Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PANCASILA

IMPOR GARAM MEMBUAT PETANI GARAM DALAM NEGERI


GULUNG TIKAR

DOSEN PEMBIMBING :

Prof. Dr. Ir. Sri Redjeki, MT

DISUSUN OLEH:

1. APRIDIO FAIZ AN NABIL (19031010025)


2. IRSYA EMILIA PUTRI (19031010039)
3. IKA FAVIA ANGGRAENI (19031010034)
4. ANIS ROHMAWATI (19031010032)
5. DWIKA MAHTRIS N.P (19031010019)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UPN “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmatnya penyusun mampu
menyelesaikan tugas ini guna memenuhi tugas mata Kuliah Pendidikan Agama
Islam yang berjudul “Impor Garam Membuat Petani Garam dalam Negeri Gulung
Tikar” dapat selesai seperti waktu yang telah ditentukan.

Dalam penyusunan tugas atau makalah ini tidak sedikit yang penyusun
hadapi. Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi
ini tidak lain berkat bantuan teman seperjuangan, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas budi baik
yang tulus dan ikhlas kepada semua pihak yang penyusun sebutkan di atas. Tak ada
gading yang tak retak, untuk itu penyusunpun menyadari bahwa makalah yang telah
peyusun susun dan kami kemas masih memiliki banyak kelemahan serta
kekurangan-kekurangan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu penulis
membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat memberikan
saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan
mendatang. Dan apabila di dalam makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak
berkenan di hati pembaca mohon dimaafkan.

Surabaya, 25 September 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah ..................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
II.1 Definisi Kebijakan ........................................................................................ 3
II.2 Definisi Kesejahteraan .................................................................................. 3
II.3 Undang–Undang Impor Garam di Indonesia ................................................ 4
BAB III ................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
III.1 Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Impor Garam di Indonesia ............ 5
III.2 Jumlah Produksi dan Impor Garam di Indonesia ........................................ 6
III.3 Dampak Impor Garam Terhadap Kesejahteraan Petani Garam Indonesia .. 6
III.4 Anjloknya harga garam nasional ................................................................. 7
III.5 Solusi untuk mengurangi Impor garam di Indonesia .................................. 7
BAB IV ................................................................................................................... 9
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 9
IV.1 Kesimpulan ................................................................................................. 9
IV.2 Saran .......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata


pencaharian sebagai petani. Namun sayangnya masalah yang dihadapi petani
semakin lama semakin banyak. Selain sebagai negara agraris, Indonesia juga
dikenal dengan negara maritim, karena luasnya laut yang dimiliki negara ini. Garis
pantainya saja mencapai 90.000 km. Namun, belakangan ini justru garam menjadi
masalah. Negeri yang seharusnya mampu memproduksi garam berlimpah, malah
harus mendatangkan garam dari negara lain seperti, Australia, India, Singapura,
bahkan dari Jerman. Sebagai contoh, produksi garam nasional hanya mencapai
780.250 ton, sedangkan impor membeludak sebesar 1,826 juta ton sehingga jumlah
pasokan nasional mencapai 2,61 juta ton, sementara total konsumsi hanya 2,40 juta
ton, sehingga harganya cenderung jatuh. Selain itu, harga jual dari garam tradisional
pun masih rendah, berdasarkan ketetapan dari pemerintah pusat harga garam K1
(kualitas teratas) adalah Rp. 325/kg dan K2 adalah Rp. 250/kg. Ini memang sangat
menyedihkan dan keadaan seperti inilah yang berdampak langsung terhadap
kesejahteraan petani garam lokal terutama dari aspek ekonomi.

1
1.2.Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan-


permasalahan pokok yang akan dikaji antara lain:

1. Apakah faktor yang mempengaruhi kebijakan pemerintah untuk melakukan


impor garam di Indonesia?
2. Bagaimanakah hubungan antara kebijakan impor garam terhadap
kesejahteraan petani garam Indonesia?
3. Bagaimanakah solusi untuk mengatasi dampak kebijakan impor garam
terhadap petani garam Indonesia?

