Anda di halaman 1dari 11

28

BAB 4
FILSAFAT PADA MASA YUNANI KUNO

A. Tokoh-tokoh pada masa yunani kuno


1. Thales (625-545 SM).
Thales adalah seorang pedagang, ahli
pemerintahan, ahli astronomi yang bisa
meramalkan gerhana matahari pada tanggal 28 Mei
585 SM. Dia juga mempunyai ilmu tentang
magnet, mengukur tinggi piramida-piramida Mesir,
dan menemukan dalil-dalil ilmu ukur. Bahkan bagi
orang Yunani, Thales termasuk salah satu dari The
Seven Wise Men (tujuh orang bijak)1.
Thales berpendapat bahwa airlah yang merupakan unsur induk
ini2.Tentang filsafatnya, hanya sedikit yang dapat diketahui karena ia
tidak meninggalkan tulisan-tulisan. Yang menjadi sumber berita ialah
Aristoteles (Abad 4 SM) yang mendapat bahan-bahan secara lisan3.
Pencarian Thales akan suatu keutuhan bukanlah hal baru, akan tetapi
gagasannya tentang materi yang dapat mencakup keseluruhan merupakan
gagasan orsinal (asli). Ia juga memiliki gagasan yang agak ganjil, yang
mengatakan, bahwa bumi mengapung di atas air (yang sekali lagi,
diperolehnya dari bangsa Mesir).

2. Anaximander (610-547 SM).


Anaximandros adalah orang pertama yang
mengarang suatu traktat (perjanjian
antarbangsa) dalam kesusastraan Yunani dan
berjasa dalam bidang astronomi, geografi,

1
Endang Daruni Asdi, Filsuf-Filsuf Dunia Dalam Gambar, (Yogyakarta: Karya Ken-cana, 1982),
235
2
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales sampai James (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992).
3
Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI) Press, 1986), 8.

28
29

sehingga ia menjadi orang pertama yang membuat peta bumi. Ia berhasil


memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru di Apollonia. Ia
juga membangun gagasan tentang koordinat benda langit, dengan bumi
berbentuk silinder di bagian tengahnya, dan lingkaran konsentris langit di
luarnya, sehingga ia membangun model semesta darinya. Bumi tetap
diam pada bagian tengahnya, karena ia menganggapnya sebagai pusat
simetri, ia berpendapat bahwa terdapat keseimbangan gaya pada titik
tengah ini4.
Anaximandros juga berpendapat bahwa permulaan yang pertama
tidaklah bisa ditentukan karena tidak memili sifat-sifat zat yang ada
sekarang. Ia mengatakan bahwa segala hal berasal dari satu subtansi azali
(asal), namun subtansi itu bukan air seperti yang diyakini Thales,
melainkan subtansi tersebut adalah sesuatu yang “tidak terbatas”, abadi,
tidak mengenal usia, dan ada dengan sendirinya, serta melingkupi seluruh
dunia5.
3. Anaximenes (585-494 SM)
Anaximenes yang hidup dari
tahun 585-494 SM merupakan salah
satu filsuf berasal dari daerah Miletos,
disamping Thales dan Anaximander.
Anaximenes adalah murid
Anaximander. Pandangnya tentang
kejadian alam ini sama dasarnya
dengan pemandangan gurunya, ia tak
dapat menerima ajaran Anaximander,
bahwa barang yang asal itu tidak ada persamaannya dengan barang yang
lahir dan tak dapat dilupakan. Baginya yang asal itu mestilah satu dari
pada yang ada dan yang tampak. Barang yang asal itu adalah udara. Udara
itulah yang satu dan tidak terhingga. Udara yang membalut dunia ini,
4
Sandy Hardian Susanto Herho, Pijar Filsafat Yunani Klasik, (Bandung: Perkumpulan Studi Ilmu
Kemasyarakatan ITB, 2016), 35
5
Ahmad Syadzali, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 43
30

