Anda di halaman 1dari 4

UAS ILMU BAHAN

Nama : Wahyu febrianto

NIM : 1811014210028

Prodi : S-1 Fisika

Mata Kuliah : Ilmu Bahan

BIJI BESI

Biji besi merupakan bijih yang sangat kaya akan besi oksida, dimana didalam bijih besi terdapat
banyak campuran yaitu, FeO (wustite), Fe3O4 (magnetite) dan Fe2O3 (hematite) serta beberapa
senyawa pengotor lainya seperti Al2O3, MgO, SiO2 dan lain-lain. Biji besi Memiliki kandungan kimia
yang mempunyai kandungan Fe paling besar yaitu sekitar 87,5%. Dari hasil XRD memperlihatkan, sampel
menggandung mineral magnetite, hematite dan guartz. Mineral yang paling mendominasi sampel
adalah magnetit. Struktur dari magnetite yaitu kubik dengan parameter kisi a=b=c = 8.3952 A dengan
grup ruang Fd m. Ukuran butir dari Magnetite adalah 108,8 nm. (Ratnawulan, 2013).

Umumnya di daerah Kalimantan selatan biji besi banyak tersebar di wilayah mulai dari Hulu
Sungai Utara, Balangan, Tapin, Tanah Laut, Tanah Bumbu hingga Kotabaru. Namun biji besi ini masih
berupa sumber daya endapan dan sudah ada yang ditambang. Ketersediaan biji besi dari tahun 2011-
sampai 2031 paling banyak terdapat di di wilayah Kecamatan Jorong dan Kintap, sesuai dengan draft
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Laut. Dan ketersediaan cadangan biji besi Berdasarkan
data yang didapat dari, bijih besi sebagai bahan baku industri hilir besi/baja di kabupaten tanah laut
tersebar dibeberapa tempat. Tempat terbesar cadangannya yaitu di Kabupaten Tanah Laut daerah
Riampinang, Gunung Tembaga dan Tanjung. Sumber daya besi primer terukur jumlahnya melebihi 1,5
juta ton, berada di daerah Pontain dan Tebing Siring. Sedangkan sumber daya besi primer tereka
(inferred) lebih dari seratus tujuh puluh ribu ton (Hidir tresnadi, 2014).
(Dudi Nasrudin Usman, makalah ketersediaan bijih besi)

Biji bisi memiliki sifat magnetik, Merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahwanto
dkk.5 pada bijih besi Lhoong, Aceh Besar, diketahui memiliki sifat kemagnetan yang mirip. Pada bijih besi
Lhoong, nilai besar magnetiknya masingmasing saturasi magnet (Ms) adalah 0,1 Tesla, lalu remanennya
sebesar 0,026 tesla, dan memiliki koersivitas sedikit lebih tinggi yakni sebesar 15,7 kA/m. sedangkan
pada penelitian yang dilakukan oleh Adi Rahwanto dan Zulkarnain Jalil yaitu biji besi memiliki fasa
mayoritas Fe2O3, memiliki fasa magnetik dengan nilai tertentu. Hal ini dibuktikan dari hasil pengukuran
sifat kemagnetan dimana diperoleh magnetisasi saturasi (Ms) sebesar 0,1 Tesla, lalu magnetisasi sisa
atau remanen (Br) = 0,017 Tesla, dan koersivitas (Hc) sebesar 12,39 kA/m.

Daftar Pustaka

Adi Rahwanto dan Zulkarnain, 2013. Kajian Awal Karakteristik Mineral Magnetik Bijih Besi
Manggamat, Aceh Selatan. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.

Ratnawulan, 2013. Karakterisasi Bijih Besi Alam sebagai Bahan Baku Magnetit pada Tinta Kering.

SAINMATIKA: Jurnal Sains dan Matematika. Universitas Jambi

Hidir tresnadi, 2014.Pertambangan Sumberdaya Mineral Dan Batubara Sebagai Penggerak

Perekonomian Daerah Di Kabupaten Tanah Laut.

