berdarah dengue
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Nursalam, 2005). Penyakit ini dapat
menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak.
Anak-anak dengan DHF umumnya menunjukkan peningkatan suhu tubuh yang
tiba-tiba, disertai dengan kemerahan wajah dan gejala konstitusional non-spesifik
yang menyerupai DF. Seperti anoreksia, muntah, sakit kepala, dan nyeri otot atau
tulang dan sendi (WHO, 1999).
Demam berdarah dengue atau DHF adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala
klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan
tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindroma renjatan
dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian
(Soe soegijanto, 2002).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue
haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau
tanpa ruam.

6
B. Etiologi
Etiologi atau penyebab utama DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus )
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty
). Yang vektor utamanya adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Adanya
vektor tesebut berhubungan dengan :
1. Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-hari.
2. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
3. Penyedaiaan air bersih yang langka.
Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena antar
rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak terbang
Aedes Aegypti 40-100 m. Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan
menggigit berulang (multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara
bergantian dalam waktu singkat, (Noer, 1999).

C. Klasifikasi DHF
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa
nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat
menyebar secara epidemik. (Sir,Patrick manson,2001).Dengue haemorhagic fever
(DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan
oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).
WHO (1986) mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4
golongan, yaitu:
1. Derajat I
Demam disertai dengan gejala konstitusional non-spesifik; satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah tes tourniket positif dan/atau mudah memar.
2. Derajat II
Perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada Derajat I, ditambah
dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis,
hematemesis, melena, perdarahan gusi.

7
3. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat (>120x/mnt), tekanan nadi sempit (  120 Mmhg ), tekanan darah
menurun, (120/80  120/100  120/110  90/70  80/70  80/0  0/0 )
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur, (denyut jantung 
140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak
membiru.

D. Patogenesis
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty.
Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh,
ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan
hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibody.
Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3
dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamine zat anafilaktosin dan serotonin serta aktivitas system kalikreain yang
berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler, dan merupakan mediator kuat sebagai
factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Hal ini
berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Peningkatan permeabilitas kapiler terjadi.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta
efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %)
menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma

8
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena.Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor
penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler
dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa
yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi
cairan yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan
intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya
edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan
kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau
hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis
dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Sebab lain kematian pada
DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis
terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan
system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya
memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi
tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan
hebat.Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 , yaitu : perubahan
vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita DHF,
ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru,
saluran pencernaan dan jaringan adrenal.

9
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada DHF sendiri bervariasi berdasarkan derajat DHF,
dengan masa inkubasi 13-15 hari, tetapi rata-rata 5-8 hari. Penderita biasanya
mengalami demam akut (suhu meningkat tiba-tiba), sering disertai menggigil.
Dengan adanya gejala-gejala klinis yang dapat menimbulkan terjadinya DHF
seperti adanya gejala pendarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom) dan
pendarahan lain (epitaksis, hematemesis, hematuri, dan melena) tingkat keparahan
yang ditemui dari hasil pemeriksaan darah lengkap. Selain demam dan
pendarahan yang merupakan ciri khas DHF.
Gambaran klinis lain yang tidak khas namun biasa dijumpai pada penderita
DHF adalah :
1. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
2. Keluhan pada pencernaan : mual, muntah, tidak nafsu makan (anoreksia)diare,
konstipasi.
3. Keluhan pada sistem tubuh lain :
a. Nyeri atau sakit kepala.
b. Nyeri pada otot, tulang, dan sendi (break bone fever)
c. Nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati
d. Pegal-pegal pada seluruh tubuh
e. Kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka
f. Pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan foto fobia. Otot-otot sekitar
mata sakit apabila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal.
g. Trombosit < 500.000 / mm3

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
a. Trombositopenia ( N : 150.000-400.000/ui )
b. Hemokonsentrasi ( N pria : 40-48 Nol % )
c. Mas pembekuan normal ( 10-15 )
d. Masa pendarahan memanjang ( N = 1-3 )

10
e. Kimia darah : Hiponatremia.
f. Hipoproteinemia
g. Hipokalemia
h. SGOT, SGPT meningkat ( N < 12 u / i )
i. Ureum meningkat.
2. Urine
a. Albuminurial ringan
3. Sumsum tulang
Awal hiposelular kemudian menjadi hiperselular pada hari ke-5 dengan
gangguan maturasi. Hari ke-10 biasanya kembali normal.
4. Pemeriksaan serologi
Dilakukan pengukuran titer antibodi pasien dengan cara haema glutination
inhibition tes (HI test) atau dengan uji pengikatan komplemen (complement
fixation test/CFT) diambil darah vena 2-5 ml).
a. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto trorax( pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di
dapatkan efusi pleura

G. Terapi Dan Pengobatan


1. Belum atau tanpa renjatan:
a. Grade I dan II :
1) Oral ad libitum
2) Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk
anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan
BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau
susu secukupnya.
Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum
sebnyak-banyaknya dan sesering mungkin.