menjadi sebab segala yang hidup. Jika tak ada udara itu, tak ada yang
hidup.
Secara garis besar Anaximenes berpendapat:
A. Suatu kenyataan bahwa udara itu terdapat dimanamana.
B. Suatu keistimewaan dari udara ialah ia senantiasa bergerak.
C. Udara adalah unsur kehidupan. Udara adalah dasar hidup6.
4. Herakletos (540-480 SM)
Hingga kini, para sejarawan
filsafat belum menemukan karya
orisinal Heraklitos yang utuh.
Heraklitos hidup sekitar tahun 500 –
460 SM di Ephesios. Yang menarik dari
pandangan filsafatnya adalah
penerimaannya terhadap gagasan sehari
– hari, yaitu segala yang „ada‟, selalu
berubah. Heraklitos menerima
kenyataan yang dinamik ini sebagai
yang fundamental di semesta, ketimbang berpegang pada gagasan abstrak
tentang „ada‟ ultima7. Herakiltos berpendendapat bahwa segala sesuatu
mengalir dan berubah terus menerus seperti air yang terus mengalir
dalam sungai. Herakletos lebih mengutamakan pengetahuan indra
daripada pengetahuan budi. Dari inilah Heraklitos menjadi filsut terbesar
di sebelum Socrates karena ia menekankan pada perubahan dari segala
sesuatu.

6
Abdul Hakim, Atang, dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Mitologi sampai Teofilosofi,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), 155
7
Sandy Hardian Susanto Herho, Pijar Filsafat Yunani Klasik, (Bandung: Perkumpulan Studi Ilmu
Kemasyarakatan ITB, 2016), 26

30
31

5. Permenides (540-475 SM)


Permenides lahir di Italia
Selatan 540 SM. Pada masa nya dia di
kenal sebagai ahli filsafat dan
Permenides juga di kenal sebagai ahli
dalam politik. Berbanding terbalik
dengan Herakleitos, bagi Permenides
realitas itu tetap atau kesatuan yang
mutlak, tidak berubah dan merupakan
keseluruhan yang bersatu yang tak
terbagikan.8. Permenides berpendapat
bahwa yang ada tentu ada, yang tidak ada itu tentu tidak ada. Karena itu
hanya yang ada saja yang dapat dipikirkan, dan yang tidak ada tidak
dapat dipikirkan. Pemikiran inilah dikatakan sebagai penemuan dalam
cabang filsafat tentang ada yang disebut metafisika. Standar kebenaran
dan ukuran realitas bagi Permenides adalah logika9.
6. Sofisme (±375 SM)

Sofisme berasal dari kata sofis yaitu cerdik, pandai. Dalam


perkembangan selanjutnya diartikan bersilat lidah, karena kaum Sofis pada
saat itu menyampaikan filsafat nya dengan berkeliling kota kota dan ke
pasar pasar. Orang-orang sofis ini tidak disukai oleh para filsuf terutama
oleh Socrates dan Plato, mereka dinilai kurang terpelajar yang menjual
kebijakan dengan materi dan ingin di anggap popuer. Menurut pemikiran

