Anda di halaman 1dari 3

1.

Sterilisai Secara Mekanik (filtrasi)


Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22
mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan
untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik.

Jika terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami
perubahan atau penguraian, maka sterlisasi yang digunakan adalah dengan cara mekanik, misalnya
dengan saringan. Dalam mikrobiologi, penyaringan secara fisik paling banyak digunakan adalah
dalam penggunaan filter khusus misalntya filter berkefeld, filter chamberlan, dan filter seitz. Jenis
filter yang dipakai tergantung pada tujuan penyaringan dan benda yang akan disaring. Penyaringan
dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan penyaring yang memilki
pori-pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan akan
tercemar sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan steril. Alat saring tertentu juga
mempergunakan bahan yang dapat mengabsorbsi mikroorganisme. Saringan yang umum dipakai
tidak dapat menahan virus. Oleh karena itu, sehabis penyaringan medium masih harus dipanaskan
dalam autoclave. Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan substansi yang peka tehadap panas
seperti serum, enzim, toksin kuman, ekstrak sel dan lain-lain.

Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng. Tyndalisasi dapat
membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam
makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit dalam waktu
tiga hari berturut-turut. Suhu 65 oC selama 30 menit adalah kondisi operasi agar bahan makanan
tidak ikut rusak. Kecuali endospora mikroba, seluruh sel vegetatif mikroba serta spora akan mati.
Oleh karena itu, umumnya dilakukan adalah pada suhu 100oC selama tiga hari dalam satu jam.
Tyndalisasi adalah sterilisasi bertingkat dengan uap panas, uap air panas mengalir dengan
temperatur 1000C dalam waktu 30 menit kemudian dimasukkan ke dalam inkubator selama 24 jam.
Proses ini dilakukan sebanyak 3 kali,

Prinsip kerja BSC (Biological Safety Cabinet) yaitu menciptakan aliran masuk udara untuk
melindungi operator yang sedang menangani sampel biologis yang beresiko dengan
membuang udara keluar melalui HEPA (High Efficiency Particular Air) filter. Tujuan dari
penggunaan BSC terutama dalam laboratorium mikrobiologi yaitu untuk melindungi operator
dari mikroorganisme. - See more at: http://batavialab.com/berita/detail/bsc-biological-safety-
cabinet-26676.html#sthash.nmL0jB1Z.dpuf
Kata farmakognosi berasal dari dua kata Yunani, yaitu Pharmakon yang
berarti obat dan Gnosis yang berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi, farmakognosi
berarti pengetahuan tentang obat.
Farmakognosi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang
bahan alam, terutama dari tumbuh-tumbuhan, hewan, dan mineral yang dapat
digunakan dalam pengobatan.
Penggunaan tanaman obat sudah dilakukan orang sejak kurang lebih 2500
tahun sebelum masehi. Hal ini dapat diketahui dari lempeng tanah liat yang
tersimpan di perpustakaan Ashurbanipal di Assiria, yang menyebutkan berbagai
simplisia, antara lain kulit delima, opium, adas manis, madu, ragi, dan minyak
jarak. Orang Yunani Kuno, seperti Hipocrates (1446 sebelum masehi), seorang
tabib, juga telah mengenal kayu manis, hiosiamina, kelembak, gom arab, dan
bunga kantil.
Pada tahun 1737, Carl Linnaeus , seorang ahli botani Swedia, menulis
buku “GeneraPlantarum”. Buku ini kemudian menjadi buku pedoman utama
sistematika botani. Farmakognosi modern mulai dirintis oleh Theodor wilhem
Christian Martius, Seorang apoteker jerman, yang dalam bukunya “Grundriss
Der Pharmacognosie Des Pflanzenreiches”telah menggolongkan simplisia
menurut segi morfologi dan cara-cara untuk mengetahui kemurnian simplisia.
Pada awal perkembangan ilmu kedokteran dan kefarmasian di dunia
barat, segala sesuatu yang berkaitan dengan obat dan penggunaannya disebut
sebagai materi medica atau bahan obat. Pada awal abad ke-19, materi medica
dibagi menjadi farmakologi dan farmakognosi. Farmakologi mempelajari
mekanisme kerja obat, sedangkan farmakognosi adalah cabang ilmu
farmakologi yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang
merupakan sumber obat.
Sampai dewasa ini, perkembangan farmakognosi sudah sampai ke usaha-
usaha isolasi, identifikasi, dan juga teknik-teknik kromatografi untuk tujuan
analisis kualitatif dan kuantitatif.

Anda mungkin juga menyukai