1.3.Tujuan
1. Mengetahui faktor yang mempegaruhi keputusan pemerintah mengenai
kebijakan impor garam di Indonesia
2. Manganalisis hubungan antara kebijakan impor garam terhadap
kesejahteraan petani garam Indonesia
3. Mengetahui solusi untuk mengatasi dampak kebijakan impor garam
terhadap petani garam Indonesia.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Kebijakan


Menurut Harold D. Laswell kebijakan adalah suatu program pencapaian
tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek yang terarah. Sedangkan menurut Carl J.
Frederick kebijakan adalah serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang,
kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukkan
hambatan-hambatan, dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan kebijakan
tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Senada dengan J. Frederick,
Thomas Dye menyatakan bahwa kebijakan adalah apa yang dilakukan dan yang
tidak dilakukan oleh pemerintah

II.2 Definisi Kesejahteraan


Menurut Edi Soeharto, PhD dalam bukunya yang berjudul Analisis
Kebijakan Publik, kesejahteraan adalah suatu keadaan dimana seseorang terpenuhi
kebutuhannya. Kesejahteraan bisa dilihat dari dua sisi yaitu kesejahteraan secara
ekonomi dan kesejahteraan sosial. Tapi dalam buku ini, Edi Soeharto lebih
banyak berbicara mengenai kesejahteraan sosial. Untuk mewujudkan
kesejahteraan sosial, dibutuhkan suatu bentuk pembangunan kesejahteraan sosial
yang diharapkan mampu menciptakan kondisi sosial yang adil dan merata serta
berjalannya suatu sistem kesejahteraan sosial yang mapan dan melembaga sebagai
salah satu piranti kehidupan masyarakat Indonesia dalam upaya menjadi bangsa
yang maju, mandiri, dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan
standar kemanusiaan.

3
II.3 Undang–Undang Impor Garam di Indonesia
Pemerintah resmi menerbitkan peraturan yang bakal mengatur pengalihan
kewenangan pemberian rekomendasi impor garam dari yang semula berada di
ranah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjadi kewenangan
Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Regulasi yang tercantum dalam
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun 2018 tentang tata cara pengendalian
impor komoditas perikanan dan komoditas pergaraman sebagai bahan baku dan
bahan penolong industri telah diteken Presiden Joko Widodo. Dalam Peraturan
Pemerintah No 9/2018 merupakan penggabungan antara Undang-undang Nomor 7
Tahun 2016 tentang perlindungan dan pemberdayaan nelayan, pembudidaya ikan,
dan petambak garam dan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
perindustrian. Hal yang melatarbelakangi dilaksanakannya impor garam di
Indonesia adalah produksi garam dalam negeri, baik mutu maupun jumlah, sampai
saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan garam dalam negeri, terutama garam
sebagai bahan baku industri masih sangat rendah, sehingga masih diperlukan garam
yang bersumber dari impor.

4
BAB III

PEMBAHASAN

III.1 Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Impor Garam di Indonesia


Garam merupakan salah satu komoditi strategis Indonesia dimana
penggunaannya tidak hanya untuk konsumsi manusia melainkan juga sebagai bahan
baku industri. Garam merupakan salah satu sumber sodium dan chloride dimana
kedua unsur tersebut diperlukan untuk metabolisme tubuh manusia. Sebagai negara
kepulauan yang dikelililingi laut dan samudera, Indonesia dikenal sebagai
penghasil garam yang cukup besar dengan kualitas yang cukup baik. Wilayah
Indonesia terdiri dari 1/3 daratan dan 2/3 lautan, dimana dalam kondisi normal
setiap tahunnya mengalami iklim kemarau sekitar 6 (enam) bulan dan secara
geografis kondisi tersebut merupakan salah satu yang menjadi faktor pendukung
produksi garam. Sementara itu produksi garam Indonesia memiliki tren yang
cenderung menurun sedangkan kebutuhan pada komoditi garam semakin
meningkat setiap tahunnya. Disisi ekonomi dan sosial hal yang mempengaruhi
kebijak impor garam adalah kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap petani
garam di Indonesia,di Indonesia sebenarnya sangatlah melimpah produksi
garam,namun yang diproduksi lebih banyak produksi garam mentah dibandingkan
garam berstandar SNI, sehingga menyebabkan pemerintah melakukan impor garam
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi garam masyarakat Indonesia.Kebutuhan
yang tidak disertai oleh persediaan produksi domestik menuntut adanya kebijakan
untuk mengimpor garam untuk memenuhi konsumsi garam dalam negeri. Untuk
meningkatkan produksi garam domestik agar Indonesia tidak terlalu bergantung
pada impor adalah melalui peningkatan luas areal garam dan peningkatan
produktivitas agar produksi bisa lebih meningkat. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan beberapa program yang dapat menunjang kesejahteraan petani, serta
pendampingan kepada petani agar dapat menghasilkan garam yang lebih optimal.