8
Lasio dan Yuwono, Pengantar Ilmu Filsafat (Yogyakarta: PT. Liberty, 1985)
9
Ahmad Tafsir, Filsafat, 42
32

filsafatnya, manusia adalah ukuran segala sesuatu. Jika terjadi


pertentangan, maka tak ada kebenaran obyektif sesuai dengan yang
ditentukan mana yang benar dan mana yang salah. Jadi kebenaran umum
itu tidak ada, yang ada kebenaran relatif. Kebenaran hanya berlaku
sementara. Inilah inti pokok filsafat sofisme, sehingga ajaran sofisme ini
tergolong ajaran relativisme (pengetahuan itu dibatasi, baik oleh akal budi
yang serba terbatas maupun oleh cara mengetahui yang serba terbatas).
Hippias dan Gorgias adalah contoh tokoh pengikut sofisme ini
7. Zeno (490 – 430 SM)
Zeno lahir di Elea, sekitar 40
tahun lebih muda dari gurunya,
Parmenides. Dengan gigih ia
mempertahankan ajaran-ajaran
gurunya dengan memberikan
argumentasi yang bagus, sehingga
kemudian ia dianggap sebagai
peletak dasar dialektika. Dialektika yaitu suatu argumentasi yang bertitik
tolak dari suatu pengandaian atau hipotesa kemudian ditarik kesimpulan.
Untuk melawan penentang-penentang Permenides, kesimpulan yang
diambil Zeno dari hipotesa yang diberikan adalah kesimpulan yang
mustahil, sehingga terbukti bahwa hipotesa itu salah. Dengan begini Zeno
membuktikan pluralitas, gerak tidak ada10.
Zeno dalam membuktikan bahwa gerak, ruang kosong dan
pluralis itu tidak ada, mengajukan argumentasi-argumentasi sebagai
berikut:
1. Anak panah yang dilepaskan dari busurnya tidak bergerak, karena
setiap saat panah itu ada di tempat tertentu, jadi dalam keadaan
diam. Memang anak panah itu makin jauh tetapi selalu diam pada
tempat tertentu.

10
Endang Daruni Asdi, Filsuf, 255.

32
33

2. Sebagai bukti bahwa ruang kosong tidak ada. Seandainya ruang


kosong itu ada, maka ruang kosong itu tentu menem-pati ruang
kosong yang lain. Dan ruang lain ini akan menempati ruang lain
lagi dan seterusnya tidak ada henti-hentinya. Hal ini tidak
mungkin.
3. Sebagai bukti pluralitas tidak ada. Seandainya pluralitas ada,
tentunya sepotong garis dapat dibagi-bagi yang masing-masing
bagian mempunyai titik pangkal dan ujung. Kalau pembagian
diteruskan terus-menerus tentu tidak mungkin11

B. Pemikiran Pada Masa Yunani Kuno


Pada masa Yunani kuno, filsafat secara umum sangat dominan, meski harus
diakui bahwa agama masih kelihatan memainkan peran. Hal ini terjadi pada tahap
permulaan, yaitu pada masa Thales (640-545 SM), yang menyatakan bahwa
esensi segala sesuatu adalah air, belum murni bersifat rasional. Argumen Thales
masih dipengaruhi kepercayaan pada mitos Yunani. Demikian juga Phitagoras
(572-500 SM) belum murni rasional. Ordonya yang mengharamkan makan biji
kacang menunjukkan bahwa ia masih dipengaruhi mitos. Jadi, dapat dikatakan
bahwa agama alam bangsa Yunani masih dipengaruhi misteri yang membujuk
pengikutnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa mitos bangsa Yunani bukanlah
agama yang berkualitas tinggi. Secara umum dapat dikatakan, para filosof pra-
Socrates berusaha membebaskan diri dari belenggu mitos dan agama asalnya.
Sokrates menyumbangkan teknik kebidanan (maieutika tekhne) dalam
berfilsafat. Bertolak dari pengalaman konkrit, melalui dialog seseorang diajak
Sokrates (sebagai sang bidan) untuk “melahirkan” pengetahuan akan kebenaran
yang dikandung dalam batin orang itu. Dengan demikian Sokrates meletakkan
dasar bagi pendekatan deduktif. Pemikiran Sokrates dibukukan oleh Plato,
muridnya. Hidup pada masa yang sama dengan mereka yang menamakan diri
sebagai “sophis” (“yang bijaksana dan berapengetahuan”), Sokrates lebih
berminat pada masalah manusia dan tempatnya dalam masyarakat, dan bukan

