Anda di halaman 1dari 3

Perkembangan zaman yang pesat memberi keuntungan untuk mengakses informasi yang

dibutuhkan dengan cepat dan mudah. Tanpa perlu bertatap muka dengan guru atau mendapat
bimbingan khusus, seseorang dapat belajar lewat video interaktif yang dibuat oleh suatu
lembaga bimbingan online. Di Indonesia sudah banyak tersedia platform online yang
mengandung pembelajaran virtual seperti Ruangguru, Quipper, Zenius, HarukaEdu, dan lain
lain sebagainya yang menyediakan berbagai macam jenis pendidikan dengan harga
terjangkau. Tidak hanya itu ada juga inspigo yang juga memberikan pendidikan dengan
softskill berbasis audio dengan cuma – cuma.

Dalam cakupan regional yang lebih luas juga tersedia coursera.com yang menyediakan materi
perkulihaan secara gratis. Limitless Campus Indonesia juga merupakan salah satu penyedia
pendidikan softskill offline dengan metode pembayaran “pay as you wish”. Namun, dengan
berbagai kemudahan akses terhadap pendidikan dan berbagai layanan yang gratis, angka
putus sekolah di Indonesia masih saja terbilang tinggi.

Mengutip data dari UNICEF tahun 2016, sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat
menikmati pendidikan lanjutan yakni sebanyak 600 ribu anak usia Sekolah Dasar (SD) dan
1,9 juta anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dari data sebelumnya ebanyak 47,3
persen responden menjawab tidak bersekolah lagi karena masalah biaya, kemudian 31 persen
karena ingin membantu orang tua dengan bekerja, serta 9,4 persen karena ingin melanjutkan
pendidikan nonformal seperti pesantren atau mengambil kursus keterampilan lainnya. Olah
karena itu, bangsa Indonesia membutuhkan peran serta dari generasi muda untuk ikut serta
menciptakan perubahan disruptif di dunia pendidikan agar pendidikan dapat dinikmati oleh
seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.

Nah! menurut kamu, mengapa angka anak yang putus sekolah masih saja tinggi? lalu sebagai
seorang pemuda, jelaskan langkah apa yang harus dan bisa kamu lakukan untuk memperbaiki
masalah tersebut?

JAWABAN

Anak putus sekolah didefiniskan sebagai mereka yang pernah putus bersekolah disalah satu
tingkat pendidikan, tetapi pada saat survey berlangsung mereka tidak terdaftar disalah satu
tingkat pendidikan formal ( Septiana & Wulandari, 2012). Sudah banyak sekali penelitian
mengenai anak putus sekolah, seperti penelitian faktor-faktor penyebab anak putus sekolah
sudah banyak dilakukan. Contoh nya penelitian yang dilakukan oleh Grahacendikia (2009).

Mengenai alasan kenapa angka anak yang putus sekolah masih tinggi, ada beberapa faktor,
seperti; demografi, geografi, sosial budaya dan ekonomi, juga faktor Psikologi anak itu
sendiri yang mempunyai konsep diri yang rendah seperti masih kurangnya menghargai diri
sendiri, kurang percaya diri dan kurang yakin terhadap kemampuan yang ada pada dirinya,
menyandarkan harapan atau bergantung pada orang tua dan orang lain, terlalu cepat pasrah
terhadap keadaan yang ada penyebab rentan nya anak-anak untuk putus sekolah. Faktor dari
Guru juga ada, seperti; Kualitas Guru juga yang dinilai masih kurang baik bahkan Gaji Guru
yang masih kurang.

Lalu, langkah yang harus dan bisa saya lakukan untuk memperbaiki masalah tersebut dengan
merevolusi mental anak itu sendiri atau membentuk mental model seorang expert,
memberikan dorongan pembentukan karakter "Future Leader" yang tangguh, merubah cara
berfikir anak, tidak membiarkan anak untuk mencari uang di masa masa belajar. Serta
mengupgrade kualitas guru diimbangi dengan menaikkan insentif guru.