5
Selain itu diperlukan pula kebijakan pemerintah dalam nilai tukar serta harga agar
nantinya lebih berpihak ke arah petani.

III.2 Jumlah Produksi dan Impor Garam di Indonesia


Garam merupakan komoditi strategis sebagai bahan baku industri dan bahan
pangan yang sangat dibutuhkan oleh hampir semua masyarakat. Namun, produksi
garam yang dihasilkan oleh petani garam Indonesia belum mampu untuk memenuhi
kebutuhan garam masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia
memutuskan untuk melakukan impor garam. Tapi, dalam realisasinya, tujuan
dilakukan impor sebagaimana yang telah dijelaskan sebalumnya yaitu untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri, justru menimbulkan masalah baru karena
melebihi jumlah yang dibutuhkan. roduksi garam nasional hanya mencapai
1091200 ton, sedangkan impor membeludak sebesar 1.552.658 ton sehingga jumlah
pasokan nasional pada 2002 mencapai 2.643.858 ton, sementara total konsumsi
hanya 2217000 ton (melebihi 426858 ton terhadap kebutuhan), akibatnya harga
jatuh. Selain itu, harga jual garam tradisional dari petani masih rendah. Hal ini
mengakibatkan posisi tawar garam rakyat makin lemah. Inilah yang akan
berdampak langsung terhadap kehidupan petani garam indonesia.

III.3 Dampak Impor Garam Terhadap Kesejahteraan Petani Garam


Indonesia
Impor garam yang dilakukan oleh pemerintah akan berpengaruh terhadap
kesejahteraan petani garam Indonesia. Kesejahteraan tersebut bisa dilihat dari aspek
ekonomi maupun sosial. Aspek ekonomi ditandai dengan penurunan pendapatan
petani akibat harga yang sangat rendah, sedangkan aspek sosial bisa dilihat dengan
adanya perubahan struktur sosial yang ada di masyarakat setelah adanya kebijakan
impor garam di Indonesia.

6
III.4 Anjloknya harga garam nasional
Impor garam yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia telah memberikan
dampak yang sangat signifikan terhadap petani garam Indonesia. Tujuan impor
yang pada awalnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam negeri yang tidak
dapat diperoleh di dalam negeri ataupun untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
yang walaupun di dalam negeri ada, tapi tidak mampu untuk memenuhi semua
kebutuhan konsumsi di dalam negeri. Namun, seiring dengan berjalannya waktu,
tujuan yang ditetapkan tersebut tidak terealisasi sesuai dengan rencana. Kebijakan
tersebut justru malah membawa dampak negatif bagi masyarakat Indonesia,
terutama petani garam Indonesia. Banyak petani tidak dapat bertahan dengan
pilihan usahanya, bahkan ada yang meninggalkan usahanya dan berpindah
menekuni mata pencaharian lain. Problem yang dihadapi petani garam yang tampak
kepermukaan, antara lain menyangkut harga, mutu garam yang sangat rendah,
sampai membanjirnya garam impor.

III.5 Solusi untuk mengurangi Impor garam di Indonesia


Data Kemenperin menunjukkan, pada 2018 kebutuhan garam mencapai
3,73 juta ton. Dari angka itu, garam konsumsi atau yang lazimnya dipakai untuk
kebutuhan rumah tangga, memasak dan Iain-lain hanya 783,78 ribu ton. Sedangkan
yang 2,95 juta ton merupakan garam industri. Rinciannya industri aneka pangan
menyerap 400 - 450 ribu ton, pengasinan ikan 575.364 ribu ton, industri CAP dan
farmasi 1,975 juta ton sedangkan industri non CAP (perminyakan, kulit, tekstil,
sabun dan Iain-lain) 275 ribu ton. Sementara itu, produksi garam di Indonesia hanya
1,8 juta ton yang seluruhnya merupakan garam konsumsi dan bukan garam industri.
Karena irulah, industri pengolahan garam ini memang patut disebut efektif memberi
nilai tambah dan mengurangi impor. Diharapkan langkah ini diikuti perusahaan
pengolahan garam lainnya guna memperkuat struktur industri nasional”. Solusi lain
untuk hal ini adalah dengan cara memaksimalkan ptoduksi garam mentah yang
diproduksi oleh petani garam agar menjadi produk garam yang berstandar SNI
sehingga dapat dikonsumsi oleh rakyat Indonesia.