11
Endang Daruni Asdi, Filsuf, 256
34

pada kekuatan-kekuatan yang ada dibalik alam raya ini (para dewa-dewi mitologi
Yunani). Seperti diungkapkan oleh Cicero kemudian, Sokrates “menurunkan
filsafat dari langit, mengantarkannya ke kota-kota, memperkenalkannya ke
rumah-rumah”. Karena itu dia didakwa “memperkenalkan dewa-dewi baru, dan
merusak kaum muda” dan dibawa ke pengadilan kota Athena. Dengan mayoritas
tipis, juri 500 orang menyatakan ia bersalah. Ia sesungguhnya dapat
menyelamatkan nyawanya dengan meninggalkan kota Athena, namun setia pada
hati nuraninya ia memilih meminum racun cemara di hadapan banyak orang untuk
mengakhiri hidupnya.
Filsafat pra-sokrates ditandai oleh usaha mencari asal (asas) segala
sesuatu. Tidakkah di balik keanekaragaman realitas di alam semesta itu hanya ada
satu azas? Thales mengusulkan: air, Anaximandros: yang tak terbatas,
Empedokles: api-udara-tanah-air. Herakleitos mengajar bahwa segala sesuatu
mengalir (“panta rei” = selalu berubah), sedang Parmenides mengatakan bahwa
kenyataan justru sama sekali tak berubah. Namun tetap menjadi pertanyaan:
bagaimana yang satu itu muncul dalam bentuk yang banyak, dan bagaimana yang
banyak itu sebenarnya hanya satu?. Pythagoras (580-500 sM) dikenal oleh
sekolah yang didirikannya untuk merenungkan hal itu. Democritus (460-370 sM)
dikenal oleh konsepnya tentang atom sebagai basis untuk menerangkannya.
Puncak zaman Yunani dicapai pada pemikiran filsafati Sokrates (470-399 sM),
Plato (428-348 sM) dan Aristoteles (384-322 sM). Pada abad ke-6 SM orang
Yunani mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima
sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng,yang artinya
suatu kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu
kebenaran yang bersumber dari mitos (dongeng-dongeng).
Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya
mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang misteri alam semesta ini,
jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai
suatu demitiologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal
pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi.upaya para ahli pikir untuk
mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir , ini kemudian banyak orang

34
35

mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni,
maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan
sebagai landasan peradaban dunia.
Pelaku filsafat adalah akal dan musuhnya adalah hati. Pertentangan antara
akal dan hati itulah pada dasarnya isi sejarah filsafat. Di dalam sejarah filsafat
kelihatan akal pernah menang, pernah kalah, hati pernah berjaya, juga pernah
kalah, pernah juga kedua-duanya sama sama-sama menang. Diantara keduanya ,
dalam sejarah, telah terjadi pergugumulan berebut dominasi dalam mengendalikan
kehidupan manusia.Yang dimaksud dengan akal disini ialah akal logis yang
bertempat di kepala, sedangkan hati adalah rasa yang kira-kira bertempat di
dalam dada.akal itulah yang menghasilkan pengethauan logis yang disebut
filsafat, sedangkan hati pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang
disebut pengetahuan mistik, iman termasuk disini. Ciri umum filsafat yunani
adalah rasionalisme yang dimana mencapai puncaknya pada orang-orang sofis.
Dalam sejarah filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal
sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam alam pikirannya
berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan
tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan
ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidak puas akan keterangan itu lalu
mencoba mencari keterangan melalui budinya. Mereka menanyakan dan mencari
jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Apakah intisarinya? Mungkin yang
beraneka warna ynag ada dalam alam ini dapat dipulangkan kepada yang satu.
Mereka mencari inti alam, dengan istilah mereka : mereka mencari arche alam
(archedalam bahasa yunani yang berarti mula, asal).
Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu:
1. Bangsa yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap
sebagai awal dari uapaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-
mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis yang untuk sementara
kelihatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair
karya Homerus, Orpheus dan lain-lain.
36