Mengapa kamu memilih room “pendidikan” ?

JAWABAN

Pendidikan adalah fondasi penting, kunci kesuksesan dan roda penggerak yang dapat
mendorong negara kita menjadi negara yang lebih baik lagi. Isu-isu yang terkait tentang
pendidikan di negara Indonesia membuat saya memilih room pendidikan ini untuk melihat
lebih dalam lagi, lebih interest lagi dan saya sebagai generasi muda terutama mahasiswa,
tidak ada salahnya jika saya dapat berbagi apa yang saya sudah dapatkan atau apa yang saya
miliki baik itu materi, pengetahuan, ataupun energi selama memberi manfaat untuk orang
lain. Dan saya sebagai mahasiswa malu jika ilmu yang sudah saya dapat tidak saya share
karena sharing is caring.

Melalui pengalaman saya yang menjadi tenaga pengajar membuat saya belajar juga, bahwa
pendidikan di Indonesia itu butuh perhatian, butuh bimbingan dan butuh pendidikan karakter
sehingga siapapun yang berpendidikan memiliki karakter pemimpian bangsa yang baik, jujur,
dan tentunya cinta tanah air. Nowdays, banyak yang berpendidikan tapi banyak sekali yang
tidak ber "Ilmu". Karena ilmu adalah makanan, minuman dan obatnya hati. Kalo hati kita
tidak memiliki kecintaan terhadap tanah air berarti percuma saja membangun bangsa ini
dengan orang-orang yang berpendidikan tapi tidak berilmu. Contohnya : Banyak orang yang
berpendidikan dan kaya malah menginvestasikan hartanya untuk memajukan negara orang
lain bukan negaranya sendiri dan masih banyak contoh lainnya. Anak bangsa yang ber "Ilmu"
automaticly akan mamajukan negaranya no matter what and no matter how.
Apa motivasi kamu mengikuti FLS 2018 ?

JAWABAN

FLS adalah konfrensi kepemudaan berskala nasional sebagai platform kolaborasi yang
digagas oleh Nusantara Muda. FLS bertujuan untuk mempersiapkan pemimpin-pemimpin
muda dari seluruh Indonesia dalam membuat perubahan significant untuk Indonesia yang
lebih baik.

Mengenai motivasi saya mengikuti FLS 2018 adalah didalamnya saya akan diberikan
kesempatan untuk berperan sebagai lembaga pemerintah dalam menyelesaikan beberapa studi
kasus untuk mengatasi permasalahan masyarakat dan juga sebagai sebuah gambaran dalam
mewujudkaan Indonesia yang lebih baik di tahun 2045. Sehingga saya akan bisa
mengutarakan opini ataupun pendapat saya mengenai isu-isu pendidikan di Indonesia baik
buruknya untuk didiskusikan bersama bagus atau tidaknya hasil idea canvas yang sudah
dibuat sebelumnya, dan jika bagus kita sama-sama untuk di aplikasikan serta
diimplementasikan di kehidupan nyata.

Contoh opini yang nantinya saya akan sampaikan berupa Persyaratan masuk TK/SD di
Indonesia jangan dilihat dari nilai atau kepintaran anak itu tapi dilihat dari nilai pribadi,
karakter dan habits anak itu sendiri, lalu betapa pentingnya Pendidikan Karakter Usia Dini
Dengan Menerapkan Teknologi Berbasis Kearifan Lokal dan opini yang lain berupa
pendidikan lebih memfokuskan lagi sejak dini apa bidang yang disukai oleh anak-anak. Dan
untuk jenjang TK lebih baik kita fokus membuat anak-anak itu menyukai dunia sekolah dan
jangan terlalu dibebani harus bisa baca, berhitung, dll sejak dini. That's all of my motivation.

Anda mungkin juga menyukai