Keramik : bahan kaolin


Kaolin merupakan suatu mineral lempung berwarna putih yang memiliki beberapa komposisi,
menurut kunrat dan suhala (1995) kaolin mempunyai komposisi hidrous aluminium silikat
(2H2OAl2O32SiO2) dan mineral lainnya. Komposisi mineral yang termasuk kedalam kaolin antara lain
kaolinit, nakrit dan halloysit (mineral utama, Al2(OH)4SiO52H2O),kaolin juga mempunyai kandungan air
yang lebih besar. Sifat fisik kaolin lainnya seperti kekerasan antara 2-2,5 (skala Mohs), berat jenis 2,60-
2,63, memiliki daya hantar panas dan listrik rendah serta kadar asam (pH) yang bervariasi.(Dewantara
Daud, 2015). Berdasarkan data yang diposting oleh pmptsp.kalsel yang ditulis oleh Ridho AR pada 2018,
ketersediaan bahan kaolin di Kalimantan selatan yaitu terdapat di Kabupaten Banjar sebesar 10.233.023
ton, Tanah Bumbu sebesar 100.000 ton, Tapin sebesar 7.765.000 ton, Hulu Sungai Utara sebesar
988.000 ton dan Balangan sebesar 12.037.750 ton. Ini berarti ketersediaan kaolin diwilayah kalsel masih
cukup banyak. (https://dpmptsp.kalselprov.go.id/page/547-POTENSI-PERTAMBANGAN).

Adapun Struktur kristal kaolin, struktur Kristal kaolin terdiri dari pasangan lapisan lembaran
silika tetrahedral dan alumina oktahedral. Masing-masing pasangan lembaran tersebut bergabung
melalui atom oksigen secara selang-seling menjadi satu kesatuan melalui ikatan hydrogen, antara
oksigen dari silika dan oksigen hidroksil dari alumina dengan ketebalan tiap lapisan sekitar 0.72 nm.
Ikatan hydrogen dengan ketebalan tersebut cukup kuat sehingga kaolin tidak mengembang ketika
terhidrat dan kaolin hanya mempunyai luas permukaan luar. Kaolin merupakan salah satu mineral
lempung dengan nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang relatif rendah (3-15 mek/100g) serta luas
permukaan spesifik yang relatif kecil, yaitu tidak lebih dari 20 m2 /g.

(Irwan Nugraha, 2017).

Daftar Pustaka

Ridho AR. https://dpmptsp.kalselprov.go.id/page/547-POTENSI-PERTAMBANGAN.

Daud, D. 2015. Kaolin Sebagai Bahan Pengisi Pada Pembuatan Kompon Karet: Pengaruh Ukuran

Dan Jumlah Terhadap Sifat Mekanik-Fisik. Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 1.

Irwan Nugraha, 2017. Sintesis dan Karakterisasi Material Komposit Kaolin-ZVI (Zero Valent Iron)
serta Uji Aplikasinya sebagai Adsorben Kation Cr (VI). Jurnal Kimia VALENSI: Jurnal Penelitian dan

Pengembangan Ilmu Kimia. 59-70

Komposit : Kayu Alaban

Laban dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak Pangkodan di daerah Sanggau, secara khusus
pemanfaatan pada kulit kayu laban sebagai minuman teh. Minuman teh pada umumnya dikenal dari
tanaman Camellia sinensis, daun tanaman teh ini memiliki kandungan flavonoid. Selain Camellia
sinensis, tanaman lainnya yang dapat diolah menjadi teh seperti Ashitaba dengan cara diseduh.
Tanaman ashitaba pada bagian batang, daun maupun umbi jika dipotong akan mengeluarkan getah
berwarna kuning disebut chalcone yang termasuk golongan senyawa flavonoid(Adelina,2014)

Ketersediaan tanaman alaban, kayu alaban biasanya lebih banyak tumbuh dan ditemukan pada
lahan bekas ladang (lahan sekunder). Pembudidayaan pohon laban ini belum diusahakan oleh
masyarakat sebagai suatu kebutuhan, hampir semua responden mengatakan mereka tidak mencoba
menanam pada pekarangan rumahnya, mereka sendiri akan mengambil langsung dari hutan jika mereka
memerlukannya. Hanya 3,3% responden yang pernah mencoba membudidayakan di pekarangan
rumahnya dikarenakan tidak perlu jauh untuk mengambilnya di hutan. (Adelina, 2014) hal.96

Daftar Pustaka

Kurniawan D. 2011. Kajian Etnobotani Dan Fisiko Kimia Kulit Kayu Laban (Vitex Pubescens Vahl) Di Desa
Lape Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Lestari. 92-99.

Adelina, K. dkk. 2104. KAJIAN ETNOBOTANI DAN FISIKO KIMIA KULIT KAYU LABAN (Vitex pubescens

Vahl) DI DESA LAPE KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU KALIMANTAN BARAT. Jurnal

Hutan Lestari. 2 (1):92-98

Anda mungkin juga menyukai