2. Karya sastra yunani yang dapt dianggap sebagai pendorong kelahiran


filsafat yunani, karya Homerous mempunyai kedudukan yang sangat
penting untuk pedoman hidup orang-orang yunani yang didalamnya
mengandung nilai-nilai edukatif.
3. Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di
lembah sungai Nil, kemudian berkat kemampuan dan kecakapannya ilmu-
ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak
didasarkan pada aspek praktis saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.
Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos
(akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir.
Periode yunani kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan
demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir
alam, dimana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati
sekitarnya.mereka membuat pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang
bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos.
Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya
mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah. Para pemikir
filsafat yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani
yang terletak di pesisir Asia Kecil. Mereka kagum terhadap alam yang oleh
nuansa dan ritual dan berusaha mencari jawaban tas apa yang ada di belakang
semua materi itu.
C. PERIODE PERKEMBANGAN PERADAPAN YUNANI KUNO
Secara umum perkembangan Yunani dapat dibagi menjadi 4 periode, yaitu
sebagai berikut :
1. Fase pembentukan negara-negara kota (Polis) yang berlangsung antara
1000-800 SM.
2. Fase ekspansi negara-negara kota atau fase kolonisasi polis-polis Yunani.
Ekspansi polis-polis Yunani ke arah barat sampai ke Italia Selatan,
sedangkan ke arah Timur sampai ke Asia Kecil (Troya).
3. Masa kejayaan polis-polis Yunani (600-400SM).

36
37

4. Masa Keruntuhan Yunani (400-300 SM), tetapi kebudayaan Yunani


berkembang di luar daerah Yunani itu sendiri.
Selama periode Kalsik (Abad ke 5 SM), Yunani terdiri dari daerah-daerah
bagian kecil dan besar dalam bermacam-macam bentuk internasional (sederhana,
federasi, federal, konfederasi) dan bentuk-bentuk internal (kekerajaan, tirani,
oligarkhi, demokrasi konstitusional, dan lain-lain) yang paling terkenal ialah
Athena, diikuti oleh Sparta dan Thebes. Sebuah semangat kebebasan dan kasih
yang membara membuat bangsa Yunani dapat mengalahkan bangsa Persia,
adikuasa pada saat itu, didalam peperangan yang terkenal dalam sejarah
kemanusiaan- Marathon, Termopylae, Salamis dan Plataea.12
Pada paruh kedua abad ke 4 SM, banyak daerah-daerah bagian di Yunani
membentuk sebuah Aliansi (Cœnon of Corinth) yang dipimpin oleh Alexander
Agung sebagai Presiden dan Panglima (Kaisar) dari Aliansi, Raja dari Macedonia
menyatakan perang dengan Persia, membebaskan saudara-saudara mereka yang
terjajah, Ionian, dan menguasai daerah-daerah yang diketahui selanjutnya.
Menghasilkan sebuah masyarakat yang berkebudayaan Yunani mulai dari India
Utara sampai Laut Tengah barat dan dari Rusia Selatan sampai Sudan.13

12
Muzairi, M.Ag. Filsafat Umum. (Jakarta : Teras 2009) Hal 67
13
Ibid Hal. 68
38

DAFTAR PUSTAKA

Asdi, Endang Daruni, Filsuf-Filsuf Dunia Dalam Gambar, Yogyakarta: Karya


Ken-cana, 1982

Hakim, Atang, dan Saebani, Beni Ahmad, Filsafat Umum dari Mitologi sampai
Teofilosofi, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.

Hatta, Mohammad, Alam Pikiran Yunani, Jakarta: Universitas Indonesia (UI)


Press, 1986.

Herho, Sandy Hardian Susant, Pijar Filsafat Yunani Klasik, Bandung:


Perkumpulan Studi Ilmu Kemasyarakatan ITB, 2016.

Lasio dan Yuwono, Pengantar Ilmu Filsafat Yogyakarta: PT. Liberty, 1985.

Muzairi, M.Ag. Filsafat Umum. Jakarta: Teras 2009.

Syadzali, Ahmad Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia, 1997.

Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales sampai James
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992.

38

Anda mungkin juga menyukai