7
Kita sebagai salah satu mahasiswa Teknik Kimia juga diharapkan mampu
mengatasi hal ini,dengan menggunakan teknik dan ilmu yang dipelajari selama
kuliah ataupun percobaan percobaan yang dapat mempermudah kinerja pemerintah
dan seluruh masyarakat Indonesia.

8
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa kebijakan yang ditetapkan pemerintah untuk


melakukan impor garam di Indonesia telah membawa dampak negatif bagi petani
garam Indonesia yang sangat menggantungkan kehidupannya pada pertanian
garam. Membludaknya impor garam yang dilakukan oleh pemerintah
mengakibatkan anjloknya tingkat harga garam nasional. Kualitas garam impor yang
cenderung lebih bagus dari pada garam lokal, mengakibatkan masyarakat Indonesia
lebih memilih untuk mengkonsumsi garam impor dengan harga yang relatif sama.
Kedudukan petani garam semakin lemah oleh ketetapan harga garam yang sangat
rendah oleh kementrian perdagangan nasional. Dan ini tentu saja sangat
berpengaruh terhadap kesejahteraan petani garam Indonesia terutama petani garam
kecil. Jatuhnya harga garam lokal berpengaruh langsung terhadap penghasilan
mereka. Ekonomi mereka tentu saja akan semakin menghawatirkan jika impor
garam ini tetap berlangsung. Kondisi ekonomi yang semakin terpuruk membuat
para petani garam kecil akhirnnya memutuskan untuk beralih kepada usaha lain.
Lahan pun akhirnya dikuasai oleh para pengusaha garam. Sehingga ketika mereka
(petani garam kecil) memutuskan untuk kembali melakukan usaha pertanian garam,
mereka sudah tidak memiliki lahan lagi dan akhirnya mereka hanya bisa menjadi
buruh penggarap pada perusahaan-perusahaan garam. Dampak-dampak tersebut
akan terus berkelanjutan kearah yang lebih serius jika tidak langsung ditangani oleh
pemerintah.

9
IV.2 Saran

Untuk mengatasi permasalahan ini, banyak hal yang harus dilakukan yaitu:
sebelum menetapkan suatu kebijakan (dalam kasus impor garam), pemerintah
seharusnya mampu mempertimbangkan berbagai aspek terlebih dahulu terutama
petani garam nasional. Jangan sampai merugikan petani garam lokal. Jika memang
harus dilakukan impor, diharapkan tidak melebihi dari produksi garam Indonesia
sehingga harga garam bisa tetap stabil. Adanya bantuan dari pemerintah untuk
petani garam lokal dari aspek teknologi akan sangat membantu. Dengan adanya
teknologi yang lebih bagus, diharapkan mampu memenuhi memenuhi kebutuhan
garam nasional bahkan bisa melakukan ekspor. Selain pemerintah, petani garam
sendiri juga harus berusaha untuk menjadi petani yang cerdas. Mereka harus
terbuka pada teknologi baru yang diperkenalkan pemerintah. Sehingga dengan
adanya kerja sama yang baik antara pemerintah dan petani, kesejahteraan akan
terwujud.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ningsih, F, 2012, ‘Dampak Kebijakan Impor Garam Terhadap Kesejahteraan


Petani Garam Indonesia’, Diakses pada tanggal 08 Mei 2012.

Kurniawan, T, 2013, ’Dampak Kebijakan Impor Dan Kelembagaan Terhadap


Kinerja Industri Garam Nasional’, J. Kebijakan Sosek KP , Vol. 3, No. 1.

Pangestu, R, 2018, ’Perlindungan Hukum terhadap Petambak Garam Rakyat


Dikaitkan dengan Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2018
tentang Tata Cara Pengendalian Impor untuk Komoditas Perikanan dan
Pegaraman sebagai Bahan Baku dan Bahan Penolong Industri’, Dialogia
Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi , Vol. 10, No. 1.

Baihaki, L, 2013, ‘Ekonomi-Politik Kebijakan Impor Garam Indonesia Periode


2007-2012’, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 17, No. 1.

11

Anda mungkin juga menyukai