11
Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan
infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita
dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
a) 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
b) 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
c) 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
d) 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
e) Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik
untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
2. Dengan Renjatan ;
a. Grade III
1) Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg
dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral
hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika
nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan
dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24
jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ).
Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai
berikut :
a) 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
b) 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
c) 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
d) 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.
2) Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam
keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat
lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma
atau plasma ekspander ( dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10
mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB

12
dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai
dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat
mengatasi renjatan.
3) Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg
BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang
80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita
tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran
L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang
maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : An. A
Umur : 6 thn
Alamat : Jln. Makio Baji BD 5/1
Agama : Islam
Nama Ibu : Ny. T
Pendidikan : Sarjana
Nama Ayah : Tn S
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Karyawan swasta
Diagnosa Medik : DBD
Pengkajian tanggal : 30 Desember 2012
2. Keluhan Utama :
Panas selama ± 2 minggu terus menerus, nyeri dada, batuk,
3. Riwayat penyakit sekarang :
Kamis pagi panas, dibawa ke puskesmas dapat paracetamol. Panas turun.
Sabtu malam anak tiba-tiba muntah-muntah air, makan tidak mau, minum
masih mau. Minggu jam 03 pagi keluar darah dari hidung pada waktu bersin,
keluhan pusing, susah BAB, dibawa ke UGD.
4. Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya klien tidak penah dirawat karena penyakit apapun.
5. Riwayat penyakit keluarga
Menurut keluarga ( Ibu ) tidak ada keluarga yang dalam waktu dekat ini
menderita sakit DBD.

14
6. Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, walaupun tinggal dekat
kali kecil, sekitar rumah terdapat beberapa ban bekas untuk menanam
tanaman yang belum dipakai, bak mandi dikuras setiap seminggu 1 kali.
Menurut ibu seminggu yang lalu ada tetangga gang yang menderita DHF,
tetapi sekarang sudah sembuh, dan lingkungan wilayah belum pernah
disemprot.
7. Riwayat kehamilan
Anak lahir pada usia kehamilan 7 bulan, dengan berat badan lahir 2,4 kg, ibu
tidak tahu mengapa kehamilannya hanya 7 bulan. Lahir spontan dan selama 1
tahun anak mendapat imunisasi lengkap dan minum PASI s/d 2 tahun.
8. Pengkajian Persistem
a. Sistem Gastrointestinal
Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3 sendok makan, minum
tidak suka, harus dipaksakan baru mau minum. Mual tidak ada, muntah
tidak terjadi. Terdapat nyeri tekan daerah hepar dan asites positif, bising
usus 8x/mnt.
b. Sistem muskuloskeletal :
Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas, keempat ekstremitas
simetris, kekuatan otot baik.
c. Sistem Genitourinary
BAK lancar, spontan, warna kuning agak pekat ditampung oleh ibu untuk
diukur, BAB dari malam belum ada.
d. Sistem Respirasi.
Pergerakan napas simetris, tidak terdapt pernapasan cuping hidung, pd
saat pengkajian tanda-tanda epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi napas
25x/menit. Bunyi nafas tambahan tidak terdengar.
e. Sistem Cardiovaskuler
TD : 100/60, nadi 98x/mnt, akral dingin, tidak terdapat tanda-tanda
cyanosis, cap. Refill < 3 detik, tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-

15
tanda petikhie spontan tidak terlihat, hanya tanda pethike bekas rumple
leed.
f. Sistem Neurosensori
Tidak ada kelainan.
g. Sistem Endokrin
Tidak ada kelainan.
h. Sistem Integumen.
S : 376 turgor baik, tidak ada luka, pethikae bekas rumple leed, tidak
terdapat perdarahan spontan pada kulit.
9. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 5,4 L g/
PLT : 32 L 103 /mm3
RBC: 2,31 L 106 /mm3
WBC: 1,5 L 103 /mm3
10. Terapi
Infus RL 15 tetes/I (mikro)
Persiapan tranfusi darah
Infus Tridex 2 TB 16 tetes/i
Aspar K 300 mg
Enzyplex ½

Cefxon 800 mg/12 jam

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue
2. Risiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan
tubuh.
3. Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.

16
C. INTERVENSI
1. Diagnosa keperawatan I :
Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
a. NOC
Tujuan : Suhu tubuh normal
Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh antara 36 – 37
2) Nyeri otot hilang
b. NIC :
2. Diagnosa Keperawatan II :
Risiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume
cairan tubuh.
a. NOC :
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria :
1) Tanda Vital dalam batas normal
b. NIC :
1) Monitor keadaan umum pasien
2) Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
3) Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera
laporkan jika terjadi perdarahan
4) Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
5) Kolaborasi : Pemeriksaan : HB, PCV, trombo
3. Diagnosa keperawatan III :
Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu
makan yang menurun.
a. NOC :
Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Kriteria :

17
1) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
2) Menunjukkan berat badan yang seimbang.
b. NIC :
1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
2) Observasi dan catat masukan makanan pasien
3) Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )
4) Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu
makan
5) Berikan dan Bantu oral hygiene.
6) Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
4. Diagnosa keperawatan IV :
Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.
Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan
Kriteria : Input dan output seimbang
Vital sign dalam batas normal
Tidak ada tanda presyok
Akral hangatCapilarry refill < 3 detik
Intervensi :
a. Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering
b. Observasi capillary Refill
c. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ
d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )
e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah penyakit febril akut
yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan
malaria. Dengue Hemorrhagic fever (DHF) atau Demam berdarah dengue
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Nursalam, 2005). Penyakit ini dapat
menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak

19
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media
Aesculapius

http://chandrasaja.dagdigdug.com/2008/07/12/studi-epidemiologi-kejadian-penyakit-
demam-berdarah-dengue-dengan-pendekatan-spasial-sistem-informasi-
geografis-di-kecamatan-palu-selatan-kota-palu-penelitian-pilihan

http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2008/01/16/epidemilogi-dbd-dan-
pelayanannya/

Christantie, Effendy. SKp. Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995

Pusponegoro.H.D., dkk, 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan anak. Edisi I.


Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Ralph & Rosenberg, 2003. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-
2006, Philadelphia USA.

20

Anda mungkin juga menyukai